yang bila tidak segera diatasi akan menyebabkan suatu keadaan yang disebut
gagal nafas akut yang ditandai dengan menurunnya kadar oksigen dalam
arteri (hipoksemia) atau naiknya kadar karbondioksida (hiperkarbia) atau
kombinasi keduannya.
Keadaan ini berkisar antara:
1) Penyakit primer yang mengenai sistem bronkopulmoner seperti hemoptisis
masif, pneumotorak ventil, status asmatikus, Edema paru dan pneumonia
berat.
2) Gangguan fungsi paru yang sekunder terhadap gangguan organ lain seperti
keracunan obat yang menimbulkan depresi pusat pernafasan.
A. Hemoptisis Masif
Menurut kamus kedokteran Dorland, hemoptisis atau batuk darah adalah
ekspektorasi darah atau mukus yang berdarah. Beberapa penulis seperti
Johnston dan Obraska berpendapat bahwa perdarahan yang terjadi harus
berasal dari saluran napas bagian bawah (dari glottis ke bawah) dan bukan
berasal dari saluran napas bagian atas atau saluran pencernaan. Hemoptisis
merupakan salah satu gejala paling penting pada penyakit paru, pertama
karena merupakan bahaya potensial adanya perdarahan yang gawat yang
memerlukan tindakan segera dan intensif, dimana hemoptisis masif yang
tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan angka kematian tinggi.
Menurut Busroh (1978) yang disebut hemoptisis masif adalah :
1.
2.
batuk darah <600 cc / 24 jam dan tetapi >250 cc / 24 jam jam dgn kadar
Hb <10 g%, batuk darah tetap berlangsung
3.
batuk darah <600 cc / 24 jam dan tetapi >250 cc / 24 jam, Hb <10 g%, 48
jam dengan perawatan konservatif batuk darah tersebut tidak berhenti
Klasifikasi menurut Pusel (2,3,4) :
1) + : batuk dengan perdarahan yang hanya dalam bentuk garis-garis
dalam sputum
2) ++ : batuk dengan perdarahan 1 30 ml
3) +++ : batuk dengan perdarahan 30 150 ml
1
2. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya batuk darah adalah sbb. (Wolf,1977) :
a. Radang mukosa
Pada trakeobronkitis akut atau kronis, mukosa yang kaya pembuluh darah
menjadi rapuh, sehingga trauma yang ringan sekalipun sudah cukup untuk
menimbulkan batuk darah.
b. Infark paru
Biasanya disebabkan oleh emboli paru atau inflasi mikroorganisme pada
pembuluh darah, seperti infeksi coccus, virus, dan infeksi oleh jamur.
c. Pecahnya pembuluh darah vena atau kapiler
Distensi pembuluh darah akibat kenaikan tekanan darah intraluminal
seperti pada dekompensasi kordis kiri akut dan mitral stenosis. Pada mitral
stenosis, perdarahan dapat terjadi akibat pelebaran vena bronkialis.
d. Kelainan membran alveolokapiler
Akibat adanya reaksi antibodi terhadap membran, seperti pada
Goodpastures syndrome
e. Perdarahan kavitas tuberkulosis
Pecahnya pembuluh darah dinding kavitas tuberkulosis yang dikenal
dengan aneurisma Rasmussen Invasi tumor ganas
f. Cedera dada
3. Diagnostik
1) Anamnesis teliti
Hal-hal yang perlu ditanyakan:
a)
purulen.
b)
c)
d)
e)
2) Pemeriksan Fisik
a) Jari tabuh
b) Bising sistolik dan opening snap
c) Pembesaran kelenjar limfe
d) Ulserasi septum nasalis
e) Teleangiektasi
3) Pemeriksaan Laboratorium
Pada keadaan darurat, pemeriksaan laboratorium dapat
dibatasi pada pemeriksaan Hb yang kemudian diikuti dengan
pemeriksaan darah rutin, urine dan tinja. Pemeriksaan pembekuan
darah meliputi protrombin dan partial thromboplastine time
dilakukan bila memang diperlukan. Pemeriksaan sputum berupa
pemeriksaan Gram, BTA, kultur bakteri, jamur perlu dilakukan
untuk mendeteksi adanya infeksi yang mendasari terjadinya batuk
darah tersebut. Pemeriksaan sitologi sputum dilakukanbila ada
kecurigaan terhadap keganasan. Pemeriksaan ini ditujukan
terutama pada penderita dengan risiko besar untuk mendapat
kanker paru, seperti pada laki-laki perokok berat usia di atas 40
tahun, meskipun foto toraks tampak normal.
4) Pemeriksaan Khusus
a. Foto toraks dalam posisi PA dan lateral ditambah dengan
dalam posisi lordotik dan oblik .
b. Batuk darah masif merupakan indikasi kuat untuk pemeriksaan
bronkoskop terutama pada orang tua di mana foto toraks tidak
memperlihatkan kelainan, terlebih-lebih bila terdapat riwayat
perokok berat sebagai deteksi dini kanker paru
c. Sputum, untuk pemeriksaan bakteriologik dan patologik.
d. Analisis gas darah, dapat membantu dalam hal aneurisma AV.
misalnya
vit.
K,
ion
kalsium,
trombin,
Tindakan bedah
C. Status asmatikus
1. Definisi
Eksaserbasi asma (serangan asma) adalah episode progresif peningkatan
gejala pendek napas, batuk, mengi, sesak dada atau kombinasi dari gejalagejala tersebut.
Kriteria
Sesak napas
Berat
saat istirahat
Kemampuan
membungkuk kedepan
Sepatah kata
Gawat
-
berbicara
Kesadaran
Agitasi
Respirasi
> 30/menit
Otot
respirasi Retraksi M.inter costalis
Mengantuk/bingung
Gerakan
tambahan
torakoabdominal
Mengi
Nadi/menit
Pulsus
Keras
> 120
(+), > 25 mmHg
paradoksal
Tidak ada
Bradikardi
(-), kelelahan otot
paradoksus
PaO2
PaCO2
Sat. O2 (Udara)
< 60 mmHg
> 45 mmHg
< 90%
2. Etiologi
a. Mekanisme pemacu serangan akut terjadi dari beberapa hal, yaitu :
alergen, kerja fisik, insfeksi virus pada jalan nafas, ketegangan
emosional, perubahan iklim dan beberapa janis obat.
b. Ketidak seimbangan modulasi adenergic dan kolinergic dari broncus.
c. Sering terdapat riwayat penyakit dalam keluarga, anak laki-laki sering
terkena dari pada anak perempuan.
d. Biasanya mempunyai alergi dengan kadar IgE meninggi (asma
atopic/aksentrik berkaitan dengan keadaan alergi lain sperti eksema
fifer).
e. Asma instrinsik terjadi pada penderita non atopic yang berusia lanjut.
3. Patofisiologi
9
11
12
D. Edema Paru
1. Definisi
Edema paru terjadi oleh karena adanya aliran cairan dari darah ke ruang
intersisial paru yang selanjutnya ke alveoli paru, melebihi aliran cairan
kembali ke darah atau melalui saluran limfatik. Edema paru dibedakan
oleh karena sebab Kardiogenik dan Non Kardiogenik.
13
2. Etiologi
a.
enteropaday,
penyakit
penyakit nutrisi.
3) Peningkatan tekanan negatif intersisial :
14
dermatologi
atau
15
c. Insufisiensi Limfatik :
1) Post Lung Transplant.
2) Lymphangitic Carcinomatosis.
3) Fibrosing Lymphangitis (silicosis).
3. Manifestasi Klinik
Gejala yang paling umum dari pulmonary edema adalah sesak napas. Ini
mungkin adalah penimbulan yang berangsur-angsur jika prosesnya
berkembang secara perlahan, atau ia dapat mempunyai penimbulan yang
tiba-tiba pada kasus dari pulmonary edema akut. Gejala-gejala umum lain
mungkin termasuk mudah lelah, lebih cepat mengembangkan sesak napas
16
4. Diagnosis
Untuk mengidentifikasi penyebab dari pulmonary edema, penilaian
keseluruhan dari gambar klinis pasien adalah penting. Sejarah medis dan
pemeriksaan fisik yang saksama seringkali menyediakan informasi yang
tidak ternilai mengenai penyebab.
a. Pemeriksaan Fisik
1) Sianosis sentral. Sesak napas dengan bunyi napas seperti mukus
berbuih.
2) Ronchi basah nyaring di basal paru kemudian memenuhi hampir
seluruh lapangan paru, kadang disertai ronchi kering dan ekspirasi
yang memanjang akibat bronkospasme sehingga disebut sebagai
asma kardiale. Takikardia dengan S3 gallop. Murmur bila ada
kelainan katup.
b. Elektrokardiografi
Bisa sinus takikardia dengan hipertrofi atrium kiri atau fibrilasi atrium,
tergantung penyebab gagal jantung. Gambaran infark, hipertrofi
ventrikel kiri atau aritmia bisa ditemukan.
c. Laboratorium
1) Analisa gas darah pO2 rendah, pCO2 mula-mula rendah dan
kemudian hiperkapnia.
2) Enzim kardiospesifik meningkat jika penyebabnya infark miokard.
17
18
5. Diagnosis Banding
Emboli paru, asma bronkiale
6. Penatalaksanaan
a. Posisi duduk.
b. Oksigen (40 50%) sampai 8 liter/menit bila perlu dengan masker. Jika
memburuk (pasien makin sesak, takipneu, ronchi bertambah, PaO2
tidak bisa dipertahankan 60 mmHg dengan O2 konsentrasi dan aliran
tinggi, retensi CO2, hipoventilasi, atau tidak mampu mengurangi cairan
edema secara adekuat), maka dilakukan intubasi endotrakeal, suction,
dan ventilator.
c. Infus emergensi. Monitor tekanan darah, monitor EKG, oksimetri bila
ada.
d. Nitrogliserin sublingual atau intravena. Nitrogliserin peroral 0,4 0,6
mg tiap 5 10 menit. Jika tekanan darah sistolik > 95 mmHg bisa
diberikan Nitrogliserin intravena mulai dosis 3 5 ug/kgBB. Jika tidak
memberi hasil memuaskan maka dapat diberikan Nitroprusid IV
dimulai dosis 0,1 ug/kgBB/menit bila tidak memberi respon dengan
nitrat, dosis dinaikkan sampai didapatkan perbaikan klinis atau sampai
tekanan darah sistolik 85 90 mmHg pada pasien yang tadinya
mempunyai tekanan darah normal atau selama dapat dipertahankan
perfusi yang adekuat ke organ-organ vital.
e. Diuretik Furosemid 40 80 mg IV bolus dapat diulangi atau dosis
ditingkatkan tiap 4 jam atau dilanjutkan drip continue sampai dicapai
produksi urine 1 ml/kgBB/jam.
f. Bila perlu (tekanan darah turun / tanda hipoperfusi) : Dopamin 2 5
ug/kgBB/menit atau Dobutamin 2 10 ug/kgBB/menit untuk
menstabilkan hemodinamik. Dosis dapat ditingkatkan sesuai respon
klinis atau keduanya.
g. Aminophylline :Berguna apabila edema paru disertai bronkhokonstriksi
atau pada penderita yang belum jelas edema paru oleh karena Asma
19
20