Anda di halaman 1dari 19

PJBL 2

SISTEM ENDOKRIN

Oleh :
KELOMPOK 3 (K3LN)
Siti Nurafifah
Sanda Prima Dewi
Dinni Nurul K.I
Luluil Maknun
Hesty Dwi N.
Desy Karmia Pitalupi
Rizky Oktavia Prima Sari
I Gusti Ngurah Putu Ari
Alif Dewi Safitri
Febrina Ardianti

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Satuan Acara Penyuluhan Terapi Insulin


Pokok Bahasan

: Terapi Insulin

Sasaran

: Klien dan Pendamping

Tempat

: Poliklinik Penyakit Dalam RSSA Malang

Hari/tanggal

: 25 September 2014

Alokasi waktu

: 40 menit

Metode

: Ceramah, Tanya jawab, Diskusi

Media

: Boneka, Pop Up, spuit insulin

Pertemuan ke

: 1 ( Pertama )

Pengajar

: Afif, Sanda, Luil

A. Tujuan lnstruksional
a. Umum

:
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan, klien & pendamping mengerti

dan memahami tentang terapi insulin, baik terkait alat, area, cara penyuntikan,
dan hal-hal yang perlu diperhatikan.
b. Khusus

1. Klien dan Pendamping memahami tentang anatomi kulit ( dapat


menyebutkan letak penyuntikan insulin )
2. Klien dan Pendamping mengerti tentang jenis pen insulin ( dapat
menyebutkan setidaknya 1 jenis dan mengerti cara penggunaannya )
3. Klien dan Pendamping mengerti tentang area penyuntikkan insulin ( dapat
menyebutkan setidaknya 2 area penyuntikan )
4. Klien dan Pendamping mengerti tentang cara penyuntikkan insulin ( dapat
melakukan penyuntikan dengan dosis yang tepat dan pra penyuntikan
dengan insulin pen )
B. Sub Pokok Bahasan
1.
2.
3.
4.

Anatomi kulit
Jenis pen insulin
Area penyuntikan insulin
Cara penyuntikan insulin

C. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR

Tahap

Waktu

Kegiatan perawat

Kegiatan perserta

Metode

Media & alat

1.Salam

1. Menjawab salam

Ceramah

Microphone

pembukaan

2. Mendengarkan

2.

keterangan

Memperkenalkan

Penyaji

kegiatan
Pembuka

(5 menit)

an

diri
3. Menjelaskan
maksud dan tujuan
4. mengkondisikan
peserta
Penyajia

( 20 menit)

1.Menyampaikan

Memperhatikan

Ceramah

Pop up,

materi

dan mendengarkan

Diskusi

boneka, spuit

keterangan penyaji

Simulasi

Penutup

(10menit)

(5menit)

insulin

1.menunjukkan

Praktik dan

Praktik

Spuit, Vial

area penyuntikan

simulasi pemberian

Insulin, pen

insulin

insulin

Insulin,

2. mempraktekkan

Alkohol

cara menyuntikan

Swab,

isulin

boneka

1.Melakukan

Mendengarkan

diskusi,

Tanya jawab

dan bertanya

Tanya

2.Menutup

serta menjawab

Jawab

pertemuan

pertanyaan

3.Menyampaikan
kesimpulan
D. Evaluasi
1. Evaluasi Proses :
a. Perserta mengikuti kegiatan pengajaran dengan baik

microphone

b. Perserta terlibat aktif dalam pembelajaran


c. Perserta aktif dalam diskusi tanya jawab
2. Evaluasi hasil

a. Perserta mampu memahami garis besar tentang anatomi kulit


b. Perserta mampu memahami jenis-jenis pen insulin
c. Peserta mampu menyebutkan area yang digunakan sebagai tempat
penyuntikkan insulin
d. Peserta dapat melakukan penyuntikkan insulin secara mandiri

Terapi Insulin
I.

Anatomi kulit

Kulit manusia mempunyai ketebalan yang bervariasi, mulai dari


0,5 mm sampai 5 mm, dengan luas permukaan sekitar 2 m2 dan berat sekitar
4 kg. Kulit dalam bahasa latin disebut cutis dan dibagian bawahnya terdapat
lapisan bernama subcutis. Jika kulit dicubit dan diangkat, kulit itu terasa
longgar terhadap lapisan subcutisdi bawahnya. Lapisan subcutis ini sering
menjadi tempat untuk suntikan obat tertentu, termasuk insulin. Secara garis
besar, lapisan pada kulit dapat dibagi menjadi 2 yaitu kulit bagian luar
(epidermis) dan kulit bagian dalam (dermis), penjelasannya yaitu sebagai
berikut :
a. Epidermis (kulit bagian luar)
Lapisan paling luar pada epidermis dibentuk oleh zat tanduk (keratin)
pada lapisan cornium yang dibentuk oleh sel kulit yang sudah tua.
Pada orang tertentu bagian kulit ini memebri gambaran seperti sisik
tipis. Lapisan ini akan terlepas pada saat digosok waktu mandi dan
lapisan di bawahnya akan mengisi lapisan yang lepas. Lapisan paling
dalam

dari

epidermis

dinamakan

lapisan

basal

atau

stratum

germinativum. Disini ditemukan sel-sel yang membelah diri dan


membentuk dan memebentuk sel kulit baru yang selanjutnya bergeser
ke lapisan lebih atas sehingga suatu saat menjadi lapisan cornium.
Pada lapisan ini pula terdapat pigmen melanin yang memeberikan
warna pada kulit. Untuk mencapai lapisan paling atas, sel-sel ini
membutuhkan waktu sekitar 5-6 minggu. Dengan demikian, setiap 4-5
minggu manusia sebenarnya mengalami pergantian kulit.
b. Dermis (kulit bagian dalam)
Pada lapisan dermis dibawah lapisan basal terdapat ujung saraf
peraba, dan pembuluh darah kapiler. Disini juga dapat ditemukan
kelenjar keringat dan kelenjar minyak kulit. Pada lapisan subcutis
dapat ditemkan banyak pembuluh darah, saraf, dan folikel atau akar
rambut beserta m.erector pilli. Pada orang gemuk, dilapisan ini juga
dapat ditemukan banyak jaringan lemak. Pengukuran kegemukan
seseorang dapat dilakukan dengan memanfaatkan pengukuran tebal
lapisan ini disekitar tulang belikat dan bagian belakang lengan atas.
Pada wanita hamil, bagian ini juga sering menampung cairan.
( Wibowo, Daniel S. 2005)

II.

Jenis pen Insulin


Beberapa jenis atau cara yang dapat dilakukan dalam pelaksanaan terapi
insulin dapat dilakukan menggunakan berbagai cara, yaitu sebagai berikut
:
1. Injectors

Untuk injeksi jenis multipel, dapat digunakan insulfon atau I-port.


Suntikan diberikan melalui lokasi khusus yang terhubung melalui
tabung yang dimasukkan dengan jarum dan diganti sekitar seminggu
sekali, namun sampai saat ini injector belum begitu populer di Amerika
Serikat namun sudah populer di Eropa.

2. Insulin pen
Insulin pen digunakan untuk insulin dengan beberapa formula.
Keuntungan dari penggunaan insulin pen ini adalah keakuratan dan
kekonsistensian dosis yang baik jika menggunakan insulin pen. Berikut
beberapa jenis insulin pen yang dapat digunakan :

3. Automatic injectors
Automatic injector

bekerja

dengan

menekan

tombol

pelepas

(keluarnya) jarum secara otomatis yang memeberikan suntuikan


dengan sedikit partisipasi pasien. Orang-orang yang menggunakan
injector dikarenakan mereka tidak bisa belajar untuk melakukan
suntikan terhadap dirinya sendiri. Sebagian besar, namun tidak semua,
orang memiliki ketakutan atau penyesuaian emosi lainnya pada
diabetisi dalam melakukan suntikan pada dirinya sendiri samapai
mereka nyaman melakukan penyuntikan terhadap dirinya sendiri.

Injector otomatis ini dianjurkan digunakan pada penderita diabetes


yang juga mengidap cacat fisik, seperti serebral palsy.

4. Pompa Insulin-CSII (Continous Subcutaneous Insulin Infusion)


Pompa insulin diinjeksikan (disemprotkan) kedalam tubuh melalui
jaringan subcutan dimana pompa insulin ini menawarkan cara yang
lebih tepat yaitu meniru pengiriman insulin secara normal. Pada salah
satu penelitian, penggunaan jangka panjang dari pompa insulin (CSII)
telah ditemukan memberi manfaat dalam menurunkan kadar HbA1c
dan mengurangi terjadinya hipoglikemia berat. Namun insulin pump ini
dilaporkan dapat meningkatkan angka kejadian diabetisketoacidosis
(DKA) dikarenakan kurangnya pengiriman insulin yang sering dikaitkan
dengan kinking dari tabung. Bahkan dengan nilai HbA1c normal,
ditemukan pemblokiran kemampuan insulin untuk mencapai pasien
yang diperlukan rata-rata 6 jam sampai DKA diidentifikasi. Pompa
insulin memberikan tingkat potensi variabel insulin basal selama
periode 24-jam. Salah satu insulin rapid-acting atau insulin secara
teratur dapat diberikan terus-menerus melalui jarum subcutan. Insulin
bolus kemudian diberikan dengan makanan dan makanan ringan yang
diperlukan. Pompa insulin model yang lebih baru mengandung
augmentasi sensor glukosa, yang memungkinkan pasien dan penyedia
untuk menetapkan faktor koreksi terprogram seperti insulin-karbohidrat

atau ratio insulin-exchange dan parameter sensitivitas insulin lain.


Berikut jenis insulin pump yang dapat digunakan, yaitu :

( Guthrie, Diana W. dan Richard A. Guthrie. 2009)


III.

Area menyuntik insulin


Tempat penyuntikan insulin bisa dilengan, perut, atau paha. Bila dengan
bantuan orang lain, dilakukan dilengan. Bila menyuntik sendiri, lakukan
diperut atau paha. Jarak suntikan satu dengan yang lainnya sekitar 2 cm.
Jangan terlalu dekat. Lakukan rotasi agar tidak terus menyuntik di tempat
yang sama untuk menghindari terjadinya lipodistrofi (atrofi jaringan) dan
hipertrofi (penebakan) kulit. Untuk suntikan di perut, jauhi pusar dengan
jarak 5 cm. Hindari penyuntikan pada kulit yang luka atau infeksi. Jaga
kebersihan, usap atau bersihkan dengan alkohol sebelum dan sesudah
penyuntikan.
Berikut gambar lokasi penyuntikan insulin :

( Tandra, Hans. 2007)

Rotasi Penyuntikan insulin di abdomen


IV.

Cara menyuntik insulin


Penyuntikan Insulin dilakukan berdasarkan aturan umum sbb:

1. Setiap lokasi penyuntikan mempunyai kecepatan penyerapan obat


yang berbeda sehingga dapat dimanfaatkan untuk mengatur waktu
penyuntikan dan prediksi efek optimal dikaitkan dengan asupan
makan.
2. Insulin kerja lambat dan sedang sebaiknya disuntikkan pada lokasi
pantat.
3. Hindari penyuntikan tembus pakaian.
4. Harus melakukan rotasi lokasi penyuntikan tiap hari dengan jarak
kurang lebih 1 jari (2,5cm) dari lokasi terakhir.
5. Memilih teknik cubit / tidak, tegak lurus / miring, disesuaikan
dengan lokasi dan panjang jarum (5mm ; 8mm ; standar 12,7mm).
Teknik cubit pada perut & pantat boleh tegak lurus dan pada lengan
atas serta paha sebaiknya cubit & miring.
6. Paling aman adalah dengan teknik cubit.
7. Masase dan peningkatan aktivitas pada tempat penyuntikan akan
mempercepat penyerapan obat dan menyebabkan hipoglikemia.
8. Insulin sebelum disuntikkan harus sudah campur homogen dengan
cara menggeraakkannya secara bergelombang, usahakan jangan
dikocok. Periksa ulang, jangan sampai ada gelembung udara dalam
spuit.
9. Kelola dengan baik pembuangan bekas spuit dan jarum agar tak
membahayakan orang lain.
10. Hindari pemakaian jarum suntik berulang kali, paling ideal 1 jarum
untuk 1-2 kali penyuntikan.
11. Simpan insulin persediaan / yang terpakai pada lemari pendingin
dan jangan sampai kadaluarsa. Insulin yang sudah dipakai, simpan
pada suhu kamar maksimal selama 1 bulan dan tidak terkena sinar
matahari langsung.
12. Sebelum disuntikkan, keluarkan insulin dari lemari pendingin
minimal 1jam sebelumnya, karena penyuntikkan saat insulin masih
dingin akan menimbulkan rasa nyeri.
13. Pegang spuit pada saat menyuntik seperti memegang alat tulis.
(Sutejo, A. Y. 2010)
Prosedur Penyuntikan Insulin Mandiri dengan menggunakan spuit :
1. Cuci tangan dengan baik
2. Bersihkan tempat penyuntikan (dengan sabun & air atau isoprofil
alkohol 70%)
3. Usap bagian atas vial insulin dengan isoprofil alkohol 70%

4. Giling-gulingkan

vial

insulin

dalam

telapak

tangan

untuk

mencampur insulin dengan baik (untuk semua jenis insulin kecuali


insulin kerja singkat)
5. Suntikkan sejumlah udara yang sama dengan jumlah dosis insulin
yang akan digunakan ke dalam vial. Aspirasi insulin kerja singkat
terlebih dahulu kemudian kerja sedang / kerja lama (bila diberikan
insulin campuran)
6. Amati spuit terhadap adanya gelembung udara
7. Cubit dan tahan lipatan kulit dan suntikan pada sudut 90 derajat
(bila anda kurus dan berkulit kendur suntikan insulin pada sudut
45derajat untuk menghindari suntikan intramuskular, yang dapat
menyerap insulin lebih cepat)
8. Dalam penyuntikkan insulin tidak diperlukan rutinitas aspirasi,
suntikkan insulin
9. Jika suntikan terasa sakit atau merembes darah / serum dari
tempat suntukan, berikan tekanan selama 5-10menit
(Rumahorbo, Hotma. 1999)
Prosedur penyuntikan insulin dengan menggunakan pena insulin ( insulin
pen ) :
1. Lepaskan penutup pena atau topi
Jika menggunakan intermediate-acting insulin dengan lembut putar
pena diantara telapak tangan 15 detik untuk campuran
2. Lepaskan kertas dan pasang jarum
a. Tarik penutup kertas dari pena jarum
b. Pasang jarum ke ujung pena insulin
c. Lepaskan penutup jarum luar
d. Lepaskan penutup jarum dalam
3. Pastikan pena siap
a. Putar tombol pemilih dosis di ujung pena untuk 1 atau 2 unit
( dosis monoton perubahan tanda dengan berubahnya tombol )
b. Pegang pena dengan jarum menunjuk ke atas. Tekan tombol
dosis sampai benar-benar sampai menetes. Ulangi jika perlu,
sampai insulin terlihat di ujung jarum. Dial akan kembali ke nol
setelah menyelesaikan langkah dasar
4. Mengatur dosis
Putar dosis tombol untuk mengatur dosis insulin ( anda dapat
memutar mundur juga ). Pena akan memugkinkan untuk menerima
hanya jumlah yang telah ditetapkan. Periksa jendela dosis untuk
memastikan dosis yang akan disuntikkan sudah tepat.
5. Pilih tempat injeksi

Pilih tempat injeksi. Perut adalah tempat yang disukai untuk banyak
jenis insulin-antara bagian bawah rusuk dan kemaluan baris,
menghindar sekitar 3-4 inci pusar. Bagian atas paha dan belakang
lengan atas ( jika anda pleksibel ) dapat juga digunakan
6. Menyuntikkan insulin
a. Posisikan ibu jari di ujung atas tombol pena dengan tenang
untuk terus aman
b. Dengan lembut mencubit kulit dengan tangan bebas
c. Cepat masukkan jarum pada sudut 90 derajat. Melepaskan
cubitan
d. Gunakan ibu jari untuk menekan tombol dosis sampai berhanti
( jendela dosis akan kembali pada nol ). Biarkan jarum di
tempat selama 5-10 detik untuk membantu mencegah insulin
dari bocor keluar dari tempat injeksi
e. Tarik jarum langsung keluar dari kulit. Kadang-kadang akan
keluar sedikit darah atau terjadi memar adalah normal. Lap
dengan tisu atau bola kapas beralkohol, tapi jangan ditekan
7. Tutup kembali insulin pen
Tutup kembai insulin. Buang jarum pergi dalam wadah keras ( pil
kosong atau deterjen wadah kendi aman contoh: letakkan penutup
jarum luar kembali pada pena
V.

Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan


Berikut hal-hal yang harus diperhatikan dalam terapi insulin, diantaranya
adalah :
1. Efek Samping Insulin
Jika insulin diberikan lebih banyak dari yang dibutuhkan untuk
metabolisme glukosa akan menimbulkan reaksi hipoglikemia atau
syok insulin, reaksi hipoglikemik ini lebih mudah terjadi pada saat
waktu puncak kerja obat. Hal ini dapat diatasi dengan memberikan
gula peroral atau intravena untuk meningkatkan pemakaian insulin.
Keadaan sebaliknya dimana jumlah insulin tidak cukup, gula tidak
dapat dimetabolismesasikan sehinggga terjadi metabolisme lemak
(glukoneogensis), dimana pada peristiwa glukoneogenesis selain
menghasilkan glukosa, juga akan menghasilkan benda keton.
Pemakaian asam lemak [ keton

untuk energi menimbulkan

penumpukan benda keton didalam tubuh, dimana jika benda keton


terlalu banyak didalam tubuh akan memicu terjadinya keadaan

ketoasidosis (keadaan dekompensasi metabolik yang ditandai oleh


hiperglikemia, asidosis dan ketosis) . Berikut tanda dan gejala dari
terjadinya reaksi hipoglikemia dan ketoasidosis diabetikum :
REAKSI

TANDA DAN GEJALA

Reaksi Hipoglikemik

Sakit kepala, kepala terasa ringan

[ syok insulin ]

Gelisah

terasa

takut,

tremor,

keringat

berlebihan dingin, kulit lembab, takikardi,


bicara tersendat-sendat, lupa, kekacauan
mental, kejang, kadar gula dara <

60

mg/dl.
Ketoasidosis diabetik
[ reaksi hiperglikemik
]

Sangat haus, poliuria. Bau napas seperti


buah, pernapasan kusmaul [ dalam, cepat,
melelahkan, terasa menekan , sesak ],
denyut nadi cepat dan lemah, selaput lendir
kering dan turgor kulit buruk, kadar gula
darah > 250 mg/dl.

2. Lama kerja dan cara penggunaan insulin


Cara penggunaan insulin dapat dikelompokkan tergantung lama
kerja (take effect) dari terapi insulin yang digunakan, yaitu sebagai
berikut :
a. Insulin kerja sangat cepat
Awal kerja 0,2-0,5 jam; lama kerja 0,5-2 jam. Contoh Lispro,
Aspart, Glulisin
b. Insulin kerja pendek (reguler insulin)
Awal kerja 0,5-1 jam; efek puncak 2-3 jam; disuntikkan 15-30
menit sebelum makan. Contoh: Humulin Actrafid
c. Insulin kerja menengah
Awal kerja 1,5-4 jam; efek puncak 4-10 jam; disuntikkan 1-2
kali/hari 15-30 menit sebelum makan. Contoh: Insulin Neutral
Protamin hagedorn (NPH)
d. Insulin kerja panjang

Awal kerja 1-3 jam; tanpa efek puncak; disuntikkan 1 kali/hari


pagi 15-30 menit sebelum makan. Contoh: Insulin Lantus
(glargine), Insulin Detemir
e. Insulin campuran (mixtures)
Terdiri atas 75 bagia insulin humalog (insulin manusia)dan 25
bagian insulin lispro.
(Sutejo, A. Y. 2010)
Berikut tabel mengenai pembagian insulin dan lama kerjanya :

3. Cara penyimpanan insulin


Cara penyimpanan insulin tidak boleh di simpan di dalam freezer.
Jika insulin belum di buka, cartridge sistem dan perangkat insulin
pen harus di simpan di dalam lemari es 360F-460F (20C-80C),
buang setelah melewati tanggal kadaluarsa. Jika menggunakan vial
dan telah dibuka (sedang digunakan), vial harus dibuang setelah 28
hari setelah dibuka. Jika pendinginan tidak mungkin, botol terbuka
dapat disimpan di-unrefrigerator sampai 28 hari yang harus
terhindar dari panas dan cahaya secara langsung, asalkan suhu
tidak lebih dari 860F (300C). Jika menggunakan cartridge yang
dibuka (sedang digunakan), tidak harus didinginkan tetapi harus

disimpan pada suhu kamar (di bawah 860F) jauh dari panas dan
cahaya langsung. Sistem cartridge harus di buang setelah 28 hari.
4. Cara pemakaian botol dan alat injeksi.
Jika masih menggunakan spuit injeksi dan vial yang menggunakan
NPH

atau lente bersama-sama insulin

reguler,

teknik

pengambilan harus memasukkan terlebih dahulu insulin reguler


sebelum mengambil

insulin NPH atau lente untuk menghindari

kerusakan jangka panjang pada insulin reguler


5. Ciri insulin yang tidak layak pakai atau rusak
Pemakaian insulin harus diperhatikan kelayakannya, hal ini penting
untuk menghindari terjadinya keadaan yang tidak diinginkan (dapat
terjadi toksik), yaitu :
a. Insulin masih dalam masa penggunaan (belum masuk atau
mendekati waktu kadaluarsa)
b. Perhatikan penampilan insulin, jika ia adalah insulin reguler
maka kenampakannya adalah jernih. Jika ia merupakan insulin
intermediet maka kenampakannya adalah keruh. Kerusakan
insulin

sebelum

masa

kadaluarsa

banyak

terjadi

akibat

kesalahan dalam pencampuran anatar insulin reguler dan


insulin intermediet. Warna keruh pada insulin reguler merupakan
tanda bahwa insulin tersebut telah rusak
c. Insulin yang masih layak pakai tidak mengandung endapan.
Pada insulin intermediet, pengecekan dilakukan dengan cara
menggulung dengan lembut insulin di telapak tangan untuk
mencampur subtansi didalamnya, jika tidak ada endapan maka
insulin tersebut masih layak pakai. Jika mengandung endapah
harus dibuang.

Daftar Pustaka
Donna.I. 1996. Medical Surgical Nursing. Philadelphia : Mosby Year Book.
Greenspan dan Baxter.2000. Endokrinologi Dasar dan Klinik. Jakarta : EGC.
Guthrie, Diana W. dan Richard A. Guthrie. 2009. A Guide To The Pattern Approach:
Management of Diabetes Mellitus For Nurses and Health Care
Professionals Sixth Edition. New York: Springer

Kee and Hayes.1996. Farmakologi, Pendekatam Proses Keperawatan. Jakarta:


EGC.
Rumahorbo, Hotma. 1999. Asuhan Keperwatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Endokrin. Jakarta : EGC
Sutejo, A. Y. 2010. 5 Strategi Penderita Diabetes Mellitus Berusia Panjang.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Tandra, Hans. 2007. Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes:
Panduan Lengkap Mengenal dan Mengatasi Diabetes Dengan Cepat dan
Mudah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Wibowo, Daniel S. 2005. Anatomi Tubuh Manusia. Jakarta: Grasindo

Anda mungkin juga menyukai