Perfusi vaskularisasi
Anoxia distal
Aktivitas elektrolit
Metabolisme anaerob
Metabolisme asam
Syok
vaskulitis,
kardiogenik
Oklusi
PD emboliOklusi
PD
kecil
parsial
hipotensi
Infark kecil
(lacunae)
Lesi white
matter
Atrofi otak
Kehilangan sinaps dan dendritik tulang belakang, degenerasi
wallerian, degenerasi transinaptik, perubahan kortikal retrograd
Gangguan kognitif, demensia, gambaran non kognitif (contohnya
depresi)
3. Patofisiologi nyeri kepala
Nyeri kepala muncul karena perangsangan terhadap bangunan-bangunan di
daerah kepala dan leher yang peka terhadap nyeri. Bangunan-bangunan
ekstrakranial yang peka terhadap nyeri adalah kulit kepala, periosteum, otot-otot
(m. frontalis, m. temporalis, m. oksipitalis), pembuluh-pembuluh darah (a,
frontalis, a. temporalis superfisialis, a. oksipitalis), saraf-saraf (n. frontalis, n.
aurikulotemporalis, n. oksipitalis mayor, n. oksipitalis minor). Bangunanbangunan intrakranial yang peka terhadap nyeri adalah meninges (terutama
sepanjang arteri-arteri meningeal yang besar dan arteri-arteri besar pada dasar
otak, sekitar sinus-sinus venosus, di basis kranii, dan di tentorium serebeli),
bagian proksimal atau basal arteri-arteri serebri, vena-vena otak di sekitar sinussinus, dan saraf-saraf (n. trigeminus, n. fasialis, n. glosofaringeus, n. vagus,
radiks-radiks servikal dua, tiga, dan cabang-cabangnya). Sedangkan bangunanbangunan yang tidak peka terhadap nyeri ialah parenkim otak, ependim ventrikel,
pleksus koroideus, sebagian besar meninges yang meliputi konveksitas otak dan
tulang kepala.
Bangunan-bangunan ekstrakranial akan dirasakan pada umumnya sebagai
nyeri pada daerah yang terangsang. Sedangkan nyeri kepala sebagai akibat
perangsangan bangunan intrakranial akan diproyeksikan ke permukaan dan
dirasakan di daerah distribusi saraf yang bersangkutan. Perangsangan bangunan
supratentorial akan dirasakan sebagai nyeri didaerah frontal, didalam atau
belakang bola mata, dan di daerah temporal bawah. Sedangkan perangsangan
bangunan-bangunan infratentorial dan fosa posterior akan dirasakan di daerah
retroaurikuler dan oksipitonukhal.
Rasa nyeri yang dirasakan mulai dari hidung, gigi-geligi, sinus-sinus,
faring dan mata dapat diproyeksikan ke seluruh daerah ditribusi n. trigeminus
yang bersangkutan. Bahkan rasa nyeri dapat dirasakan menjalar ke daerah yang
dilayani oleh cabang-cabang lain bila perangsangan cukup kuat. Terjadinya
perluasan rasa nyeri ini terjadi karena rangsangan yang tiba juga menjalar ke
nukleus-nukleus lain. Demikian juga serabut-serabut sensorik yang berasal dari
tiga radiks pertama servikal juga membuat hubungan sinaptik dengan neuronneuron n. trigeminus sehingga rasa nyeri didaerah frontal misalnya dapat
dipancarkan ke tengkuk dan sebaliknya. Rasa nyeri dapat dibangkitkan oleh
karena tindakan fisik seperti batuk, mengejan yang meningkatkan tekanan
intrakranial dan dapat memperburuk nyeri kepala yang berhubungan dengan
perdarahan atau massa intrakranial. Terdapat beberapa mekanisme dasar yang
menimbulkan nyeri kepala (cephalgia) :
a. Traksi atau pergeseran pada vena yang berjalan ke sinus venosus dari
permukaan otak dan pergeseran sinus-sinus venosus utama
b. Traksi, dilatasi atau inflamasi yang melibatkan arteri intrakranial dan
ekstrakranial
c. Inflamasi pada atau sekitar struktur kepala yang peka terhadap nyeri meliputi,
kulit kepala, periosteum
d. Traksi, pergeseran atau penyakit pada nevus kranialis V, IX, X serta n.
servikal 1,2,3 yang berisi banyak serabut aferen rasa nyeri
e. Perubahan tekanan intracranial
f. Penyakit jaringan kulit kepala, wajah, mata, hidung, telinga, dan atau leher
4. Pemeriksaan vertigo
Ditujukan untuk meneliti faktor-faktor penyebab, baik kelainan sistemik, otologik
atau neurologik vestibuler atau serebeler; dapat berupa pemeriksaan fungsi
pendengaran dan keseimbangan, gerak bola mata/nistagmus dan fungsi
serebelum.
Pendekatan klinis terhadap keluhan vertigo adalah untuk menentukan penyebab;
apakah akibat kelainan sentral yang berkaitan dengan kelainan susunan saraf
pusat korteks serebri, serebelum,batang otak, atau berkaitan dengan sistim
vestibuler/otologik;
selain
itu
harus
dipertimbangkan
pula
factor
iii.
iv.
Uji Babinsky-Weil
Pasien dengan mata tertutup berulang kali berjalan lima langkah ke
depan dan lima langkah ke belakang seama setengah menit; jika ada
penderita beranjak lebih dari 1 meter atau badan terputar lebih dari 30
derajat.
d. Salah tunjuk (past pointing)
Penderita disuruh merentangkan lengannya dan telunjuknya menyentuh
telunjuk pemeriksa. Kemudian ia disuruh menutup mata, mengangkat
lengannya tinggi-tinggi dan kemudian kembali ke posisi semula. Pada
gangguan vestibular didapatkan salah tunjuk (deviasi) demikian juga dengan
gangguan serebelar.
e. Maneuver Nylen Barany atau Manuver Hallpike
Untuk membangkitkan vertigo dan nistagmus posisional pada penderita
dengan gangguan sistem vestibular dan dilakukan maneuver Hallpike. Pada
tes ini penderita disuruh duduk di tempat tidur periksa. Kemudian ia
direbahkan sampai kepala bergantung di pinggir tempat tidur dengan sudut
sekitar 30 derajat dibawah horizon kepala ditolehkan ke kiri. Tes kemudian
diulang dengan kepala melihat lurus, dan diulangi lagi dengan kepala
menoleh ke kanan. Penderita disuruh tetap membuka matanya agar
pemeriksa dapat melihat kapan muncul nistagmus.
f. Tes kalori
Kepala penderita diangkat ke belakang (menengadah) sebanyak 60 derajat
(tujuannya ialah agar bejana lateral di labirin berada dalam posisi vertical,
dengan demikian dapat dipengaruhi secara maksimal oleh aliran konveksi
yang diakibatkan oleh endolimf). Tabung suntik berukuran 20 ml dengan
ujung jarum yang dilindungi dengan karet berukuran nomor 15 diisi dengan
air bersuhu 30 C. air disemprotkan ke liang telinga dengan kecepatan 1
ml/detik. Arah nistagmus ialah ke sisi yang berlawanan dengan sisi telinga
yang dialiri. Arah gerakan dicatat, frekuensinya juga (biasanya 3-5x/detik),
dan lamanya biasanya1/2-2 menit. Setelah beristirahat 5 menit, telinga kedua
dites.
g. Elektronistagmografi
Pada pemeriksaan ini diberikan stimulus kalori ke liang telinga dan lamanya
serta cepatnya nistagmus yang timbul dicatat pada kertas, menggunakan
teknik yang mirip dengan elektrokardiografi.
h. Posturografi
Dalam mempertahankan keseimbangan terdapat 3 unsur yang memainkan
peranan penting, yaitu sistem visual, vestibular, dan somatosensorik. Dengan
tes
posturografi
dapat
dievaluasi
sistem
visual,
vestibular
dan
somatosensorik.
5. Manajemen GBS
Perlakuan utama GBS adalah mencegah dan mengelola komplikasi (seperti
masalah pernapasan atau infeksi) dan memberikan perawatan suportif sampai
gejala mulai membaik. Ini mungkin termasuk:
a. Mengurangi masalah pernapasan, kadang-kadang melalui penggunaan mesin
pernapasan (ventilator).
b. Monitoring tekanan darah dan denyut jantung. Menyediakan cukup gizi jika
pasien memiliki masalah mengunyah dan menelan.
c. Mengelola kandung kemih dan masalah usus.
d. Menggunakan terapi fisik untuk membantu mempertahankan kekuatan otot
dan fleksibilitas.
e. Mencegah dan mengobati komplikasi seperti radang paru-paru , gumpalan
darah di kaki, atau infeksi saluran kemih.
Pengobatan lain dari sindrom Guillain-Barre (GBS) tergantung pada seberapa
parah gejala Anda. Pada kasus lebih parah GBS diperlakukan dengan
immunoterapi, yang mencakup pertukaran plasma atau immunoglobulin intravena
(IVIG). Plasmaparesis atau plasma exchange bertujuan untuk mengeluarkan
faktor
autoantibodi
yang
beredar. Pemakain
plasmaparesis
pada
SGB
memperlihatkan hasil yang baik, berupa perbaikan klinis yang lebih cepat,
penggunaan alat bantu nafas yang lebih sedikit, dan lama perawatan yang lebih
pendek. Pengobatan dilakukan dengan mengganti 200-250 ml plasma/kg BB
dalam 7-14 hari. Plasmaparesis lebih bermanfaat bila diberikan saat awal onset
gejala (minggu pertama). Pengobatan dengan gamma globulin intervena lebih