Gambar 1. Skema dari suatu Sistem Proses Produksi Total di Fasilitas Produksi
Pada skema di atas, terlihat bahwa kita mendapatkan hidrokarbon berupa crude oil dari
reservoir, yang kemudian akan masuk ke modul separasi. Dari modul separasi pertama ini, akan
didapatkan 3 fasa yaitu gas, oil, dan air. Fasa gas akan diteruskan ke modul pengolahan gas
(sebagian dibuang ke flare), serta minyak diteruskan ke modul crude oil treating dan kemudian
ke penyimpanan (field storage) untuk kemudian dijual dan didistribusikan, sedangkan air akan
diteruskan ke modul pengolahan air produksi dan kemudian dibuang atau digunakan kembali
untuk mengambil hidrokarbon (reinjection).
Dalam mendesain atau merencanakan suatu system seperti di atas, penerapan konsep
termodinamika sangatlah berperan penting, yaitu untuk bisa menciptakan suatu system yang bisa
bekerja sesuai kebutuhan dan juga efisien, khususnya dalam konteks bahan, energy dan tentunya
cost. Dalam termodinamika teknik, tiga hal yang menjadi perhatian utama adalah panas, kerja,
dan energy.
A. Dasar Teori
I. Sistem Termodinamik
Properties atau sifat dari suatu zat seperti massa, suhu, volume, serta tekanan, merupakan
variabel-variabel dalam termodinamika. Sifat-sifat ini akan mendefinisikan keadaan dari suatu
zat. Sifat termodinamis sautu zat dapat digolongkan menjadi sifat intensif dan sifat ekstensif.
Sifat ekstensif (extensive property) adalah jika nilai dan keseluruhan sistem merupakan
penjumlahan nilai dari setiap bagian yang menyusun sistem tersebut. Nilai sifat ekstensif yang
terukur bergantung pada seberapa banyak materi yang diukur. Massa, panjang dan volume adalah
sifat-sifat ekstensif. Semakin banyak materi, semakin besar massanya. Nilai-nilai dari sifat
ekstensif dapat di jumlahkan. Sifat intensif (intensive property) tidak dapat di akumulasikan
seperti sifat ekstensif. Nilai sifat intensif tidak dipengaruhi oleh ukuran sistem dan dapat
bervariasi di setiap bagian sistem pada waktu yang berbeda. Dengan demikian, sifat intensif
merupakan sifat posisi fungsi waktu. Volume spesifik, tekanan dan temperatur adalah contoh
sifat intensif yang digunakan. Suatu sifat intensif sistem adalah sifat-sifat yang sama dengan
sifat-sifat yang bersesuaian dengan masing-masing subsistem tersebut. Sifat-sifat ini merupakan
variabel dan seluruh nilainya saling terhubung oleh suatu persamaan, yaitu persamaan keadaan
(equation of state).
Suatu system termodinamik adalah sejumlah tertentu zat/bahan, dimana batas luar
imajiner di sekeliling system tersebut adalah batasannya (boundary). Suatu system dimana dapat
terjadi pertukaran energy dan massa dengan lingkungannya disebut system terbuka. Sedangkan
system dimana hanya dapat terjadi pertukaran energy dengan lingkungannya adalah system
tertutup.
Gambar di bawah ini menunjukkan suatu rangkaian silinder piston, dimana suatu gas
ditekan oleh piston. Garis putus-putus merepresentasikan batasan system. Seperti yang dapat
dilihat, karena adanya bukaan di silinder, gas dapat terbebas keluar ketika piston bergerak masuk,
dan sebaliknya gas masuk ke dalam system ketika piston bergerak keluar. Ini berarti sistemnya
merupakan system terbuka.
Kalor adalah energy yang ditukarkan akibat adanya perbedaaan temperature. Seperti
kerja, kalor juga didefinisikan pada batasan dari system dan merupakan fungsi jalur. Kalor yang
dikeluarkan oleh sisrem bernilai negative dan kalor yang diserap system bernilai positif. Kalor
suatu zat dibagi menjadi dua, yaitu kalor spesifik (specific heat) dan kalor laten (latent heat).
Kalor spesifik suatu zat adalah jumlah kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu zat
sebanyak 1 satuan. Kuantitas ini akan berguna jika nilainya berupa fungsi linear dengan suhu,
dan hal tersebut memang berlaku pada gas ideal serta banyak logam dan gas nyata pada keadaan
tertentu. Ketika perubahan temperatur dilakukan, keadaan volume dan tekanan harus ditentukan.
Jika volumenya tetap, maka disebut kalor spesifik pada volume konstan (Cv). Jika tekanannya
tetap, maka disebut kalor spesifik pada tekanan konstan (Cp). Kalor laten adalah jumlah energy
yang dibutuhkan untuk mengubah fasa dari sebuah unit massa suatu zat pada suhu terjadinya
perubahan fasa. Keadaan dimana tidak ada kejadian perpindahan panas antara system dengan
lingkungannya atau dengan kata lain dQ=0 disebut dengan proses adiabatik. Suatu gas didalam
suatu vessel terinsulasi mengalami proses adiabatic. Proses adiabatic juga terjadi meskipun
vessel tidak terinsulasi jika prosesnya begitu cepat sehingga tidak cukup waktu bagi kalor untuk
lepas. Proses adiabatic juga adalah pendekatan ideal untuk berbagai proses nyata seperti ekspansi
uap dalam turbin, dimana kehilangan kalor (heat loss) jauh lebih kecil daripada kerja yang
dilakukan.
Pernyataan Hukum ke-I Termodinamika
Hukum pertama menyatakan bahwa ketika interaksi kalor dan kerja terjadi antara suatu system
tertutup dan lingkungannya, penjumlahan aljabar dari interaksi kalor dan kerja untuk suatu siklus
adalah nol. Secara matematis, ini setara dengan:
dQ+dW =0 for any cycle closed mass flow
Q adalah kalor yang dipindahkan dan W adalah kerja yang dilakukan oleh atau terhadap system.
Karena inilah satu-satunya cara energy dapat dipindahkan, maka ini mengimplikasikan bahwa
energy total dari suatu system dalam siklus tersebut adalah konstan. Oleh karena itu hukum
pertama termodinamika disebut juga dengan konsep konservasi energy. Konsekuensi dari
pernyataan ini adalah bahwa energy total dari suatu system adalah sifat/property dari system.
Dalam termodinamika, energy total suatu system disebut dengan internal energy atau energy
dalam, yaitu energy dari suatu system akibat suhunya. Pernyataan dari Hukum I Termodinamika
mengacu kepada suatu siklus termodinamik. Dengan konsep energy dalam, Hukum I
Termodinamika dapat dinyatakan untuk proses non-siklik.
Hukum pertama termodinamika dapat dituliskan juga sebagai:
E=Q+W
Disini E merepresentasikan energy dalam (U) dari system beserta energy kinetik (Ek) dan energy
potensialnya (Ep) dan disebut energy total dari system.
E=U + Ek + E p
Ini adalah pernyataan Hukum I Termodinamika untuk proses non-siklik, selama mereka masih
tidak mengalami aliran massa. Nilai Ek dan Ep adalah nilai energy kinetic dan potensial dari
molekul gas dalam system tersebut. Untuk gas ideal, nilai Ek dan Ep cukup kecil sehingga variabel
yang penting adalah fungsi energy dalam U. Khususnya pada gas ideal, variabel keadaan u dapat
ditentukan oleh u(v, T), dimana v adalah volume spesifik dan T adalah suhu. Untuk
menggambarkan ketergantungan pada suhu ini, kapasitas kalor volume konstan didefinisikan
juga sebagai:
c v =( u/ t) v
Menurut hukum pertama termodinamika, dQ + dW = dE. Jika seluruh kerjanya adalah kerja
tekanan volume, maka didapatkan:
dW =p dV
d (U + pV )=dQ +Vdp
Sama halnya dengan cv, nilai cp = (h/t)p. Karena h, p, dan t adalah variabel keadaan, cp juga
merupakan variabel keadaan. Akibatnya, untuk gas ideal, cp = cv + R, dan untuk fluida
inkompresibel, cp = cv .
ini tidak terjadi secara spontan. Hukum termodinamika pertama hanya membicarakan
perpindahan energy tanpa menentukan arah perpindahan energi yang akan terjadi pada keadaan
tertentu. Maka dari itu, pernyataan hukum kedua termodinamika yang akan memberi tahu ke
arah manakah proses dapat terjadi secara spontan. Pernyataan hukum kedua termodinamika
dibantu oleh konsep heat engine atau mesin kalor. Suatu mesin kalor bekerja dalam suatu siklus
dan mengkonversi kalor menjadi kerja. Suatu reservoir termal didefinisikan sebagai suatu system
yang ada pada keadaan setimbang dan cukup besar sehingga perpindahan panas dari dan ke
dalam mesin tersebut tidak merubah suhunya secara berarti.
Suatu mesin kalor bekerja di antara dua reservoir termal, yaitu reservoir suhu rendah (dingin)
dan suhu tinggi (panas). Performa mesin kalor diukur dari efisiensi termalnya, yang didefinisikan
sebagai perbandingan dari output kerja (net kerja yang dilakukan oleh system) terhadap input
kalornya (panas yang dipindahkan dari reservoir suhu tinggi).
=W /Q1
Hukum kedua termodinamika memiliki 2 pernyataan (postulat) klasik, yang ekivalen satu sama
lain, yaitu:
1. Formulasi Clausius
Sebuah mesin yang bekerja dalam sebuah siklus untuk memindahkan panas dari temperatur
rendah ke temperatur tinggi pasti membutuhkan asupan kerja/usaha (work input).
Kalor tidak dapat mengalir dari benda panas ke benda dingin tanpa bantuan kerja eksternal.
Gambar 5. Proses pada gambar tidak mungkin terjadi menurut postulat Clausius (kiri), proses yang akan terjadi (kanan)
Suatu alat yang memindahkan panas dari reservoir dingin ke reservoir panas dengan bantuan
kerja eksternal disebut dengan heat pump atau pompa kalor.
2. Formulasi Kelvin-Planck
Sebuah mesin yang bekerja dalam sebuah siklus tidaklah mungkin menerima panas dari
sebuah reservoir termal lalu mengubah seluruh panas tersebut menjadi kerja.
Gambar 6. Proses pada gambar tidak mungkin menurut postulat Kelvin-Planck (kiri), proses yang akan terjadi
(kanan)
Kedua postulat diatas dituliskan dalam bentuk pertidaksamaan Clausius, yang menyatakan
bahwa integral siklik dari dQ/Y sepanjang batas system akan selalu lebih kecil atau sama dengan
nol.
Disini suhu T harus berada dalam satuan Kelvin. Sisi kanan dari persamaan ini bernilai nol
ketika tidak ada irreversibilitas dalam siklusnya, seperti friksi atau vertex. Misalkan suatu siklus
produksi listrik di bawah ini.
Disini ada 2 interaksi panas dalam siklusnya, satu di condenser dan satu lagi di boiler. Jika
diasumsikan tidak ada irreversibilitas pada system dan interaksi panas terjadi pada suhu yang
sama, maka pertidaksamaan Clausius menjadi:
Siklus Carnot
Siklus karnot adalah siklus reversible pada suatu mesin yang bekerja antara dua reservoir dengan
suhu yang berbeda. Siklus ini terdiri dari dua proses isothermal reversible dan dua proses
adiabatic reversible. Untuk suatu siklus 1-2-3-4, material kerja mengalami:
Ekspansi isothermal di 1-2 ketika menyerap panas dari reservoir suhu tinggi
Ekspansi adiabatic di 2-3
Kompresi isothermal di 3-4, dan
Kompresi adiabatic di 4-1
Kalor dipindahkan kedalam zat kerja pada 1-2 (Q1) dan dilepaskan pada 3-4 (Q2). Maka, efisiensi
termalnya adalah th = W/Q1. Berdasarkan hukum pertama termodinamika, W = Q1 Q2,
sehingga th = 1 Q2/Q1. Siklus pada gambar 7 adalah contoh siklus carnot, dimana:
Prinsip Carnot menyatakan bahwa tidak ada mesin kalor yang bekerja antara dua reservoir termal
yang lebih efisien dari mesin Carnot, dan semua mesin Carnot yang bekerja diantara reservoir
dengan suhu yang sama memiliki efisiensi yang sama. Ini berarti Q2/Q1 hanya merupakan fungsi
t2 and t1 atau suhu reservoir.
Jika kita ingin mengaplikasikan hukum kedua termodinamika untuk suatu proses dan bukan
siklus, pernyataan diatas tidak dapat digunakan karena hanya berlaku untuk siklus. Misalkan
proses siklik berikut, dimana siklus pertama melalui jaluar A-B dan siklus kedua melalui jalur AC.
Gambar 9. Dua siklus proses yang digunakan untuk mendefinisikan hukum kedua termodinamika pada suatu proses
Jika tidak ada irreversibilitas dalam siklus, maka pertidaksamaan Clausius untuk siklus pertama
dapat dituliskan sebagai:
Hal ini menunjukkan bahwa nilai integrasi dQ/T dari suatu proses reversible tidak berubah
sebagai fungsi jalur proses yang terjadi, melainkan tetap sama, yang berarti bahwa nilai dQ/T
atau disebut juga entropi adalah suatu sifat/property, dan akan dilambangkan dengan S. Jadi pada
suatu proses reversible, perubahan entropi dapat dituliskan sebagai:
Persamaan dari hukum kedua termodinamika untuk proses reversibel dapat diturunkan untuk
proses irreversible. Dalam kasus ini, suatu variabel yang disebut entropy production atau
produksi entropi perlu ditambahkan ke dalam persamaan. Produksi entropi menunjukkan derajat
irreversibilitas yang ada pada proses. Jadi, persamaan perubahan entropi untuk suatu proses
irreversible adalah:
Ada 2 kemungkinan komponen yang mengakibatkan perubahan entropi dalam suatu proses,
yaitu:
1. Perpindahan entropi, akibat interaksi kalor. Bisa bernilai positif maupun negative.
2. Produksi entropi, akibat irreversibilitas. Selalu bernilai positif
Pada gambar di atas terdapat ilustrasi suatu system yang kehilangan kalor ke lingkungannya. Ada
dua cara pandang terhadap system ini. Pertama, pada gambar yang kiri, objeknya dianggap
sebagai system. Jadi system kehilangan entropi akibat perpindahan entropi. Kedua, kita
menganggap system adalah objek beserta lingkungannya, dengan kata lain, seluruh semesta
adalah sistem. Dengan sudut pandang ini, tidak ada kehilangan panas dari system, karena seluruh
interaksi kalor terjadi di dalam system. Persamaan perubahan entropinya akan tersederhanakan
menjadi:
Karena term produksi entropi selalu bernilai positif, maka jelas terlihat bahwa perubahan entropi
di semesta selalu positif, atau entropi semesta selalu bertambah. Ini disebut prinsip kenaikan
entropi, dan merupakan pernyataan alternative untuk hukum kedua termodinamika. Karena T dan
S merupakan sifat, maka dapat digunakan grafik T-S dan buka grafik p-V untuk menentukan
perubahan dalam system yang mengalami siklus reversible. Dari hukum pertama kita ketahui
bahwa dQ+dW=0. Maka luas daerah di bawah grafik T-S adalah kerja yang dilakukan oleh
system. Dalam grafik, garis vertical menggambarkan proses reversible adiatik dan garis
horizontal menggambarkan proses reversible isothermal.
Dengan menggunakan konsep kenaikan entropi, seorang insinyur juga harus menghitung
perubahan entropi lingkungan. Untuk menghadapi ini, digunakan suatu sifat/property baru yaitu
Energi Bebas Gibbs (Gibbs free energy).
Gambar 8. Penggunaan perubahan energy Gibbs dalam menentukan spontanitas suatu reaksi
Contoh kasus pada gambar 8, kita ingin menentukan apakah reaksi berjalan spontan. Untuk itu,
kita perlu menentukan perubahan entropi semesta seperti sebelumnya. Disini, perubahan entropi
dan entalpi system diberikan, sehingga perubahan entropi lingkungan bisa didapatkan dengan:
Karena T selalu bernilai positif kita bisa menuliskan bahwa proses akan berjalan spontan ketika:
Sisi kiri dari persamaan ini adalah yang kita sebut sebagai property Energi Bebas Gibbs. Dengan
kata lain, suatu proses akan spontan jika:
Ketika perubahan energy bebas Gibbs system kurang dari nol, artinya perubahan entropi dari
semesta lebih besar dari nol.
B. Aplikasi Termodinamika
I. Reciprocating Compressor
Kompresor adalah alat yang menyerap kerja dan digunakan untuk menaikkan tekanan dari fluida
dengan melakukan kerja terhadap fluida tersebut. Kompresor yang digunakan untuk menekan
udara disebut air compressor. Kompresi sangat banyak dipakai, khususnya untuk seluruh
aplikasi yang membutuhkan udara tekanan tinggi. Beberapa aplikasi popular dari kompresor
adalah untuk menjalankan alat-alat pneumatic dan alat yang dioperasikan dengan udara, mesin
udara bertekanan, supercharging pada mesin internal combusting, surface cleaning, refrijerasi
dan penkondisian udara, industry kimia, dll. Kompresor disuplai dengan udara atau suatu fluida
gas bertekanan rendah pada inlet, dan akan keluar sebagai fluida bertekanan tinggi di outlet.
Kerja yang dibutuhkan untuk menaikkan tekanan udara tersedia dari primer mover yang
menjalankan kompresor. Umumnya, motor elektrik, mesin internal combustion atau steam
engine, turbin,dsb. Digunakan sebagai prime mover. Kompresor mirip dengan fan dan blower
namun berbeda dalam hal pressure ratio. Fan dikatakan memiliki pressure ratio sampai 1.1 dan
blower memiliki pressure ratio antara 1.1 sampai 4, sedangakan kompresor memiliki pressure
ratio lebih dari 4.
Gambar 9. Kompresor
II. Analisis Termodinamis pada Kompresor
Kompresi udara pada kompresor dapat dilakukan dengan mengikuti sejumlah proses
termodinamis seperti kompresi isothermal, kompresi politropik, atau kompresi adiabatic. Gambar
berikut ini menunjukan siklus termodinamik yang terjadi dalam kompresi/pemampatan.
nyatanya karena kecepatan tinggi kompresor, proses kompresi dapat diasumsikan mendekati
proses adiabatic atau politropik yang mengikuti hukum kompresi sebagai pV n=C dengan nilai n
bervariasi antara 1,25 dan 1,35 untuk udara. Gambar di bawah ini menunjukkan proses kompresi
pada grafik T-s.
isothermal work
actual indicated work
Dalam praktek, proses kompresi diusahakan untuk mendekati proses isothermal dengan
pendinginan menggunakan udara/air, menyemprotkan air dingin selama proses kompresi. Dalam
kasus kompresi bertingkat (multi-stage compression), kompresis pada tiap tahap dilengkapi
dengan intercooling di antaranya.
Secara matematis, untuk kerja kompresi yang mengikuti proses polytropic, pVn = C, dengan
asumsi clearance volume (Vc) dapat diabaikan, maka kerja yang dilakukan dalam siklusnya
adalah:
W c =luas daerah di pV diagram
p V
( p Vn1
)] p V
W c= p 2 V 2 +
[( ) ]
p
n
W c =(
)( p1 V 1) 2
n1
p1
n 1
n
[( ) ]
W c =(
p
n
)( mR T 1) 2
n1
p1
W c =(
n
)mR (T 2T 1)
n1
n1
n
W c ,iso = p1 V 1 lnr
V1
r=
, dimana
V2
W c ,adiabatic =(
) mR (T 2 T 1 )
1
p1 V 1= p 2 V 2
p1 V 1 ln r
iso =
(
[( ) ]
p
n
)( p 1 V 1 ) 2
n1
p1
n1
n
Efisiensi isothermal kompresor harus mendekati 100%, yang berarti bahwa kompresi actual
harus terjadi mengikuti proses yang mendekati proses isothermal. Untuk itu, dibuat mekanisme
untuk mempertahankan suhu konstan selama proses kompres. Beberapa susunan yang dapat
digunakan adalah:
Disipasi panas dari dalam kompresor ke luar lebih cepat dengan penggunaan fin
sepanjang silinder. Fin/sirip memfasilitasi perpindahan panas yang lebih cepat dari udara
yang ditekan ke atmosfer sehingga kenaikan suhu selama kompresi dapat diminimalisasi.
jacket bisa digunakan disekitar silinder kompresor sehingga kalor dapat diambil Water
oleh air pendingin yang bersirkulasi melalui jaket. Sirkulasi air pendingin disekitar
banyak digunakan.
Dalam kasus kompresi bertahap (multistage) pada beberapa kompresor yang beroperasi
secara seri, udara yang meninggalkan satu kompresor dapat didinginkan sampai ke
keadaan ambient atau suhu agak tinggi sebelum diinjeksi ke kompresor selanjutnya.
Pendinginan fluida terkompresi antara dua kompresor berurutan disebut intercooling dan
sering digunakan dalam kompresor multistage.
( )
p1= p4 , p2= p3
Dimana
[( ) ] (
Nilai
p2
n
p1
n1
p1
V 1V 4
n1
n
[( ) ]
p3
n
1
p4 V 4 )
(
n1
p4
n1
n
( ) [( )
W c ,dengan CV =
p2
p1
n1
n
1 ( V 1V 4 )
adalah total volume udara yang masuk kedalam siklus dan disampaikan.
Jika udara dianggap memiliki perilaku gas ideal, maka tekanan, suhu, volume dan massa dapat
dihubungkan menggunakan persamaan gas ideal. Massa pada keadaan 1 adalah m1, begitu juga
pada keadaan 2. Namun pada keadaan 3 setelah penyampaian, massa berkurang menjadi m 2 serta
pada keadaan 4 massa juga bernilai m2. Sehingga:
Keadaan 1,
p1 V 1=m1 R T 1
Keadaan 2,
p2 V 2 =m1 R T 2
Keadaan 3,
p3 V 3 =m2 R T 3
atau
p2 V 3 =m2 R T 3
Keadaan 4,
p4 V 4 =m2 R T 4
atau
p1 V 4=m2 R T 4
Idealnya, tidak ada perubahan suhu selama suction dan delivery sehingga
T 4T 1 dan T 2=T 3
Suhu dan tekanan pada persamaan sebelumnya dapat dihubungkan sehingga persamaan menjadi:
p2
p1
( )
n1
n
p4
p3
n1
n
( )
T2
;
T1
T
p
= 4 1
T3
p2
Substitusi:
( )
n1
n
T4
T3
n
( n1
) ( m R T m R T )[ T 1]
W c ,dengan CV =
T2
W c ,dengan CV =
T 2T 1
T1
n
( n1
) (m m ) R( T T )
W c ,dengan CV =
Dimana
(m 1m 2)
menunjukkan massa udara yang disedot atau diantarkan. Untuk setiap unit
massa udara terkirim, kerja yang dilakukan per kg udara dapat dituliskan sebagai:
n
( n1
) ( m m ) R (T T ) , per kg udara
W c ,dengan CV =
Dari persamaan di atas kita bisa melihat bahwa keberadaan clearance volume mengurangi
volume teralir efektif, sehingga massa udara yang ditangani tetap namun kerja per kg udara
terkirim tidak terpengaruh.
Dari kerja siklus terestimasi seperti diatas, daya teoritis yang dibutuhkan untuk menjalankan
kompresor adalah sebagai berikut.
Untuk single acting compressor yang bekerja pada N rpm dan dibutuhkan daya input, clearance
volume diasumsikan.
[(
n
p ( V V 4 )
n1 1 1
{( ) }]
p2
p1
n1
n
1 N
[(
n
Daya yang dibutuhkan=
p ( V V 4 )
n1 1 1
{( ) }]
p2
p1
n1
n
1 2 N
Pada kompresor, terdapat suatu ukuran yang disebut volumetric efficiency. Efisiensi volumetric
pada kompresur adalah ukuran deviasi dari volume kapasitas penanganan kompresor. Secara
matematis, efisensi volumetric diberikan oleh rasio dari volume actual udara yang disedot dan
volume
yang
dialirkan
oleh
silinder.
Idealnya
keduanya
bernilai
sama,
namun
kenyataannyatidak. Pada prakteknya, efisiensi volumetric kompresor berada pada range 60-90%.
Efisiensi volumetric bisa berupa efisiensi volumetric keseluruhan dan efisiensi volumetric
absolute, seperti di bawah ini.
Overall volumetric efficiency=
Disini kondisi udara bebas mengacu pada keadaan standar. Keadaan udara bebas dapat dianggap
1 atm atau 1.01325 bar dan 15oC atau 288 K. Pertimbangan untuk udara bebas dibutuhkan, agar
bisa membandingkan antar kompresor dengan efisiensi volumetric karena volume spesifik atau
densitas udara berubah pada ketinggian berbeda.
III. DIAGRAM INDIKATOR AKTUAL
Diagram indicator teoritis dari reciprocating compressor seperti yang telah ditunjukkan pada
gambar 10 mengacu untuk keadaan operasi ideal suatu kompresor. Jika batasan-batasan dalam
praktek dipertimbangkan, maka didapatkan diagram indicator actual seperti berikut.