Anda di halaman 1dari 25

Applied Thermodynamics in Process Engineering

Emmanuella Deassy Edelweiss/1206248924


Departement of Chemical Engineering, University of Indonesia
Salah satu cabang penting dari engineering adailah Process Engineering, yang
memfokuskan pada desain, operasi, control, dan optimisasi dari suatu proses kimia, fisika,
maupun biologis. Pekerjaan process engineering termasuk menerjemahkan kebutuhan
masyarakat menjadi suatu fasilitas yang mampu menkonversi suatu raw material atau barang
mentah menjadi bahan atau komponen dengan nilai yang lebih tinggi. Process engineering
mencakup industiu yang sangat luas seperti industri kimia, petrokimia, agrikultur, pengolahan
mineral, makanan, farmasi, bioteknologi, dan banyak lagi. Dalam makalah ini, pembahasan akan
lebih menjurus ke arah pemrosesan hidrokarbon.
Pada gambar di bawah ini, ditunjukkan block diagram untuk suatu system total produksi
gas, yang di dalamnya terdapat bagian gas conditioning and processing. Untuk memudahkan,
tiap system ini akan dibagi menjadi beberapa modul. Misalnya, suatu unit dehidrasi, akan
menjadi satu module; begitu juga dengan menara fraksinasi dan peralatan pelengkapnya.

Gambar 1. Skema dari suatu Sistem Proses Produksi Total di Fasilitas Produksi

Pada skema di atas, terlihat bahwa kita mendapatkan hidrokarbon berupa crude oil dari
reservoir, yang kemudian akan masuk ke modul separasi. Dari modul separasi pertama ini, akan
didapatkan 3 fasa yaitu gas, oil, dan air. Fasa gas akan diteruskan ke modul pengolahan gas
(sebagian dibuang ke flare), serta minyak diteruskan ke modul crude oil treating dan kemudian
ke penyimpanan (field storage) untuk kemudian dijual dan didistribusikan, sedangkan air akan
diteruskan ke modul pengolahan air produksi dan kemudian dibuang atau digunakan kembali
untuk mengambil hidrokarbon (reinjection).
Dalam mendesain atau merencanakan suatu system seperti di atas, penerapan konsep
termodinamika sangatlah berperan penting, yaitu untuk bisa menciptakan suatu system yang bisa
bekerja sesuai kebutuhan dan juga efisien, khususnya dalam konteks bahan, energy dan tentunya
cost. Dalam termodinamika teknik, tiga hal yang menjadi perhatian utama adalah panas, kerja,
dan energy.

A. Dasar Teori
I. Sistem Termodinamik
Properties atau sifat dari suatu zat seperti massa, suhu, volume, serta tekanan, merupakan
variabel-variabel dalam termodinamika. Sifat-sifat ini akan mendefinisikan keadaan dari suatu
zat. Sifat termodinamis sautu zat dapat digolongkan menjadi sifat intensif dan sifat ekstensif.
Sifat ekstensif (extensive property) adalah jika nilai dan keseluruhan sistem merupakan
penjumlahan nilai dari setiap bagian yang menyusun sistem tersebut. Nilai sifat ekstensif yang
terukur bergantung pada seberapa banyak materi yang diukur. Massa, panjang dan volume adalah
sifat-sifat ekstensif. Semakin banyak materi, semakin besar massanya. Nilai-nilai dari sifat
ekstensif dapat di jumlahkan. Sifat intensif (intensive property) tidak dapat di akumulasikan
seperti sifat ekstensif. Nilai sifat intensif tidak dipengaruhi oleh ukuran sistem dan dapat
bervariasi di setiap bagian sistem pada waktu yang berbeda. Dengan demikian, sifat intensif
merupakan sifat posisi fungsi waktu. Volume spesifik, tekanan dan temperatur adalah contoh
sifat intensif yang digunakan. Suatu sifat intensif sistem adalah sifat-sifat yang sama dengan
sifat-sifat yang bersesuaian dengan masing-masing subsistem tersebut. Sifat-sifat ini merupakan
variabel dan seluruh nilainya saling terhubung oleh suatu persamaan, yaitu persamaan keadaan
(equation of state).
Suatu system termodinamik adalah sejumlah tertentu zat/bahan, dimana batas luar
imajiner di sekeliling system tersebut adalah batasannya (boundary). Suatu system dimana dapat
terjadi pertukaran energy dan massa dengan lingkungannya disebut system terbuka. Sedangkan
system dimana hanya dapat terjadi pertukaran energy dengan lingkungannya adalah system
tertutup.
Gambar di bawah ini menunjukkan suatu rangkaian silinder piston, dimana suatu gas
ditekan oleh piston. Garis putus-putus merepresentasikan batasan system. Seperti yang dapat
dilihat, karena adanya bukaan di silinder, gas dapat terbebas keluar ketika piston bergerak masuk,
dan sebaliknya gas masuk ke dalam system ketika piston bergerak keluar. Ini berarti sistemnya
merupakan system terbuka.

Gambar 2. Sistem terbuka silinder piston


Daerah diluar suatu system disebut lingkungan. Sistem bersama dengan lingkungan
disebut semesta. Suatu system yang tidak mengalami pertukaran massa maupun energy dengan
lingkungan disebut system terisolasi. Istilah lain yang digunakan untuk mendefinisikan system
adalah control volume. Dalam kasus suatu system tertutup dimana massa zat dalam system tetap
konstan, volume control disebut sebagai control mass. Suatu control volume dikatakan tertutup
oleh suatu control surface.
Termodinamik klasik berurusan dengan system dalam keadaan setimbang (equilibrium).
Keadaan setimbang didefinisikan oleh nilai-nilai dalam system yang kuantitasnya dapat diamati,
yang disebut system properties/ sifat-sifat system. Jumlah variabel minimum yang diperlukan
untuk mendeskripsikan suatu system tergantung pada derajat kebebasan (degrees of freedom)
dari system. Derajat kebebasan adalah jumlah sifat yang dapat divariasikan secara independen
antara satu sama lain dalam suatu system. Variabel system yang umum adalah tekanan, suhu, dan
densitas, namun sifat fisik lainnya dapat digunakan juga
Perubahan dalam suatu system disebut proses. Ketika keadaan awal
dan akhir dari suatu proses adalah sama, maka proses tersebut disebut
siklus (cycle). Jika suatu proses dapat dijalankan dengan arah sebaliknya
tanpa perubahan pada system dan lingkungan, maka proses disebut proses
reversible, jika tidak bisa, maka disebut proses irreversible. Proses dimana
suhu selalu tetap disebut proses isothermal. Suhu tetap bukan berarti tidak
ada peristiwa perpindahan panas atau kerja, namun hasil volume dan
tekanan untuk suatu gas ideal adalah konstan (PV=constant).

II. Hukum ke-0 Termodinamik


Hukum ini menyatakan bahwa jika objek A berada pada keadaan ekuilibrium termal dengan
objek B dan objek C, maka seluruh system ada dalam keadaan kesetimbangan termal antara satu
sama lain. Hukum termodinamika inilah yang menjadi dasar kerja dari thermometer. Ketika
suatu zat dikontakkan dengan thermometer, zat itu akan mencapai kesetimbangan termal dengan
kaca thermometer, dan kaca thermometer akan mencapai kesetimbangan termal dengan liquid di
dalamnya. Berdasarkan hukum ini, seluruh system ada dalam kesetimbangan termal satu-sama
lain, dan karena mereka ekivalen secara termal, makan suhunya pun sama.

Gambar 3. Ilustrasi Hukum ke-0 Termodinamik


III. Hukum ke-I Termodinamik
Dalam termodinamika, energy terdapat dalam bentuk panas (kalor) serta kerja (work). Kerja (W)
dikatakan dilakukan oleh system jika efek terhadap lingkungannya dapat direduksi menjadi
kemampuan mengangkat beban. Kerja hanya dilakukan pada batasan suatu system.
Dalam kasus system silinder-piston, kerja yang dilakukan dalam satu siklus adalahW,
dimana W = F dx = p dV, dan F = p A. Variabel p adalah tekanan di dalam piston. Dengan
kata lain, kerja yang dilakukan adalah luas di bawah diagram p-V. Disini, F adalah gaya
eksternal yang melawan, yang setara dan berlawanan dengan gaya yang dikeluarkan oleh system.
Akibat dari pernyataan tersebut ialan bahwa suatu system yang mengalami ekspansi bebas tidak
melakukan kerja. Definisi tadi hanya berlaku pada kasus quasi-static, ketika kerja yang
dilakukan adalah kerja reversible.

Gambar 4. Diagram p-V


Konsekuensi dari pernyataan di atas adalah bahwa suatu kerja yang dilakukan bukan
suatu fungsi keadaan, karena ia tergantung dari jalur yang digunakan dalam integrasi dari
keadaan 1 ke 2. Untuk suatu system dalam siklus dengan keadaan 1 dan 2, kerja yang dilakukan
tergantung dari jalur yang diambil dalam siklus tersebut. Jika dalam siklus yang bergerak dari 1
ke 2 sepanjang A dan kembali sepanjang C, maka kerja yang dilakukan adalah daerah yang
diwarnai terang. Namun jika system kembali ke 1 melalui jalur B, maka kerja yang dilakukan
lebih besar dan setara dengan penjumlahan kedua area. Umumnya digunakan konvensi yaitu
kerja oleh system bernilai negative dan kerja yang dilakukan terhadap system bernilai positif.

Kalor adalah energy yang ditukarkan akibat adanya perbedaaan temperature. Seperti
kerja, kalor juga didefinisikan pada batasan dari system dan merupakan fungsi jalur. Kalor yang
dikeluarkan oleh sisrem bernilai negative dan kalor yang diserap system bernilai positif. Kalor
suatu zat dibagi menjadi dua, yaitu kalor spesifik (specific heat) dan kalor laten (latent heat).
Kalor spesifik suatu zat adalah jumlah kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu zat
sebanyak 1 satuan. Kuantitas ini akan berguna jika nilainya berupa fungsi linear dengan suhu,
dan hal tersebut memang berlaku pada gas ideal serta banyak logam dan gas nyata pada keadaan
tertentu. Ketika perubahan temperatur dilakukan, keadaan volume dan tekanan harus ditentukan.
Jika volumenya tetap, maka disebut kalor spesifik pada volume konstan (Cv). Jika tekanannya
tetap, maka disebut kalor spesifik pada tekanan konstan (Cp). Kalor laten adalah jumlah energy
yang dibutuhkan untuk mengubah fasa dari sebuah unit massa suatu zat pada suhu terjadinya

perubahan fasa. Keadaan dimana tidak ada kejadian perpindahan panas antara system dengan
lingkungannya atau dengan kata lain dQ=0 disebut dengan proses adiabatik. Suatu gas didalam
suatu vessel terinsulasi mengalami proses adiabatic. Proses adiabatic juga terjadi meskipun
vessel tidak terinsulasi jika prosesnya begitu cepat sehingga tidak cukup waktu bagi kalor untuk
lepas. Proses adiabatic juga adalah pendekatan ideal untuk berbagai proses nyata seperti ekspansi
uap dalam turbin, dimana kehilangan kalor (heat loss) jauh lebih kecil daripada kerja yang
dilakukan.
Pernyataan Hukum ke-I Termodinamika
Hukum pertama menyatakan bahwa ketika interaksi kalor dan kerja terjadi antara suatu system
tertutup dan lingkungannya, penjumlahan aljabar dari interaksi kalor dan kerja untuk suatu siklus
adalah nol. Secara matematis, ini setara dengan:
dQ+dW =0 for any cycle closed mass flow
Q adalah kalor yang dipindahkan dan W adalah kerja yang dilakukan oleh atau terhadap system.
Karena inilah satu-satunya cara energy dapat dipindahkan, maka ini mengimplikasikan bahwa
energy total dari suatu system dalam siklus tersebut adalah konstan. Oleh karena itu hukum
pertama termodinamika disebut juga dengan konsep konservasi energy. Konsekuensi dari
pernyataan ini adalah bahwa energy total dari suatu system adalah sifat/property dari system.
Dalam termodinamika, energy total suatu system disebut dengan internal energy atau energy
dalam, yaitu energy dari suatu system akibat suhunya. Pernyataan dari Hukum I Termodinamika
mengacu kepada suatu siklus termodinamik. Dengan konsep energy dalam, Hukum I
Termodinamika dapat dinyatakan untuk proses non-siklik.
Hukum pertama termodinamika dapat dituliskan juga sebagai:
E=Q+W

Disini E merepresentasikan energy dalam (U) dari system beserta energy kinetik (Ek) dan energy
potensialnya (Ep) dan disebut energy total dari system.
E=U + Ek + E p

Ini adalah pernyataan Hukum I Termodinamika untuk proses non-siklik, selama mereka masih
tidak mengalami aliran massa. Nilai Ek dan Ep adalah nilai energy kinetic dan potensial dari
molekul gas dalam system tersebut. Untuk gas ideal, nilai Ek dan Ep cukup kecil sehingga variabel
yang penting adalah fungsi energy dalam U. Khususnya pada gas ideal, variabel keadaan u dapat
ditentukan oleh u(v, T), dimana v adalah volume spesifik dan T adalah suhu. Untuk
menggambarkan ketergantungan pada suhu ini, kapasitas kalor volume konstan didefinisikan
juga sebagai:
c v =( u/ t) v
Menurut hukum pertama termodinamika, dQ + dW = dE. Jika seluruh kerjanya adalah kerja
tekanan volume, maka didapatkan:
dW =p dV

dQ=dU + pdV =d (U + pV )Vdp

d (U + pV )=dQ +Vdp

Kita definisikan H U + pV sebagai entalpi system dan h = u + pv adalah entalpi spesifik.


Khususnya untuk proses dengan tekanan konstan.
Q=H

Sama halnya dengan cv, nilai cp = (h/t)p. Karena h, p, dan t adalah variabel keadaan, cp juga
merupakan variabel keadaan. Akibatnya, untuk gas ideal, cp = cv + R, dan untuk fluida
inkompresibel, cp = cv .

IV. Hukum ke-II Termodinamika


Hukum pertama termodinamika berbicara tentang konservasi energy. Ini berarti, kerja dapat
dikonversi secara total menjadi kalor. Namun pada kenyataannya kita amati bahwa di alam, hal

ini tidak terjadi secara spontan. Hukum termodinamika pertama hanya membicarakan
perpindahan energy tanpa menentukan arah perpindahan energi yang akan terjadi pada keadaan
tertentu. Maka dari itu, pernyataan hukum kedua termodinamika yang akan memberi tahu ke
arah manakah proses dapat terjadi secara spontan. Pernyataan hukum kedua termodinamika
dibantu oleh konsep heat engine atau mesin kalor. Suatu mesin kalor bekerja dalam suatu siklus
dan mengkonversi kalor menjadi kerja. Suatu reservoir termal didefinisikan sebagai suatu system
yang ada pada keadaan setimbang dan cukup besar sehingga perpindahan panas dari dan ke
dalam mesin tersebut tidak merubah suhunya secara berarti.
Suatu mesin kalor bekerja di antara dua reservoir termal, yaitu reservoir suhu rendah (dingin)
dan suhu tinggi (panas). Performa mesin kalor diukur dari efisiensi termalnya, yang didefinisikan
sebagai perbandingan dari output kerja (net kerja yang dilakukan oleh system) terhadap input
kalornya (panas yang dipindahkan dari reservoir suhu tinggi).
=W /Q1
Hukum kedua termodinamika memiliki 2 pernyataan (postulat) klasik, yang ekivalen satu sama
lain, yaitu:
1. Formulasi Clausius
Sebuah mesin yang bekerja dalam sebuah siklus untuk memindahkan panas dari temperatur
rendah ke temperatur tinggi pasti membutuhkan asupan kerja/usaha (work input).
Kalor tidak dapat mengalir dari benda panas ke benda dingin tanpa bantuan kerja eksternal.

Gambar 5. Proses pada gambar tidak mungkin terjadi menurut postulat Clausius (kiri), proses yang akan terjadi (kanan)

Suatu alat yang memindahkan panas dari reservoir dingin ke reservoir panas dengan bantuan
kerja eksternal disebut dengan heat pump atau pompa kalor.
2. Formulasi Kelvin-Planck
Sebuah mesin yang bekerja dalam sebuah siklus tidaklah mungkin menerima panas dari
sebuah reservoir termal lalu mengubah seluruh panas tersebut menjadi kerja.

Gambar 6. Proses pada gambar tidak mungkin menurut postulat Kelvin-Planck (kiri), proses yang akan terjadi
(kanan)

Kedua postulat diatas dituliskan dalam bentuk pertidaksamaan Clausius, yang menyatakan
bahwa integral siklik dari dQ/Y sepanjang batas system akan selalu lebih kecil atau sama dengan
nol.

Disini suhu T harus berada dalam satuan Kelvin. Sisi kanan dari persamaan ini bernilai nol
ketika tidak ada irreversibilitas dalam siklusnya, seperti friksi atau vertex. Misalkan suatu siklus
produksi listrik di bawah ini.

Gambar 7. Siklus produksi listrik

Disini ada 2 interaksi panas dalam siklusnya, satu di condenser dan satu lagi di boiler. Jika
diasumsikan tidak ada irreversibilitas pada system dan interaksi panas terjadi pada suhu yang
sama, maka pertidaksamaan Clausius menjadi:

Siklus Carnot
Siklus karnot adalah siklus reversible pada suatu mesin yang bekerja antara dua reservoir dengan
suhu yang berbeda. Siklus ini terdiri dari dua proses isothermal reversible dan dua proses
adiabatic reversible. Untuk suatu siklus 1-2-3-4, material kerja mengalami:

Ekspansi isothermal di 1-2 ketika menyerap panas dari reservoir suhu tinggi
Ekspansi adiabatic di 2-3
Kompresi isothermal di 3-4, dan
Kompresi adiabatic di 4-1

Gambar 8. Siklus Carnot

Kalor dipindahkan kedalam zat kerja pada 1-2 (Q1) dan dilepaskan pada 3-4 (Q2). Maka, efisiensi
termalnya adalah th = W/Q1. Berdasarkan hukum pertama termodinamika, W = Q1 Q2,
sehingga th = 1 Q2/Q1. Siklus pada gambar 7 adalah contoh siklus carnot, dimana:

Prinsip Carnot menyatakan bahwa tidak ada mesin kalor yang bekerja antara dua reservoir termal
yang lebih efisien dari mesin Carnot, dan semua mesin Carnot yang bekerja diantara reservoir
dengan suhu yang sama memiliki efisiensi yang sama. Ini berarti Q2/Q1 hanya merupakan fungsi
t2 and t1 atau suhu reservoir.

Jika kita ingin mengaplikasikan hukum kedua termodinamika untuk suatu proses dan bukan
siklus, pernyataan diatas tidak dapat digunakan karena hanya berlaku untuk siklus. Misalkan
proses siklik berikut, dimana siklus pertama melalui jaluar A-B dan siklus kedua melalui jalur AC.

Gambar 9. Dua siklus proses yang digunakan untuk mendefinisikan hukum kedua termodinamika pada suatu proses

Jika tidak ada irreversibilitas dalam siklus, maka pertidaksamaan Clausius untuk siklus pertama
dapat dituliskan sebagai:

dan untuk siklus kedua dapat dituliskan sebagai:

Jika kedua persamaan di atas disetarakan maka dapat ditulis:

Hal ini menunjukkan bahwa nilai integrasi dQ/T dari suatu proses reversible tidak berubah
sebagai fungsi jalur proses yang terjadi, melainkan tetap sama, yang berarti bahwa nilai dQ/T
atau disebut juga entropi adalah suatu sifat/property, dan akan dilambangkan dengan S. Jadi pada
suatu proses reversible, perubahan entropi dapat dituliskan sebagai:

Persamaan dari hukum kedua termodinamika untuk proses reversibel dapat diturunkan untuk
proses irreversible. Dalam kasus ini, suatu variabel yang disebut entropy production atau
produksi entropi perlu ditambahkan ke dalam persamaan. Produksi entropi menunjukkan derajat
irreversibilitas yang ada pada proses. Jadi, persamaan perubahan entropi untuk suatu proses
irreversible adalah:

Ada 2 kemungkinan komponen yang mengakibatkan perubahan entropi dalam suatu proses,
yaitu:
1. Perpindahan entropi, akibat interaksi kalor. Bisa bernilai positif maupun negative.
2. Produksi entropi, akibat irreversibilitas. Selalu bernilai positif

Gambar 8. Prinsip kenaikan entropi

Pada gambar di atas terdapat ilustrasi suatu system yang kehilangan kalor ke lingkungannya. Ada
dua cara pandang terhadap system ini. Pertama, pada gambar yang kiri, objeknya dianggap
sebagai system. Jadi system kehilangan entropi akibat perpindahan entropi. Kedua, kita
menganggap system adalah objek beserta lingkungannya, dengan kata lain, seluruh semesta
adalah sistem. Dengan sudut pandang ini, tidak ada kehilangan panas dari system, karena seluruh
interaksi kalor terjadi di dalam system. Persamaan perubahan entropinya akan tersederhanakan
menjadi:

Karena term produksi entropi selalu bernilai positif, maka jelas terlihat bahwa perubahan entropi
di semesta selalu positif, atau entropi semesta selalu bertambah. Ini disebut prinsip kenaikan
entropi, dan merupakan pernyataan alternative untuk hukum kedua termodinamika. Karena T dan
S merupakan sifat, maka dapat digunakan grafik T-S dan buka grafik p-V untuk menentukan
perubahan dalam system yang mengalami siklus reversible. Dari hukum pertama kita ketahui
bahwa dQ+dW=0. Maka luas daerah di bawah grafik T-S adalah kerja yang dilakukan oleh
system. Dalam grafik, garis vertical menggambarkan proses reversible adiatik dan garis
horizontal menggambarkan proses reversible isothermal.
Dengan menggunakan konsep kenaikan entropi, seorang insinyur juga harus menghitung
perubahan entropi lingkungan. Untuk menghadapi ini, digunakan suatu sifat/property baru yaitu
Energi Bebas Gibbs (Gibbs free energy).

Gambar 8. Penggunaan perubahan energy Gibbs dalam menentukan spontanitas suatu reaksi

Contoh kasus pada gambar 8, kita ingin menentukan apakah reaksi berjalan spontan. Untuk itu,
kita perlu menentukan perubahan entropi semesta seperti sebelumnya. Disini, perubahan entropi
dan entalpi system diberikan, sehingga perubahan entropi lingkungan bisa didapatkan dengan:

Dan perubahan entropi semesta adalah:

Proses berlangsung spontan apabila:

Karena T selalu bernilai positif kita bisa menuliskan bahwa proses akan berjalan spontan ketika:

Sisi kiri dari persamaan ini adalah yang kita sebut sebagai property Energi Bebas Gibbs. Dengan
kata lain, suatu proses akan spontan jika:
Ketika perubahan energy bebas Gibbs system kurang dari nol, artinya perubahan entropi dari
semesta lebih besar dari nol.

B. Aplikasi Termodinamika
I. Reciprocating Compressor

Kompresor adalah alat yang menyerap kerja dan digunakan untuk menaikkan tekanan dari fluida
dengan melakukan kerja terhadap fluida tersebut. Kompresor yang digunakan untuk menekan
udara disebut air compressor. Kompresi sangat banyak dipakai, khususnya untuk seluruh
aplikasi yang membutuhkan udara tekanan tinggi. Beberapa aplikasi popular dari kompresor
adalah untuk menjalankan alat-alat pneumatic dan alat yang dioperasikan dengan udara, mesin
udara bertekanan, supercharging pada mesin internal combusting, surface cleaning, refrijerasi
dan penkondisian udara, industry kimia, dll. Kompresor disuplai dengan udara atau suatu fluida
gas bertekanan rendah pada inlet, dan akan keluar sebagai fluida bertekanan tinggi di outlet.
Kerja yang dibutuhkan untuk menaikkan tekanan udara tersedia dari primer mover yang
menjalankan kompresor. Umumnya, motor elektrik, mesin internal combustion atau steam
engine, turbin,dsb. Digunakan sebagai prime mover. Kompresor mirip dengan fan dan blower
namun berbeda dalam hal pressure ratio. Fan dikatakan memiliki pressure ratio sampai 1.1 dan
blower memiliki pressure ratio antara 1.1 sampai 4, sedangakan kompresor memiliki pressure
ratio lebih dari 4.

Gambar 9. Kompresor
II. Analisis Termodinamis pada Kompresor
Kompresi udara pada kompresor dapat dilakukan dengan mengikuti sejumlah proses
termodinamis seperti kompresi isothermal, kompresi politropik, atau kompresi adiabatic. Gambar
berikut ini menunjukan siklus termodinamik yang terjadi dalam kompresi/pemampatan.

Gambar 10. Siklus kompresi pada diagram p-V


Grafik siklus teoritis yang ditunjukkan (a) mengabaikan clearance volume (volume sisa), namun
pada kenyataannya hal tersebut tidak dapat diabaikan, karena merupakan hal yang dibutuhkan
untuk menghindari tabrakan antara piston dengan head silinder, mengakomodasi mekanisme
valve, dsb. Proses kompresi ditunjukkan dengan proses 1-2, 1-2, 1-2, yang secara berurutan
mengikuti proses adiabatis, politropis,dan isothermal. Pada diagram p-V proses 4-1
menunjukkan proses suction, kemudian proses kompresi terjadi pada 1-2 an discharge melalui
kompresor ditunjukkan garis 2-3. Udara memasuki kompresor pada tekanan p1 dan ditekan
sampai p2. Kebutuhan kerja kompresi dapat dihitung dari daerah di bawah setiap proses
kompresi. Area pada diagram p-V menunjukkan bahwa kerja yang dibutuhkan akan minimum
dengan proses isothermal 1-2, dan maksimum dengan proses adiabatic 1-2. Dalam mendesain
proses, tentunya kita tertarik untuk mendapatkan kompresor dengan kebutuhan kerja minimum.
Maka, idealnya proses kompresi harus berlangsung secara isothermal dengan input kerja yang
minimum. Namun dalam prakteknya, kompresi isothermal tidak mungkin bisa dilakukan karena
suhu konstan selama kompresi tidak dapat direalisasikan. Umumnya kompresor bekerja pada
kecepatan tinggi, sedangkan kompresi isothermal mengharuskan kompresor untuk bergerak
sangat lambat sehingga kalor yang terbentuk bisa dibuang dan suhu tetap konstan. Namun

nyatanya karena kecepatan tinggi kompresor, proses kompresi dapat diasumsikan mendekati
proses adiabatic atau politropik yang mengikuti hukum kompresi sebagai pV n=C dengan nilai n
bervariasi antara 1,25 dan 1,35 untuk udara. Gambar di bawah ini menunjukkan proses kompresi
pada grafik T-s.

Gambar 11. Kompresi pada grafik T-s


Proses kompresi actual harus dibandingkan dengan proses kompresi isothermal. Suatu parameter
matematis yang disebut efisiensi isothermal ditentukan untuk mengukur derajat deviasi proses
kompresi actual dari proses ideal (isothermal). Efisiensi isothermal didefinisikan dengan rasio
kerja isotemal dan kerja actual yang diperlukan pada kompresor.
isothermal efficiency =

isothermal work
actual indicated work

Dalam praktek, proses kompresi diusahakan untuk mendekati proses isothermal dengan
pendinginan menggunakan udara/air, menyemprotkan air dingin selama proses kompresi. Dalam
kasus kompresi bertingkat (multi-stage compression), kompresis pada tiap tahap dilengkapi
dengan intercooling di antaranya.
Secara matematis, untuk kerja kompresi yang mengikuti proses polytropic, pVn = C, dengan
asumsi clearance volume (Vc) dapat diabaikan, maka kerja yang dilakukan dalam siklusnya
adalah:
W c =luas daerah di pV diagram

p V
( p Vn1
)] p V

W c= p 2 V 2 +

[( ) ]

p
n
W c =(
)( p1 V 1) 2
n1
p1

n 1
n

[( ) ]

W c =(

p
n
)( mR T 1) 2
n1
p1

W c =(

n
)mR (T 2T 1)
n1

n1
n

Jika kompresor melakukan proses kompresi isothermal, n=1, sehingga


sehingga:
W c ,iso = p2 V 2+ p 1 V 1 ln r p1 V 1

W c ,iso = p1 V 1 lnr

V1
r=
, dimana
V2

Sedangkan jika proses kompresinya adiabatic, n=

W c ,adiabatic =(

) mR (T 2 T 1 )
1

W c ,adiabatic =mC p ( T 2T 1 )=m(h 2h1 )


Sehingga, efisiensi isothermal:

p1 V 1= p 2 V 2

p1 V 1 ln r

iso =
(

[( ) ]

p
n
)( p 1 V 1 ) 2
n1
p1

n1
n

Efisiensi isothermal kompresor harus mendekati 100%, yang berarti bahwa kompresi actual
harus terjadi mengikuti proses yang mendekati proses isothermal. Untuk itu, dibuat mekanisme
untuk mempertahankan suhu konstan selama proses kompres. Beberapa susunan yang dapat
digunakan adalah:

Disipasi panas dari dalam kompresor ke luar lebih cepat dengan penggunaan fin
sepanjang silinder. Fin/sirip memfasilitasi perpindahan panas yang lebih cepat dari udara

yang ditekan ke atmosfer sehingga kenaikan suhu selama kompresi dapat diminimalisasi.
jacket bisa digunakan disekitar silinder kompresor sehingga kalor dapat diambil Water
oleh air pendingin yang bersirkulasi melalui jaket. Sirkulasi air pendingin disekitar

kompresor dapat meregulasi kenaikan temperature dengan signifikan.


Air juga dapat diinjeksi di ujung proses kompresi dengan tujuan mendinginkan udara
yang dikompresi. Injeksi air di akhir proses kompresi ini membutuhkan pengaturan
khusus dalam kompresor dan juga udara tercampur dengan air sehingga perlu dilakukan
separasi sebeum digunakan. Injeksi air juga menkontaminasi lapisan pelumas di
permukaan dalam silinder dan dapat menginisiasi korosi. Oleh karena itu metode ini tidak

banyak digunakan.
Dalam kasus kompresi bertahap (multistage) pada beberapa kompresor yang beroperasi
secara seri, udara yang meninggalkan satu kompresor dapat didinginkan sampai ke
keadaan ambient atau suhu agak tinggi sebelum diinjeksi ke kompresor selanjutnya.
Pendinginan fluida terkompresi antara dua kompresor berurutan disebut intercooling dan
sering digunakan dalam kompresor multistage.

Mempertimbangkan Clearance Volume


Pada gambar 10b, terlihat siklus kompresi yang mempertimbangkan clearance volume. Pada
system yang mempertimbangkan clearance volume, kerja yang dilakukan untuk kompresi udara
secara polytropik dapat diwakili oleh luas daerah didalam siklus 1-2-3-4. Clearance volume
dalam kompresor bervariasi dari 1.5% sampai 35% , tergantung tipe kompresornya.

W c ,dengan CV =luas area1234


n
W c ,dengan CV =
(p V )
n1 1 1

( )

p1= p4 , p2= p3

Dimana

[( ) ] (

Nilai

p2
n
p1
n1
p1

V 1V 4

n1
n

[( ) ]

p3
n
1
p4 V 4 )
(
n1
p4

n1
n

, sehingga bisa disederhanakan menjadi:

( ) [( )

W c ,dengan CV =

p2
p1

n1
n

1 ( V 1V 4 )

adalah total volume udara yang masuk kedalam siklus dan disampaikan.

Jika udara dianggap memiliki perilaku gas ideal, maka tekanan, suhu, volume dan massa dapat
dihubungkan menggunakan persamaan gas ideal. Massa pada keadaan 1 adalah m1, begitu juga
pada keadaan 2. Namun pada keadaan 3 setelah penyampaian, massa berkurang menjadi m 2 serta
pada keadaan 4 massa juga bernilai m2. Sehingga:

Keadaan 1,

p1 V 1=m1 R T 1

Keadaan 2,

p2 V 2 =m1 R T 2

Keadaan 3,

p3 V 3 =m2 R T 3

atau

p2 V 3 =m2 R T 3

Keadaan 4,

p4 V 4 =m2 R T 4

atau

p1 V 4=m2 R T 4

Idealnya, tidak ada perubahan suhu selama suction dan delivery sehingga

T 4T 1 dan T 2=T 3

Suhu dan tekanan pada persamaan sebelumnya dapat dihubungkan sehingga persamaan menjadi:
p2
p1

( )

n1
n

p4
p3

n1
n

( )

T2
;
T1

T
p
= 4 1
T3
p2

Substitusi:

( )

n1
n

T4
T3

n
( n1
) ( m R T m R T )[ T 1]

W c ,dengan CV =

T2

Substitusi untuk suhu konstan pada suction dan delivery:


n
( n1
) (m R T m R T )[

W c ,dengan CV =

T 2T 1
T1

n
( n1
) (m m ) R( T T )

W c ,dengan CV =

Dimana

(m 1m 2)

menunjukkan massa udara yang disedot atau diantarkan. Untuk setiap unit

massa udara terkirim, kerja yang dilakukan per kg udara dapat dituliskan sebagai:
n
( n1
) ( m m ) R (T T ) , per kg udara

W c ,dengan CV =

Dari persamaan di atas kita bisa melihat bahwa keberadaan clearance volume mengurangi
volume teralir efektif, sehingga massa udara yang ditangani tetap namun kerja per kg udara
terkirim tidak terpengaruh.
Dari kerja siklus terestimasi seperti diatas, daya teoritis yang dibutuhkan untuk menjalankan
kompresor adalah sebagai berikut.
Untuk single acting compressor yang bekerja pada N rpm dan dibutuhkan daya input, clearance
volume diasumsikan.

[(

Daya yang dibutuhkan=

n
p ( V V 4 )
n1 1 1

{( ) }]
p2
p1

n1
n

1 N

Untuk double acting compressor:

[(

n
Daya yang dibutuhkan=
p ( V V 4 )
n1 1 1

{( ) }]
p2
p1

n1
n

1 2 N

Pada kompresor, terdapat suatu ukuran yang disebut volumetric efficiency. Efisiensi volumetric
pada kompresur adalah ukuran deviasi dari volume kapasitas penanganan kompresor. Secara
matematis, efisensi volumetric diberikan oleh rasio dari volume actual udara yang disedot dan
volume

yang

dialirkan

oleh

silinder.

Idealnya

keduanya

bernilai

sama,

namun

kenyataannyatidak. Pada prakteknya, efisiensi volumetric kompresor berada pada range 60-90%.
Efisiensi volumetric bisa berupa efisiensi volumetric keseluruhan dan efisiensi volumetric
absolute, seperti di bawah ini.
Overall volumetric efficiency=

Volume udara bebas yang disedot ke silinder


Volume teralir dari silinder LP

efisiensi volumetrik dibanding = massa udara teralirkan per unit waktu


massa udara yang sesuai dengan
dengan kondisi udara bebas
volume teralir di silinder LP
per unit waktu untuk kondisi udara
bebas

Disini kondisi udara bebas mengacu pada keadaan standar. Keadaan udara bebas dapat dianggap
1 atm atau 1.01325 bar dan 15oC atau 288 K. Pertimbangan untuk udara bebas dibutuhkan, agar
bisa membandingkan antar kompresor dengan efisiensi volumetric karena volume spesifik atau
densitas udara berubah pada ketinggian berbeda.
III. DIAGRAM INDIKATOR AKTUAL
Diagram indicator teoritis dari reciprocating compressor seperti yang telah ditunjukkan pada
gambar 10 mengacu untuk keadaan operasi ideal suatu kompresor. Jika batasan-batasan dalam
praktek dipertimbangkan, maka didapatkan diagram indicator actual seperti berikut.

Gambar 12. Diagram indicator actual


Diagram p-V actual berbeda dari diagram teoritis karena kompresor memiliki tipe mekanis valve
yang berbeda-beda sehingga pembukaan dan penutupan instan/seketika dari valve tidak mungkin
bisa tercapai. Selain itu selama suction dan discharge, terjadi throttling akibat adanya
pengurangan luas area penampang di inlet valve dan exit valve. 1234 menunjukkan diagram
indicator teoritis dan diagram indicator actual ditunjukkan 1234 pada diagram p-V. Proses
kompresi 1-2 selesai pada keadaan 2. Pada keadaan 2, exit valve seharusnya terbuka secara
seketika, namun hal tersebut tidak terjadi dan akibat bukaan yang terbatasi maka terjadi throttling
yang menyebabkan pressure drop. Akibat jeda waktu dalam pembukaan exit valve, proses
kompresi akan terus terlaksana sampai pada titip 2. Maka, kerja tambahan dilakukan selama
delivery/pengaliran dari kompresor seperti yang ditunjukkan oleh area 223.
Setelah delivery menumbuk valve, secara teoritis inlet valve terbuka dalam seketika pada
titik 4, tapi nyatanya tidak terbuka pada titik ini dan baru terbuka penuh pada 4. Pergeseran dari
keadaan 4 ke 4 terjadi akibat inersia dalam membuka throttling valve, pembukaan gradual,
friction loss, dsb. Oleh karena itu dapat dilihat bahwa pada suction terjadi intake depression
seperti yang terlihat pada gambar 12. Dapat dilihat juga bahwa kerja yang dibutuhkan adalah
lebih banyak daripada diagram teoritis. Untuk mendapatkan kompresor mendekati ideal dengan
kerja minimum, maka diinginkan kompresor tersebut untuk memiliki diagram indicator actual
yang semirip mungkin dengan diagram teoritis, yang membutuhkan inersia lebih kecil dan
operasi efisien dari valve. Friction loss pada pipa dan sepanjang valve juga perlu diminimalisasi.

Anda mungkin juga menyukai