SIRKULASI SISTEMIK
Sirkulasi sistemik mengantarkan darah ke seluruh jaringan tubuh kecuali
paru-paru. Hal penting yang harus dipahami dari fisiologi sirkulasi sitemik
meliputi a) komponen sirkulasi sistemik, b) karakteristik fisik dari sirkulasi
sistemik, c) karakteristik fisik darah, d) determinan dan kontrol aliran darah ke
jaringan, e) regulasi tekanan darah sistemik, dan f) regulasi output jantung dan
pengembalian vena. Sebagai tambahan, sirkulasi fetus memiliki karakteristik unik
yang membedakannya dengan sirkulasi setelah lahir.
FUNGSI ENDOTEL
Seluruh sistem vaskular dilapisi oleh sel-sel endothelial. Struktur
endothelium berdistribusi secara lebar dan luas. Diperkirakan, endothelium pada
orang dewasa terdiri dari 10 miliar sel dengan berat sekitar 1 kilogram (Galiey,
2004). Sekarang, endothelium dipercaya bukan hanya sebagai organ sederhana
dalam sirkulasi, tetapi sebagai organ penting yang terlibat pada banyak fisiologi
dan proses dalam kesehatan dan penyakit (tabel 45-1 dan tabel 45-2). Endotel
yang sehat dapat bervasodilatasi dan mengeluarkan antitrombotik dan antiadesif
terhadap dinding pembuluh darah. Endothelium juga meregulasi permeabilitas
pembuluh darah, proliferasi otot polos dan memiliki peran penting dalam
meregulasi glukosa dan metabolisme lemak. Disfungsi endotel adalah elemen
penting dalam penyakit kardiovaskular dan proses penuaan. Faktor risiko
kardiovaskular meliputi merokok, diabetes mellitus, hiperlipidemia, obesitas, dan
hipertensi sistemik yang berhubungan dengan efek merugikan terhadap fungsi
endotel.
Fungsi Endotel Dan Regulasi Tonus Vaskular
Sintesis endotel dan pelepasan mediator vasoaktif adalah elemen penting
dalam meregulasi tonus vaskular. Substansi yang dilepaskan oleh endotel sebagai
respon terhadap stimulus mekanis dan humoral dan secara umum memiliki efek
jangka menengah terhadap batasan tonus vaskular otot polos. Bagaimana pun,
endotel dapat terinduksi oleh efek jangka panjang dari remodeling vaskular dan
hipertropi otot polos. Pada kondisi fisiologi, tekanan vaskular lokal dan alirannya
merupakan stimulus utama terhadap pelepasan substansi vasoaktif endotel. Nitrit
oksida dan protasiklin adalah vasodilator kuat yang dilepaskan oleh sel endotel
dan dihambat oleh agregasi platelet dan trombosis. Produksi nitrit oksida yang
berlanjut mempertahankan tonus vaskular dalam keadaan normal rendah. Regulasi
menit ke menit dari tonus vaskular lokal dikontrol oleh 3 constitutive nitric oxide
synthase (Cnos). Constitutive NOS adalah enzim endotel respon cepat yang
mengkatalis konversi lokal terhadap L-arginine ke sejumlah nitrit oksida sebagai
respon terhadap stres endotel selama pulsasi normal. Berbeda dengan tipe 2
inducible NOS (iNOS) yang merupakan enzim respon lambat dalam mengkatalis
produksi sejumlah nitrit oksida sebagai respon terhadap sitokin inflamasi.
Penyebaran sejumlah nitrit oksida via iNOS berperan untuk resistensi rendah
vaskular sistemik dan hipotensi yang dijumpai dalam syok sepsis (Young, 2004).
Endotelin-1 (ET-1) adalah vasoaktif campuran kuat yang dilepaskan oleh endotel.
Efek predominannya adalah vasokonstriksi otot polos pada reseptor Eta. ET-1
menyebabkan vasodilatasi yang berefek pada reseptor endotel ETb. ET-1
menstimulasi proliferasi otot polos dan merupakan faktor penting dalam
perkembangan perubahan struktur vaskular dalam hipertensi sistemik dan
pulmonal.
KOMPONEN SIRKULASI SISTEMIK
Komponen sirkulasi sistemik adalah arteri, arteriol, kapiler, venula dan
vena.
Arteri
Fungsi arteri adalah untuk mentransportasikan darah bertekanan tinggi ke
jaringan tubuh. Untuk itu, arteri memiliki struktur dinding yang kuat dan darah
mengalir dengan cepat dalam lumen arteri.
Pelepasan
Contoh
vasodilator
(nitrit
oksida,
protasiklin)
Pelepasan vasokonstriktor (Tromboksan A2,
leukotrien,
endothelial
dan
angiotensin
Regulasi koagulasi
converting enzyme)
Pelepasan prokoagulan
Pelepasan antikoagulan
Sintesis dan pelepasan faktor pertumbuhan
Sintesis lipoprotein lipase
fibronektin, protease
Transport glukosa, asam amino dan albumin
Arteriol
Arteriol adalah cabang kecil terakhir dari sistem arteri, dengan diameter
<200 nm. Arteriol memiliki dinding tebal yang mampu berdilatasi atau
berkontraksi dan mengontrol aliran darah dalam kapiler-kapiler. Aliran darah ke
setiap jaringan dikontrol hampir sepenuhnya oleh resistensi aliran dalam arteriol.
Metarteriol berada di antara arteriol dan bercabang membentuk 10-100 kapiler.
Kapiler
Kapiler merupakan tempat untuk transfer oksigen dan nutrisi ke dalam
jaringan dan menerima produk metabolik jaringan.
Venula dan Vena
Venula mengumpulkan darah dari kapiler untuk diantarkan ke vena yang
berperan dalam mentransfer darah ke atrium kanan. Sistem vena memiliki tekanan
rendah, oleh karena itu dinding vena tipis. Walaupun begitu, dinding vena tetap
memiliki otot, yang memungkinkan kontraksi dan meluas mengikuti jumlah
darah, sesuai dengan kebutuhan fisiologis. Vena berperan penting dalam fungsi
Gelombang a
10
2-12
Gelombang v
Atrium kanan
13
6-20
Gelombang a
2-10
Gelombang c
2-10
0-8
Gelombang v
*diukur pada arteri radialis.
pembuluh
arteri
yang
masing-masing
berkontraksi,
menghasilkan
peningkatan tekanan nadi. Nadi meningkat juga saat resistensi vaskular sistemik
menurun dan aliran darah dari arteri ke vena bertambah cepat. Nadi meningkat
pada kasus paten duktus ateriosus dan regurgitasi aorta, yang mencerminkan
kecepatan mengalirkan darah ke dalam sirkulasi paru atau ke ventrikel kiri.
Beberapa percobaan dibuat untuk memprediksi resistensi vaskular sistemik
berdasarkan posisi dicrotic nocth terhadap tekanan diastolik. Studi pada kontrol,
gagal mengkonfirmasi hubungan antara posisi dicrotic notch dan resistensi
vaskular sistemik (Geber et al., 1987). Peningkatan denyut jantung saat jantung
berdenyut selalu konstan menyebabkan volume stroke dan tekanan nadi menurun.
Tekanan nadi berlawanan dengan proporsi pemenuhan/kemampuan melebarkan
dinding sistem arteri. Sebagai contoh, pada pasien tua, pemenuhan dinding arteri/
kemampuan melebar biasanya menurun (jaringan elastik dan otot telah digantikan
oleh jaringan fibrosa) dan tekanan nadi meningkat.
Penyebaran Tekanan Nadi
Terkadang terjadi peningkatan tekanan nadi ketika tekanan nadi dikirim
menuju perifer (Guyton dan Hall, 2000). Pendapat ini diperoleh dari penurunan
progresif pada pemenuhan bagian distal pada arteri-arteri besar. Kedua, tekanan
pada gelombang direfleksikan terhadap luas arteri perifer. Ketika tekanan pulsasi
memasuki arteri perifer dan meregang, tekanan pada arteri ini menyebabkan
gelombang nadi menjadi berbalik kembali. Jika gelombang yang kembali
menghantam gelombang yang akan datang, maka timbullah tekanan yang lebih
besar dari yang seharusnya terjadi. Perubahan ini paling sering terjadi pada
pasien-pasien muda, mengingat pada pasien tua dengan pemenuhan arteri yang
10
Pulsus Paradoksus
Pulsus paradoksus adalah penurunan yang berlebihan pada tekanan darah
sistolik (>10 mm Hg) selama inspirasi pada keadaan meningkatnya tekanan
intraperikardial (kardiak tamponade).
Pulsus Alternans
Pulsus alternans adalah pertukaran kontraksi jantung kuat dan lemah yang
menyebabkan pertukaran yang sama pada kekuatan dari pulsasi perifer.
Intoksikasi digitalis dan berbagai derajat blok atriventrikular sering berhubungan
dengan pulsus alternans.
Pulsus Defisit
Pada fibrilasi atrium atau denyutan ventrikel ektopik, 2 denyut jantung
mungkin terdengar begitu dekat karena ventrikel tidak terisi dengan cukup dan
kontraksi jantung yang kedua mengeluarkan volume darah yang kurang untuk
menghasilkan denyut di perifer. Bunyi jantung dapat terdengar dengan stetoskop
yang diletakkan di dada dekat dengan jantung, tetapi denyutan di arteri radialis
tidak teraba. Fenomena ini dikenal dengan nama pulsus defisit.
Pengukuran Tekanan Darah dengan Auskultasi
Pengukuran tekanan darah dengan auskultasi menggunakan prinsip bahwa
aliran darah pada arteri yang besar berlapis dan tidak dapat didengar. Jika aliran
darah tertangkap oleh manset dan tekanan pada manset dilepas secara lambat,
bunyi korotkoff bisa didengar ketika tekanan manset menurun mengikuti tekanan
11
sistolik dan darah mulai mengalir ke dalam arteri brakialis. Suara korotkoff ini
terjadi karena kecepatan aliran darah yang melewati pembuluh darah yang
menyempit bertambah, menghasilkan turbulensi dan getaran yang terdengar
dengan stetoskop. Tekanan darah diastolik berhubungan dengan suara auskultasi
yang teredam. Metode auskultasi untuk membedakan tekanan sistolik dan
diastolik biasanya mendapatkan hasil berbeda 10% dari pengukuran langsung
pada arteri.
Tekanan Atrium Kanan
Tekanan atrium kanan diatur oleh keseimbangan antara pengembalian
vena dan kemampuan ventrikel kanan untuk memompakan darah. Tekanan atrium
kanan normalnya berkisar 5 mm Hg, dengan nilai terendah adalah -5 mm Hg,
yang berkorelasi dengan tekanan pada perikardiak dan rongga intrapleura dekat
jantung. Tekanan atrium kanan mendekati nilai rendah ini ketika kontraksi
ventrikel kanan meningkat atau pengembalian vena ke jantung menurun karena
adanya perdarahan. Kontraksi ventrikel kanan rendah atau peningkatan
pengembalian vena (hipervolum, kontriksi vena) akan menimbulkan peningkatan
tekanan pada atrium kanan. Tekanan pada atrium kanan biasanya menggambarkan
tekanan vena sentral.
Tekanan Vena Jugular
Tekanan vena jugular yang merupakan cermin dari tekanan vena sentral,
bisa diawasi pada periode perioperatif untuk mendapatkan informasi mengenai
volume intravaskular dan fungsi ventrikel. Tekanan vena jugular normal
menggambarkan perubahan fasik pada atrium kanan dan terdiri dari 3 gelombang
positif dan 3 negatif (Cook et al., 1996). Abnormalitas pada bentuk gelombang
vena berguna untuk mendiagnosis beragam kondisi jantung (Cook et al., 1996).
Tekanan Vena Perifer
Vena besar memiliki resistensi yang kecil terhadap aliran darah ketika
vena teregang. Kebanyakan vena-vena besar terdapat pada berbagai tempat di
ekstratorak. Sebagi contoh, tekanan pada vena jugularis eksterna seringkali begitu
12
rendah dibanding tekanan atmosfer di luar leher, keadaan ini menyebabkan vena
dapat ruptur. Vena pada abdomen tertekan oleh tekanan intrabdominal, yang
mungkin meningkat 15-20 mm Hg pada keadaan hamil atau asites. Ketika hal ini
terjadi, tekanan pada vena di kaki akan meningkat pula. Penting untuk dipahami
bahwa vena di dalam rongga toraks tidak kolaps karena adanya efek tekanan
intratoraks yang negatif.
13
14
15
16
Penting untuk memahami resistensi aliran darah tidak dapat diukur tetapi
dapat dihitung berdasarkan pengukuran dan kardiak output. Sebagai contoh,
resistensi pembuluh darah sistemik dihitung berdasarkan perbedaan antara
tekanan arteri rata-rata dan tekanan atrium kanan dan dibagi dengan kardiak
output. Resistensi pembuluh darah pulmonal dihitung dari perbedaan antara
tekanan arteri pulmonal rata-rata dan tekanan atrium kiri dan dibagi dengan
kardiak output. Resistensi dinyatakan dalam satuan dynes/s/cm-5 jika nilai
dihitung dengan dikali 80. Konduksi adalah jumlah aliran darah yang melewati
pembuluh darah dalam suatu waktu untuk memberikan perbedaan tekanan.
17
Distensi Vaskular
Pembuluh darah merengang dengan meningkatnya tekanan darah sistemik
dan menyebabkan diameter pembuluh darah akan meningkat dan resistensi aliran
darah akan menurun. Penurunan tekanan intravaskular akan meningkatkan
resistensi aliran darah. Kemampuan pembuluh darah untuk meregang mengikuti
tekanan intravaskular bervariasi pada berbagai bagian sirkulasi. Secara anatomi,
dinding arteri lebih kuat dari vena. Hasilnya, vena akan merengang 6-10 kali lipat
dibandingkan arteri. Tekanan darah sistemik dapat menurun pada tekanan
intravaskular tidak lagi mampu untuk menjaga pembuluh darah terbuka. Tekanan
ini bervariasi antara 20 mm Hg dan dikenal sebagai tekanan penutup kritis. Ketika
jantung berhenti mendadak, tekanan pada sirkulasi (tekanan sirkulasi rata-rata)
menjadi seimbang, sekitar 7 mm Hg.
Pemenuhan Vaskular
Pemenuhan vaskular adalah peningkatan volume (kapasitas) pembuluh
darah mengikuti tekanan intravskular. Pemenuhan dari sistem sirkulasi kira-kira
100 ml tiap 1 mm Hg peningkatan tekanan intravaskular (Guyton dan Hall, 2000).
Pemenuhan vena lebih besar dari pada arteri. Sebagai contoh, volume darah
normal pada vena adalah 2.500 mL, sedangkan arteri hanya mengangkut 75 mL
darah pada saat tekanan arteri rata-rata 100 mm Hg. Sistem saraf simpatik dapat
mengubah distribusi volume darah. Hambatan pada sistem saraf simpatik pada
pembuluh darah, terutama vena menurunkan dimensi ke sistem sirkulasi dan
sirkulasi melanjutkan fungsi yang hampir normal walaupun 25% dari total volume
darah telah hilang. Vasokonstriksi atau vasodilatasi mengarah pada perubahan
resistensi arteri, sedangkan perubahan pada dinding vena disebut sebagai
venokonstriksi atau venodilatasi.
18
mL/ menit
mL/100
Otak
Hepar
750
1450
menit
50
100
15
29
Vena porta
1100
Arteri hepatica
Ginjal
Jantung
Otot
rangka
350
1000
225
750
320
75
4
20
5
15
3
2
8
8
100
istirahat)
Kulit
Jaringan lain
Total
(saat
400
425
5000
g/
19
20
Sistem kendali saraf otonom aliran darah ditandai dengan respon cepat
(dalam waktu 1 detik) dan kemampuan untuk mengatur aliran darah ke jaringan
tertentu dengan mengorbankan jaringan lain. Sistem saraf simpatis merupakan
komponen yang paling penting dari sistem saraf otonom dalam pengaturan aliran
darah. Pelepasan norepinefrin merangsang reseptor alfa-adrenergik untuk
menghasilkan vasokonstriksi dengan menstimulasi sistem saraf simpatis.
Penyempitan arteri kecil mempengaruhi resistensi aliran darah pada jaringan,
sedangkan venokonstriksi mengubah kapasitas pembuluh darah dan distribusi
darah dalam sirkulasi perifer. Sistem saraf simpatis yang menonjol terdapat pada
ginjal dan kulit, serta minimal pada sirkulasi otak.
Pusat Vasomotor
Pusat vasomotor yang terletak di pons dan medulla akan mengirimkan
impuls sistem saraf simpatik melalui tulang belakang ke semua pembuluh darah.
Kelanjutan dari keadaan vasokonstriksi parsial (tonus vasomotor) adalah
penurunan mendadak tekanan darah sistemik yang terjadi ketika sistem saraf
simpatik menuju pembuluh darah yang tiba-tiba terganggu, karena trauma
sumsum tulang belakang atau anestesi regional. Kegiatan pusat vasomotor dapat
dipengaruhi oleh impuls dari sejumlah tempat, termasuk daerah sistem retikular
difus, hipotalamus dan korteks serebral. Impuls saraf simpatis ditransmisikan ke
medula adrenal pada saat yang sama ditransmisikan ke pembuluh darah perifer.
Impuls ini merangsang medula adrenal untuk mensekresikan epinefrin dan
norepinefrin ke dalam sirkulasi, di mana hal ini bertindak langsung pada reseptor
adrenergik pada dinding otot polos pembuluh darah. Bagian medial dan bawah
dari pusat vasomotor tidak berpartisipasi dalam transmisi impuls vasokonstriktor
melainkan berfungsi sebagai penghambat aktivitas sistem saraf simpatik yang
memungkinkan pembuluh darah membesar. Secara konseptual, ini merupakan
bagian dari pusat vasomotor yang berfungsi sebagai sistem saraf parasimpatis.
Refleks Massa
21
22
23
Refleks Atrium
24
25
yang
kemudian
menghambat
sistem
saraf
simpatik
dan
saraf
simpatik,
seperti
metarteriol.
Renin-angiotensin-induced
vasoconstriction menuju ke tingkat yang lebih besar pada arteriol dari pembuluh
darah dan membutuhkan sekitar 20 menit untuk menjadi aktif sepenuhnya
sebagai tambahan kepada mekanisme hormonal. Ada dua mekanisme intrinsik
(perubahan cairan kapiler dan kontraksi-relaksasi pembuluh darah), yang mulai
26
bereaksi dalam beberapa menit dari perubahan tekanan darah sistemik. Misalnya,
perubahan tekanan darah sistemik menghasilkan perubahan kolerasi terhadap
tekanan kapiler, sehingga memungkinkan cairan untuk memasuki atau
meninggalkan pembuluh kapiler yang terus-menerus mempertahankan volume
darah. Kontraksirelaksasi adalah perubahan bertahap dalam pembuluh darah
untuk beradaptasi dengan perubahan tekanan darah sistemik dan jumlah darah
yang tersedia. Kontraksi-relaksasi memiliki batasan tertentu pada peningkatan
volume darah yang >30% atau berkurang >15%, tidak dapat diperbaiki dengan
mekanisme ini saja.
Mekanisme Jangka Panjang Untuk Pengaturan
Tekanan Darah
Sistemik
Mekanisme jangka panjang untuk pengaturan tekanan darah sistemik,
seperti mekanisme regulasi jangka pendek yang telah gagal beradaptasi akan
memberikan efek regulasi berkelanjutan pada tekanan darah sistemik. Sistem
cairan ginjal tubuh memainkan peran dominan dalam kontrol jangka panjang dari
tekanan darah sistemik karena mengatur curah jantung dan resistensi vaskular
sistemik. Peran penting ini dilengkapi dengan mekanisme aksesori, termasuk
sistem renin-angiotensin, aldosteron, dan arginin vasopressin.
Sistem Cairan Ginjal tubuh
Peningkatan tekanan darah sistemik, yang dipicu oleh kenaikan sederhana
dalam volume darah, menghasilkan ion natrium dan ekskresi air oleh ginjal.
Penurunan volume darah mengurangi output jantung dan tekanan darah sistemik.
Setelah beberapa minggu, output jantung kembali normal dan tahanan vaskular
sistemik berkurang untuk mempertahankan tekanan darah yang dapat diterima.
Sebaliknya, penurunan tekanan darah sistemik merangsang ginjal untuk
mempertahankan
cairan
pembersih.
Mekanisme
pengaturan
ini
adalah
27
Sistem Renin-Angiotensin
Aldosteron melindungi dari angiotensin pada korteks adrenal dalam
memberi efek jangka panjang pada tekanan darah sistemik dengan menstimulasi
ginjal untuk mempertahankan natrium dan air.
Peningkatan
volume
cairan
sehingga aliran balik vena menurun dan output jantung menurun. Venodilatasi
akut seperti yang dihasilkan oleh anestesi spinal dan menyertai blokade sistem
saraf simpatik, sehingga meningkatkan kapasitas pembuluh balik vena perifer
berkurang dan penurunan curah jantung. Memang, terapi definitif untuk
hipotensi akibat anestesi spinal adalah posisi yang tepat dari pasien dan cairan
intravena untuk meningkatkan aliran balik vena. Ventilasi tekanan positif paruparu, terutama dengan adanya volume darah yang menurun menyebabkan
28
penurunan aliran balik vena dan curah jantung. Faktor yang meningkatkan curah
jantung berhubungan dengan penurunan resistensi vaskular sistemik. Sebagai
contoh, anemia menurunkan viskositas darah dan menyebabkan penurunan
resistensi vaskuler sistemik, serta peningkatan vena. Peningkatan volume darah
meningkatkan output jantung oleh peningkatkan gradien aliran darah ke atrium
kanan dan pembuluh darah yang melebar, serta mengurangi resistensi terhadap
aliran darah. Peningkatan output jantung yang disebabkan oleh peningkatan
volume darah berlangsung hanya 20 hingga 40 menit karena peningkatan
tekanan kapiler
29
kontraktilitas miokard yang berubah, efek dari intervensi inotropik positif adalah
aditif untuk meningkatkan preload.
Kurva Fungsi ventrikel
Kurva fungsi ventrikel (kurva Frank-Starling) menggambarkan output
jantung di atrium yang berbeda, ventrikel end diastolic, tekanan pengisian
(Peningkatan fungsi jantung Gbr. 45-14). Secara klinis, kurva fungsi ventrikel
digunakan untuk memperkirakan kontraktilitas miokard. Stimulasi sistem saraf
simpatik ditandai dengan pergeseran dari kurva output jantung di sebelah kiri
kurva normal (output jantung yang lebih besar untuk tekanan pengisian yang
diberikan), sedangkan pergeseran kurva ke kanan normal (infark miokard,
penyakit katup jantung) mencerminkan penurunan fungsi jantung. Dalam hal ini,
pada pasien dengan penyakit arteri koroner, penampilan gerakan dinding jantung
seperti yang diamati oleh transesophageal echocardiography adalah kemungkinan
besar karena iskemia miokard akut atau infark. Bahkan dengan kurva fungsi
ventrikel normal, titik dicapai dari peregangan lanjut otot jantung dalam
penurunan output jantung.
Gambar 45-14. Kurva Fungsi Ventrikel (Kurva Frank-Starling) Menggambarkan Volume Depan
Ejeksi Ventrikel (Cardiac Output) pada Tekanan Pengisian Atrium Berbeda dan Berbagai Tingkat
Kontraktilitas Miokard.
Lingkaran Tekanan-Volume
Lingkaran tekanan volume menggambarkan karakteristik dinamis atau
fungsi jantung (Gambar. 45-15). Jika tekanan ventrikel digambarkan melawan
volume ventrikel, setiap siklus jantung dapat digambarkan oleh lingkaran tekananvolume.
30
Syok Sirkulasi
Syok sirkulasi ditandai dengan aliran darah jaringan yang tidak memadai
dan pengiriman oksigen ke sel-sel yang mengakibatkan kerusakan fungsi organ.
Penyebab perfusi jaringan yang tidak memadai adalah curah jantung tidak
memadai karena penurunan aliran balik vena atau depresi miokard. Penurunan
Gambar 45-15. Lingkaran tekanan volume mewakili siklus jantung. Hubungan tekanan
akhir diastolik dan tekanan-volume akhir sistolik merupakan batas untuk lingkaran.
31
Syok Perdarahan
Perdarahan merupakan penyebab paling umum syok karena penurunan
aliran balik vena. Setiap penurunan tekanan darah sistemik memulai peningkatan
baroreseptor yang dimediasi kuat dalam aktivitas sistem saraf simpatik,
mewujudkan penyempitan arteri, venokonstriksi dan stimulasi miokard langsung.
Venokonstriksi sangat penting untuk mempertahankan aliran balik vena ke
jantung dan mempertahankan curah jantung. Penyempitan arteri awalnya menjaga
tekanan darah sistemik meskipun penurunan curah jantung. Pemeliharaan tekanan
darah sistemik akan menopang aliran darah arteri serebral dan koroner karena
vasokonstriksi signifikan tidak terjadi di organ-organ ini. Di organ lain, seperti
ginjal, sistem saraf simpatik yang dimediasi vasokonstriksi dapat menurunkan
aliran darah secara dramatis.
Syok non-Hemoragik
Kehilangan plasma dari sirkulasi tanpa adanya kehilangan darah dapat
menyebabkan syok mirip dengan syok akibat perdarahan. Hasil obstruksi usus
menghilangkan volume plasma secara ekstrim ke dalam saluran pencernaan.
Luka bakar yang parah juga dapat dikaitkan dengan hilangnya plasma yang cukup
untuk menghasilkan syok. Syok hipovolemik yang dihasilkan dari hilangnya
plasma memiliki karakteristik klinis sama dengan syok hemoragik kecuali bahwa
hilangnya
plasma
selektif
sangat
meningkatkan
viskositas
darah
dan
32
Syok Neurogenik
Syok neurogenik terjadi bukan karena adanya kehilangan darah saat
kapasitas pembuluh darah meningkat sehingga volume darah normal tidak mampu
mempertahankan aliran balik vena dan curah jantung. Penyebab klasik adalah
hilangnya tonus vasomotor dan syok neurogenik berikutnya adalah transeksi
traumatik dari sumsum tulang belakang atau blokade akut dari sistem saraf
simpatik perifer dengan anestesi spinal atau epidural.
Syok Septik
Syok septik ditandai dengan vasodilatasi perifer yang mendalam,
peningkatan curah jantung sekunder penurunan resistensi pembuluh darah
sistemik dan pengembangan koagulasi intravaskular. Penyebab syok septik yang
paling sering adalah pelepasan endotoksin dari bagian iskemik pada saluran
pencernaan atau bakteremia karena perpanjangan infeksi saluran kemih. Syok
septik cenderung mencerminkan respon inflamasi sistemik yang dihasilkan oleh
paparan produk sel bakteri yang pada akhirnya mengarah pada disfungsi dan
kegagalan multi organ. Pasien imunosupresi dan lansia rentan terhadap
perkembangan sepsis dan syok septik. Tahap akhir syok septik tidak berbeda dari
tahap akhir syok hemoragik, meskipun faktor-faktor yang memulai sangat
berbeda. Kematian mendekati 50% syok septik meskipun dengan perbaikan yang
signifikan dalam perawatan suportif (Baxter, 1997).
Pengukuran Output Jantung
Manajemen pasien di unit perawatan intensif dan ruang operasi melibatkan
intervensi terapeutik yang dimaksudkan untuk mengoptimalkan hantaran oksigen.
Intervensi umum antara lain, pemasukan cairan, transfusi darah, inotropik dan
farmakoterapi vasoaktif, denyut jantung dan manipulasi irama, perangkat
mekanik, penambahan nitrat oksida dan ventilasi mekanis. Idealnya, intervensi ini
harus dipandu oleh pengukuran output jantung. Namun, penentuan output jantung
memiliki teknik-teknik invasif yang diperlukan seperti penyisipan kateter arteri
paru-paru. Kemajuan dalam teknologi mikroprosesor, kesadaran keterbatasan atas
33
teknik yang ada, bahaya teknik penyisipan kateter arteri paru dan kebutuhan untuk
mengukur curah jantung dalam pengaturan ruang operasi bebas seperti pada
departemen emergensi, telah menyebabkan pengembangan teknik pemantauan
yang baru. Kecenderung saat ini dikembangkan teknik yang kurang invasif dan
memungkinkan untuk terus-menerus dilakukan dalam pengukuran output jantung
(Tibby dan Murdoch, 2002). Meski demikian. Teknik termodilusi arteri pulmonal
mewakili standar klinis terhadap teknik-teknik baru yang akan dibandingkan
(Krisis et al., 2002). Saat ini dimanfaatkan metode pengukuran output of cardiac
termasuk (a) metode Fick, (b) indicator metode pengenceran, (c) termodilusi (d)
teknik ekokardiografi, (e) impedansi kardiografi dan (f) analisis kontur denyut
nadi.
Metode Fick
Fick pertama kali menggambarkan metode ini untuk memperkirakan curah
jantung pada tahun 1870. Output jantung diperkirakan dengan membagi konsumsi
oksigen dengan perbedaan oksigen di arteri dan vena (Gambar. 45-16) (Guyton
dan Hall, 2000). Konsumsi oksigen biasanya diukur oleh respirometer yang
mengandung campuran oksigen dan gas dihembuskan pasien dikumpulkan dalam
kantong Douglas. Volume oksigen dan konsentrasi gas-gas dihembuskan
memungkinkan perhitungan konsumsi oksigen. Darah vena untuk perhitungan
kandungan oksigen harus diperoleh dari ventrikel kanan atau idealnya arteri paruparu untuk memastikan percampuran yang adekuat. Darah dari atrium kanan
mungkin belum secara memadai bercampur untuk dijadikan sampel. Darah yang
digunakan untuk menentukan saturasi oksigen dalam darah arteri dapat diperoleh
dari arteri apapun karena semua darah arteri bercampur sebelum meninggalkan
jantung dan oleh karena itu, memiliki konsentrasi oksigen yang sama. Prinsip
Fick juga dapat diterapkan untuk penghapusan karbon dioksida dari paru-paru
(Berton dan Cholley, 2002).
34
35
mengubah area di bawah kurva waktu suhu setara dengan curah jantung.
Keuntungan dari teknik ini dibandingkan dengan metode indikator dilusi termasuk
keadaan dingin di jaringan sehingga resirkulasi tidak menjadi masalah dan
keamanan untuk pengukuran ulang secara menerus karena garam adalah zat yang
tidak berbahaya. Kemajuan terbaru dalam teknik termodilusi termasuk penentuan
curah jantung semikontinu menggunakan panas menghasilkan filament panas
yang dimasukkan ke dalam kateter arteri pulmonalis. Hal ini diperlukan untuk
memprosesan sinyal yang canggih untuk mengukur suhu hilir karena filamen
termal harus menghasilkan panas yang minimal untuk keselamatan.
Echocardiographic teknik
Ekokardiografi dapat digunakan untuk memperkirakan output jantung
dengan menggabungkan prinsip Doppler untuk menentukan kecepatan darah
dalam aorta dengan dua dimensi untuk menentukan diameter aorta (Tibby dan
Murdoch, 2002). Transesofageal konvensional atau teknik echokardiografi
transtoraks memberi keuntungan bahwa fungsi sistolik dan diastolik, volume
status, dinding abnormal, fungsi katup dan adanya efusi perikardial mungkin
juga dievaluasi. Namun, teknik ini memerlukan keahlian operator yang
signifikan. Baru-baru ini, teknik Doppler telah dikembangkan memanfaatkan
pemeriksaan transesophageal yang dirancang hanya untuk memperkirakan
output jantung. Dimensi aorta tidak diukur tetapi diperkirakan dari hasil yang
normal. Transesophageal Doppler memperkirakan output jantung yang ada
dengan cepat dan memerlukan operator yang sedikit.
Impedansi Kardiografi
Toraks adalah konduktor yang impedansinya diubah oleh perubahan
volume darah dan kecepatan setiap siklus jantung. Impedansi Kardiografi
didasarkan pada prinsip bioimpedansi listrik dada dan melibatkan penempatan
elektroda untuk memungkinkan transmisi arus dan pengukuran tegangan dada
(Summers et al., 2003). Dengan demikian, teknik bioimpedansi listrik toraks
dapat digunakan untuk memperkirakan curah jantung. Namun, validitas teknik ini
36
dibatasi beberapa kondisi termasuk: gerakan pasien, kualitas sinyal ECG yang
sedikit, disritmia-takikardi, cairan dada yang berlebihan dan luka dada terbuka
dengan retraktor logam.
Analisis Kontur Denyut Nadi
Usaha pertama untuk menentukan curah jantung dari analisis kontur
denyut nadi dibuat pada tahun 1904. Gelombang tekanan aorta adalah fungsi dari
volume stroke dan aksinya dengan pembuluh darah. Kontur denyut arteri dapat
dimodelkan secara analog dengan rangkaian listrik yang memiliki nilai-nilai
tertentu untuk ketahanan, kepatuhan dan impedansi (Berton dan Cholley, 2002).
Dengan demikian, aliran dalam sistem dapat diperkirakan dari gelombang tekanan
yang dihasilkan. Validitas sistem ini diperbaiki dengan kalibrasi menggunakan
teknik estimasi terpisah dari output jantung. Namun, dalam praktek klinis,
penggunaan teknik ini sering memerlukan kalibrasi ulang karena sirkulasi perifer
mengalami perubahan signifikan pada tonus arteri sebagai respon menanggapi
rangsangan fisiologis dan farmakologis.
SIRKULASI JANIN
Sirkulasi janin jauh berbeda dari peredaran setelah lahir. Misalnya, di
dalam rahim. plasenta bertindak sebagai paru-paru janin dan oksigen darah
(saturasi sekitar 80%) dari plasenta melewati vena umbilikalis tunggal untuk
janin. Darah ini mengalir melalui duktus venosus ke vena cava inferior, sehingga
melewati hati (Gbr. 45-17) (Ganong, 2003). Sebagian besar darah beroksigen
memasuki atrium kanan dari vena cava inferior melewati foramen ovale ke atrium
kiri, sehingga melewati paru-paru. Darah beroksigen ini langsung ke atrium kiri
memungkinkan perfusi oksigen maksimal ke otak janin. Hemoglobin janin kurang
mengikat oksigen berbeda dari hemoglobin dewasa, sehingga memaksimalkan
pengiriman oksigen ke jaringan meskipun saturasi hemoglobin rendah.
37
Gambar 45-17. Plasenta bertindak sebagai paru-paru bagi fetus. Sebagian besar darah kaya
oksigen mencapai jantung janin melalui vena umbilikalis dan vena cava inferior dialihkan
melalui foramen ovale dan dipompa keluar aorta menuju kepala. Darah kaya oksigen
kembali melalui vena kava superior dan dipompa ke dalam arteri pulomnal dan ductus
arteriosus ke kaki dan arteri umbilikalis.
Darah memasuki atrium kanan dari vena kava superior terutama darah
beroksigen dari daerah kepala janin. Darah ini memasuki ventrikel kanan untuk
dikirim ke arteri pulmonalis dan kemudian ke aorta lalu turun melalui duktus
arteriosus. Akibatnya, darah terdeoksigenasi ini disampaikan ke pembuluh darah
distal yang memasok otak janin. Darah kembali ke plasenta oleh dua arteri
umbilikalis untuk oksigenasi.
Perubahan mendasar dalam sirkulasi janin saat lahir meningkat resistensi
pembuluh darah sistemik dan tekanan darah sistemik akibat terhentinya aliran
darah melalui plasenta. Selain itu, resistensi pembuluh darah paru menurun
secara drastis dengan ekspansi paru-paru, yang menyebabkan peningkatan aliran
darah paru. Perubahan resistensi vaskular paru dan sistemik mengubah gradien
tekanan di foramen ovale menyebabkan katup flaplike yang terdapat pada
septum atrium kiri untuk menyumbat pembukaan dan mencegah aliran darah dari
jantung kanan ke kiri pada tempat ini. Pada sekitar dua pertiga dari individu,
katup ini menetap pada foramen ovale dalam beberapa bulan. Dengan tidak
adanya penutupan permanen foramen ovale, terjadi peningkatan mendadak
dalam tekanan atrium kanan (tekanan positif ventilasi paru-paru, terutama
38
dengan tekanan akhir ekspirasi positif, kegagalan ventrikel kanan, emboli paru)
dapat menimbulkan aliran dari kanan ke kiri jantung. Hipoksemia arteri mungkin
menjadi manifestasi awal aliran intrakardiak ketika tekanan atrium kanan
meningkat secara akut dan selektif.
Aliran melalui duktus ateriosus menurun setelah lahir karena penyempitan
dinding otot pembuluh ini akibat terpapar oksigen konsentrasi tinggi. Kegagalan
duktus arteriosus untuk menutup setelah kelahiran menghasilkan aliran balik yang
ada sebelum lahir. Arus balik ini terjadi karena tekanan di aorta melebihi tekanan
di arteri paru-paru setelah lahir. Dinding otot duktus venosus juga berkontraksi
setelah lahir, mengalihkan darah vena porta melalui hati.
39
DAFTAR PUSTAKA
Ganong WF. Review Of Medical Physiology, 21 Ed. Lange Medical Books. New
York: McGraw Hill, 2003.
Gerber MJ, Hines RL. Barash PG. Arterial Waveforms And Systemic Vascular
Resistence In There A Correlation? Anesthetiology l987;66:823-825.
Guyton AC, Hall JE. Textbook
Philadelphia: Saunders. 2000.
Of
Medical
Psysiology,
10th
Edition.
Moise SF, Sindair CJ, Scott DHT. Pulmonary Artery Blood Temperature And The
Measurement Of Cardiac Output By Thermodilution. Anaesthesia 2002;57:562565.
Pauca AL, Hudspeth AS. Wallenhaupt SL, et al. Radial Artery-To-Aorta Pressure
Difference After Discontinuation Of Cardiopulmonary Bypass. Anesthesiclogy.
1989;70:935-941.
Rich CF, RF Lubanski RE, Mcloughlin TM. Differences Between Aortic And
Radial Pressure Associated With Cardiopulmonary Bypass. Anestesiologi
1992;77:63-66.
40
Stern DH, Gerson JI, Allfo FB, Parker FB. Can We Trust The Direct Radial Artery
Pressure
Immediately
Following
Cardiopulmonary
Bypass.
Anesthesiology. 1985;62:557-561.
Summers RL, Shoemaker WC, Peacock WF, et al. Bench To Bedside
Electrophysiologic And Clinical Principles Of Non-Invasive Hemodynamic
Monitoring Using Impedance Cardiography. Acad Engh Med 2003;10:669:680.
Tibby SM, Murdoch IA. Measurement Of Cardiac Output And Tissue Perfusion.
Curr Opin Pediatr. 2002; 14:303-309.
Young ID. The Heart And Circulation In Severe Sepsis. Br J Anaesth.
2009:93:114-120.