Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
SMF BEDAH
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI
Nama Mahasiswa
: Monalisa
NIM
: 112013095
Dokter Pembimbing
I.
Tanda Tangan :
IDENTITAS PASIEN
II.
ANAMNESIS
Keluhan Utama:
luka bakar pada kedua tungkai kaki kiri dan kanan setinggi kedua dengkul
Keluhan Tambahan
rasa panas dan perih pada kedua kaki kiri dan kanan.
Riwayat Penyakit Sekarang:
1 jam SMRS Os terkena ledakan dari tabung gas di tempat kerjanya. Ledakan tersebut langsung
mengenai kedua kaki Os. Os menyebutkan bahwa ia terkena paparan ledakan dalam waktu yang
singkat sebelum akhirnya ditolong oleh rekan kerjanya, Os langsung dibawa ke Rumah Sakit
setelah kejadian. Pada saat perjalanan dan di rumah sakit Os masih dalam keadaan sadar.
Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ada
Riwayat Hidup
Riwayat kelahiran:
( * ) Di Rumah
() Rumah Sakit
( ) Rumah Bersalin
(* ) Bidan
( ) Dukun
() Puskesmas
( ) Lainnya
Riwayat Makanan
Frekuensi/hari : 3x/ hari
Variasi/hari
: Bervariasi (ikan/telur/ayam)
Jumlah/hari
: Porsi sedang
Riwayat Imunisasi ()
( - ) BCG
( - ) DPT
( - ) Polio
( - ) Hep B
( - ) Campak ( + ) Lainnya,.
( - ) Appendisitis
( - ) Hepatitis
( - ) Tumor
( - ) Fistel
( - ) Penyakit Prostat
( - ) Struma tiroid
( - ) Hernia
( - ) Diare Kronis
( - ) Penyakit jantung
( - ) Typhoid
( - ) DM
( - ) Perdarahan otak
( - ) Batu empedu
( - ) Kelainan kongenital
( - ) Gastritis
bawaan
( - ) Tifus abdominalis
( - ) Colitis
( -) Hipertensi
( - ) Ulkus ventrikuli
( - ) Tetanus
( - ) Penyakit pembuluh
darah
( - ) ISK
( - ) Volvulus
( - ) Patah tulang
( - ) Luka bakar
Lain-lain :
( -) Operasi
( - ) Abses hati
(-) Kecelakaan
Ya
-
Tidak
+
+
+
+
+
+
+
+
+
Hubungan
-
ANAMNESIS SISTEM
Kulit
( - ) Bisul
( - ) Rambut
( - ) Keringat malam
( - ) Kuku
( - ) Kuning / Ikterus
( - ) Sianosis
Kepala
( - ) Trauma
( - ) Sakit kepala
( - ) Sinkop
Mata
( - ) Nyeri
( - ) Radang
( - ) Sekret
( - ) Gangguan penglihatan
( - ) Kuning / Ikterus
Telinga
( - ) Nyeri
( - ) Gangguan pendengaran
( - ) Sekret
( - ) Kehilangan pendengaran
( - ) Tinitus
Hidung
( - ) Rhinnorhea
( - ) Gejala penyumbatan
( - ) Nyeri
( - ) Gangguan penciuman
( - ) Sekret
( - ) Epistaksis
( - ) Trauma
( - ) Lidah
( - ) Gusi
( - ) Mukosa
( - )Sisa jelaga
Tenggorokan
( - ) Nyeri tenggorokan
( - ) Perubahan suara
Leher
( -) Benjolan
( -) Nyeri leher
( - ) Mengi
( - ) Batuk
( - ) Batuk darah
( - ) Nyeri dada
( - ) Berdebar-debar
( -) Mual
( - ) Muntah
( - ) Diare
( - ) Konstipasi
( - ) Nyeri epigastrium
( - ) Nyeri kolik
( - ) Tinja berdarah
( - ) Benjolan
( - ) Nyeri
( - ) Bengkak
Ekstremitas
( +) Bengkak
( - ) Deformitas
( +) Nyeri
( - ) Sianosis
BERAT BADAN
Berat badan rata-rata : 72 kg
III.
STATUS GENERALIS
Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda-tanda vital
: TD : 120/80
N : 92x/menit
RR : 24x/menit
S : 37c
Kepala
Mata
Telinga
Hidung
Tenggorokan
Leher
Thorax
Paru-paru :
Inspeksi
Palpasi
: Vocal fremitus sama pada kedua lapang paru dan benjolan (-)
Auskultasi
Jantung :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Bunyi redup
Auskultasi
Abdomen :
Inspeksi
: abdomen datar supel , tidak terdapat jaringan parut, striae, dan kelainan kulit, tidak
terlihat pelebaran vena, tidak ada benjolan, turgor kulit tidak tampak menurun
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi
Palpasi
: Nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), benjolan (-), defens muskular (-)
Hati: Permukaan rata, tepi tumpul, tidak ada pembesaran, tidak ada nyeri
Limpa: Tidak teraba
Ginjal: Ballotement (-), bimanual (-)
IV.
STATUS LOKALIS
: tampak adanya luka terbuka dengan tepi tidak rata bewarna kehitaman dan dasar
luka bewarna putih kemerahan. Bulla(+) ukuran 6x3x0,5cm (pada cruris dextra 1/3
medial))
Palpasi
:teraba lunak pada dasar luka dan kering pada tepi luka.
Perkusi
: (-)
Auskultasi
: (-)
V.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium Tanggal 18/09/2014
Hematologi
dan Hasil
Hemostatis
Hemogloblin (Hb)
Leukosit
Hematokrit
Trombosit
Eritrosit
MCV (VER)
MCH (HER)
LED
Masa Pendarahan
Masa Pembekuan
10,3
12.200
33
410.000
5,14
78,4
25,2
2
3,50
1020
Nilai Normal
Satuan
13,5 17,5
4.100 10.900
41 53
140.000 440.000
4,5 5,5
80 100
26 34
< 10
01 - 06
06-11
g/dL
/uL
%
/uL
Juta/uL
Fl
Pg
mm/jam
Menit
Menit
KIMIA
FUNGSI GINJAL
Kreatinin
Ureum
DIABETES
Glukosa Sewaktu
ELEKTROLIT
Na
K
Cl
Hasil
Nilai Normal
Satuan
0,9
19
0,7 1,5
20 40
mg/dL
mg/dL
96
< 180
mg/dL
132
3,8
101
135 147
3,5 5,0
96 108
mmol/L
mmol/L
mmol/L
Anjuran pemeriksaan :
DIAGNOSIS KERJA
o
o
o
o
o
PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa
Pemenuhan kebutuhan cairan dan nutrisi
Pemasangan kateter dan NGT
Medikamentosa
Penggunaan cream seperti silversulfadiazine, MEBO dll pada luka bakar
Analgesik
Antibiotik spektrum luas
Operasi
Eksisi + debridement luka
Edukasi :
VIII. PROGNOSIS
Ad vitam
: Bonam
Ad functionam
: Bonam
Ad sanationam
: Bonam
IX.
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Luka bakar (combustio) adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi.1
PENYEBAB LUKA BAKAR 2
1.
Scald Burns
Luka karena uap panas, biasanya terjadi karena air panas, merupakan kebanyakan penyebab luka
bakar pada masyarakat. Air pada suhu 60C menyebabkan luka bakar parsial atau dalam
dengan waktu hanya dalam 3 detik. Pada 69C, luka bakar yang sama terjadi dalam 1
detik.
2.
Flame Burns
Luka terbakar adalah mekanisme kedua tersering dari injuri termal. Meskipun kejadian injuri
disebabkan oleh kebakaran rumah telah menurun seiring penggunaan detektor asap,
kebakaran yang berhubungan dengan merokok, penyalahgunaan penggunaan cairan yang
mudah terbakar, tabrakan kendaraan bermotor dan kain terbakar oleh kompor atau
pemanas ruangan juga bertanggung jawab terhadap luka terbakar.
3.
Flash Burns
Flash burns adalah berikutnya yang paling sering. Ledakan gas alam, propan, butane,
minyak destilasi, alkohol dan cairan mudah terbakar lain seperti aliran listrik
menyebabkan panas untuk periode waktu. Flash burns memiliki distribusi di semua kulit
yang terekspos dengan area paling dalam pada sisi yang terkena.
4.
Contact Burns
Luka bakar kontak berasal dari kontak dengan logam panas, plastik, gelas atau bara
panas. Kejadian ini terbatas. Balita yang menyentuh atau jatuh dengan tangan menyentuh
setrika, oven dan bara kayu menyebabkan luka bakar yang dalam pada telapak tangan.
5.
Chemical Burn
Luka bakar yang diakibatkan oleh iritasi zat kimia, apakah bersifat asam kuat atau basa
kuat. Kejadian ini sering pada karyawan industri yang memakai bahan kimia sebagai
bagian dari proses pengolahan atau produksinya. Penanganan yang salah dapat
memperluas luka bakar yang terjadi. Irigasi dengan NS (NaCl 0.9%) atau akuabides atau
cairan netral lainnya adalah pertolongan terbaik, tidak dengan cara menetralisirnya.
6.
Electrical Burn
Sel yang teraliri listrik akan mengalami kematian yang bisa menjalar dari sejak arus
masuk sampai bagian tubuh tempat arus keluar. Luka masuk adalah tempat aliran listrik
memasuki tubuh, luka keluar adalah tempat keluarnya arus dari tubuh menuju
bumi/ground. Sulit secara fisik menentukan berat ringannnya kerusakan yang terjadi
mengingat perlu banyak pemeriksaan klinis dan penunjang lainnya untuk mengevaluasi
keadaan penderita. Gangguan jantung, ginjal, kerusakan otot sangat mungkin terjadi.
Besarnya luka masuk atau luka keluar tidak berhubungan dengan kerusakan jaringan
sepanjang aliran luka masuk sampai keluar. Maka dari itu setiap luka bakar listrik
dikelompokan pada derajat III.
7.
Frost Bite
Adalah luka akibat suhu yang terlalu dingin. Pembuluh darah perifer mengalami
vasokonstriksi hebat, terutama di ujung-ujung jari, hidung dan telinga. Fase selanjutnya
akan terjadi nekrosis dan kerusakan yang permanen. Untuk tindakan pertama adalah
sesegera mungkin menghangatkan bagian tubuh tersebut dengan pemanas dan gerakangerakan untuk memperlancar sirkulasi.
Fase akut
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal penderita akan mengalami
ancaman gangguan airway (jalan nafas), breathing (mekanisme bernafas), dan circulation
(sirkulasi). Gnagguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah
terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cedera inhalasi
dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama
penderiat pada fase akut. Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit akibat cedera termal yang berdampak sistemik.
2.
2.
Problem penutupan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau tidak
berbaju epitel luas dan atau pada struktur atau organ organ fungsional.
3.
3.
Keadaan hipermetabolisme
Fase lanjut
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan pemulihan
fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah penyulit
berupa parut yang hipertropik, keloid, gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur.
Zona Koagulasi/Nekrosis
Adalah daerah yang langsung mengalami kerusakan (koagulasi protein) karena luka
bakar, disebut juga zona nekrosis.
2.
Zona Statis
Adalah daerah yang langsung berada di luar zona koagulasi. Di daerah ini terjadi
kerusakan endotel pembuluh darah, trombosit dan leukosit sehingga terjadi gangguan
perfusi (no flow phenomena) diikuti perubahan permeabilitas kapiler dan respon
inflamasi lokal. Proses ini berlangsung 12-24 jam pasca cedera.
3.
Zona Hiperemi
Daerah diluar zona stasis yang ikut mengalami reaksi vasodilatasi tanpa banyak
melibatkan reaksi seluler. Dapat mengalami penyembuhan spontan atau berubah menjadi
zona statis bila terapi tidak adekuat.
Sumber : http://majalahkesehatan.com/wp-content/uploads/2010/11/derajat-luka-bakar.png
2.
http://majalahkesehatan.com/wp-content/uploads/2010/11/derajat-luka-bakar.png
3.
http://majalahkesehatan.com/wp-content/uploads/2010/11/derajat-luka-bakar.png
Luka bakar derajat II dan III ada kalanya sukar dibedakan. Untuk membedakan hal
tersebut, dilakukan pemeriksaan uji tusuk jarum (pin prick test) dan tes light touch
dengan menggunakan kapas, dimana hasil (+) untuk luka bakar derajat II, sementara hasil
(-) untuk luka bakar derajat III.
LUAS LUKA BAKAR 4,5,6
Dihitung dengan rumus Rule of Nine, yaitu : luas kepala dan leher, dada, punggung, perut,
pinggang dan bokong, ekstremitas atas kanan, ekstremitas atas kiri, paha kanan, paha kiri,
tungkai dan kaki kanan, serta tungkai dan kaki kiri masing-masing 9%, sisanya 1% untuk
daerah genital.
http://www.bmj.com/highwire/filestream/419339/field_highwire_fragment_image_l/0
Untuk bayi digunakan rumus 10 yaitu :
-
Untuk dewasa bila luka bakar lebih dari 20% maka penderita harus dirawat, sedangkan untuk
anak-anak bila luas total luka bakar lebih dari 10% maka harus dirawat. Begitu juga luka
bakar pada tempat-tempat yang serius seperti pada daerah wajah, leher, genitalia, sekitar
persendian maka juga harus dirawat inap untuk mencegah komplikasi atau kerusakan
lebih banyak akibat luka bakar yang ada.
Derajat II-III > 20% pada pasien berusia < 10 tahun atau diatas 50 thn.
2.
Derajat II- III > 25 % pada kelompok usia selain yang disebutkan pada butir
pertama
3.
Adanya cedera pada jalan napas tanpa memperhitungkan luas luka bakar.
4.
5.
6.
7.
Muka atau leher secara keseluruhan dapat mengganggu pernafasan dan cacat
Luka bakar karena listrik yang luas, yang dapat menyebabkan kematian
Luka bakar dengan luas 15-25 % pada dewasa, dengan luka bakar derajat III kurang dari
10 %.
2.
Luka bakar dengan luas 10-20% pada anak usia kurang 10 thn atau dewasa lebih dari 40
thn, dengan luka bakar derajat III kurang dari 10 %.
3.
Luka bakar dengan derajat III kurang dari 10 % pada anak maupun dewasa yang tidak
mengenai muka, tangan, kaki dan perineum.
2.
3.
Luka bakar dengan luas kurang dari 2 % pada segala usia yang tidak mengenai muka,
tangan, kaki, perineum.
Patofisiologi 1
Akibat pertama luka bakar adalah shock karena kaget dan kesakitan. Pembuluh kapiler
akan rusak dan permeabilitasnya akan meninggi selain itu sel darah yang ada didalamnya
akan rusak sehingga akan terjadi anemia, hemoglobinemia dan hemoglobinuria.
Permeabilitas yang meningkat akan menyebabkan edema dan menimbulkan bula yang
mengandung banyak elektrolit. Hal ini menyebabkan berkurangnya volume cairan intravaskular dan memudahkan terjadinya trombus. Kerusakan kulit akibat luka bakar
menyebabkan kehilangan cairan akibat penguapan yang berlebihan, masuknya cairan ke
bula yang terbentuk pada luka bakar derajat II, dan pengeluaran cairan pada luka bakar
derajat III. Mayoritas kematian akibat luka bakar disebabkan oleh karena infeksi dan
shock.
Bila luas luka bakar lebih dari 20% maka dapat terjadi shock hipovolemik dengan gejala
gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun dan
produksi urin berkurang. Pembengkakan terjadi pelan-pelan, maksimal terjadi setelah 8
jam.
Pada kebakaran pada ruang tertutup atau bila luka bakar terjadi di wajah, dapat terjadi
mukosa jalan napas karena gas, asap atau uap panas yang terhisap. Dapat terjadi edema
laring dengan gejala sesak napas, takipnea, stridor, suara serak, dahak warna gelap akibat
jelaga. Dapat juga terjadi keracunan gas CO dengan gejala ringannya adalah lemas,
bingung, pusing, mual muntah, gejala keracunan yang berat dapat terjadi koma. Bila
kadar CO dalam darah yang terikat dengan hemoglobin lebih dari 60% penderita dapat
meninggal.
Setelah 12-24 jam terjadi perbaikan permeabilitas kapiler dan terjadi mobilisasi dan
penyerapan kembali cairan edema ke dalam pembuluh darah. Hal ini ditandai dengan
meningkatnya diuresis.
Luka bakar sering tidak steril. Kuman penyebab infeksi dapat berasal dari kulit penderita
sendiri atau kontaminasi dari kuman saluran nafas atas atau infeksi nosokomial. Kuman
yang sering menyebabkan infeksi adalah Pseudomonas aeruginosa yang menghasilkan
eksotoksin protease dan toksin-toksin lain yang berbahaya. Infeksi pseudomonas dapat
dilihat dari kasa yang berwarna hijau yang menutup luka bakar. Kuman ini memproduksi
enzim penghancur keropeng yang bersama dengan eksudasi jaringan granulasi akan
membentuk nanah.
Infeksi ringan dan non-invasif (tidak dalam) ditandai dengan keropeng yang mudah
terlepas dengan nanah yang banyak. Infeksi yang invasif ditandai dengan keropeng yang
kering dengan jaringan di tepi keropeng yang mula-mula sehat menjadi nekrotik.
Bila luka bakar dibiopsi dan eksudatnya dibiak, maka biasanya ditemukan kuman dan
terlihat invasi kuman tersebut ke jaringan di sekelilingnya. Luka bakar demikian disebut
luka bakar septik yang dapat menyebabkan timbulnya shock septik.
Pada luka bakar berat dapat ditemukan ileus paralitik. Pada fase akut, peristaltik usus
menurun atau berhenti karena shock, sedangkan pada fase mobilisasi, peristaltik dapat
menurun karena tersering terjadi kekurangan ion kalium. Stres atau beban faal pada
penderita luka bakar dapat menyebabkan timbulnya curlings ulcer. Curlings ulcer
biasanya terjadi pada duodenum, dan memberikan gejala hematemesis melena. Bila tidak
dilakukan tindakan segera dapat terjadi perforasi.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium darah yaitu darah rutin, ureum kreatinin, elektrolit, GDS dan
analisa gas darah merupakan data dasar untuk menilai dan diagnosis awal keadaan
penderita. Pemeriksaan radiologi foto thoraks, apabila dicurigai adanya
trauma inhalasi, trauma pada bagian tubuh dan pasca pemasangan CVP.
PENATALAKSANAAN
Pre-hospital 7
1.
2.
3.
Ingatkan pada orang yang terbakar jangan lari atau berdiri karena api akan lebih besar
4.
Padamkan api dengan disiram air, tutup kain basah atau berguling
5.
Bilas dengan air jika luka bakar kimiawi, jangan dengan anti karena akan timbul reaksi
panas
6.
7.
Pada keracunan CO biasanya karena terjebak dalam ruangan tertutup, timbul gejala
seperti pusing, sakit kepala dan muntah-muntah, terapi dengan oksigen murni
8.
9.
10.
Jangan es/ice-pack !
11.
12.
Penanganan di Emergensi 7
Tindakan penyelamatan jiwa sesuai dengan prosedur ATLS (Advanced Trauma Life Support).
Penanganan:
1.
2.
3.
4.
5.
Pemasangan CVP bila luas luka bakar 40 %, dengan nilai normal pada fase akut adalah
0 2 cmH20
6.
7.
8.
Antitetanus profilaksis
9.
10.
11.
Debridement dalam narkose bila keadaan umum pasien sudah stabil. Tindakan
debridemen dapat diulangi sesuai kondisi pasien
12.
13.
Indikasi rawat : 7
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Perawatan RS 7
Apabila termasuk kriteria luka bakar sedang dan berat (sesuai American Burn Association) maka
pasien dirawat :
1.
2.
3.
Dirawat di ICU sampai kondisinya stabil. Kemudian dapat dipindahkan ke burn unit bila
tersedia.
4.
Fisioterapi
1. Bexter
4cc x % luas luka bakar x Berat Badan
dari jumlah kebutuhan cairan diberikan dalam 8 jam I dan sisanya diberikan dalam 16 jam
berikutnya. Waktu pemberian cairan dihitung dari saat terjadi luka bakar.
Pada hari ke II diberikan cairan dengan jumlah dari jumlah cairan yang diberikan pada
hari I/24 jam.
2. Evans
Untuk cairan pengganti diberikan :
Elekrolit : NaCl 0,9% atau Ringer Laktat = 1cc/kg/1% untuk 24 jam pertama.
Protein : Plasma expander (albumin) = 1cc/kg/1% untuk 24 jam pertama.
Untuk maintenance diberi Dextrose 5%.
Sama seperti halnya dengan rumus Bexter, dari jumlah kebutuhan cairan diberikan
dalam 8 jam I dan sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Waktu pemberian cairan
dihitung dari saat terjadi luka bakar. Pada hari ke II diberikan cairan dengan jumlah
dari jumlah cairan yang diberikan pada hari I/24 jam.
3. Brooke
Untuk hari pertama diberikan:
NaCl 0,9% / Ringer Laktat 1,5cc/kg/1%
Plasma expander / kolloid 0,5cc/kg/1%
Dextrose 5% 2L/2000cc
Maintenance cairan
Untuk hari kedua diberikan:
NaCl 0,9% / Ringer Laktat 0,5cc/kg/1%
Plasma expander / kolloid 0,5cc/kg/1%
Maintenance cairan
Obat-obatan yang dapat digunakan antara lain adalah antibiotik spektrum luas terutama
golongan aminoglikosida yang aktif terhadap pseudomonas. Antacid diberikan untuk
mencegah terjadinya curlings ulcer dan antipiretik diberikan bila suhu tinggi. ATS dan
toksoid juga dapat diberikan. Apabila penderita kesakitan, dapat diberikan pethidin
sebanyak 50 mg iv.
Minuman dapat diberikan pada penderita segera setelah peristaltik usus normal, sebanyak
25ml/ kgBB/ hari, pelan-pelan sampai diuresis minimal 30 ml/ jam.
Nutrisi harus diberikan cukup untuk memenuhi kebutuhan kalori dan keseimbangan
nitrogen yang negatif pada fase katabolisme, yaitu sebanyak 2.500-3.000 Kalori / hari
dengan kadar protein tinggi (100-150 gram/ hari). Makanan lunak diberikan per oral pada
penderita segera setelah dapat minum tanpa kesulitan. Dapat pula diberikan tambahan Fe
sulfat 500 mg, vitamin A, B, C dan D.
Posisi penderita juga harus diperhatikan, supaya tidak terjadi ulkus dekubitus dan
trombus. Selain itu dapat juga dilakukan fisioterapi untuk mencegah terjadinya kontraktur
dan psikoterapi untuk menghadapi emosi penderita.
Penderita luka bakar luas harus dipantau terus-menerus diuresisnya. Keberhasilan
pemberian cairan dapat dilihat dari diuresis normal yaitu sebanyak 1 cc / kgBB/ jam atau
sebanyak 50cc/jam pada orang dewasa.
Resusitasi pada 24 Jam Kedua 4
Pemberian cairan mengalami perubahan-perubahan dalam 24 jam kedua pasca luka
bakar. Peningkatan permeabilitas endotel mikrovaskular pada hari sebelumnya telah
kembali pulih, dan pemberian larutan koloid kini dapat bertahan dalam kompartemen
intravaskular. Koloid harus diberikan sedini mungkin pada hari kedua pasca luka bakar,
biasanya dalam 4-8 jam. Komponen cairan utama untuk resusitasi pada hari kedua
adalah air yang cukup untuk menghasilkan keluaran urin yang adekuat dan penggantian
evaporasi dan kehilangan air tak disadari lainnya yang makin bertambah. Pengukuran
kadar natrium yang sering, akan menuntun dalam mencapai komposisi cairan optimal.
Penatalaksanaan Cairan Setelah 48 Jam 4
Setelah 48 jam, pasien luka bakar menunjukkan perubahan fisiologi sehubungan dengan
respons hipermetabolik pasca luka bakar, yang akan mencapai puncaknya sekitar 1
minggu setelah terjadinya cedera, dan akan menetap hingga luka bakar menutup. Curah
jantung akan meningkat dua kali lipat pada pasien dengan luka bakar yang melampaui
40% LPTT. Ventilasi semenit meningkat, bersama dengan konsumsi oksigen dan
produksi karbondioksida. Kehilangan cairan melalui evaporasi luka bakar menjadi besar
jumlahnya. Mobilisasi edema dan keluaran urin meningkat pada periode ini, dan diuresis
dapat cukup besar karena meningkatnya beban larutan ginjal yang dihasilkan oleh
peningkatan proses-proses katabolik.
Pemberian cairan pada fase pasca resusitasi ditentukan oleh keluaran urin, observasi yang
cermat dan kehilangan berat badan, serta pemeliharaan kadar natrium serum dalam jumlah
normal. Pasien-pasien luka bakar akan bertahan dalam keseimbangan air dan natrium
yang positif hingga 2 minggu setelah tejjadinya cedera. Seperti pada fase resusitasi, maka
suatu keluaran urin minimum sebesar 4060 ml/jam merupakan hal yang penting.
Volume urin yang lebih besar mungkin tidak ada kaitannya dengan keseimbangan cairan,
bahkan mencerminkan suatu diuresis obligatorik sebagai respons terhadap konsentrasi
larutan yang tinggi dalam urin, atau terhadap peningkatan kadar peptida natriuretik dari
atrium. Hiponatremia merupakan penyebab kejang yang paling sering setelah luka bakar,
dan berbahaya terutama pada anak-anak kecil.
Kehilangan kalium melalui urin pada fase pasca resusitasi rata-rata 50-200 meq setiap
harinya dan dapat mencapai 600 meq/hari. Penggantiannya dapat dilakukan dengan
mudah, dengan memantau kadar serum. Kehilangan sel darah merah bersifat progresif,
dan orang dewasa dapat memerlukan hingga 2-3 unit darah setiap minggu guna
mempertahankan kadar hematokrit di atas 30%. Rekombinan critropoetin manusia dapat
mengurangi kebutuhan akan transfusi darah.
DEBRIDEMENT6,7
Indikasi :
Debridement luka bakar diindikasikan pada luka bakar yang dalam misalnya luka bakar
deep-dermal dan subdermal. Luka bakar yang dalam ini ditandai dengan permukaan yang
keputihan, merah, kecoklatan, kuning atau bahkan kehitaman dan tidak adanya capillary
refill ataupun sensibilitas kulit.
Kontraindikasi :
Tidak tersedia donor yang cukup untuk menutup permukaan terbuka (raw surface) yang
timbul.1
Tehnik Operasi
1.
Informed consent
2.
3.
Cuci luka dengan Normal Saline (NaCl 0.9 %) sambil dilakukan nekrotomi & bullektomi
hingga bersih (debridement)
4.
5.
6.
7.
Dapat juga dilakukan perawatan luka terbukan dengan MEBO (moist exposure burn
ointment - berupa salep)
Apabila terdapat
hematoma atau seroma pada saat ganti balutan, atasi dengan membuat insisi kecil pada
daerah yang paling menonjol dan keluarkan isinya.
KOMPLIKASI
1.
2.
3.
Infark miokard
4.
5.
Udem paru
6.
Anemia
7.
Kontraktur
8.
Daftar Pustaka
1. Jong Wd, Sjamsuhidajat R. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta: EGC; 2005.
Hal 73-84
2. Sabiston : Sabiston Textbook of Surgery ed.17th. USA : Elsevier Saunders,
2004.
3. Santoso M, Kurniadhi