Anda di halaman 1dari 13

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

NASIONALISME DI ASIA DAN AFRIKA


Menguraikan Pertumbuhan dan Perkembangan
Nasionalisme di Asia dan Afrika (Jepang, Cina, India,
Turki, Mesir, dan lain-lain) serta Pengaruhnya
Terhadap Perjuangan Pergerakan Kemerdekaan
Indonesia
NASIONALISME JEPANG
Sejak abad XVII, Jepang telah melaksanakan politik
isolasi, tepatnya sejak zaman lyeyashu tahun 1639 sampai
tahun 1854.
Belanda diperbolehkan masuk ke Jepang yaitu di Pelabuhan
Desima dekat kota Nagasaki. Selain itu, yang diperbolehkan
masuk adalah bangsa Cina.
Dalam pemerintahan, sampai tahun 1867, Kaisar/Tenno
tidak memegang pemerintahan. Tenno dianggap sebagai dewa
yang berdiam di Kyoto. Pemerintahan dipegang oleh para
Shogun yang merupakan kekuasaan tertinggi di Jepang.
Sedang di daerah dikuasai oleh seorang Daimyo, yang
mempunyai tentara sendiri. Kaum militer ini disebut Samurai.
Bentuk pemerintahan Bakufu ini berlangsung sejak 1186
sampai dengan 1867, kemudian dilanjutkan dengan tahta
Kaisar Mutsuhito (Meizi Tenno 1867 -1912).
Pada tahun 1846 Commodore Biddle (AS) pernah mencoba
membuka hubungan dagang dengan Jepang, tetapi usaha ini
Sumber : MBM/Sejarah/SMU/II/1/1

gagal. Pada tahun 1854, Commodore Perry dapat mendesak


Shogun lyesada (1853 - 1858) dengan ancaman senjata,
sehingga ditandatangani perjanjian Shimoda 30 Maret 1854
yang membuka pelabuhan Shimoda dan Hokodate untuk bangsa
asing. Pada tahun 1858, pelabuhan Yokohama, Nagasaki, Kobe,
Tokyo, Osaka, Nigata, juga dibuka. Ini berarti berakhirlah
politik isolasi Jepang.
Pada tanggal 19 November 1867 Shogun Yoshinabu
menyerahkan kekuasaannya kepada Tenno dan sejak 14
Desember 1867 Meizi Tenno memegang pemerintahan. Pada
saat ini ibukota dipindahkan dari Kyoto ke Tokyo dan
menetapkan bendera kebangsaan Hinomaru, lagu kebangsaan
Kimigayo, dan Shinto sebagai agama negara.
Pembangunan yang diadakan zaman Meizi Tenno adalah:
a.
b.
c.
d.

bidang pemerintahan
bidang pendidikan dan mental
bidang industri
bidang angkatan perang
Dengan adanya pembangunan ini Jepang muncul sebagai
negara besar yang kuat dan modern, karena itu ia pun ingin
bertindak seperti para imperalis.
1.
2.
3.
4.

Sebab-sebab Jepang menjadi imperialis adalah:


Jepang membutuhkan sumber bahan mentah dan pasar bagi
hasil industrinya.
Terjadi peledakan jumlah penduduk.
Adanya restriksi (pembatasan) imigrasi bangsa Jepang yang
dijalankan oleh negara lain.
Rasa harga diri sebagai negara dan bangsa besar
menimbulkan keinginan bangsa Jepang untuk menandingi
Sumber : MBM/Sejarah/SMU/II/1/1

bangsa-bangsa barat, ditambah dengan pelajaran Shinto


tentang Hakko-Chi-U dunia sebagai satu keluarga.

NASIONALISME CINA
Negara Cina semula adalah negara tertutup bagi bangsa
asing. Dengan datangnya imperialisme barat, Cina akhirnya
terbuka. Bangsa yang berhasil membuka Cina ialah Inggris,
dengan menyelundupkan candu ke Cina, yang menyebabkan
rakyat Cina sangat menderita.
Pemerintah Cina membakar candu milik pedagang Inggris,
akibatnya Inggris marah dan angkatan lautnya menyerang Nan
King. Cina mengakui kekalahannya serta menandatangani
Perjanjian Perdamaian Nan King (1842). Mulai saat inilah
pelabuhan Cina dibuka untuk bangsa dan pada 1860 dalam
Perjanjian Peking, Cina terbuka seluruhnya.
Pada tahun 1850 - 1864 terjadi pemberontakan Tai-Ping
pimpinan Hung-Siu-Chuan berhasil merebut kembali kota Nan
King, tetapi setelah itu keadaan semakin kacau karena mereka
mabuk dengan kemenangan.
Rakyat Cina sangat benci terhadap bangsa asing, karena
itu mereka ingin membersihkan bangsa dan pengaruh asing.
Muncullah suatu gerakan di Cina Utara dengan menamakan diri
Tinju Keadilan", semua anggotanya diajari ilmu silat.
Pemberontakan
itu
selanjutnya
dikenal
sebagai

Pemberontakan Boxer.

Pemberontakan Boxer pecah di peking, dengan sasaran


penyerangan kedutaan-kedutaan asing. Tentara asing
menerobos dari mana saja ke Peking di bawah komando
Sumber : MBM/Sejarah/SMU/II/1/1

Jenderal Von Woldersee. Peking diduduki dan pemberontak


ditindak dengan kejam. Ratu Tse Sji menyerah
menandatangani Boxer Protocol 91. Tiongkok diharuskan
membayar
kerugian
perang
kepada
bangsa
asing
$738.000.000.
Akibat pemberontakan Boxer:
a. Ratu Tse Sji dapat dilemahkan kekuasaan dan pengaruhnya
sehingga kekuasaan seluruhnya jatuh ke tangan bangsa
asing.
b. Ratu Tse Sji menyadari akan kekuatan asing, untuk itu harus
diadakan modernisasi Cina.
Revolusi Nasional Cina 10 Oktober 1911:
a. Timbulnya jalan baru akibat adanya orang asing yang ke Cina
sehingga muncul angkatan baru yang berpaham modern.
b. Timbulnya nasionalisme, karena rakyat kecewa terhadap
pemerintahan Mancu yang kolot dan lemah.

Sebab Khusus
Beberapa orang Tionghoa kaya minta izin kepada
pemerintah Mancu untuk membuka jalan kereta api di Sze
Chuan. Permintaan ditolak dan izin diberikan kepada kongsi
gabungan bangsa asing (British, French, Amerika, Consortum).
Rakyat Tiongkok marah dan pada tanggal 10 Oktober 1911
meletuslah revolusi di Wuachang, pemerintahan Mancu jatuh.
Republik Tiongkok lahir.
Republik Cina semula berkedudukan di Cina Selatan dengan
ibukota Nan King, sedang di Cina Utara berkuasa Kaisar Pu Yi
yang didukung Jenderal Yuan Shih Kai dan para Warlods.
Sumber : MBM/Sejarah/SMU/II/1/1

Untuk menghindari pertumpahan darah Dr. Sun Yat Sen


menyerahkan pimpinan kepada Yuan Shih Kai sehingga
kekuasaan Mancu berakhir pada tanggal 12 Februari 1912.
Selanjutnya Dr. Sun Yat Sen mendirikan partai nasionalis
Cina (Kuo Min Tang) dan melaksanakan San Min Chui yang
berisi nasionalisme, demokrasi, dan sosialis. Yuan Shih Kai
setelah jadi presiden bertindak diktator dan ingin jadi kaisar.
Setelah Yuan Shih Kai meninggal tahun 1916, Dr. Sun Yat
Sen memimpin Cina Selatan kembali. Daerah utara masih
berdiri sendiri. Partai komunis Cina (Kung Chang Tang)
didirikan oleh Li Li San (1912). Pada tahun 1924 Dr. Sun Yat
Sen meninggal dan digantikan oleh Chiang Kai Shek.
Chiang Kai Shek juga berusaha menyatukan Cina Utara
dengan Cina Selatan, karena nasionalis mendirikan pusat
pemerintahan di Nan King sedangkan komunis di Kiang Shi.
Pada tahun 1928 tercipta Republik Cina dengan daerah
mencakup utara dan selatan dengan ibukota Nan King.
Orang-orang komunis tidak mau tunduk pada pemerintahan
di Nan King. Chiang Kai Shek memeranginya, sehingga tentara
komunis yang dipimpin Chu-Teh mengadakan perang gerilya.
Sementara itu pimpinan partai komunis ganti ke tangan Mao
Zedong.
Setelah Perang Dunia II, pertikaian antara Kuo Min Tang
dan Kung Chang Tang timbul kembali karena semua ingin
menjadi penguasa. Karena Kuo Min Tang tidak mendapat
dukungan rakyat dan pimpinannya banyak yang korupsi,
akhirnya terdesak dari darat Cina mundur ke Taiwan (1950).
Sumber : MBM/Sejarah/SMU/II/1/1

NASIONALISME INDIA
Pada tahun 1600 Inggris mendirikan EIC di India. Melalui
EIC kekuasaan Inggris di India semakin besar karena
usaha-usaha dan peran beberapa gubernur jenderal inggris
antara lain Robert Clive, Warren Hostings dan sebagainya.
Antara tahun 1775 sampai 1825 EIC mengalami kesulitan
dan peperangan dalam usahanya memperluas kekuasaannya. Di
samping tindakan-tindakan orang Inggris sendiri yang
melakukan penindasan penghisapan dan diskriminasi terhadap
rakyat India sehingga menimbulkan gerakan pemberontakan di
antaranya adalah pemberontakan Spoy/Indian Mutiny (1857 1859) yang berakibat EIC dibubarkan. Sejak itu India
langsung di bawah kekuasaan mahkota Inggris 1858 dan
mendorong timbulnya nasionalisme di India.
Gerakan pemberontakan di India mulai bersifat nasional
sejak 1885, yaitu dengan berdirinya All India National
Congres.
Pada awalnya Perjuangan badan tersebut bersifat
Cooperation, tapi kemudian bersifat Non Cooperation dan
Revolusioner.
Pada tahun 1906 badan ini mengalami perpecahan karena
adanya perbedaan kepentingan antara golongan Hindu dan
Muslim (Muslim League).
Setelah perang dunia I perjuangan rakyat India mendapat
pengaruh lebih besar dari pemimpin mereka yang terkenal,
Mahatma Gandhi dengan ajaran-ajarannya yaitu: Satyagraha,
Swadesi, Hartal, dan Ahimsa.
Sumber : MBM/Sejarah/SMU/II/1/1

Meletusnya Perang Dunia II memperkuat kedudukan


nasionalisme India sehingga Inggris harus bertindak lunak
terhadap India. Setelah Perang Dunia II selesai, pada tanggal
15 Agustus 1947 India diberi kemerdekaan dengan status
dominion dan kemudian mendapat kemerdekaan penuh tetapi
dalam ikatan British Commonwealth (26 Januari 1950).

NASIONALISME TURKI
Pada awal abad XVI Turki mencapai kemegahan pada
zaman Sultan Sulaiman I (1520 -1566). Pada waktu itu Turki
diakui sebagai "Kerajaan Dunia".
Pada masa pemerintahan Sultan Murad II (1574 - 1595)
Kerajaan Turki mengalami kemunduran sehingga menjadi
kerajaan yang lemah sampai abad XIX, sehingga Turki dijuluki

The Sick Man.

Keadaan Turki yang demikian ini sangat besar pengaruhnya


bagi politik internasional, apalagi waktu itu berkembang
imperialisme modern dan dibukanya Terusan Suez.
Negara-negara di Eropa menunggu mengatur siasat untuk
menghancurkan Turki. Siasat dan strategi mereka tidak
kompak, timbullah Soal Timur (Question of The East). Dalam
hal timur ini, Turki hanya sebagai objek belaka, sedangkan
subjeknya adalah negara-negara barat, terutama Rusia,
Inggris, Perancis, dan Austria.
Turki yang mengalami The Sick Man, menimbulkan gerakan
Turki Muda yang berusaha untuk menyelamatkan Turki dari
keruntuhan dengan mengadakan reorganisasi negara dan
menanamkan nasionalisme Turki kepada golongan muda.
Gerakan ini akhirnya berhasil mendirikan republik Turki
Sumber : MBM/Sejarah/SMU/II/1/1

dengan Mustafa Kemal Pasha sebagai presiden pertama, Ismet


Pasha sebagai perdana menteri. Republik Turki ini
diproklamasikan pada tanggal 29 Oktober 1923.
Ketika Perang Dunia I meletus, Turki ada di blok Jerman.
Ternyata dalam Perang Dunia I Sekutu mendapat kemenangan,
sehingga Turki terpaksa harus menandatangani Perjanjian
Sevres (1920). Perjanjian ini dianggap sangat merugikan maka
tidak diakui secara sepihak, setelah itu diadakan perjanjian
Laussene. Setelah perang selesai, Turki menyatakan dirinya
sebagai negara netral.
Sikap Turki setelah selesainya Perang Dunia II lebih
condong ke blok barat. Hal ini ditempuh sebagai cara untuk
mengamankan diri terhadap pengaruh Rusia yang sejak 1917
menjadi komunis. Akhirnya Turki menjadi anggota blok barat
dan kedudukannya diakui. Dalam tahun, 1952 Turki menjadi
anggota NATO.
Karena hubungannya dengan Amerika Serikat semakin
erat, akhirnya Turki mengakui Israel sebagai negara yang
syah. Sikap Turki yang demikian ini menyebabkan hubungan
dengan negara Arab, makin merenggang.

NASIONALISME MESIR
Usaha penggalian Terusan Suez, Pertama kali dilakukan
oleh Raja Ramses (1298 - 1332) SM tetapi gagal. Usaha kedua
dilakukan oleh Napoleon Bonaparte juga gagal.
Pada masa pemerintahan Gubemur Muhammad Said (1854 1864) di Mesir (Waktu itu Mesi dikuasai Turki) mengadakan

Sumber : MBM/Sejarah/SMU/II/1/1

usaha penggalian dengan memberi konsensi pada Ferdinand de


Lessep (Perancis).
Usaha penggalian dimulai tahun 1859 dan selesai/dibuka
secara resmi 17 November 1869 Penggaiian Terusan Suez ini
semula dapat rintangan dari Inggris yang merasa terancam
kedudukannya di India.
Sementara itu Khedive Ismail menjual saham kepada
Inggris dan Perancis. Dari sinilah akhirnya Mesir mulai
diperintah oleh bangsa asing. Keadaan demikian ini
menimbulkan kekecewaan di kalangan masyarakat Mesir
sehingga timbullah pemberontakan Arabi Pasha (1881 -1882)
Pemberontakan Arabi Pasha ini merupakan motivasi
timbulnya nasionalisme Mesir yang pada waktu itu masih tetap
sebagai bagian dari Turki.
Setelah Perang Dunia I selesai, Partai Wafd (wadf =
utusan) yang dipimpin Saad Zaghlul Pasha menuntut ikut serta
dalam konferensi perdamaian di Paris tetapi ditolak oleh
Inggris dan mengasingkan Zaghul Pasha ke Malta. Pada tahun
1919 timbul pemberontakan dan Zaghul Pasha dibebaskan
kembali, tetapi pemberontakan makin berkobar dan Zaghul
Pasha ditangkap dai diasingkan di Gibraltar.
Setelah Inggris merasa tidak kuat menghadapi
nasionalisme Mesir, terpaksa mengeluarkan penyitaan
Unilateral 28 Februari 1922, tetapi ternyata ini ditentang
oleh kaum nasionalisme Mesir sehingga timbul keributan.
Meskipun demikian Unilateral Declaration (1922) ini
merupakan detil yang bersejarah bagi Mesir karena sejak itu
dunia internasional menganggap Mesir telah merdeka.
Sumber : MBM/Sejarah/SMU/II/1/1

Selama Perang Dunia II, Inggris memanfaatkan Mesir


sebagai basis pertahanan di Timur Tengah. Hal ini sesuai
dengan perjanjian 1936, tetapi setelah perang selesai pasukan
Inggris tetap bercokol di Mesir.

PERANG DUNIA I
Eropa sejak menjelang abad XIX menunjukkan adanya
persaingan dan perbedaan kepentingan, yang bersumber pada
nafsu imperialisme dan rasa kebangsaan terhadap negara dan
bangsa masing-masing.
Hal-hal ini yang kelak menjadi sebab timbulnya Perang
Dunia I. Adapun peristiwa yang menjadi sebab khusus
timbulnya Perang Dunia I adalah terbunuhnya putra mahkota
Austria di Sarajevo (Bosnia) oleh orang Serbia.
Perang Dunia I memecah Benua Eropa menjadi dua blok
yang saling bertempur, pihak yang satu adalah negara-negara
blok Sentral terdiri dari Jerman, Austria, Hongaria, Bulgaria
dan Turki, pihak lainnya adalah blok Sekutu semula terdiri
Serbia, Rusia dan Perancis kemudian menyusul Belgia dan
Inggris dengan dominion-dominionnya seperti Kanada, Afrika
Selatan, Australia, New Zeland, dan India serta Jepang, Italia
dan akhirnya Amerika Serikat. Jepang dan Cina bergabung
dengan Sekutu untuk mengambil kesempatan dan keuntungan.
Dalam Perang Dunia I ini Blok Jerman mengalami kekalahan
sedang negara-negara Eropa yang menjadi medan peperangan,
mengalami kehancuran baik yang menang maupun yang kalah.

Sumber : MBM/Sejarah/SMU/II/1/1

Dalam Perdamaian Versailes 1919 yang ditandatangani oleh


Jerman dan Sekutu. Jerman terpaksa harus menyerahkan
daerah jajahannya kepada Sekutu khususnya Inggris, Perancis
dan Jepang.
Akibat adanya perdamaian perjanjian Versailes ini Jerman
hancur, sehingga keadaan yang buruk ini memaksa Jerman
menempuh jalan kekerasan yang dilandasi dengan rasa
kebangsaan yang angkuh.
Demikianlah perjanjian yang berat ini menimbulkan
benih-benih untuk terjadinya peperangan baru.
Setelah Perang Dunia I selesai Jepang menjadi negara
yang maju setaraf dengan negara-negara industri di Eropa
Barat, bahkan Jepang tumbuh menjadi negara dengan kaum
militer sebagai pemegang kendali pemerintahan (negara
totaliter) demikian pula halnya dengan negara Italia dan Uni
Soviet.
Selama Perang Dunia I hubungan negara penjajah dengan
jajahannya dapat dikatakan putus. Setelah perang berakhir
barang-barang industri membanjiri Asia termasuk ke
Indonesia bahkan berhasil merebut pasaran di Indonesia dari
tangan Belanda.
Sementara itu paham komunis dan fasis juga masuk ke
Indonesia tapi pihak penjajah tidak memberi kesempatan
untuk berkembang. Selain itu sikap Belanda juga semakin keras
terhadap gerakan kebangsaan terutama terhadap mereka yang
anti kerjasama dengan Belanda. Sikap keras inilah yang
nantinya Belanda tidak dapat mengharap bantuan dari rakyat

Sumber : MBM/Sejarah/SMU/II/1/1

Indonesia ketika
Indonesia.

Jepang

pada

tahun 1941

menyerang

Akibat terjadinya Perang Dunia I di antaranya


menimbulkan kesengsaraan, penderitaan dan kekacauan serta
krisis ekonomi sedunia. Untuk itulah timbul keinginan untuk
menghapus bekas perang dengan perundingan perdamaian dan
menghindari perang. Untuk maksud ini didirikan Liga
Bangsa-Bangsa yang berpusat di Genewa, Swiss. Berdirinya
Liga Bangsa-Bangsa ini ternyata tidak dapat memberi harapan
karena LBB tidak mempunyai alat untuk memaksakan
keputusannya bilamana ada negara yang melanggar sehingga
LBB hanya merupakan alat kepentingan politik bagi
negara-negara besar. Maka tidaklah mengherankan bila
akhirnya timbul Perang Dunia II.

PERANG DUNIA II
Keadaan dunia menjelang Perang Dunia II hampir sama
dengan menjelang Perang Dunia I. Adapun sebab-sebab
timbulnya Perang Dunia II, antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

kegagalan Liga Bangsa-Bangsa


perlombaan senjata
lahirnya kembali persekutuan
timbulnya imperialisme baru
terjadinya pertentangan paham
semangat membalas dendam

Sebab khususnya adalah terjadinya penyerbuan Jerman ke


Polandia.

Sumber : MBM/Sejarah/SMU/II/1/1

Perang Dunia II ini pada bagian pertama blok Jerman


mengalami kemenangan sedang blok Sekutu lebih banyak
bersikap defensif (bertahan). Pada bagian ke dua merupakan
masa turning point (masa membalik), pada masa ini blok
Jerman mulai mengalami kekalahan dan blok Sekutu mulai
menang. Pada bagian ketiga blok Sekutu melakukan serangan,
sedang pihak blok Jerman lebih bersifat defensif yang
akhirnya mengalami kekalahan.
Akibat Perang Dunia II ini sangat luas dalam bidang politik,
ekonomi sosial dan rohani. Selain itu bila pada Perang Dunia I
berakibat berdirinya LBB sedang pada Perang Dunia II
berakibat berdirinya Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB)
sebagai penyempurnaan LBB.

Sumber : MBM/Sejarah/SMU/II/1/1

Anda mungkin juga menyukai