Usulan Penelitian
Untuk Memenuhi Persyaratan Melakukan Penelitian Dalam Rangka Penyusunan
Skripsi Program Sarjana Strata-1 Teknik Pertambangan
Diajukan Oleh :
FERDIYAN C. GIRSANG
NIM. H1C111031
LEMBAR PERSETUJUAN
PROPOSAL TUGAS AKHIR
Pengusul
FERDIYAN C. GIRSANG
NIM. H1C111031
Pembimbing I
Pembimbing II
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Proses
penambangan
pada
tahap
pembongkaran
overburden,
atau
penggalian.
Pembongkaran
overburden
dengan
Rumusan Masalah
Permasalahan yang ingin diteliti dalam penelitian ini, yaitu:
1.
2.
3.
Kerusakan/keretakan
pada
dinding
yang
1.3
Batasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pembahasan masalah, yaitu:
1.
2.
Menentukan
tingkat
getaran
hasil
3.
4.
5.
6.
7.
Tidak
membahas
fragmen
hasil
peledakan.
8.
1.4
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui tingkat getaran (ground vibration) hasil kegiatan peledakan.
2. Menentukan nilai ground vibration, sebagai perbandingan dengan nilai
pengkajian di lapangan.
3. Menentukan jarak aman.
4. Menentukan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat getaran hasil
peledakan.
5. Menentukan
langkah-langkah
pengendalian
blasting
effect
(ground
vibration).
6. Melakukan kajian pengaruh ground vibration dan air blast terhadap manusia
dan bangunan.
1.5
Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :
1. Bagi Peneliti
Peneliti dapat mengetahui cara penggunaan Blasmate III, gelombanggelombang yang dihasilkan, tingkat Peak Particle Velocity (PPV) prediksi dan
aktual, dampak blasting effect pasca peledakan dan faktor yang sangat
mempengaruhi blasting effect (ground vibration).
2. Bagi Perusahaan
dalam
pengendalian
tingkat
ground
vibration
pasca
kegiatan
peledakan.
3. Bagi Masyarakat sekitar wilayah Tambang
Memberikan informasi dan pemahaman mengenai efek peledakan di area
pertambangan, serta pengaruh efek peledakan yang dapat diminimalisasi.
4. Bagi Pembaca
Dapat memberikan informasi mengenai kegiatan peledakan yang
dilakukan oleh perusahaan terutama mengenai hal yang berhubungan dengan
tingat getaran yang dihasilkan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Peledakan
Dalam
operasi
penambangan
terutama
pada
tambang
terbuka,
dan
tinggi
jenjang,
kemudian
parameter
lainnya
aspek
diperhitungkan
kegiatan
kerja
Pola Peledakan
Pola peledakan merupakan urutan waktu peledakan antara lubanglubang bor dalam satu baris dengan lubang bor pada baris berikutnya ataupun
antara lubang bor yang satu dengan lubang bor lainnya (lihat gambar 2.1).
Berdasarkan arah runtuhan batuan maka pola peledakan dibedakan
menjadi:
a. Box cut, yaitu arah runtuhan batuannya ke depan dan membentuk kotak.
b. Echelon, yaitu arah runtuhan batuannya ke salah satu sudut dari bidang
bebasnya.
c. V cut, yaitu arah runtuhan batuannya ke depan dan membentuk huruf V.
Berdasarkan urutan waktu peledakan maka pola peledakan
diklasifikasikan sebagai berikut.
a. Pola peledakan serentak, yaitu pola yang menerapkan peledakan secara
serentak untuk semua lubang ledak.
b. Pola peledakan beruntun, yaitu pola yang menerapkan peledakan dengan
waktu tunda/delay antara baris yang satu dengan baris lainnya
(Saptono, 2006; 75-76)
Gambar 2.1
Pola Peledakan
2.1.2
KO LOM LUBANG
LEDAK ( L )
1.
H
PC
Gambar 2.2
Geometri Peledakan Jenjang
Geometri peledakan menurut C.J. Konya adalah sebagai berikut (Konya,
1990; 114-194).
a.
Burden (B)
Burden adalah jarak tegak lurus antara lubang dengan bidang bebas
penghancuran batuan.
SGe 13
B=3,15
De
Koreksi terhadap jumlah baris
SGe
( )
..................................
Kr
1,00
0,90
(2.1)
Dimana :
B
= Burden
De
Kd
1,18
0,95
1,00
Menurut C.J. Konya setelah diketahui burden dasar maka harus dikoreksi
dengan beberapa faktor penentu, yaitu seperti pada tabel berikut.
Tabel 2.1
Retak berat,
banyak
kekar,Terhadap
lapisan perekat
lemah
Faktor
Koreksi
Jumlah
Baris
Ks
1,30
1,10
0,95
Tabel 2.2
Faktor Koreksi Terhadap Posisi Perlapisan Batuan
Tabel 2.3
Faktor Koreksi Terhadap Struktur Geologi
b.
Spasi (S)
Spacing adalah jarak di antara lubang ledak dalam satu garis yang sejajar
dengan bidang bebas. Menurut Konya untuk menentukan jarak spacing,
didasarkan pada jenis detonator listrik yang digunakan dan berapa besar nilai
perbandingan antara tinggi jenjang dan jarak burden. Jika perbandingan antara
H/B lebih kecil dari 4 maka digolongkan jenjang rendah dan bila lebih besar dari
4 maka digolongkan jenjang tinggi.
Tabel 2.4
Persamaan Untuk Menentukan Jarak Spacing
Dimana :
S = Spacing (ft)
H = Tinggi Jenjang (ft)
B = Burden (ft)
Stemming (T)
c.
.................................. (2.2)
dimana :
T = Stemming (ft)
B = Burden (ft)
d.
Subdrilling (J)
Subdrilling merupakan panjang lubang ledak yang berada di bawah garis
Tipe Detonator
H/B < 4lantai jenjang H/B
> 4rata setelah
lantai jenjang yang
berfungsi untuk membuat
relatif
peledakan. Adapun
persamaan untukS mencari
Konya
Serentak
= (H + 2B)jarak
/ 3 subdrilling
S =menurut
2B
adalah:
Delay / Tunda
S = (H + 7B) / 8
J = 0,30 x B
(2.3)
dimana:
S = 1,4B
..................................
J = Subdrilling (ft)
B = Burden (ft)
d.
PF=(de x PC x n)/v
..................................
(2.4)
e.
.................................. (2.5)
.................................. (2.6)
Proses pecahnya batuan akibat energi ledakan dapat dibagi dalam tiga
tingkat, yaitu proses dynamic loading, quasi-static loading dan release of loading
(gambar 2.3) (Koesnaryo, 2001; 33).
1. Proses Pemecahan Tingkat Satu (Dynamic Loading)
Pada saat bahan peledak diinisiasi dan meledak, akan menimbulkan
tekanan tinggi yang dapat menghancurkan batuan di sekitar lubang ledak.
Gelombang kejut (shock wave) yang meninggalkan lubang ledak merambat
dengan kecepatan 3000-5.000 m/det akan mengakibatkan tegangan tangensial
(tangensial stresses) dan menimbulkan rekahan radial (radial cracks) yang
menjalar dari lubang ledak. Rekahan radial pertama terjadi dalam waktu 1- 2 ms.
2. Proses pemecahan tingkat II (Quasi-static Loading)
Tekanan akibat gelombang kejut yang meninggalkan lubang ledak pada
proses I adalah positif. Apabila gelombang kejut mencapai bidang bebas (free
face), gelombang tersebut akan dipantulkan. Tekanannya akan turun dengan
cepat dan kemudian berubah menjadi negatif serta menimbulkan gelombang
tarik (tension wave). Gelombang tarik ini merambat kembali ke dalam batuan.
Oleh karena kuat tarik batuan lebih kecil daripada kuat tekan, maka akan terjadi
rekahan-rekahan karena tegangan tarik (tensile stress) yang cukup kuat
sehingga menyebabkan scabbing atau spalling pada bidang bebas.
Dalam proses pemecahan tahap I dan II fungsi dari energi yang
ditimbulkan gelombang kejut adalah membuat sejumlah rekahan-rekahan kecil
pada batuan. Secara teoritis jumlah energi gelombang kejut hanya berkisar
antara 5-15% dari energi total bahan peledak. Jadi gelombang kejut tidak secara
langsung memecahkan batuan, tetapi mempersiapkan kondisi batuan untuk
proses pemecahan akhir.
3. Proses Pemecahan Tingkat III (Release of Loading)
Di bawah pengaruh tekanan yang sangat tinggi dari gas-gas hasil
peledakan maka rekahan radial utama pada tahap II akan diperlebar secara
cepat oleh efek kombinasi dari tegangan tarik, yang disebabkan oleh kompresi
radial (radial compression) dan pembajian (pneumatic wedging). Apabila massa
batuan di depan lubang ledak gagal mempertahankan posisinya dan bergerak ke
depan maka tegangan tekan yang tinggi yang berada dalam batuan akan
dilepaskan. Akibat pelepasan tegangan tekan ini, akan menimbulkan tegangan
tarik yang besar di dalam massa batuan. Tegangan tarik inilah yang melengkapi
proses pemecahan batuan tahap II. Rekahan yang terjadi pada tahap II
Gambar 2.3
Mekanisme Pecahnya Batuan
2.3 Energi Peledakan
Setiap peledakan akan menghasilkan energi yang menyebabkan
terjadinya berbagai jenis gelombang yang merambat di dalam bumi, di
permukaan bumi maupun di udara. Salah satu penyebab pecahnya batuan dari
bergetarnya bumi karena peledakan adalah adanya rambatan gelombang
tersebut. Reaksi peledakan tidak saja menghasilkan gelombang energi yang
mampu menghancurkan massa batuan padat, tetapi masih ada tersisa energi
yang menghasilkan gelombang dan terus merambat dengan kecepatan yang
kian melemah seiring dengan semakin jauh jarak rambatannya dari pusat
ledakan. Tetapi dalam kasus yang khusus semakin jauh ternyata getaran yang
ditimbulkan lebih besar.
Energi peledakan akan membentuk gelombang tekan yang menghasilkan
deformasi plastis terhadap batuan, sehingga batuan akan pecah atau hancur.
Sebagian dari gelombang tersebut terus merambat menembus bumi atau batuan
membentuk gelombang tegangan-regangan di dalam batas zona elastis batuan.
Gelombang yang menjalar di dalam batas zona elastis batuan disebut pula
gelombang seismik yang tidak akan memecahkan batuan tetapi hanya
menggetarkannya.
ENERGI TERPAKAI
(WORK ENERGY)
ENERGI KEJUT
(SHOCK ENERGY)
ENERGI GAS
(GAS ENERGY)
ENERGI PANAS
(HEAT ENERGY)
ENERGI SINAR
(LIGHT ENERGY)
ENERGI SUARA
(SOUND ENERGY)
ENERGI SEISMIK
(SEISMIC ENERGY)
Gambar 2.4
Distribusi Energi Hasil Peledakan
Energi sisa yang dominan dibicarakan adalah energi seismik dan suara.
Energi seismik akan menghasilkan gelombang seismik yang ditransmisikan atau
dirambatkan ke dalam bumi atau massa batuan yang solid dari ke permukaan.
Gelombang inilah yang menyebabkan getaran peledakan yang dapat dirasakan
oleh kita dan dapat merusak struktur bangunan. Peledakan yang diatur dan
diperhitungkan dengan seksama dapat mengurangi efek gelombang seismik.
Terdapat dua jenis gelombang seismik, yaitu gelombang badan (body
waves) dan gelombang permukaan (surface waves). Disebut gelombang badan
karena gelombang ini merambat dan menembus ke dalam bumi atau massa
batuan. Gelombang badan ada dua jenis,
Gambar 2.5
Ilustrasi Gelombang Seismik
2.4 Ground Vibration
Getaran tanah terjadi pada daerah elastik. Pada daerah ini tegangan
yang diterima material lebih kecil dari kuat tarik material sehingga hanya
menyebabkan perubahan bentuk dan volume. Sesuai dengan sifat elastis
material, maka bentuk dan volume akan kembali pada keadaan semula setelah
tidak ada tegangan yang bekerja. Perambatan tegangan pada daerah elastik
akan menimbulkan gelombang getaran. Getaran tanah ini pada tingkat tertentu
bisa menyebabkan terjadinya kerusakan struktur di sekitar lokasi peledakan.
Oleh karena itu, keadaan bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh operasi
peledakan tidak bisa diabaikan.
2.4.1
suatu
peledakan
untuk
memperoleh
hasil
peledakan
yang
diharapkan. Contohnya:
1) Arah dan kemiringan lubang tembak
2) Pola pemboran
3) Diameter lubang tembak
4) Sifat bahan peledak
5) Pola peledakan
6) Waktu tunda dan arah peledakan
b. Faktor yang tak dapat dikontrol
Adalah faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan manusia, hal ini
disebabkan karena proses terjadinya secara alamiah. Contohnya:
1) Karakteristik massa batuan
2) Struktur geologi
3) Pengaruh air/alam
Berikut ini adalah faktor yang dapat dikontrol:
a. Muatan/Berat Bahan Peledak per Waktu Tunda
Besarnya vibrasi yang dihasilkan peledakan dipengaruhi oleh jumlah
muatan total bahan peledak perwaktu tunda. Apabila dalam suatu peledakan ada
lubang-lubang yang meledak secara bersamaan karena ketidaksengajaan akibat
selisih waktu tunda yang sangat dekat maka dianggap meledak perwaktu tunda
sehingga jumlah muatan total handak yang dianggap meledak bersamaan ini
merupakan muatan bahan peledak perwaktu tunda. Semakin besar muatan
bahan peledak perwaktu tunda, semakin besar vibrasi yang dihasilkan.
b. Jarak dari Titik atau Area Peledakan
Jarak dari titik atau area peledakan juga memberikan pengaruh terhadap
besarnya vibrasi yang dihasilkan. Teoritisnya, semakin dekat suatu titik
pengukuran vibrasi ke titik atau area peledakan maka vibrasi yang terukur
semakin besar tetapi masih dipengaruhi oleh isian bahan peledaknya.
Rambatan
Suara
Blasting
Rambatan
Getaran
Geophone
Komputer
( Software
Blastware)
Gambar 2.7
Variasi Pergerakan Partikel Karena Bentuk Gelombang Getaran
(a) Tekan-Longitudinal (b) Geser-Transversal (c) Rayleigh-mewakili vertikal
2.4.3
SD
V =H
SD=
.................................. (2.7)
D
0,5
W
.................................
(2.8)
dimana:
= Kecepatan partikel
= Konstanta proporsionalitas
= Konstanta (1,6)
SD = Scaled Distance
2.4.4
getaran tanah akibat kegiatan peledakan. Adapun beberapa cara yang dapat
diterapkan untuk mengurangi tingkat getaran, antara lain:
a.
tunda. Secara teoritis, lubang yang meledak dalam satu waktu dibandingkan
lubang yang meledak menggunakan waktu tunda dengan perbandingan
jumlah/berat lubang yang sama dan jumlah bahan peledak yang sama akan
menghasilkan tingkat getaran yang berbeda. Pada peledakan waktu tunda,
jumlah/berat bahan peledak yang meledak akan dibagi-bagi sesuai dengan
penggolongan waktu tundanya. Hal tersebut membuat daya ledak akan terbagi
oleh waktu tunda, sehingga tingkat getaran yang dihasilkan kecil jika
dibandingkan dengan peledakan tanpa waktu tunda.
Ada dua jenis tipe peledakan waktu tunda, yaitu:
1) Hole by hole yaitu Peledakan dengan waktu tunda yang didesain untuk
meledak lubang per lubang.
2) Row by row yaitu dengan waktu tunda yang didesain untuk meledak baris per
baris.
b.
peledakan adalah dengan mengurangi ukuran diameter lubang ledak. Hal ini
bertujuan untuk mengurangi jumlah/berat peledak yang digunakan, sehingga
terjadi daya ledak menjadi berkurang dan mengurangi tingkat getaran yang
dihasilkan. Perubahan ukuran diameter juga akan mempengaruhi ukuran burden
dan spasi serta secara langsung akan merubah nilai powder factor.
c.
Benching
Benching merupakan cara lain yang digunakan untuk mengurangi tingkat
Gambar 2.8
Benching
d.
Decking
Decking juga salah satu cara untuk mengurangi tingkat getaran hasil
kegiatan peledakan. Decking dilakukan dengan cara membagi total kolom isian
dengan menempatkan stemming di dalam kolom isian sehingga kolom isian
terbagi menjadi beberapa segmen. Masing-masing bagian di dalam kolom isian
dipisah dengan waktu tunda, sehingga membuat bahan peledak tidak meledak
pada waktu yang sama. Hal tersebut menyebabkan penuruan tingkat getaran
yang dihasilkan (lihat gambar 2.9).
Gambar 2.9
Decking
e.
Line Drilling
Merupakan cara untuk mengurangi tingkat getaran dengan membuat
baris lubang yang berdiameter kecil (tidak lebih dari 3 inchi), dengan spasi yang
cenderung rapat dan tidak diisi bahan peledak. Biasanya untuk meredam tingkat
getaran pada massa batuan yang tidak stabil (gambar 2.10).
(Hemphill, 1981; 147-150).
Sumber : Hempill,1981;111
2.4.5
Gambar 2.10
Line Drilling
Standar Tingkat Ground Vibration
Jenis Bangunan
Peak Vector
Sum (mm/detik)
7-20
12-40
rangka baja
Sumber: SNI 7571-2010; 3
Tabel 2.6
Jenis Kelas, Frekuensi Maksimum dan PPV Maksimum
Kelas
1
Frekuensi
0-5
PPV (mm/s)
2
2
3
4
5
Sumber : SNI 7571-2010; 4
5-20
20-100
0-5
5-20
20-100
0-5
5-20
20-100
0-5
5-20
20-100
0-5
5-20
20-100
3
5
3
5
7
5
7
12
7
12
20
12
24
40
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
data
hasil
penelitian
dilakukan
dengan
perhitungan
Studi kepustakaan, yaitu pengumpulan data-data dari literaturliteratur dan internet tentang target volume peledakan.
2.
3.
meliputi:
1.
2.
3.
4.
pengkajian di lapangan.
Perhitungan jarak aman manusia dan bangunan dengan lokasi peledakan.
3.4
1.
2.
3.
4.
Persiapan
Perumusan Masalah
1.
2.
3.
Studi Literatur
Pengambilan Data
peledakan.
2. Pengukuran ground vibration
3. Blast design
4. Blast report
5. Penggunaan bahan peledak
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Pengolahan Data
1.
Pengolahan data hasil pengukuran tingkat ground vibration menggunakan perhitungan matematis
2.
3.
4.
peledakan.
Menentukan nilai ground vibration, sebagai perbandingan dengan nilai pengkajian di lapangan.
Perhitungan jarak aman manusia dan bangunan dengan lokasi peledakan.
Analisa Data
1.
2.
3.
4.
Tidak aman
Tidak aman
aman
Rekomendasi
BAB IV
Selesai
JADWAL
PENELITIAN
Gambar 3.1.
Bagan Diagram Alir Penelitian
4.1.
Jadwal Kegiatan
Penelitian Tugas Akhir dilaksanakan selama 2 bulan, sejak tanggal 13 Juli
URAIAN KEGIATAN
1
2
3
4
5
6
Studi Literatur
Seminar Proposal
Orientasi Lapangan
Pengambilan Data
Pengolahan dan Analisa Data
Pembuatan dan Penyusunan Laporan
7
8
Konsultasi Laporan
Presentasi/ Seminar
4.2.
Juni
Juli
Bulan
Agustus
Tempat Kegiatan
Penelitian Tugas Akhir dilaksanakan di PT Agincourt Resources,
Septemb
DAFTAR PUSTAKA