Anda di halaman 1dari 30

PROPOSAL TUGAS AKHIR

KAJIAN TINGKAT GROUND VIBRATION PELEDAKAN YANG DITERIMA DI


AREA PEMUKIMAN SEKITAR LOKASI PENAMBANGAN
PT XYZ

Usulan Penelitian
Untuk Memenuhi Persyaratan Melakukan Penelitian Dalam Rangka Penyusunan
Skripsi Program Sarjana Strata-1 Teknik Pertambangan

Diajukan Oleh :
FERDIYAN C. GIRSANG
NIM. H1C111031

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2015

LEMBAR PERSETUJUAN
PROPOSAL TUGAS AKHIR

KAJIAN TINGKAT GROUND VIBRATION PELEDAKAN YANG DITERIMA DI


AREA PEMUKIMAN SEKITAR LOKASI PENAMBANGAN
PT AGINCOURT RESOURCES, SITE MARTABE GOLD MINE PROJECT,
KABUPATEN TAPANULI SELATAN,
PROVINSI SUMATRA UTARA

Pengusul
FERDIYAN C. GIRSANG
NIM. H1C111031

Banjarbaru, Mei 2015


Disetujui oleh

Pembimbing I

Pembimbing II

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Proses

penambangan

pada

tahap

pembongkaran

overburden,

merupakan tahap yang vital dimana terdapat pilihan untuk melakukan


pembongkaran

atau

penggalian.

Pembongkaran

overburden

dengan

menggunakan peledakan digunakan bilamana penggalian secara mekanis tidak


memungkinkan karena material yang tidak mudah digali, dimana aktivitas
peledakan bertujuan membongkar batuan ataupun material tanah penutup
dengan menggunakan bahan-bahan kimia. Perusahaan tambang menggunakan
teknik pemboran dan peledakan (drill and blast) yang bertujuan untuk menunjang
keberhasilan proses pembongkaran overburden.
Dengan adanya aktivitas drill and blast dalam aktivitas penambangan,
memberikan dampak positif yaitu mempermudah alat-alat mekanis dalam
melakukan pekerjaan. Namun, disamping itu juga menghasilkan dampak negatif,
seperti ground vibration, airblast, flyrock dan fumes. Getaran peledakan (ground
vibration) apabila tidak dikontrol akan mengakibatkan dampak negatif terhadap
masyarakat dan bangunan pemukiman di sekitar area tambang.
Hal tersebut melatarbelakangi dilakukannya pengamatan, penelitian dan
evaluasi lebih mendalam dengan judul Kajian Tingkat Ground Vibration
Peledakan Yang Diterima di Area Pemukiman Sekitar Lokasi Penambangan PT
Agincourt Resources, Site Martabe Gold Mine Project, Kabupaten Tapanuli
Selatan, Provinsi Sumatra Utara.
1.2

Rumusan Masalah
Permasalahan yang ingin diteliti dalam penelitian ini, yaitu:

1.

Besarnya ground vibration dihasilkan


oleh kegiatan peledakan.

2.
3.

Kerusakan/keretakan

pada

dinding

bangunan dan kebisingan menjadi keluhan utama masyarakat.


Perlu
diketahui
faktor

yang

mempengaruhi ground vibration.

1.3

Batasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pembahasan masalah, yaitu:

1.
2.

Menentukan

tingkat

getaran

hasil

kegiatan peledakan dengan menggunakan Blastmate III.


Menghitung dan mengolah data hasil
peledakan dengan analisis scale distance dan menggunakan Sofware
Blastware 10.

3.

Geometri peledakan yang digunakan


menurut C.J. Konya.

4.

Baku tingkat getaran (ground vibration)

5.
6.

yang dihasilkan, diklasifikasikan berdasarkan SNI 7571-2010.


Hanya menganalisa control blasting.
Mengevaluasi
kegiatan
peledakan
terkait dengan pengendalian tingkat ground vibration pasca kegiatan
peledakan.

7.

Tidak

membahas

fragmen

hasil

peledakan.
8.

Tidak membahas biaya pemboran dan


peledakan.

1.4

Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui tingkat getaran (ground vibration) hasil kegiatan peledakan.
2. Menentukan nilai ground vibration, sebagai perbandingan dengan nilai
pengkajian di lapangan.
3. Menentukan jarak aman.
4. Menentukan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat getaran hasil
peledakan.
5. Menentukan

langkah-langkah

pengendalian

blasting

effect

(ground

vibration).
6. Melakukan kajian pengaruh ground vibration dan air blast terhadap manusia
dan bangunan.
1.5

Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :
1. Bagi Peneliti
Peneliti dapat mengetahui cara penggunaan Blasmate III, gelombanggelombang yang dihasilkan, tingkat Peak Particle Velocity (PPV) prediksi dan
aktual, dampak blasting effect pasca peledakan dan faktor yang sangat
mempengaruhi blasting effect (ground vibration).
2. Bagi Perusahaan

Manfaat penelitian bagi perusahaan adalah dapat membantu perusahaan


dalam mengevaluasi dan mengkaji ulang pelaksanaan kegiatan peledakan
terutama

dalam

pengendalian

tingkat

ground

vibration

pasca

kegiatan

peledakan.
3. Bagi Masyarakat sekitar wilayah Tambang
Memberikan informasi dan pemahaman mengenai efek peledakan di area
pertambangan, serta pengaruh efek peledakan yang dapat diminimalisasi.
4. Bagi Pembaca
Dapat memberikan informasi mengenai kegiatan peledakan yang
dilakukan oleh perusahaan terutama mengenai hal yang berhubungan dengan
tingat getaran yang dihasilkan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Peledakan
Dalam

operasi

penambangan

terutama

pada

tambang

terbuka,

peledakan merupakan metode yang paling sering digunakan untuk memberaikan


batuan. Energi yang dihasilkan oleh bahan peledak akan ditransmisikan kedalam
massa batuan sehingga batuan tersebut terberaikan. Semakin besar energi yang
ditransmisikan ke dalam massa batuan semakin kecil ukuran fragmentasi batuan
yang akan dihasilkan oleh proses peledakan tersebut.
Beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam peledakan jenjang yang
dapat dikelompokkan kedalam 3 aspek, yaitu:
1. Aspek teknis
Dalam hal ini tolak ukurnya adalah keberhasilan target produksi.
Parameter penting yang harus diperhitungkan terutama adalah diameter lubang
ledak

dan

tinggi

jenjang,

kemudian

parameter

berdasarkan 2 parameter tersebut.


2. Aspek keselamatan dan kesehatan kerja (K3).
Pertimbangannya bertumpu pada seluruh

lainnya

aspek

diperhitungkan

kegiatan

kerja

pengeboran dan peledakan, termasuk medan kerjanya.


3. Aspek Lingkungan
Dampak negatif peledakan menjadi kritis ketika pekerjaan peledakan
menghasilkan vibrasi tinggi, menimbulkan gangguan akibat suara/getaran yang
sangat keras serta banyaknya batu terbang.
Ketiga aspek tersebut merupakan satu kesatuan dan tidak dapat
meninggalkan salah satu diantaranya.
Suatu operasi peledakan dibidang pertambangan dinyatakan berhasil
dengan baik apabila:
1. Target produksi terpenuhi (dinyatakan dalam ton/hari atau ton/bulan).
2. Penggunaan bahan peledak efisien yang dinyatakan dalam jumlah batuan
yang berhasil dibongkar per kilogram bahan peledak (disebut powder factor).
3. Diperoleh fragmentasi batuan berukuran merata dengan sedikit bongkah
(kurang dari 15% dari jumlah batuan yang terbongkar per peledakan).
4. Diperoleh dinding batuan yang stabil dan rata (tidak ada retakanretakan).
5. Aman.
6. Dampak terhadap lingkungan minimal.
(Koesnaryo, 2001; 4)
2.1.1

Pola Peledakan

Pola peledakan merupakan urutan waktu peledakan antara lubanglubang bor dalam satu baris dengan lubang bor pada baris berikutnya ataupun
antara lubang bor yang satu dengan lubang bor lainnya (lihat gambar 2.1).
Berdasarkan arah runtuhan batuan maka pola peledakan dibedakan
menjadi:
a. Box cut, yaitu arah runtuhan batuannya ke depan dan membentuk kotak.
b. Echelon, yaitu arah runtuhan batuannya ke salah satu sudut dari bidang
bebasnya.
c. V cut, yaitu arah runtuhan batuannya ke depan dan membentuk huruf V.
Berdasarkan urutan waktu peledakan maka pola peledakan
diklasifikasikan sebagai berikut.
a. Pola peledakan serentak, yaitu pola yang menerapkan peledakan secara
serentak untuk semua lubang ledak.
b. Pola peledakan beruntun, yaitu pola yang menerapkan peledakan dengan
waktu tunda/delay antara baris yang satu dengan baris lainnya
(Saptono, 2006; 75-76)

Sumber: Koesnaryo, 2001; 55

Gambar 2.1
Pola Peledakan
2.1.2

Geometri Peledakan Menurut C.J. Konya

KO LOM LUBANG
LEDAK ( L )

1.

H
PC

Sumber: Koesnaryo, 2001; 50

Gambar 2.2
Geometri Peledakan Jenjang
Geometri peledakan menurut C.J. Konya adalah sebagai berikut (Konya,
1990; 114-194).
a.

Burden (B)
Burden adalah jarak tegak lurus antara lubang dengan bidang bebas

terdekat dan merupakan arah terjadinya pemindahan batuan (displacement)


ketika terjadi proses peledakan. Jarak burden yang baik adalah jarak yang
memungkinkan energi ledakan dapat secara maksimal bergerak keluar dari
kolom isian menuju bidang bebas dan dipantulkan kembali dengan kekuatan
yang cukup untuk melampaui kuat tarik batuan sehingga akan terjadi

penghancuran batuan.

SGe 13
B=3,15
De
Koreksi terhadap jumlah baris
SGe

( )

..................................
Kr

Satu atau dua baris lubang ledak

1,00

Tiga lubang ledak dan seterusnya

0,90

(2.1)

Dimana :
B

= Burden

SGe = berat jenis bahan Peledak


SGr

= berat jenis batuan

De

= Diameter lubang ledak (inchi)

Koreksi terhadap posisi perlapisan batuan

Kd

Kemiringan perlapisan sampai memotong

1,18

Kemiringan perlapisan sampai permukaan

0,95

Keadaan lain dari endapan

1,00

Menurut C.J. Konya setelah diketahui burden dasar maka harus dikoreksi
dengan beberapa faktor penentu, yaitu seperti pada tabel berikut.

Koreksi terhadap struktur geologi

Tabel 2.1
Retak berat,
banyak
kekar,Terhadap
lapisan perekat
lemah
Faktor
Koreksi
Jumlah
Baris

Ks
1,30

Lapisan perekat tipis dengan kekar rapat

1,10

Batuan utuh massive

0,95

Sumber: Saptono, 2006; 72

Tabel 2.2
Faktor Koreksi Terhadap Posisi Perlapisan Batuan

Sumber: Saptono, 2006; 72

Tabel 2.3
Faktor Koreksi Terhadap Struktur Geologi

Sumber: Saptono, 2006; 72

b.

Spasi (S)

Spacing adalah jarak di antara lubang ledak dalam satu garis yang sejajar
dengan bidang bebas. Menurut Konya untuk menentukan jarak spacing,
didasarkan pada jenis detonator listrik yang digunakan dan berapa besar nilai
perbandingan antara tinggi jenjang dan jarak burden. Jika perbandingan antara
H/B lebih kecil dari 4 maka digolongkan jenjang rendah dan bila lebih besar dari
4 maka digolongkan jenjang tinggi.
Tabel 2.4
Persamaan Untuk Menentukan Jarak Spacing

Sumber: Saptono, 2006; 72

Dimana :
S = Spacing (ft)
H = Tinggi Jenjang (ft)
B = Burden (ft)
Stemming (T)

c.

Stemming adalah kolom material penutup lubang ledak di atas kolom


isian bahan peledak. Secara teoritis panjang stemming sama dengan panjang
burden, agar tekanan ke arah bidang bebas atas dan samping seimbang.
Persamaan yang digunakan untuk menghitung jarak stemming adalah:
T = 0,70 x B

.................................. (2.2)

dimana :
T = Stemming (ft)
B = Burden (ft)
d.

Subdrilling (J)
Subdrilling merupakan panjang lubang ledak yang berada di bawah garis

Tipe Detonator
H/B < 4lantai jenjang H/B
> 4rata setelah
lantai jenjang yang
berfungsi untuk membuat
relatif

peledakan. Adapun
persamaan untukS mencari
Konya
Serentak
= (H + 2B)jarak
/ 3 subdrilling
S =menurut
2B
adalah:

Delay / Tunda

S = (H + 7B) / 8

J = 0,30 x B

(2.3)
dimana:

S = 1,4B

..................................

J = Subdrilling (ft)
B = Burden (ft)
d.

Powder Factor (PF)


Powder Factor adalah suatu bilangan yang menyatakan perbandingan

antara penggunaan bahan peledak terhadap jumlah material yang diledakkan


atau dibongkar dinyatakan dalam kg/m3. Adapun persamaannya adalah sebagai
berikut.

PF=(de x PC x n)/v

..................................

(2.4)

dimana: de = Loading density (kg/m)


v

= Volume batuan yang diledakkan (m3)

= Jumlah lubang ledak

PC = Tinggi kolom isian (m)

e.

Pemakaian Bahan Peledak


Dalam menentukan bahan peledak yang digunakan dalam setiap lubang

ledak maka terlebih dahulu ditentukan loading density. Untuk menentukan


loading density digunakan rumus :
de = 0,34 x SGe x De2
dimana: de

.................................. (2.5)

= Loading density (lb/ft)

SGe = Berat jenis bahan peledak


De

= Diameter bahan peledak (inchi)

Banyaknya bahan peledak yang digunakan dalam setiap lubang


digunakan rumus :
E = Pc x de x N
dimana: E

= Jumlah bahan peledak (kg)

Pc = Tinggi kolom isian (m)


de = Loading density (Kg/m)
N

= Jumlah lubang ledak

2.2 Mekanisme Pecahan Batuan

.................................. (2.6)

Proses pecahnya batuan akibat energi ledakan dapat dibagi dalam tiga
tingkat, yaitu proses dynamic loading, quasi-static loading dan release of loading
(gambar 2.3) (Koesnaryo, 2001; 33).
1. Proses Pemecahan Tingkat Satu (Dynamic Loading)
Pada saat bahan peledak diinisiasi dan meledak, akan menimbulkan
tekanan tinggi yang dapat menghancurkan batuan di sekitar lubang ledak.
Gelombang kejut (shock wave) yang meninggalkan lubang ledak merambat
dengan kecepatan 3000-5.000 m/det akan mengakibatkan tegangan tangensial
(tangensial stresses) dan menimbulkan rekahan radial (radial cracks) yang
menjalar dari lubang ledak. Rekahan radial pertama terjadi dalam waktu 1- 2 ms.
2. Proses pemecahan tingkat II (Quasi-static Loading)
Tekanan akibat gelombang kejut yang meninggalkan lubang ledak pada
proses I adalah positif. Apabila gelombang kejut mencapai bidang bebas (free
face), gelombang tersebut akan dipantulkan. Tekanannya akan turun dengan
cepat dan kemudian berubah menjadi negatif serta menimbulkan gelombang
tarik (tension wave). Gelombang tarik ini merambat kembali ke dalam batuan.
Oleh karena kuat tarik batuan lebih kecil daripada kuat tekan, maka akan terjadi
rekahan-rekahan karena tegangan tarik (tensile stress) yang cukup kuat
sehingga menyebabkan scabbing atau spalling pada bidang bebas.
Dalam proses pemecahan tahap I dan II fungsi dari energi yang
ditimbulkan gelombang kejut adalah membuat sejumlah rekahan-rekahan kecil
pada batuan. Secara teoritis jumlah energi gelombang kejut hanya berkisar
antara 5-15% dari energi total bahan peledak. Jadi gelombang kejut tidak secara
langsung memecahkan batuan, tetapi mempersiapkan kondisi batuan untuk
proses pemecahan akhir.
3. Proses Pemecahan Tingkat III (Release of Loading)
Di bawah pengaruh tekanan yang sangat tinggi dari gas-gas hasil
peledakan maka rekahan radial utama pada tahap II akan diperlebar secara
cepat oleh efek kombinasi dari tegangan tarik, yang disebabkan oleh kompresi
radial (radial compression) dan pembajian (pneumatic wedging). Apabila massa
batuan di depan lubang ledak gagal mempertahankan posisinya dan bergerak ke
depan maka tegangan tekan yang tinggi yang berada dalam batuan akan
dilepaskan. Akibat pelepasan tegangan tekan ini, akan menimbulkan tegangan
tarik yang besar di dalam massa batuan. Tegangan tarik inilah yang melengkapi
proses pemecahan batuan tahap II. Rekahan yang terjadi pada tahap II

merupakan bidang-bidang lemah yang membantu fragmentasi utama pada


proses peledakan.

Sumber: Koesnaryo, 2001; 34

Gambar 2.3
Mekanisme Pecahnya Batuan
2.3 Energi Peledakan
Setiap peledakan akan menghasilkan energi yang menyebabkan
terjadinya berbagai jenis gelombang yang merambat di dalam bumi, di
permukaan bumi maupun di udara. Salah satu penyebab pecahnya batuan dari
bergetarnya bumi karena peledakan adalah adanya rambatan gelombang
tersebut. Reaksi peledakan tidak saja menghasilkan gelombang energi yang
mampu menghancurkan massa batuan padat, tetapi masih ada tersisa energi
yang menghasilkan gelombang dan terus merambat dengan kecepatan yang
kian melemah seiring dengan semakin jauh jarak rambatannya dari pusat
ledakan. Tetapi dalam kasus yang khusus semakin jauh ternyata getaran yang
ditimbulkan lebih besar.
Energi peledakan akan membentuk gelombang tekan yang menghasilkan
deformasi plastis terhadap batuan, sehingga batuan akan pecah atau hancur.
Sebagian dari gelombang tersebut terus merambat menembus bumi atau batuan
membentuk gelombang tegangan-regangan di dalam batas zona elastis batuan.
Gelombang yang menjalar di dalam batas zona elastis batuan disebut pula
gelombang seismik yang tidak akan memecahkan batuan tetapi hanya
menggetarkannya.

Dari uraian di atas, maka energi yang dihasilkan peledakan dapat


dikategorikan ke dalam dua bagian, yaitu energi terpakai (work energy) dari
energi sisa (waste energy). Energi terpakai adalah energi yang menghasilkan
tenaga atau daya yang betul-betul digunakan untuk menghancurkan batuan.
Energi ini terdiri dari 2 jenis, yaitu energi kejut dan energi gas. Gambar 2.4
memperlihatkan skema pembagian energi peledakan.
ENERGI PELEDAKAN
(EXPLOSIVE ENERGY)

ENERGI TERPAKAI
(WORK ENERGY)

ENERGI KEJUT
(SHOCK ENERGY)

ENERGI GAS
(GAS ENERGY)

ENERGI TAK TERPAKAI


(WASTE ENERGY)

ENERGI PANAS
(HEAT ENERGY)

ENERGI SINAR
(LIGHT ENERGY)

ENERGI SUARA
(SOUND ENERGY)

ENERGI SEISMIK
(SEISMIC ENERGY)

Sumber: Marmer, 2008; 4

Gambar 2.4
Distribusi Energi Hasil Peledakan
Energi sisa yang dominan dibicarakan adalah energi seismik dan suara.
Energi seismik akan menghasilkan gelombang seismik yang ditransmisikan atau
dirambatkan ke dalam bumi atau massa batuan yang solid dari ke permukaan.
Gelombang inilah yang menyebabkan getaran peledakan yang dapat dirasakan
oleh kita dan dapat merusak struktur bangunan. Peledakan yang diatur dan
diperhitungkan dengan seksama dapat mengurangi efek gelombang seismik.
Terdapat dua jenis gelombang seismik, yaitu gelombang badan (body
waves) dan gelombang permukaan (surface waves). Disebut gelombang badan
karena gelombang ini merambat dan menembus ke dalam bumi atau massa
batuan. Gelombang badan ada dua jenis,

yaitu gelombang kompresi

(compressional waves) dan gelombang geser (shear waves) (gambar 2.5) .


1. Gelombang kompresi disebut juga gelombang primer (P-waves) menghasilkan
gerakan tekan-tarik secara bergantian yang menimbulkan kompresi dan
dilatasi (pengembangan) serta merambat dan bergetar searah dengan arah
perambatan gelombang.
2. Gelombang geser disebut juga gelombang sekunder (S-waves) adalah
gelombang melintang (transversal) menghasilkan getaran partikel naik-turun
dengan arah tegak lurus perambatan gelombang.

Gelombang kompresi dan geser merambat dengan kecepatan yang


berbeda, di mana gelombang kompresi selalu bergerak lebih cepat. Gelombang
permukaan merambat di luar lapisan atau di permukaan bumi dan tidak
menembus bumi atau lapisan batuan. Gelombang ini akan terbentuk apabila
gelombang badan menemukan permukaan bebas dan mengalami refleksi.
Terdapat dua jenis gelombang permukaan, yaitu:
1. Gelombang Rayleigh (R-wave), yaitu gerakan partikel yang berputar mundur
(retograde circular motion) membuat lintasan eliptis pada bidang vertikal
sejajar arah perambatan gelombang.
2. Gelombang Love (Q-wave), yaitu gerakan partikel tegak lurus dengan arah
perambatan gelombang.
(Marmer, 2008; 3-6).

Sumber: Marmer, 2008; 6

Gambar 2.5
Ilustrasi Gelombang Seismik
2.4 Ground Vibration
Getaran tanah terjadi pada daerah elastik. Pada daerah ini tegangan
yang diterima material lebih kecil dari kuat tarik material sehingga hanya
menyebabkan perubahan bentuk dan volume. Sesuai dengan sifat elastis
material, maka bentuk dan volume akan kembali pada keadaan semula setelah
tidak ada tegangan yang bekerja. Perambatan tegangan pada daerah elastik
akan menimbulkan gelombang getaran. Getaran tanah ini pada tingkat tertentu
bisa menyebabkan terjadinya kerusakan struktur di sekitar lokasi peledakan.
Oleh karena itu, keadaan bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh operasi
peledakan tidak bisa diabaikan.
2.4.1

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Ground Vibration

Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi dalam kontrol tingkat


getaran tanah hasil kegiatan peledakan. Ground vibration hasil kegiatan
peledakan dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu faktor yang dapat dikontrol
dan yang tidak dapat dikontrol.
Faktor-faktor tersebut, yaitu:
a. Faktor yang dapat dikontrol
Adalah faktor yang dapat dikendalikan oleh kemampuan manusia dalam
merancang

suatu

peledakan

untuk

memperoleh

hasil

peledakan

yang

diharapkan. Contohnya:
1) Arah dan kemiringan lubang tembak
2) Pola pemboran
3) Diameter lubang tembak
4) Sifat bahan peledak
5) Pola peledakan
6) Waktu tunda dan arah peledakan
b. Faktor yang tak dapat dikontrol
Adalah faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan manusia, hal ini
disebabkan karena proses terjadinya secara alamiah. Contohnya:
1) Karakteristik massa batuan
2) Struktur geologi
3) Pengaruh air/alam
Berikut ini adalah faktor yang dapat dikontrol:
a. Muatan/Berat Bahan Peledak per Waktu Tunda
Besarnya vibrasi yang dihasilkan peledakan dipengaruhi oleh jumlah
muatan total bahan peledak perwaktu tunda. Apabila dalam suatu peledakan ada
lubang-lubang yang meledak secara bersamaan karena ketidaksengajaan akibat
selisih waktu tunda yang sangat dekat maka dianggap meledak perwaktu tunda
sehingga jumlah muatan total handak yang dianggap meledak bersamaan ini
merupakan muatan bahan peledak perwaktu tunda. Semakin besar muatan
bahan peledak perwaktu tunda, semakin besar vibrasi yang dihasilkan.
b. Jarak dari Titik atau Area Peledakan
Jarak dari titik atau area peledakan juga memberikan pengaruh terhadap
besarnya vibrasi yang dihasilkan. Teoritisnya, semakin dekat suatu titik
pengukuran vibrasi ke titik atau area peledakan maka vibrasi yang terukur
semakin besar tetapi masih dipengaruhi oleh isian bahan peledaknya.

c. Tipe/Jenis Bahan Peledak


Bahan peledak yang memiliki densitas dan tekanan detonasi yang kecil
akan memberikan tekanan yang kecil pula terhadap lubang ledak sehingga
menghasilkan besaran vibrasi yang kecil.
d. Geometri Peledakan
Diameter lubang ledak yang semakin besar maka semakin panjang kolom
isian bahan peledak pada lubang ledak, sehingga jumlah bahan peledak yang
digunakan akan semakin besar, yang akan meningkatkan jumlah bahan peledak
yang meledak perwaktu tunda.
e. Waktu Tunda (Delay Period)
Waktu tunda antar lubang ledak sangat mempengaruhi tingkat vibrasi
yang dihasilkan. Apabila interval waktu tunda makin besar maka kemungkinan
jumlah bahan peledak yang dianggap meledak bersamaan akan semakin kecil,
sehingga tingkat vibrasi yang dihasilkan akan makin kecil begitu pula sebaliknya.
f. Pola dan Arah Inisiasi Lubang Ledak
Pada peledakan terbagi menjadi dua arah inisiasi, yaitu arah inisiasi
searah strike (searah penyebaran batubara) dan berpotongan strike (berlawanan
arah penyebaran batubara). Penyebaran energi seismik hasil dari peledakan
pada arah inisiasi berpotongan strike akan terhambat karena adanya beberapa
lapisan batuan. Sedangkan penyebaran energi seismik pada arah inisiasi searah
strike akan merambat tanpa hambatan sehingga menyebabkan penyebaran
energi seismik hasil peledakan lebih besar dibandingkan dengan peledakan arah
inisiasi berpotongan strike.
(Jimeno,1995; 333-337)
2.4.2

Pengukuran Tingkat Ground Vibration


Untuk mengetahui besar getaran dan kebisingan (air blast) akibat

peledakan, maka harus diukur dengan alat ukur getaran (seismograf).


Sedangkan untuk mengetahui pengaruh getaran peledakan terhadap lingkungan
maka hasil pengukuran dibandingkan dengan baku tingkat getaran yang berlaku.
Seismograf yang digunakan adalah Blastmate III buatan Instantel Kanada yang
terdiri dari sebuah geophone dan sebuah level meter (microphone).
Mekanisme pengukuran getaran (Gambar 2.6) adalah:
a. Blasmate III dipersiapkan untuk pengukuran. Geophone (ditanamkan ke
permukaan tanah) dan microphone dipasang menghadap arah titik peledakan.

b. Getaran dan kebisingan peledakan (getaran mekanis) direkam oleh geophone


dan microphone, diubah menjadi getaran elektris lalu disimpan di memori
yang terdapat di dalam Blasmate III.
c. Hasil pengukuran yang terdapat di dalam memori di download ke komputer
dengan menggunakan program Blastware.
d. Hasil akhir berupa seismogram yang dapat menampilkan angka-angka besar
getaran dan kebisingan serta grafik.
(Marmer, 2008; 22)
Microphone

Blastmate III III

Rambatan
Suara

Print Out Grafik


Hasil Monitoring
nov1395m.mpeg

Blasting

Rambatan
Getaran
Geophone
Komputer
( Software
Blastware)

Sumber : Marmer, 2008;24


Gambar 2.6
Mekanisme Pengukuran Kebisingan dan Getaran
Getaran tanah yang dihasilkan dalam proses peledakan umumnya
dinyatakan dalam peak vector sum (PVS) serta biasanya menggunakan satuan
mm/sec. Menurut arah gerakan partikel, komponen ground vibration hasil
kegiatan peledakan digolongkan menjadi 3 jenis (Gambar 2.7), yaitu :
a. Gerakan Longitudinal (radial) adalah gerakan partikel maju dan mundur
sesuai dengan arah rambatan gelombang yang biasanya bergerak dari
sumber ledak ke arah alat perekam.
b. Gerakan Transverse (tangensial) adalah gerakan partikel tanah atau batuan
ke kiri dan kanan dan tegak lurus arah rambatan gelombang.
c. Gerakan Vertikal adalah gerakan partikel naik turun.

Sumber : Anonim, 2006; 4

Gambar 2.7
Variasi Pergerakan Partikel Karena Bentuk Gelombang Getaran
(a) Tekan-Longitudinal (b) Geser-Transversal (c) Rayleigh-mewakili vertikal
2.4.3

Kontrol Ground Vibration


Cara yang praktis dan efektif untuk mengontrol tingkat getaran adalah

dengan menggunakan Scaled Distance. Scaled Distance memungkinkan


pelaksana lapangan menentukan jumlah bahan peledak yang diperlukan atau
jarak aman untuk muatan bahan peledak yang jumlahnya telah ditentukan.
Dengan menggunakan sistem metrik, Scaled Distance dapat di rumuskan
sebagai berikut (Hustrulid, 1999).

SD
V =H
SD=

.................................. (2.7)

D
0,5
W

.................................

(2.8)
dimana:

= Kecepatan partikel

= Konstanta proporsionalitas

= Jarak titik pengukuran ke titik peledakan

= Muatan bahan peledak yang dianggap meledak bersamaan

= Konstanta (1,6)

SD = Scaled Distance
2.4.4

Metode untuk Mengurangi Tingkat Ground Vibration


Desain peledakan merupakan kunci dasar untuk mengurangi tingkat

getaran tanah akibat kegiatan peledakan. Adapun beberapa cara yang dapat
diterapkan untuk mengurangi tingkat getaran, antara lain:

a.

Peledakan dengan Waktu Tunda


Cara pertama adalah menggunakan metode peledakan dengan waktu

tunda. Secara teoritis, lubang yang meledak dalam satu waktu dibandingkan
lubang yang meledak menggunakan waktu tunda dengan perbandingan
jumlah/berat lubang yang sama dan jumlah bahan peledak yang sama akan
menghasilkan tingkat getaran yang berbeda. Pada peledakan waktu tunda,
jumlah/berat bahan peledak yang meledak akan dibagi-bagi sesuai dengan
penggolongan waktu tundanya. Hal tersebut membuat daya ledak akan terbagi
oleh waktu tunda, sehingga tingkat getaran yang dihasilkan kecil jika
dibandingkan dengan peledakan tanpa waktu tunda.
Ada dua jenis tipe peledakan waktu tunda, yaitu:
1) Hole by hole yaitu Peledakan dengan waktu tunda yang didesain untuk
meledak lubang per lubang.
2) Row by row yaitu dengan waktu tunda yang didesain untuk meledak baris per
baris.
b.

Mengurangi Diameter Lubang Ledak


Cara lain yang digunakan untuk mengurangi tingkat getaran akibat

peledakan adalah dengan mengurangi ukuran diameter lubang ledak. Hal ini
bertujuan untuk mengurangi jumlah/berat peledak yang digunakan, sehingga
terjadi daya ledak menjadi berkurang dan mengurangi tingkat getaran yang
dihasilkan. Perubahan ukuran diameter juga akan mempengaruhi ukuran burden
dan spasi serta secara langsung akan merubah nilai powder factor.
c.

Benching
Benching merupakan cara lain yang digunakan untuk mengurangi tingkat

getaran. Cara ini dilakukan dengan mengecilkan atau mengurangi tingkat


kedalaman yang didesain untuk tinggi jenjang dari total rencana final kedalaman.
Contoh, jika final kedalaman yang direncanakan adalah 60 ft, maka jika
menggunakan cara benching kedalaman tersebut dipotong/dikurangi 30 ft atau
lebih. Dalam contoh tersebut, untuk mencapai target final kedalaman maka
peledakan jenjang direncanakan menjadi 2 (dua) tahap. Hal tersebut akan
mengurangi jumlah/berat bahan peledak sehingga daya ledak dan tingkat
getaran menjadi berkurang (lihat gambar 2.8).

Sumber: Hemphill. G. B., 1981

Gambar 2.8
Benching

d.

Decking
Decking juga salah satu cara untuk mengurangi tingkat getaran hasil

kegiatan peledakan. Decking dilakukan dengan cara membagi total kolom isian
dengan menempatkan stemming di dalam kolom isian sehingga kolom isian
terbagi menjadi beberapa segmen. Masing-masing bagian di dalam kolom isian
dipisah dengan waktu tunda, sehingga membuat bahan peledak tidak meledak
pada waktu yang sama. Hal tersebut menyebabkan penuruan tingkat getaran
yang dihasilkan (lihat gambar 2.9).

Sumber: Engineering PT Adaro Indonesia

Gambar 2.9
Decking
e.

Line Drilling
Merupakan cara untuk mengurangi tingkat getaran dengan membuat

baris lubang yang berdiameter kecil (tidak lebih dari 3 inchi), dengan spasi yang
cenderung rapat dan tidak diisi bahan peledak. Biasanya untuk meredam tingkat
getaran pada massa batuan yang tidak stabil (gambar 2.10).
(Hemphill, 1981; 147-150).

Sumber : Hempill,1981;111

2.4.5

Gambar 2.10
Line Drilling
Standar Tingkat Ground Vibration

Agar diketahui pengaruh getaran peledakan terhadap lingkungan sekitar


lokasi peledakan, maka hasil pengukuran dibandingkan dengan baku tingkat
getaran nasional sesuai dengan kondisi lingkungan dan bangunan yang ada di
Indonesia.
Di Indonesia, parameter khusus yang digunakan untuk kontrol tingkat
getaran hasil peledakan, diatur dalam Standar Nasional Indonesia (SNI)
7571:2010. Adapun standar baku tingkat tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.5
dan Tabel 2.6
Tabel 2.5
Kelas dan Jenis Bangunan Serta Peak Vektor Sum
Kela
s

Jenis Bangunan

Peak Vector
Sum (mm/detik)

Bangunan kuno yang dilindungi


1

Undang-Undang benda cagar

budaya (Undang-Undang No.6


Tahun 1992).
Bangunan dengan pondasi,
pasangan bata dan adukan semen

saja, termasuk bangunan dengan

pondasi dari kayu dan lantainya


diberi adukan semen
Bangunan dengan pondasi,
3

pasangan bata dan adukan semen

diikat dengan slope beton


Bangunan dengan pondasi,
4

pasangan bata dan adukan semen


slope beton, kolom dan rangka diikat

7-20

dengan ring baik


Bangunan dengan pondasi,
5

pasangan bata dan adukan semen,


slope beton, kolom dan diikat dengan

12-40

rangka baja
Sumber: SNI 7571-2010; 3

Tabel 2.6
Jenis Kelas, Frekuensi Maksimum dan PPV Maksimum
Kelas
1

Frekuensi
0-5

PPV (mm/s)
2

2
3
4
5
Sumber : SNI 7571-2010; 4

5-20
20-100
0-5
5-20
20-100
0-5
5-20
20-100
0-5
5-20
20-100
0-5
5-20
20-100

3
5
3
5
7
5
7
12
7
12
20
12
24
40

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1

Diagram Alir Penelitian


Metode yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada metode

perhitungan aktual lapangan yang bertujuan untuk mendapatkan hasil pada


waktu sekarang. Rancangan kegiatan penelitian ini terdiri dari 4 tahapan yaitu
tahap persiapan, tahap pengumpulan data, tahap pengolahan data, dan tahap
penyusunan laporan akhir.
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini dilakukan penyusunan usulan tugas akhir. Sasaran utama
studi pendahuluan ini adalah gambaran umum daerah penelitian. Studi literatur
dilakukan dengan mencari bahan-bahan pustaka yang menunjang kegiatan
penelitian, yang diperoleh dari :
a.
Instansi terkait
b.
Perpustakaan
c.
Grafik dan Tabel
d.
Informasi penunjang lainnya
2. Pengamatan Lapangan
Pengamatan di lapangan ditujukan untuk mendapatkan data-data yang
diperlukan secara langsung di lapangan. Pengambilan data dilakukan dengan
pengamatan dan pengukuran.
3. Pengolahan Data
Pengolahan

data

hasil

penelitian

dilakukan

dengan

perhitungan

berdasarkan teori yang ada dan data hasil penelitian.


4. Analisa data
Dari rumusan-rumusan yang telah didapat kemudian dilakukan analisa
untuk menemukan jawaban atas pertanyaan perihal rumusan dan hal-hal yang
diperoleh dalam penelitian.
5. Kesimpulan
Hasil sintesis data keseluruhan dirangkum ke dalam laporan tertulis untuk
dipertanggungjawabkan dalam bentuk laporan hasil penelitian tugas akhir.
3.2

Teknik Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini


meliputi:
1.

Studi kepustakaan, yaitu pengumpulan data-data dari literaturliteratur dan internet tentang target volume peledakan.

2.

Observasi lapangan, yaitu pengamatan di lapangan meliputi


kegiatan peledakan.

3.

Wawancara dengan instruktur lapangan serta orang-orang yang


ahli dibidangnya.
Adapun data-data yang dikumpulkan terbagi menjadi dua, yaitu :

1. Data Primer, meliputi :


a. Pengukuran jarak pengamatan terhadap lokasi peledakan
b. Pengukuran ground vibration
c. Blast design
d. Blast report
e. Penggunaan bahan peledak
2.
Data Sekunder, meliputi :
a. Peta Lokasi perusahaan
b. Peta wilayah PKP2B
c. Kondisi geologi setempat
d. Data curah hujan
e. Karakteristik Bahan Peledak
f.
3.3

Rencana Teknis Peledakan


Teknik Pengolahan Data
Adapun pengolahan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini

meliputi:
1.

Pengolahan data hasil pengukuran tingkat ground vibration menggunakan

2.

perhitungan matematis dan bantuan software di komputer.


Metode pengolahan data manual dilakukan untuk mengklasifikasikan tingkat

3.

getaran hasil peledakan.


Menentukan nilai ground vibration, sebagai perbandingan dengan nilai

4.

pengkajian di lapangan.
Perhitungan jarak aman manusia dan bangunan dengan lokasi peledakan.

3.4

Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang dipergunakan yaitu analisis kualitatif, kuantitatif,

dan deskriptif. Berupa pengamatan dan melakukan perhitungan fragmentasi


yang dihasilkan oleh peledakan. Adapun data yang akan diolah yaitu:

1.

Analisa klasifikasi tingkat baku getaran (ground vibration)

2.

Analisa control blasting.

3.

Analisa hubungan konsep Scale Distance (SD) dengan Peak Particle


Velocity (PPV).

4.

Analisa faktor yang mempengaruhi tingkat getaran (ground vibration).

Persiapan

Perumusan Masalah
1.
2.

3.

Besarnya ground vibration dihasilkan oleh kegiatan peledakan.


Kerusakan/keretakan pada dinding bangunan dan kebisingan menjadi keluhan utama masyarakat..
Perlu diketahui faktor yang mempengaruhi tingkat ground vibration.

Studi Literatur
Pengambilan Data

Data Primer, meliputi:


1. Pengukuran jarak pengamatan terhadap lokasi

Data Sekunder, meliputi:

peledakan.
2. Pengukuran ground vibration
3. Blast design
4. Blast report
5. Penggunaan bahan peledak

1.

Peta Lokasi perusahaan

2.

Peta wilayah PKP2B

3.

Kondisi geologi setempat

4.

Data curah hujan

5.

Karakteristik Bahan Peledak

6.

Rencana Teknis Peledakan

Pengolahan Data
1.

Pengolahan data hasil pengukuran tingkat ground vibration menggunakan perhitungan matematis

2.

dan bantuan software di komputer.


Metode pengolahan data manual dilakukan untuk mengklasifikasikan tingkat getaran hasil

3.
4.

peledakan.
Menentukan nilai ground vibration, sebagai perbandingan dengan nilai pengkajian di lapangan.
Perhitungan jarak aman manusia dan bangunan dengan lokasi peledakan.

Analisa Data
1.
2.
3.
4.

Analisa klasifikasi tingkat baku getaran (ground vibration).


Analisa control blasting.
Analisa hubungan konsep Scale Distance (SD) dengan Peak Particle Velocity (PPV).
Analisa faktor yang mempengaruhi tingkat getaran (ground vibration).

Evaluasi dan modifikasi


rancangan peledakan

Pengaruh getaran hasil peledakan yang aman untuk area


permukiman sekitar lokasi penambangan (khususnya
bangunan) berdasarkan SNI 7571:2010 adalah Peak
Vektor Sum (PVS) 40 mm/s dan frekuensi 100 hz.

Tidak aman
Tidak aman

aman
Rekomendasi

BAB IV
Selesai
JADWAL
PENELITIAN

Gambar 3.1.
Bagan Diagram Alir Penelitian

4.1.

Jadwal Kegiatan
Penelitian Tugas Akhir dilaksanakan selama 2 bulan, sejak tanggal 13 Juli

2015 hingga 13 September 2015. Rencana jadwal kegiatan dijelaskan pada


Tabel 4.1
Tabel 4.1
Rencana Jadwal Kegiatan Penelitian Tugas Akhir
No.

URAIAN KEGIATAN

1
2
3
4
5
6

Studi Literatur
Seminar Proposal
Orientasi Lapangan
Pengambilan Data
Pengolahan dan Analisa Data
Pembuatan dan Penyusunan Laporan

7
8

Konsultasi Laporan
Presentasi/ Seminar

4.2.

Juni

Juli

Bulan
Agustus

Tempat Kegiatan
Penelitian Tugas Akhir dilaksanakan di PT Agincourt Resources,

Kabupaten Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatra Utara.


4.3.

Jadwal Detail Kegiatan

Septemb

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1995-2001, BlastmateIII Operator Manual Handbook, Instantel Inc.,


Ottawa, Ontario K2K 3A3, Canada.
Anonim, 2010, Standar Nasional Indonesia 7571 Tahun 2010, Tentang : Baku
Tingkat Getaran Peledakan pada Tambang Terbuka terhadap Bangunan,
BSN, Indonesia.Hal. 3-4.
Hemphill,G.,1981, Blasting Operations, McGraw-Hill Book Company, United
States of America. Hal. 111, 114, 147-150, 156.
Hustrulid. W, 1999, Blasting Priciples For Open Pit Mining 1 rd ED A.A, Balkema,
Rotterdam, Brookfield.Hal. 269.
Jimeno,L, 1995, Drilling and Blasting Of Rocks, A.A. Balkema, Rotterdam,
Brookfield. Hal. 333-337.
Koesnaryo, 1988, Bahan Peledak dan Metode Peledakan. Fakultas Tambang,
Universitas Pembangunan Nasional Veteran, Yogyakarta. Hal. 11, 2428.
Koesnaryo, 2001, Rancangan Peledakan Batuan (Design of Rock
Blasting),Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi Mineral,
Universitas Pembangunan Nasional Veteran, Yogyakarta.Hal.3-12, 16,
34, 50-55.
Kurniawan. L., 2004, Modul PerkuliahanTeknik Peledakan, Universitas Lambung
Mangkurat, Banjarbaru, Indonesia. Hal. 3,198.
Marmer, 2008, Diklat Pengelola Peledakan pada Penambangan Bahan Galian
(Juru Ledak Kelas 1), Pusdiklat Teknologi Mineral dan Batubara,
Bandung,Indonesia. Hal. 3-6 , 19-20, 22, 24.
Marmer, 2010, Peran SNI 7571: 2010 dan 7570: 2010 Dalam Kegiatan
Peledakan Di Tambang Terbuka Indonesia, Jakarta. Hal. 3.
Saptono, 2006, Teknik Peledakan, Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas
Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional Veteran,
Yogyakarta. Hal. 64, 68-71, 74-76.

Anda mungkin juga menyukai