OLEH:
AHMAD DRAJAT FIRMANSYAH
104710136 / 10700343
PEMBIMBING
Dr. sayidah Orbariana, Sp.R
sebab itu pada kesempatan ini penulis sampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada
Dr. sayidah Orbariana, Sp.R selaku pembimbing, para staf, dan seluruh teman yang
bertugas di RSUD Bangkalan sebagai Dokter Muda.
Penulis menyadari bahwa penulisan Tugas ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis mengharapkan segala masukan demi sempurnanya tulisan ini.
Akhirnya kami berharap semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi berbagai pihak
yang terkait.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia memiliki beberapa macam system organ, diantaranya adalah sistem
muskuloskeletal. Sistem ini terdiri atas tulang, sendi, otot rangka, tendon, ligamen, bursa,
pertumbuhan tumor dapat digolongkan sebagai ganas (malignant) atau jinak (benign).
Neoplasma (tumor) adalah masa abnormal dari jaringan, yang pertumbuhannya pesat dan
tidak terkoordinasi dari pada jaringan normal dan berlangsung lama serta berlebihan
setelah perhentian stimulus yang menimbulkan perubahan tersebut (Robin 1999,
261,basic of pathology disease).
Ada beberapa tumor tulang yaitu yang bersifat lunak, ganas dan yang memiliki
lesi di tulang (berlubangnya struktur karena jaringan akibat cedera atau penyakit). Selain
itu ada yang bersifat primer dan skunder. Sel tumor pada tumor jinak bersifat tumbuh
lambat, sehingga tumor jinak pada umumnya tidak cepat membesar. Sel tumor mendesak
jaringan sehat sekitarnya secara serempak sehingga terbentuk simpai (serabut
pembungkus yang memisahkan jaringan tumor dari jaringan sehat). Oleh karena
bersimpai maka pada umumnya tumor jinak mudah dikeluarkan dengan cara operasi
(Robin dan Kumar, 1995).
Pada tumor tulang sekunder misalnya, seseorang terkena tumor payudara,
kemudian menjalar ke tulang dan selanjutnya menggerogoti tulang tersebut. Kanker
tulang ini merupakan kelompok tumor tulang yang ganas. Kanker adalah sebuah penyakit
yang ditandai dengan pembagian sel yang tidak teratur dan kemampuan sel-sel ini untuk
menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan
yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis).
Pertumbuhan yang tidak teratur ini menyebabkan kerusakan DNA, menyebabkan mutasi
di gen vital yang mengontrol pembagian sel, dan fungsi lainnya (Tjakra, 1991)
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi tulang
Tulang adalah bahan yang hidup dan tumbuh yang mempunyai kerangka protein
dan diperkuat kalsium, di mana lapisan luar tulang mempunyai saraf dan jaringan
pembuluh darah yang kecil. Tulang terdiri atas 3 komponen yaitu korteks, spongiosa,
dan periusteum. Dikenal juga sebagai osseus tissue, yaitu sejenis endoskeletal keras
yang menjadi jaringan penghubung yang ditemukan pada banyak hewan vertebrata
(bertulang belakang). Ada beberapa jenis sel penyusun tulang yaitu, osteoblas,
osteosit, dan osteoklas. Osteoblas berfungsi sebagai sintesis kolagen dan substansi
dasar serta mengangkut mineral untuk kalsifikasi. Osteosit berfungsi membentuk dan
meresorbsi tulang. Sedangkan Osteoklas bersama hormon paratiroid meresorbsi
tulang.
Tulang mulai terbentuk sejak bayi dalam kandungan dan kemudian berlangsung
terus sampai decade kedua dalam susunan yang teratur. Organ ini merupakan organ
yang
mendukung
struktur
tubuh,
melindungi
organ-organ
internal,
serta
Neoplasma adalah masa abnormal dari jaringan, yang pertumbuhannya pesat dan
tidak terkoordinasi dari pada jaringan normal dan berlangsung lama serta berlebihan
setelah perhentian stimulus yang menimbulkan perubahan tersebut (Robin 1999, 261,
basic of pathology disease).
C. Pembagian tumor tulang
Tumor tulang ini dapat di bedakan menjadi dua yaitu:
1. Tumor tulang primer
a. Tumor tulang primer merupakan tumor tulang yang berasal dari dalam tulang
itu sendiri (osteogenik).
Jinak : osteoid osteoma
Ganas : oesteosarkoma
b. Tumor yang membentuk tulang rawan (kondrogenik)
Jinak : Kondroblastoma
Ganas : Kondrosarkoma
c. Tumor jaringan ikat (fibrogenik)
Jinak : - Non Ossifying Fibroma
Ganas : - Fibrosarkoma
d. Tumor sumsum tulang (myelogenik)
Ganas : multiple myeloma
2. Tumor tulang sekunder / metastasik
Tumor tulang sekunder merupakan tumor tulang yang berasal dari metastase
tumor yang berasal dari organ/bagian tubuh yang lain, misalnya pada tumor
tulang yang terjadi dari tumor payudara, prostase, paru-paru. Terutama sekali
tumor yang berada pada akses utama sistem vaskuler.
D. Tumor Tulang Benigna
Tumor Tulang Jinak (Benigna Bone Tumor) adalah pertumbuhan abnormal pada selsel di dalam tulang yang kemungkinannya benigna (non kanker) atau tumor jinak
(benigna)
tidak
menyerang
dan
menghancurkan
tissue
(sekumpulan
sel
berdekatan, tetapi mampu tumbuh membesar secara lokal. Biasanya setelah dilakukan
operasi pengangkatan (tumor jinak), tumor jenis ini tidak akan muncul lagi.
Penyebab dari tumor tulang tidak diketahui. Tumor tulang biasanya muncul pada area
yang sedang mengalami pertumbuhan yang cepat.
1. Jenis-jenis Tumor Tulang Benigna
a. OSTEOKONDROMA (Osteocartilagenous Exostosis)
Osteokondroma (Eksostosis Osteokartilaginous) merupakan tumor tulang
jinak yang paling sering ditemukan. Biasanya menyerang usia 10-20 tahun.
Tumor ini tumbuh pada permukaan tulang sebagai benjolan yang keras.
Penderita dapat memiliki satu atau beberapa benjolan, 10% dari penderita
yang memiliki beberapa osteokondroma, akan mengalami kelaganasan tulang
yang disebut kondrosarkoma, tetapi penderita yang hanya memiliki satu
osterokondroma, tidak akan menderita kondrosarkoma.
Klinis : Terdapat pada usia dewasa muda dengan keluhan adanya benjolan
yang keras dan tidak terasa sakit, tumbuh sangat lambat.
Lokasi : Ditemukan pada bagian metafisis tulang panjang terutama pada
bagian distal femur, proksimal tibia dan proksimal humerus (35 %), pelvis dan
scapula.
Radiologi : Bentuknya ada dua macam:
1. Bertangkai/pedunculated
c. FIBROMA KONDROMIKSOID
Fibroma Kondromiksoid merupakan tumor yang sangat jarang, yang terjadi
pada usia kurang dari 30 tahun. Nyeri merupakan gejala yang biasa
dikeluhkan. Tumor ini akan memberikan gambaran yang khas pada foto
rontgen. Pengobatannya adalah pengangkatan melalui pembedahan
Lokasi : Lokasi tumor terutama pada daerah metafsis tulang panjang atau
tulang-tulang kecil pada tarsal dan metatarsal. Juga terdapat pada daerah lutut
dan pelvis.
Radiologis : Gambaran radiologik sangat khas berupa daerah radiolusen yang
bulat/oval terletak eksentris pada metafisis dan dapat meluas sampai ke
diafisis tulang panjang, berbatas tegas dan kadang-kadang dengan pinggiran
sklerotik. Korteks sering menipis akibat ekspansi dari tumor.
d. OSTEOID OSTEOMA
Osteoid Osteoma adalah tumor yang sangat kecil, yang biasanya tumbuh
dilengan atau tungkai, tetapi dapat terjadi pada semua tulang. Biasanya akan
menimbulkan nyeri yang memburuk pada malam hari dan berkurang dengan
pemberian aspirin dosis rendah. Kadang otot di sekitar tumor akan mengecil
(atrofi) dan keadaan ini akan membaik setelah tumor diangkat. Skening tulang
menggunakan pelacak radioaktif bisa membantu menentukan lokasi yang
tepat dari tumor tersebut. Kadang-kadang tumor sulit ditentukan lokasinya dan
perlu dilakukan pemeriksaan tambahan seperti CT scan dan foto rontgen
dengan teknik yang khusus. Pengangkatan tumor melalui pembedahan
merupakan satusatunya cara untuk mengurangi nyeri secara permanen. Bila
penderita enggan menjalani pembedahan, untuk mengurangi nyeri bisa
diberikan aspirin.
Klinis : Didapatkan terutama pada kaum pria muda berumur antara 10-25
tahun dengan keluhan utama nyeri pada tulang yang bersangkutan. Nyeri
bersifat menetap yang tidak hilang oleh istirahat dan makin terasa pada malam
hari. Nyerinya dapat bersifat ringan sampai hebat, ciri istimewa nyerinya ialah
nyeri dapat hilangkan dengan pengobatan aspirin.
Lokasi : Dapat mengenai semua tulang, tetapi biasanya pada tulang panjang
seperti Femur dan Tibia. Caput femur merupakan salah satu tempat yang
paling sering didapat.
Radiologi : Tampak sebagai daerah nidus radiolusen yang dikelilingi oleh
pinggir sklerotik. Lesi terletak di bagian tengah dari garis tulang. Ukuran lesi
tidak lebih dari 1-2 cm.
e. TUMOR SEL RAKSASA (Osteoklastoma)
Tumor Sel Raksasa biasanya terjadi pada usia 20 tahun dan 30 tahun. Tumor
ini umumnya tumbuh di ujung tulang dan dapat meluas ke jaringan di
sekitarnya, biasanya menimbulkan nyeri. Pengobatan tergantung dari ukuran
tumor. Tumor dapat diangkat melalui pembedahan dan lubang yang terbentuk
bisa diisi dengan cangkokan tulang atau semen tulang buatan agar struktur
tulang tetap terjaga. Pada tumor yang sangat luas kadang perlu dilakukan
pengangkatan satu segmen tulang yang terkena. Sekitar 10 % tumor akan
muncul kembali setelah pembedahan, walaupun jarang tumor ini bisa tumbuh
menjadi kanker.
Lokasi : Didapat pada epifisis tulang panjang yang dapat meluas ke arah
metafisis. Tempat yang paling sering terjadi adalah proksimal tibia, distal
femur dan distal radius. Juga dapat ditemukan di pelvis dan sacrum.
Klinis: keluhan rasa nyeri yang terus bertambah pada bagian tulang yang
mengalami lesi.
Radiologi : Tampak daerah osteolitik di epifisis dengan batas yang jelas dan
memberikan kesan multilokuler gambaran soap bubble. Terjadi penipisan
kortek
f. Non Ossifying Fibroma/Non Osteogenik Fibroma
Merupakan lesi jinak yang oleh sebagian ahli diangap sebagai suatu lesi
reaktif, bukan neoplasma sejati. Lesi ini bersifat self limiting didapat pada
anak-anak dan dewasa muda usia antara 5 sampai 20 tahun. Lesi yang besar
mencakup sebagian dari diameter tulang yang ditunjukkan dengan adanya
fraktur patologis.
Lokasi:
Biasanya
mengenai
tulang-tulang
KONDROSARKOMA
Chondrosarcoma adalah tumor yang terdiri dari sel-sel kartilago (tulang
rawan) yang ganas, merupakan jenis tumor ganas kedua yang paling banyak
didapati diderita. Kebanyakan Chondrosarcoma tumbuh lambat atau
merupakan tumor derajat rendah yang sering dapat disembuhkan dengan
pembedahan. Namun, ada juga tumor derajat tinggi yang cenderung untuk
menyebar. Biasanya untuk menegakkan diagnosis perlu dilakukan biopsi.
Tumor jenis ini harus diangkat seluruhnya melalui pembedahan karena tidak
bereaksi terhadap kemoterapi maupun terapi penyinaran. Amputasi tungkai
atau lengan jarang diperlukan. Jika tumor diangkat seluruhnya, lebih dari 75%
penderita bertahan hidup.
Lokasi : Terutama mengenai tulang ceper seperti pelvis dan skapula, tetapi
dapat juga didapat pada tulang panjang seperti femur dan humerus.
Klinis: Keluhan penderita adalah adanya masa tumor yang menjadi besar
secara perlahan-lahan.
Radiologi : Tampak sebagai lesi osteolitik ditengah metafisis tulang dengan
bercak-bercak kalsifikasi yang berasal dari matriks kartilago disertai proses
destruksi kortek, sehingga tumor dapat dilihat meluas ke jaringan lunak
disekitarnya.
b. EWINGS SARCOMA
Ewings sarcoma ditemukan oleh Dr. James Ewing pada tahun 1921, dan
sering ditemukan muncul pada masa pubertas, dimana tulang tumbuh sangat
cepat. Jenis tumor ini jarang ditemukan pada anak yang berumur kurang dari
10tahun dan hamper tidak pernah ditemukan pada anak-anak afroamerika.Ewings sarcoma bisa tumbuh di bagian tubuh manapun, namun
hangat dan agak memerah. Tanda awal dari penyakit ini bisa merupakan patah
tulang karena tumor bisa menyebabkan tulang menjadi lemah. patah tulang di
tempat tumbuhnya tumor disebut fraktur patologis dan seringkali terjadi
setelah suatu gerakan rutin.
Klinis:
Pria lebih banyak diserang daripada wanita dengan perbandingan 2 : 1
Didapat terutama pada usia muda, berusia 10-20 tahun
Keluhan utama penderita ialah perasaan sakit pada bagian tulang yang terkena
disertai adanya benjolan.
Didapat pula tanda-tanda keganasan umum seperti anemia, berat badan
menurun
Lokasi : Didapat pada metafisis tulang-tulang panjang terutma pada bagian
distal femur, proksimal tibia dan proksimal humerus.
Radiologi : Didapat 3 macam gambar radiologi yaitu:
1. Gambaran osteolitik, dimana proses destruksi merupakan proses utama.
2. Gambaran osteoblastik, yang diakibatkan oleh banyak pembentukan tumor
tulang.
Lokasi: terutama terletak pada diafisis tulang tibia, juga pada tulang rahang
( mandibula).
Klinis : nyeri tumpul pada tulang yang kronik, jaringan lunak disekitarnya
terasa nyeri melingkari tulang yang nyeri.
Radiologis : Gambaran radiologik terlihat gelembung khas berupa defek pada
korteks anterior tibia. Mungkin pula ditemukan penebalan dari tulang
sekitarnya. Lesi radiolusen mengelilingi bagian tulang yang sklerosis, dan
terdapat juga lesi-lesi kecil dengan gambaran yang serupa. Dengan
pemeriksaan CT-scan dapat dilihat adanya penyebaran tumor ke dalam medula
atau penyebaran di luar periosteum
tahap dimana sel mendapatkan ciri-ciri invasif. Dan terjadi perubahan pada jaringan
sekitarnya sel-sel tersebut menginfiltrasi jaringan sekitarnya dan memperoleh akses
ke limfe dan pembuluh-pembuluh darah, melalui pembuluih darah tersebut sel-sel
dapat terbawa ke area lain dalam tubuh untuk membentuk metastase. Penyebaran
limfogen terjadi karena sel kanker menyusup ke saluran limfe kemudian ikut aliran
limfe menyebar dan menimbulkan metastasis di kelenjar limfe regional. Pada
umumnya kanker mula-mula menyebar dengan cara ini baru kemudian menyebar
hematogen, pada permulaan penyebaran hanya terjadi pada satu kelenjar limfe saja
tetapi selanjutnya terjadi pada kelenjar limfe regional lainnya. Setelah menginfiltrasi
kelenjar limfe sel kanker dapat menembus dinding struktur sekitar menimbulkan
perlekatan. Kelenjar limfe satu dengan yang lain sehingga membentuk paket kelenjar
limfe. Penyebaran hematogen terjadi akibat sel kanker menyusup ke kapiler darah
kemudian masuk ke pembuluh darah dan menyebar mengikuti aliran darah vena
sampai organ lain.
Tulang adalah suatu jaringan dinamis yang tersusun dari tiga jenis sel: osteoblas,
osteosit, dan osteoklas. Osteoblas membangun tulang dengan membentuk kolagen
tipe I dan proteoglikan sebagai matriks tulang atau jaringan osteoid melalui suatu
proses yang disebut osifikasi. Ketika sedang aktif menghasilkan jaringan osteoid,
osteoblas, mensekresikan sejumlah besar fosfatase alkali, yang memegang peranan
dalam mengendapkan kalsium dan fosfat kedalam matriks tulang. Sebagian dari
fosfotase alkali akan memasuki aliran darah, dengan demikian maka keadaan
fosfotase alkali di dalam darah dapat menjadi indikator yang baik tentang
pembentukan tulang setelah mengalami patah tulang atau pada kasus metastasis
kanker ke tulang. Osteosit adalah sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu
lintasan untuk pertukaran kimiawi untuk tulang yang padat. Osteoklas adalah sel-sel
besar berinti banyak yang memungkinkan mineral dan matriks tulang dapat
diabsorbsi. Tidak seperti osteoblas dan osteosit, osteoklas adalah proses pengikisan
tulang.
Metabolisme tulang diatur oleh beberapa hormon yaitu hormon kalsitonin, hormon
paratiroid dan vit D. Suatu peningkatan kadar hormone kalsitonin mempunyai efek
terjadinya peningkatan absorbsi ke dalam tulang sehingga mengakibatkan terjadinya
pengapuran tulang yang menjadikan tulang-tulang rawan menjadi keras. Jika terjadi
peningkatan hormon paratiroid (PTH) mempunyai efek langsung menyebabkan
kalsium dan fosfat diabsorbsi dan bergerak memasuki serum. Di samping itu
peningkatan kadar PTH secara perlahan-lahan menyebabkan peningkatan jumlah dan
aktivitas osteoklas, sehingga terjadi demineralisasi. Peningkatan kadar kalsium serum
pada hiperparatiroidisme dapat pula menimbulkan pembentukan batu ginjal. Vitamin
D mempengaruhi deposisi dan absorbsi tulang seperti yang terlihat pada kadar PTH
yang tinggi.
G. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis didasarkan pada riwayat, pemeriksaan fisik, dan penunjang diagnosis
seperti CT, mielogram, asteriografi, MRI, biopsi, dan pemeriksaan biokimia darah
dan urine. Pemeriksaan foto toraks dilakukan sebagai prosedur rutin serta untuk
follow-up adanya stasis pada paru-paru. Fosfatase alkali biasanya meningkat pada
sarkoma osteogenik. Hiperkalsemia terjadi pada kanker tulang metastasis dari
payudara, paru, dan ginjal. Gejala hiperkalsemia meliputi kelemahan otot, keletihan,
anoreksia, mual, muntah, poliuria, kejang dan koma. Hiperkalsemia harus
diidentifikasi dan ditangani segera. Biopsi bedah dilakukan untuk identifikasi
histologik. Biopsi harus dilakukan untuk mencegah terjadinya penyebaran dan
kekambuhan yang terjadi setelah eksesi tumor., (Rasjad, 2003).
H. Manifestasi Klinis Tumor Tulang Benigna dan Maligna
1. Manifestasi Klinis Tumor Tulang Benigna
Pasien umumnya memiliki riwayat nyeri berulang, memburuk pada malam hari
dan biasanya tidak sanggup beraktivitas. Massa dan pembengkakan mungkin
dapat diketahui dengan palpasi, tetapi gejala pokok (kehilangan berat badan,
demam, berkeringat pada malam hari, lemas) biasanya tidak ditemukan, kecuali
pada kasus tumor metastase.
Lesi yang berdekatan bergabung dan dapat menyebabkan tumor tidak terkendali,
bernodul dan nyeri. Tumor jaringan lunak seringkali dirasakan kurang nyeri
bahkan tidak nyeri. Nyeri ini disebabkan tertekannya saraf-saraf nyeri oleh massa.
2. Manifestasi Klinis Tumor Tulang Maligna
a. Nyeri
b. Gejala nyeri yang ditimbulkan tergantung pada predileksi serta ukuran tumor.
Gejala dini biasanya berupa nyeri yang bersifat tumpul akibat pembesaran
tumor yang perlahan-lahan. Nyeri berlangsung lama dan memburuk pada
malam hari. Saat istirahat nyeri tidak menghilang, nyeri diperberat oleh
adanya fraktur patologis.
c. Pembengkakan Pembengkakan lokal biasa ditemukan.
d. Massa yang teraba Teraba massa yang diakibatkan penonjolan tulang.
e.
Kemoterapi, meskipun bukan yang paling utama, namun ini diperlukan jika
kanker telah menyebar ke area tubuh lainnya. Terapi ini menggunakan obat anti
kanker (cytotoxic) untuk menghancurkan sel-sel kanker. Namun kemoterapi dapat
memberikan efek samping yang tidak menyenangkan bagi tubuh. Efek samping
ini dapat dikontrol dengan pemberian obat.
c. Radioterapi
Prinsip radioterapi adalah membunuh sel kanker menggunakan sinar berenergi
tinggi. Radioterapi diberikan apabila masih ada residu tumor, baik makro maupun
mikroskopik. Radiasi diberikan dengan dosis per fraksi 2,5 Gy per hari dan total
50-55 Gy memberikan hasil bebas tumor.
BAB III
KESIMPULAN
Tulang adalah suatu jaringan dinamis yang tersusun dari tiga jenis sel osteoblas,
osteosit, dan osteoklas. Tumor tulang adalah pertumbuhan abnormal pada sel-sel