Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sinar-X dalam bidang medis digunakan sebagai salah satu upaya untuk
mendiagnosa atau mengetahui bagian organ tubuh yang terdapat kelainan medis.
Pemeriksaan dilakukan dengan teknik foto roentgen yaitu dengan penyinaran
sinar-X pada organ tubuh yang diperiksa. Kemudian, sinar-X yang menembus
organ tubuh diterima oleh film. Film selanjutnya dicuci hingga diperoleh citra
radiografi dari bagian organ tubuh tersebut. Film radiografi tersebut merupakan
representasi data fisis yang menjelaskan situasi struktur atau fungsional medis.
Pencucian film

dapat dilakukan secara manual atau secara otomatis.

Proses pencucian film secara manual dilakukan di ruang gelap dengan langkahlangkah sebagai berikut. Pertama, film radiograf dimasukkan dalam larutan kimia
untuk fiksasi. Kemudian film dibilas dengan air murni. Setelah bersih film
dimasukkan dalam larutan developer sehingga diperoleh citra radiograf organ
tubuh yang jelas. Akhirnya film radiograf itu dikeringkan dengan cara dianginanginkan atau digantung. Adapun pada pencucian secara otomatis,

operator

melakukan pencucian di ruang gelap, namun tinggal mengoperasikan suatu alat


pencuci

yang sudah mengandung larutan fiksasi, pembilas dan

developer.

Seluruh proses ini berlangsung berdasarkan timer yang diatur.


Pengolahan film radiograf secara manual maupun otomatis menghasilkan
citra radiograf analog. Kualitas film radiograf ditentukan oleh beberapa faktor
yakni film radiograf, pengaturan alat sinar-X homogenitas larutan zat kimia
untuk fiksasi dan developer,

kualitas ruang gelap, durasi proses fiksasi dan

development, proses pembilasan, dan proses pengeringan. Akibatnya, citra analog


cenderung tidak konsisten tergantung pada film dan cara proses filmnya.
Sejalan dengan trend kecanggihan teknologi digital, upaya menghasilkan radiograf
digital dilakukan. Ada dua cara utama untuk menghasilkan radiograf digital yaitu
1

dengan mendigitisasi film radiograf atau langsung melakukan digitisasi


menggunakan perangkat pencitraan digital seperti Direct Digital Radiography
(DDR). Hasil radiograf digital

langsung dapat dilihat di monitor Personal

Computer (PC). Radiograf digital juga dimungkinkan untuk diolah atau diperbaiki
sehingga kualitas citranya menjadi lebih baik. Namun teknologi radiografi digital
demikian cenderung sangat mahal, sehingga tidak semua rumah sakit dapat
memilikinya. Salah satunya adalah Rumah Sakit Umum Daerah Saras Husada
Purworejo yang masih menggunakan film radiografi konvensional berbasis film.
Data digital dapat dipresentasikan di berbagai media visual elektronik atau
terintegrasi dengan sistem teknologi informasi. Sementara itu secara praktis
aplikasi pengolahan citra dan data digital dapat dilakukan dengan software
pengolah citra (image procesing software), misal Adobe photoshop, ACDSee,
Corel Photopaint, Paint, dan sebagainya. Sedangkan analisis data digital ataupun
analisis profil dapat dilakukan dengan

software analisis citra, seperti yang telah

dikembangkan di laboratorium Fisika Citra FMIPA UGM, baik itu analisis citra,
histogram dan profil garis. Analisis citra dilakukan untuk melihat nilai derajat
keabuan (densitas optik citra) pada berbagai posisi piksel pada citra, luas area, dan
batas area. Analisis histogram

dilakukan untuk analisis terhadap distribusi

frekuensi derajat keabuan (grey level) citra. Analisis profil garis dilakukan dengan
melakukan plotting nilai grey level pada posisi piksel tertentu.
Radiografi film cenderung boros energi listrik karena penggunaan tegangan
(kV) generator sinar-X dan kuat arus untuk filamen (mA) relatif tinggi. Sedangkan
jika menggunakan radiografi digital maka tampaknya dimungkinkan untuk lebih
hemat listrik karena sensitivitas alat digitisasi cenderung sangat tinggi sehingga
untuk menghasilkan kualitas radiografi yang baik dapat dilakukan tergantung dari
kualitas komponen semikonduktor untuk sensor dan transdusernya. Penelitian ini
akan mencoba kemungkinan menghasilkan radiograf dengan kV dan mA yang
rendah, namun dengan teknik digitisasi kualitas citra digital yang dihasilkan dapat
ditingkatkan.

Dalam pengoperasian generator sinar-X, para operator atau pasien mesti


terkena dampak negatif dari radiasi sinar-X tersebut. Untuk tujuan pengamanan,
dampak radiasi sinar-X perlu diperkecil

yaitu dengan mengatur

tegangan

generator, arus filamen dan time exposure yang rendah. Hal ini sesuai dengan
prinsip ALARA (as low as reasonable achievable). Dengan demikian bila proses
digitisasi efisien maka tegangan generator, arus filamen, dan time exposure dapat
dibuat lebih rendah lagi.
Riset ini tentang upaya digitisasi citra radiograf. Riset mengkaji pengaruh
tegangan (kV) dan arus filamen (mAs) pada kualitas citra radiograf digital.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah :
Bagaimana pengaruh tegangan anode-katode (kV) dan arus filamen (mAs)
terhadap kualitas citra radiograf digital?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah :
a. Mengkaji pengaruh tegangan dan arus filamen pada citra radiograf
digital
b. Mengkaji kualitas citra radiograf digital.

1.4 Manfaat Penelitian


Dengan terlaksanakannya penelitian ini, diperoleh manfaat, yaitu:
a. Diperolehnya pemahaman tentang

pengaruh tegangan dan arus

generator sinar-X pada citra radiograf digital.


b. Diperolehnya hasil kajian kualitas citra radiograf.

Anda mungkin juga menyukai