mempertahankan jalan nafas agar udara dapat masuk ke paru-paru dan memintas jalan
nafas bagian atas (Hadikawarta, Rusmarjono, Soepardi, 2004).
Trakeostomi merupakan suatu teknik yang digunakan untuk mengatasi pasien dengan
ventilasi yang tidak adekuat dan obstruksi jalan pernafasan bagian atas. Insisi yang
dilakukan pada trakea disebut dengan trakeotomi sedangkan tindakan yang membuat
stoma selanjutnya diikuti dengan pemasangan kanul trakea agar udara dapat masuk ke
dalam paru-paru dengan menggunakan jalan pintas jalan nafas bagian
atas disebut dengan trakeostomi (Robert, 1997).
Istilah trakeostomi dan trakeostomi dengan maksud membuat hubungan antara leher
bagian anterior dengan lumen trakea, sering saling tertukar. Definisi yang tepat untuk
trakeotomi ialah membuat insisi pada trakea, sedang trakeostomi ialah membuat stoma
pada trakea.
Dapat disimpulkan, trakeostomi adalah tindakan operasi membuat jalan udara melalui
leher dengan membuat stoma atau lubang di dinding depan/ anterior trakea cincin kartilago
trakea ketiga dan keempat, dilanjutkan dengan membuat stoma, diikuti pemasangan kanul.
Bertujuan mempertahankan jalan nafas agar udara dapat masuk ke paru-paru dan memintas
jalan nafas bagian atas saat pasien mengalami ventilasi yang tidak adekuat dan gangguan
lalulintas udara pernapasan karena obstruksi jalan nafas bagian atas.
C. Fungsi Trakeostomi
1.
Mengurangi tahanan aliran udara pernafasan yang selanjutnya mengurangi kekuatan
yang diperlukan untuk memindahkan udara sehingga mengakibatkan peningkatan regangan
total dan ventilasi alveolus yang lebih efektif. Asal lubang trakheostomi cukup besar (paling
sedikit pipa 7)
2.
3.
Memungkinkan pasien menelan tanpa reflek apnea, yang sangat penting pada pasien
dengan gangguan pernafasan
4.
5.
6.
Mengurangi kekuatan batuk sehingga mencegah pemindahan secret ke perifer oleh
tekanan negative intratoraks yang tinggi pada fase inspirasi batuk yang normal
1. Indikasi
1.
No
.
Penyebab
Contoh
1.
Kongenital/bawaa
n
- Epiglotitis akut
2.
-Laryngotracheobronchitis
Infeksi
3.
4.
Keganasan
Trauma
Di maksilofasial.
Menghirup asap.
- Menelan cairan korosif.
5.
6.
Kelumpuhan
suara
Benda asing .
pita
menyebabkan stridor.
- Adanya benda asing di subglotis. Stoma berguna untuk
mengambil benda asing dari subglotik, apabila tidak
mempunyai fasilitas untuk bronkoskopi.
No
.
Penyebab
Contoh
1.
Penyakit neurologis
- Cedera kepala
- Overdosis
- Keracunan
2.
Koma
- Stroke
- Tumor otak
Dalam situasi di mana nilai GCS kurang dari 8,pasien beresiko
aspirasi karena refleks pelindung hilang.
3.
Trauma
c. Gagal nafas
No
.
1.
Penyebab
Kerusakan
paru.
Contoh
Penyakit paru
- Asma berat.
- Pneumonia berat.
3.
Penyakit
neurologis.
4.
Luka dada
- Multiple sclerosis.
Kasus yang parah seperti Multiple Sclerosis (MS) menyebabkan
masalah seperti disfagia (kesulitan menelan), batuk, dan gagal nafas.
No.
Penyebab
1.
Penyakit paru
2.
3.
Contoh
1. Karsinoma Nasofaring
Agen penyebab masuk ke saluran napas atas dan mengiritasi epitoliuma yang terdapat
pada dinding mukosa nasofaring sampai berulserasi dan terinfeksi, menyebabkan
pertumbuhan jaringan baru yang dapat bersifat ganas yang dapat menyebabkan
obstruksi saluran pernapasan bagian atas. Menyebabkan pertukaran O2 di dalam
tubuh terhambat, sehingga pemenuhan kebutuhan O2 tidak adekuat. Selain itu,
karsinoma nasofaring bisa bermetastase ke jaringan / organ tubuh lain.
Gejalanya dibagi dalam 4 kelompok, yaitu:
2.
Gejala telinga, berupa tinitus, rasa tidak nyaman sampai nyeri di telinga.
Gejala saraf, berupa gangguan saraf otak seperti diplopia, parestesia di daerah
pipi, neurolgia trigeminal, parasis / paralisis arkus faring, kelumpuhan otot bahu
dan sering tersedak.
Obstruksi Laring
Laring merupakan kotak kaku dan mengandung ruangan sempit antara pita suara
(glotis), dimana udara harus melewati ruang ini. Adanya pembengkakan membran
mukosa larings dapat menutupi jalan ini yang menjadi penyebab kematian.
Obstruksi Laring :
Hipersalivasi
Suara sengau
Pembengkakan
Teraba fruktuasi
Tonsil bengkak
3. Angina ludwig
Merupakan abses leher dalam terbentuk didalam ruang potensial diantara fasia leher
sebagai akibat perjalanan infeksi dari berbagai sumber seperti gigi,mulut
tenggorokan.dan juga angina adalah peradangan selulitis atau flegmon dari bagian
superior ruang suprahioid.ruang ini terdiri dari ruang sublingual,submental dan
submaksilar.ditandai dengan pembengkakan pada bagian bawah ruang
submandibular,yang mencakup jaringan yang menutupi otot-otot diantara laring dan
dasar mulut.
2. Kontraindikasi Trakeostomi.
Antisipasi adanya penyumbatan karena karsinoma (sejenis kanker).
F. Klasifikasi Trakeostomi
Menurut lama penggunaannya, trakeosomi dibagi menjadi penggunaan permanen dan
penggunaan sementara, sedangkan menurut letak insisinya, trakeostomi dibedakan letak
yang tinggi dan letak yang rendah dan batas letak ini adalah cincin trakea ke tiga. Jika
dibagi menurut waktu dilakukannya tindakan, maka trakeostomi dibagi kepada
trakeostomi darurat dengan persiapan sarana sangat kurang dan trakeostomi elektif
(persiapan sarana cukup) yang dapat dilakukan secara baik (Soetjipto, Mangunkusomu,
2001).
1. Menurut Lama Pemasangan
a. Permanen (Tracheal Stoma Post Laryngectomy)
Tracheal cartilage diarahkan kepermukaan kulit, dilekatkan pada leher. Rigiditas
cartilage mempertahankan stoma tetap terbuka sehingga tidak diperlukan
tracheostomy tube (canule).
b. Sementara (Tracheal Stoma without Laryngectomy)
Trachea dan jalan nafas bagian atas masih intak tetapi terdapat obstruksi. Digunakan
tracheostomy tube (canule) terbuat dari metal atau Non metal (terutama pada
penderita yang sedang mendapat radiasi dan selama pelaksanaan MRI Scanning).
2. Menurut Letak Insisi
a. Insisi Vertikal
Dilakukan pada keadaan darurat
b. Insisi Horisontal.
Dilakukan pada keadaan elektif.
3. Menurut Waktu Dilakukan Tindakan
1. Darurat
Tipe ini hanya bersifat sementara dan dilakukan pada unit gawat darurat. Dilakukan
pembuatan lubang di antara cincing trakea satu dan dua atau dua dan tiga. Karena
lubang yang dibuat lebih kecil, maka penyembuhan lukanya akan lebih cepat dan
tidak meninggalkan scar. Selain itu, kejadian timbulnya infeksi juga jauh lebih kecil.
Menggunakan teknik insisi vertical.
2. Non-Darurat
Tipe ini dapat sementara dan permanen dan dilakukan di dalam ruang operasi. Insisi
dibuat di antara cincin trakea kedua dan ketiga sepanjang 4-5 cm. Menggunakan
teknik insisi horizontal.
Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut :
No
.
Waktu dilakukan
Tindakan
Lama
Penggunaan
Teknik Insisi
1.
Darurat
Sementara
2.
Non-darurat
Permanen
G. Penatalaksanaan Trakeostomi
1. Jenis Tindakan
a. Darurat, dilakukan Percutaneous Tracheostomy.
Tipe ini hanya bersifat sementara dan dilakukan pada unit gawat darurat. Dilakukan
pembuatan lubang di antara cincing trakea satu dan dua atau dua dan tiga. Karena
lubang yang dibuat lebih kecil, maka penyembuhan lukanya akan lebih cepat dan
tidak meninggalkan scar. Selain itu, kejadian timbulnya infeksi juga jauh lebih
kecil.
2. Jenis Pipa
1. Cuffed Tubes.
Selang dilengkapi dengan balon yang dapat diatur sehingga memperkecil risiko
timbulnya aspirasi.
2. Uncuffed Tubes.
Terdiri dari dua bagian pipa yang digunakan untuk trakeostomi jangka panjang.
Tidak perlu terlalu sering dibersihkan dan penderita dapat merawat sendiri
5. Fenestrated Tubes.
5. Prosedur Inti.
1. Sayatan kulit 5 sentimeter, vertikal di garis tengah leher mulai dari bawah
krikoid sampai fosa suprasternal, sedangkan sayatan horizontal di pertengahan
jarak antara kartilago krikoid dengan fosa suprasternal atau kira-kira dua jari
dari bawah krikoid orang dewasa.
2. Dengan gunting panjang yang tumpul, kulit serta jaringan di bawahnya
dipisahkan lapis demi lapis dan ditarik ke lateral dengan pengait tumpul sampai
tampak trakea yang berupa pipa dengan susunan cincin tulang rawan yang
berwarna putih. Bila lapisan ini dan jaringan di bawahnya dibuka tepat di
tengah maka trakea ini mudah ditemukan. Pembuluh darah vena jugularis
anterior yang tampak ditarik ke lateral. Ismuth tiroid yang ditemukan ditarik ke
atas supaya cincin trakea jelas terlihat. Jika tidak mungkin, ismuth tiroid diklem
pada dua tempat dan dipotong ditengahnya. Sebelum klem ini dilepaskan
ismuth tiroid diikat kedua tepinya dan disisihkan ke lateral. Perdarahan
dihentikan dan jika perlu diikat.
(portable
atau
11. Beri isapan sambil menarik kateter, memutar kateter dengan perlahan 360
derajat tanpa menyentuh lapisan mucus saluran napas (lakukan pengisapan
maksimal 10-15 detik karena pasien dapat hipoksia.
12. Reoksigenasikan dan inflasikan paru pasien selama beberapa kali nafas
13. Ulangi 4 langkah sebelumnya sampai jalan nafas bersih.
14. Bilas kateter dg normal salin antara tindakan pengisapan
15. Hisap kavitas orofaring setelah menyelesaikan pengisapan trakea
16. Bilas selang pengisap
17. Buang kateter, sarung tangan ke dalam tempat pembuangan kotor.
H. Komplikasi Trakeostomi
No.
1.
2.
Waktu
Intraoperatif
Postoperatif
Komplikasi
Haemorrhage (pendarahan).
Emboli udara
Apnea
Henti jantung
Perforasi
Sumbatan darah/secret
-Emfisema subkutan
-Pneumotoraks / pneumomediastinum
- Tabung berpindah
- Tabung tersumbat
- Infeksi luka
- Trakea nekrosis
- Pendarahan sekunder
- Masalah menelan
3.
Jangka panjang
Infeksi
Fistula trakeoesofagus
Stenosis trakea
2.
Gejala klinis penyakit yang diderita klien berkurang atau tidak ada.
3.
4.
ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Anamnnesa
1.
Data Demografi : Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur,
agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan, dan
penanggung biaya.
2.
3.
4.
5.
Identitas Klien
Lakukan pengkajian pada identitas pasien dan isi identitasnya yang meliputi : Nama,
jenis kelamin, suku bangsa, tanggal lahir, alamat, agama dan tanggal pengkajian.
2.
Keluhan Utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah batuk
berdahak, nyeri dada, sesak napas.
3.
2.
1.
Aktivitas/istirahat
Gejala : Kelemahan, kelelahan, keletihan, napas pendek.
Tanda : Frekuensi pernapasan meningkat, perubahan irama pernapasan, takipnea.
2.
Sirkulasi
Gejala : Riwayat adanya hipertensi.
Tanda : Kenaikan tekanan darah meningkat, penampilan kemerahan, atau pucat.
3.
Integritas ego
Gejala : Perasaan takut aka kehilangan suara, mati, terjadinya / berulangnya
kanker.
Kuatir bila pembedahan mempengaruhi hubungan keluarga,
kemampuan kerja dan keuangan.
4.
Gejala : gangguan saat ini atau yang lalu / obstruksi riwayat penyakit paru
1. Makanan/cairan
Gejala : Kesulitan menelan.
1.
2.
Resiko tinggi inefektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan sekresi
sekunder terhadap trakeostomi, obstruksi kanula dalam, atau perubahan posisi selang
trakeostomi.
dan
Perubahan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan Tubuh yang berhubungan dengan proses
penyakit, anoreksia, disfagia, odinofagia, dan status puasa pasca operasi
1. Periode Praoperasi
N
O
1.
Dx. Kep
1. Ansietas
yang
berhubunga
n dengan
kurang
pengetahua
n tentang
pembedaha
Tujua
n
Kriteria Hasil
1.
Menyebutkan
alasan untuk
trakeostomi dan
hasil yang
diperkirakan.
2.
Intervensi
Pertegas penjelasan
dokter tentang
pembedahan dan
alasannya. Bila
memungkinkan,
jelaskan bahwa
trakeostomi sementara
diindikasikan dalam
Rasional
Menjelaskan
tentang apa yang
diperkirakan
terjadi dapat
membantu
mengurangi
ansietas klien
yang
n yang akan
dijalani dan
dampak
kondisi
pada gaya
hidup.
Menyebutkan
keterbatasan
bicara dan
komunikasi
yang
diantisipasi.
3.
Menggambarka
n perawatan
segera
pascaoperasi
dan tindakan
perawatan diri.
4. Praoperasi,
menunjukkan
kemampuan
untuk
berkomunikasi
secara efektif
menggunaka
metode lain
selain bicara
edema pascaoperasi
setelah biopsy, distress
pernafasan berat, dan
gangguan lain, dan
bahwa trakeostomi
permanen adalah
alternative untuk
intubasi endotrakeal
atau nasotrakeal.
Jelaskan istilah dan
konsep umum, berikan
literature dan peralatan
aktual, bila
memungkinkan.
Pastikan klien
mengenal hal berikut :
1.
Prosedur
trakeostomi
2.
Stoma
3.
Selang
trakeostomi
4.
Suksion dan
kateter suksion
5.
Kolar pelembab
trakeal
6.
Pengikat
trakeostomi
7.
Oto trakea
berhubungan
dengan
ketakutan akan
hal-hal yang
tidak diketahui
dan tidak
diperkirakan.
Pengertian
tentang
terminologi
memperbaiki
pemahaman dan
membantu
mengurangi
ansietas.
Menyiapkan
klien untuk apa
yang
diperkirakan
dapat
mengurangi
ansietas karena
ketidaktahuan.
Dengan
meminta klien
mempraktikkan
teknikkomunika
Diskusikan potensial si sebelum
prosedur
squele bedah
trakeostomi, termasuk : memungkinkan
perawat untuk
mendeteksi dan
1.
Perubahan
berupaya untuk
penampilan tubuh
memperbaiki
2.
Perubahan
fungsi tubuh, misalnya ; adanya
kekurangan
bernafas, bicara,
yang serius.
menyanyi, batuk, dan
Penguasaan
pembersihan sekresi.
terhadap
Jelaskan klien tentang pengganti
komunikasi
cara-cara alternative
dapat membantu
komunikasi (misal ;
menurunkan
kertas atau papan
perasaan asing
dan kesepian,
meningkatkan
rasa kontrol
klien dan
mengurangi
ansietas.
2. Periode Pascaprosedur
N
O
1.
Dx. Kep
1. Resiko
tinggi
inefektif
bersihan jalan
nafas yang
berhubungan
dengan
peningkatan
sekresi
sekunder
terhadap
trakeostomi,
obstruksi
kanula dalam,
atau
perubahan
posisi selang
trakeostomi.
Tujua
n
Kriteria Hasil
Intervensi
1.
Klien
akan
Tinggikan
mempertahankan selang kepala tempat
trakeostomi paten.
tidur 30 - 45
derajat.
2. Klien batuk dengan
efektif
untuk
Anjurkan
membersihkan
jalan klien
untuk
nafas.
bernafas dalam
dan
batuk
secara teratur.
Rasional
Posisi ini
memudahkan
pernafasan
optimal dengan
meningkatkan
drainase
sekresi.
Nafas dalam
mengurangi
penumpukan
Berikan sekresi, batuk
membantu
pelembaban
adekuat udara mengeluarkan
sekresi.
inspirasi.
Pelembaban
diperlukan
untuk
menggantikan
pelembaban
bypass
yang
Suksion 5 normalnya
10 detik sesuai diberikan
struktur
kebutuhan,
nasofaringeal.
dengan
mempertahank
an teknik steril Kurang
pelembaban
Pengisian
salin
normal
steril (5 ml)
sesuai
kebutuhan
sesuai indikasi
dengan
auskultasi
paru.
Secara teratur
inspeksi
dan
bersihkan
selang
trakeostomi.
Pertahankan
status hidrasi
optimal.
dapat mengarah
pada
pengeringan
mukosa trakeal
dan gangguan
proses transport
mukosaliar
dengan
mengakibatkan
rusaknya
mukosa
dan
kemungkinan
trakeitis
(Martin, 1989).
Pengisian
salin
akan
mencuci
mukosa trakeal
dan bronchial
dan
merangsang
batuk
untuk
membersihkan
sekresi (Mapp,
1988).
Suksion
membuang
sekresi
dan
mencegah
stasis. Suksion
berlebihan
dapat
menimbulkan
hipoksia
dan
atau iritasi pada
mukosa trakeal
(Sigler, 1993)
Sekresi kering
dapat
menghambat
jalan nafas atau
menjadi sumber
infeksi
Status hidrasi
mempengaruhi
jumlah
dan
karakter
sekresi, klien
dehidrasi
beresiko
terhadap
pembentukan
sumbatan oleh
lendir.
2.
2.
Resiko
tinggi
terhadap
infeksi yang
berhubungan
dengan
penumpukan
sekresi
berlebihan
dan
bypass
pertahanan
pernafasan
atas.
Penghisapan
teratur
menghilangkan
sekresi
yang
tertumpuk,
yang
memberikan
media
baik
untuk
Pertahankan pertumbuhan
teknik steril. mikroorganism
e.
Gunakan
Memberi
kateter
yang
telah
diberi perlindungan
infeksi.
pelumas,
ukuran
yang
tepat (kurang
Kateter yang
dari setengah terlalu
besar
diameter
dapat
selang
menghambat
trakeostomi),
jalan
nafas,
lumasi selang kateter
yang
kateter
non- tidak dilumasi
silikon dengan dapat mengetuk
air,
kateter selang
silicon dengan trakeostomi
pelumas larut
air,
Drainase
nonpetroleum. abnormal dapat
menunjukkan
infeksi
Kaji batas (purulen, bau)
stoma terhadap atau kebocoran
edema yang tak duktus torakal
biasanya, tanda
kerusakan
kulit, drainase,
pendarahan,
bau, eritema,
lesi,
dan
krepitus
udara.
(seperti susu).
Penggantian
balutan teratur
membantu
mempertahanka
n batas stoma
tetap
kering
dan
bebas
Ganti balutan mukus.
trakeostomi
setiap shift atau
Ikatan harus
sesuai
cukup
aman
kebutuhan.
untuk
mencegah
Hindari iritasi gerakan turun
jaringan
di naik
selang
sekitarnya
trakeostomi
dengan
dalam
trakea
mengendurkan tetapi
tidak
ruang satu jari terlalu kencang
di
antara karen
dapat
pengikat dan menekan vena
jugularis
leher.
eksterna.
a. Bersihkan
sekitar stoma
Pembersihan
setiap 4 jam teratur
dan
sesuai menghilangkan
kebutuhan
; sumber
gunakan
kontaminasi
hydrogen
potensial.
peroksida
Dokter
setengah kuat mungkin
dan
larutan membiarkan
salin, dan usap stoma
tanpa
dengan salin. balutan selama
periode
pascaoperasi
b.Oleskan
segera
untuk
salep
antibakteri bila memudahkan
pengkajian dan
dipesankan.
pembersihan.
c.Bila selang
trakeostomi
dijahit,
bersihkan
sekitar stoma
menggunakan
bola kapas.
3.
Kerusakan
komunikasi
verbal yang
berhubungan
dengan
ketidakmamp
uan
untuk
menghasilkan
bicara
sekunder
terhadap
trakeostomi.
1.
Klien
akan
mengkomunikasikan
Berdasarkan
kebutuhan dasar dengan hasil pengkajimenggunakan bentuk an,
lakukan
komunikasi pengganti. konsultasi yang
tepat
(misal
patologis
wicara
,optalmologist,
atau
otorhinolaringologist
).
Sebelum
pembedahan
jelas-kan klien
tentang
efek
yang
diperkirakan
dari trakeostomi
terhadap
bicara.
Jelaskan
fisiologi
normal
penghasilan
bicara
dan
bagaimana
trakeostomi
mengganggu
mekanisme ini
Klien
mungkin
memerlukan
intervensi
intensif, khusus
unutk
memastikan
komunikasi
yang efektif.
Pengertian
klien
bahwa
trakeostomi
normalnya
tidak
mengganggu
struktur
anatomi yang
bertanggung
jawab terhadap
penghasilan
bunyi,
dan
bahwa
kerusakan
bunyi mungkin
sementara,
dapat
membantu
klien mengatasi
kerusakan
bicara
dan
dapat
mendorong
penggunaan
metode
komunikasi
pengganti
(Trwley,
1987).
Setelah
mengidentifika
si
me-tode
komunikasi
pengganti yang
tepat,
instruksikan
kli-en
untuk
Penggunaan
mempraktikkan
bentuk
pa-da
praoperasi, bila komunikasi
pengganti dapat
memung-
kinkan.
Anjurkan staf
dan para pendukung untuk
mempraktikkan
juga
komunikasi
peng-ganti.
4.
4.
Resiko
Tinggi
terhadap
Perubahan
Nutrisi
:
Kurang dari
Kebutuhan
Tubuh yang
berhubungan
dengan proses
penyakit,
anoreksia,
disfagia,
odinofagia,
dan
status
puasa pasca
operasi.
1. Klien
mempertahankan berat
badan atau penurunan
tidak lebih dari 2 kg
dalam periode pasca
operasi.
2. Klien mengkonsumsi
jumlah cairan dan
nutrisi adekuat untuk
memenuhi kebutuhan
metabolism basal pada
periode pasca operasi.
3. Masukan nutrisi dan
cairan adekuat tanpa
aspirasi atau tersedak
sebelum pulang.
Jelakan peran
dan pentingnya
nutrisi
pada
pemulihan
jaringan pasca
operasi.
membantu
menurunkan
ansietas
dan
perasaan
terisolasi dan
asing,
meningkatkan
control
terhadap
situasi,
dan
meningkatkan
keamanan
(Sawyer,
1990).
Penjelasan
perlunya nutrisi
pasca operasi
optimal dapat
membantu
meminimalkan
miskosepsi dan
Pantau berat memudahkan
kepatuhan
badan.
klien.
Evaluasi
konsistensi
makanan yang Kecenderungan
berat
badan
dapat
dapat
ditoleransi
pasien
tanpa mengindikasika
n
kebutuhan
aspirasi.
suplemen diet
Berikan atau perubahan
makan melalui teknik
selang (sesuai pemberian
pada
ketentuan atau makan
dengan
yang
telah klien
peningkatan
dipesankan)
dan
ajarkan kebutuhan
atau
prinsip-prinsip nutrisi
mereka
yang
pemberian
akan
makan melalui
diouasakan
selang.
selama
lebih
dari 1 sampai 2
Pertahankan
hari
(Taylor,
hygiene
oral
yang
baik
sebelum
dan
setelah makan
bila diberikan
makanan
peroral.
1989).
Semi padat
atau makanan
dihaluskan
mungkin
ditoleransi
lebih
baik,
karen
awal
menelan
dan
gerakan
makanan dari
konsistensi ini
dikontrol lebih
baik daripada
cairan
(Mendelsohn,
1993).
Bekerja sama
dengan
ahli
gizi
untuk
memastikan
kebutuhan
nutrisi pasien
bila
klien
mengalami
defisit nutrisi
pra
operasi
atau masukan
nutrisi dibatasi
pada periode
Untuk
pasca
mempertahanka
operasi.
n berat badan,
memudahkan
penyembuhan
luka,
dan
membantu
mencegah
infeksi (Sigler,
1993).
Untuk
menjaga suture
tetap bersih dan
merangsang
nafsu makan.
Bila klien
mendapat
makan melalui
selang
atau
mengalami
kesulitan
mempertahanka
n
masukan
nutrisi adekuat,
masukan dari
ahli
gizi
mungkin
diperlukan
untuk
menetapkan
kebutuhan
nutrient
dan
cairan
bagi
klien
untuk
memudahkan
pemulihan luka
dan mencegah
dehidrasi.