Anda di halaman 1dari 6

-SalinanSEKRETARIAT NEGARA.

----------------------------------PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG


NO. 7 TAHUN 1963.
TENTANG
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

Menimbang :

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


a. bahwa Badan Pemeriksa Keuangan sekarang sebagai alat perlengkapan
Negara tidak lagi memenuhi sjarat-sjarat dalam rangka mentjapai
penjelesaian tudjuan Revolusi Indonesia;
b. bahwa berhubung dengan itu perlu dibentuk Badan Pemeriksa Keuangan
gaja baru jang tegas kuat kedudukannja dan wewenangnja dan berwibawa
serta effektif dalam segala kerdja karjannja;
c. bahwa untuk mendapat alat perlengkapan negara tsb. dalam sub b Badan
Pemeriksa Keungan gaja baru perlu disusun atas tenaga-tenaga jang
mempunjai dukungan agar supaja tertjapailah pelaksanaan pengintegrasian
antara Pemerintah dan Rakjat dalam bentuk kegotong-rojongan nasional
jang terorganisasi;
d. bahwa karena keadaan mendesak peraturan tentang Badan Pemeriksa
Keuangan perlu ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Pemgganti
Undang-Undang;

Mengingat :

1. Pasal 23 ajat 5 dan pasal 22 ajat 1 Undang-Undang Dasar;


2. Ketetapan Madjelis Permusjawaratan Rakjat Sementara No. IV/MPRS/1963;
3. Resolusi
Madjelis
Permusjawaratan
Rakjat
Sementara
No.I/Res/MPRS/1963;

Mendengar :

Pertimbangan-pertimbangan Dewan Pertimbangan Agung dalam sidangnja


tanggal 13 dan 14 Agustua 1963;

MEMUTUSKAN:
Dengan mendjabat semua ketentuan mengenai Badan Pemeriksa Keuangan dalam
peraturan-peraturan perundang-undanganjang bertentangan dengan peraturan ini, menetapkan:
PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG TENTANG BADAN
PEMERIKSA KEUANGAN.
BAB I.
TENTANG BENTUK DAN SUSUNAN.
Pasal 1.
Badan Pemeriksa Keuangan berbentuk Dewan jang merupakan satu kesatuan organisasi
disamping Lembaga Negara Tertinggi lainnja.
Pasal 2.

-2Pasal 2
(1) Anggota-anggota Badan Pemeriksa Keuangan terdiri dari tenaga-tenaga jang mempunjai
dukungan masjarakat dan tenaga-tenaga ahli administrasi dan keuangan.
(2) Djumlah anggota Badan Pemeriksa Keuangan tiga-belas orang, terdiri dari seorang Ketua,
empat orang wakil Ketua dan delapan orang Anggota.
Pasal 3
Kedudukan hukum dan kedudukan keuangan Ketua, Wakil Ketua dan Anggota Badan
Pemeriksa Keuangan diatur oleh Presiden.
Pasal 4
Peraturan gadji pegawai Badan Pemeriksa Keuangan diatur dengan peraturan sendiri.
Pasal 5
(1) Ketua, para Wakil Ketua dan para Anggota Badan Pemeriksa Keuangan diangkat oleh Presiden
untuk massa djabatan 5 tahun.
(2) Setelah masa djabatan tersebut berachir, mereka dapat diangkat kembali untuk asa djabatan
jang sama dan menurut prosedur jang sama pula.
Pasal 6
Ketua, para Wakil ketua dan para Anggota Badan Pemeriksa Keuangan dapat
diberhentikan oleh Presiden selama masa djabatannja.
Pasal 7
(1) Ketua, para Wakil Ketua dan para Anggota Badan Pemeriksa Keuangan tidak boleh, baik
langsung maupun tidak langsung, mendjadi pemilik sebagian ataupun mendjadi pendjamin
sesuatu badan usaha jang berdasaran perdjandjian untuk mendapat laba atau keuntungan
dari Negara Indonesia atau Pemerintah Daerah atau sesuatu Perusahaan Negara.
(2) Mereka tidak boleh merangkap djabatan pada perusahaan-perusahaan Swasta ataupun pada
Perusahaan Negara.
Pasal 8
(1) Ketua, para Wakil Ketua dan para Anggota Badan Pemeriksa Keuangan tidak dapat
dikenakan penahanan-sementara guna pemeriksaan sesuatu perkara, ketjuali atas perintah
Djaksa Agung dengan idjin terlebih dahulu dari Presiden.
(2) Dalam hal Ketua, Wakil Ketua atau seorang Anggota tertangkap dala, keadaan sedang
melakukan sesuatu tindak pidana jang diantjam dengan hukuman lebih dari satu tahun
pendjara, ia dapat dikenakan penahanan-sementara pada seketika itu dengan ketentuan
bahwa penahanan tersebut dalam waktu 24 djam harus dilaporkan kepada Djaksa Agung,
jang berkewadjiban menjampaikan kepada Presiden untuk memperoleh idjin guna
penahanan-sementara lebih landjut bila dianggap perlu.
Tanpa persetudjuan Presiden, ia harus segera dibebaskan kembali.
BAB

II.

-3BAB II.
TUGAS KEWADJIBAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
PASAL 9
(1) Badan Pemeriksa Keuangan bertugas dan berwenang untuk melaksanakan pengawasan
serta pemeriksaan kontrole-akuntan dan penjidikan-akuntan atas Keuangan Negara serta
Tata-Usaha setjara menjeluruh dengan tidak ada perketjualiannja.
(2) Dengan pengawasan Keuangan Negaradimaksudkan pengawasan umum terhadap
pelaksanaan daripada anggaran Pendapatan dan Belandja Negara, termasuk Daerah,
Anggaran Pembangunan Negara termasuk Daerah, Anggaran Kredit dan Anggaran Devisa,
termasuk pengawasan atas milik Negara, Perusahaan-perusahaan Negara dan perusahaan
tjampuran Negara-Swasta serta pemborong pekerdjaan dan djasa dibidang sipil dan militer.
(3) Dengan pemeriksaan Keuangan Negaradimaksudkan djuga penelitian apakah penggunaan
uang Negara terdjadi sesuai dengan ketentuan-ketentuan anggaran jang bersangkutn dan
dengan ketentuan-ketentuan pengurusan keuangan Negara disamping menilai kegunaanja
dan kemanfaatannja pengeluaran uang Negara atau pendjualan milik Negara.

(1)

(2)

(3)

(4)

PASAL 10
Badan Pemeriksa Keuangan bertugas pula mentjampaikan pendapatnja dalam rangka
melaksanakan tugas-tugasnja seperti ditetapkan dalam pasal 9 mengenai:
a. Rentjana pelaksanaan pembiajaan projek-projek penting.
b. Kredit-kredit luar negeri dan pelaksanaan penggunaannja.
Badan Pemeriksa Keuangan mendjalankan pemeriksaan atas pelaksanaan Anggaran
Pendapatan Negara umumnja dan chususnja atas pelaksanaan menentukan padjak-padjak
perusahaan, bea masuk, pengelolaan perusahaan-perusahaan Negara, perusahaan Daerah,
perusahaan Tjampuran Negara (Daerah) Swasta dan lain-lain penghasilan Negara penting.
Badan Pemeriksa Keuangan mempunjai tugas melakukan pemeriksaan jang dipandang perlu
pada semua badan hokum public atau hokum privat baik didalam maupun diluar negeri jang
kekajaannja terdiri atas sebahagian kekajaan Negara jang dipisahkan atas keuangannja
dibelendjai atau diberi subsidi atas beban Anggaran Belandja Negara Republik Indonesia,
termasuk djuga badan-badan dimana keuangan Negara mempunjai kepentingan penjertaan
modal didalamnja atau karena kepentingan lainnja.
Untuk melaksanakan tugas tersebut dalam ajat (1), ajat (2) dan ajat (3) pasal ini Badan
Pemeriksa Keuangan djika dipandang perlu untuk memperlantjar sesuatu pemeriksaan dapat
menggunakan tenaga-tenaga diluar Badan Pemeriksa Keuangan.

PASAL 11
(1) Badan Pemeriksa Keuangan tiap tahun meneliti dan menjusun tjatatan-tjatatan pendapat
tentang perhitungan anggaran jang disampaikan oleh Pemerintah.
(2) Badan Pemeriksa Keuangan tiap tahun menjampikan laporan tentang hasil pemeriksaannja
termaksud pada ajat (1) pasal ini kepada Presiden, dengan disertai daftar pengeluaranpengeluaran dan penerimaan-penerimaan uang jang disangsikan sahnja, kebenarannja,
kelengkapannja dan kemanfaatannja, serta pendjelasan-pendjelasan seperlunja.
(3) Presiden menjampaikan laporan termaksud pada ajat (2) pasal ini kepada Dewan Perwakilan
Rakjat.

-4Pasal 12.
(1) Semua instansi Negara/Perusahaan Negara/Daerah/Swasta, Bank Pemerintah/Daerah/Swasta
dan Perusahaan/bank Tjampuran Negara/Daerah dan Swasta seperti jang dimaksud dalam
oleh pasal 10 ajat (3) diwadjibkan memberi keterangan jang dimimnta oleh Badan Pemeriksa
Keuangan berhubung dengan penenunaian tugas Badan Pemeriksa Keuangan.
(2) Badan Pemeriksa Keuangan wadjib memberi keterangan setjukupnja jang diminta oleh
Presiden atau Dewan Perwakilan Rakjat berhubung dengan pengurusan keuangan Negara.
(3) Tiap kali dipandang perlu Badan Pemeriksa Keuangan dapat mengadjukan kepada Presiden,
Dewan Perwakilan Rakjat dan/atau Menteri-Menteri jang bersangkutan tentang kekurangankekurangan dan penjelewangan-penjelewengan dalam pengurusan keuangan jang perlu
diketahuinja untuk segera diachiri dan diambil tindakan-tindakan perbaikan.
BAB III.
WEWENANG BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
DAN TUNTUTAN GANTI RUGI
Pasal 13
(1) Apabila
ada
instansi Negara, Perusahaan Negara/Daerah/Swasta,
Bank
Pemerintah/Daerah/Swasta dan perusahaan/Bank Tjampuran Negara/Daerah dan Swasta
seperti jang dimaksud dalam pasal 10 ajat (3), jang diundang oleh Badan Pemeriksa
Keuangan untuk memberi keterangan, tidak memenuhi permintaan Badan Pemeriksa
Keuangan untuk memberi keterangan, tidak memenuhi permintaan Badan Pemeriksa
Keuangan, setelah diperingatkan tiga kali, Badan Pemeriksa Keuangan berwenang minta
bantuan Djaksa Agung untuk mengambil tindakan-tindakan seperlunja berdasarkan ketentuan
Hukum Atjara Pidana sehingga keterangan-keterangan jang diperlukan dapat diperoleh dalam
waktu 60 (enam puluh) hari setelah tanggal permintaan bantuan pada Djaksa Agung.
(2) Apabila setelah lewat 60 (enampuluh) hari, jang bersangkutan belum djuga memberikan
keterangan-keterangan jang diperlukan, maka perbuatan ini dianggap sebagai suatu tindakan
pelanggaran hokum jang diantjam hukuman kurungan setinggi-tingginja enam bulan.
(3) Apabila dala usaha memperoleh keterangan dari seorang jang bertanggung djawab daru suatu
instansi Negara, Perusahaan Negara/Daerah/Swasta, Bank Pemerintah/Daerah/Swasta dan
Perusahaan/Bank Tjampuran Negara/Daerah dan Swasta seperti jang dimaksud dalam pasal
10 ajat (3) Badan Pemeriksa Keuangan memperoleh penundjukkan jang tjukup, bahwa
keterangan-keterangan jang diperoleh sangat disangsikan kebenarannja, maka Badan
Pemeriksa Keuangan melaporkan hal itu kepada Menteri jang bersangkutan, dengan tindasan
kepada hal itu kepada Menteri jang bersangkutan, dengan tindakan kepada Presiden, agar
supaja terhadap pegawai tersebut diambil tindakan.
Pasal 14
(1) Apabila ada seorang Menteri tidak memenuhi permintaan Badan Pemeriksa Keuangan untuk
memberi keterangan jang diperlukan, maka Badan pemeriksa Keuangan memberi perintah
tiga kali. Peringatan
Dalam

-5Dalam surat peringatan ketiga kalinja ditugaskan, apabila dalam waktu 30 hari beterangan
jang diperlukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan belum djuga diberikan oleh Menteri jang
bersangkutan, maka Badan Pemeriksa Keuangan berwenang mengusulkan kepada Presiden
untuk menghentikan sementara segala pembajaran atas otorisasi Menteri jang bersangkutan
itu, dengan ketentuan bahwa penghentian pembajaran atas otorisasi itu tidak berlaku
terhadap:
a. Belandja pegawai/pension,
b. Belandja routine utnuk rumah-rumah sakit/pendjara dan
c. Pengeluaran-pengeluaran routine lainja jang sedjenis.
Tindasan surat peringatan jang ketiga kalinja jang sedjenis.
Kepada Presiden, disertai dengan pendjelasan seperlunja, dan dikirimkan kepada Dewan
Perwakilan Rakjat.
(2) Djika sesudah lewat 30 (tigapuluh) hari Menteri jang bersangkutan belum djuga memberi
keterangan jang diperlukan, maka Badan Pemeriksa Keuangan berwenang melaksanakan
penghentian sementara pembajaran otorisasi. Surat keputusan untuk menghentikan
sementara pembajaran otorisasi. Surat keputusan untuk menghentikan sementara segala
pembajaran atas otorisasi Menteri tersebut disampaikan sendiri oleh Ketua atau salah
seorang Wakil Ketua Badan Pemeriksa Keuangan kepada Menteri jang bersangkutan, dan
segera melaporkan tindakan ini kepada Presiden dengan tindasannja tikirimkan kepada
Dewan Perwakilan Rakjat.
(3) Presiden berwenang untuk membatalkan keputusan Badan Pemeriksa Keuangan dengan
mendjelaskan alasan-alasan pembatalannja itu. Tindasan keputusan Presiden ini
disampaikan kepada Dean Perwakilan Rakjat.
Pasal 15
(1) Apabila Badan Pemeriksa Keuangan memperoleh petundjuk-petundjuk tjukup, bahwa
keterangan-keterangan jang diberikan oleh seorang Menteri tidak sesuai dengan kebenaran,
maka Badan Pemeriksa Keuangan berwenang minta Menteri jang bersangkutan untuk
meneliti kembali keterangan-keterangan jang diberikan. Tindasan surat Badan Pemeriksa
Keuangan ini disampaikan kepada Presiden dan Dewan Perwakilan Rakjat
(2) Menteri jang bersangkutan dalam waktu 30 (tigapuluh) hari diwadjibkan menambah,
membenarkan atau memperkuat keterangan-keterangan jang telah diberikannja.
(3) Djika kemudian terbukti bahwa keterangan jang diperbahurui itu bertentangan dengan
kebenaran, maka Badan Pemeriksa Keuangan segera melaporkan kepada Presiden agar
supaja terhadap menteri jang bersangkutan diambil tindakan seperlunja.
Tindasan laporan itu dikirimkan kepada Dewan Perwkilan Rakjat.
Pasal 16
(1) Semua Menteri dan Pegawai Negara, jang dalam lingkungan djabatannja dan tidak dalam
tugas bendaharawan, karena perbuatan melanggar hokum atau melalaikan kewadjiban jang
mereka harus lakukan setjara langsung ataupun tidak langsung telah merugikan Negara,
harus mengganti kerugian itu.
(2) Apabila jang bersangkutan seorang pegawai Negara, maka pada tingkat pertama tuntutan
ganti-rugi dilakukan dan diputus oleh Menteri jang bersangkutan dan Badan Pemeriksa
Keuangan diberitahukan tentang putusan itu.
(3) Badan Pemeriksa Keuangan mengawasi pelaksanaan tuntutan ganti-rugi termaksud dalam
ajat (2) pasal ini dan berhak untuk mengubah Keputusan Menteri atau mengenakan denda
setinggi-tingginja tiga bulan penghasilan sebagai Menteri dalam hal Menteri itu melalaikan
kewadjiban untuk menuntut, meutuskan dan memerintahkan melaksanakan ganti-rugi itu.

-6(4) Tiap peristiwa jang telah atau mungkin mengakibatkan kerugian bagi Negara, oleh Kepala
Instansi jang bersangkutan wadjib diberitahukan kepada Menteri jang bersangkutan dan
Badan Pemeriksa Keuangan. Kelalaian dalam hal ini dianggap sebagai kelalaian djabatan dan
dapat menjebabkan membajar ganti-rugi jang disebabkan oleh kelalaiannja itu.
(5) Dalam hal-hal jang chusus Badan Pemeriksa Keuangan dapat mengambil keputusan untuk
menjampaikan permohonan kepada Presiden supaja memberi kepada jang bersangkutan
pembebasan ganti-rugi atau peringanan.
Pasal 17
(1) Semua Menteri dan Pegawai Negara, jang dalam lingkungan djabatannja dan tidak dalam
tugas bendaharawan, karena perbuatan melanggar hokum atau melalaikan kewadjiban jang
mereka harus lakukan setjara langsung ataupun tidak langsung telah merugikan Negara,
harus mengganti kerugian itu.
(2) Apabila jang bersangkutan seorang pegawai Negara, maka pada tingkat pertama tuntutan
ganti-rugi dilakukan dan diputus oleh Menteri jang bersangkutan dan Badan Pemeriksa
Keuangan diberitahukan tentang putusan itu.
(3) Badan Pemeriksa Keuangan mengawasi pelaksanaan tuntutan ganti-rugi termaksud dalam
ajat (2) pasal ini dan berhak untuk mengubah Keputusan Menteri atau mengenakan denda
setinggi-tingginja tiga bulan penghasilan sebagai Menteri

Anda mungkin juga menyukai