Abstrak
Diabetes Mellitus menurut American Diabetes Association adalah suatu kelompok penyakit
metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,
gangguan kerja insulin atau keduanya, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik. Gula
darah sewaktu merupakan hasil pengukuran kadar glukosa yang dilakukan seketika waktu
itu, tanpa ada puasa. Jadi biasanya kadar gula darah sewaktu akan tinggi. Faktor resiko
penyakit tidak menular dibedakan menjadi dua. Yang pertama adalah faktor resiko yang
tidak dapat diubah misalnya umur, jenis kelamin, dan faktor genetik.. Yang kedua adalah
faktor resiko yang dapat diubah misalnya pola hidup dan status kesehatan. Hubungan
antara variabel bebas dan terikat di analisa menggunakan metode uji korelasi pearson
dengan menggunakan program SPSS 16.0. Sampel dalam penelitian berjumlah 110 orang.
Faktor risiko yang secara mandiri berhubungan dengan Gula Darah Sewaktu adalah indeks
massa tubuh (IMT) dan umur. Faktor risiko yang secara mandiri tidak berhubungan dengan
Gula Darah Sewaktu adalah jenis kelamin dan aktivitas fisik.
Kata kunci: Diabetes Mellitus, kadar gula darah, umur, jenis kelamin, IMT, aktivitas fisik
Abstract
Diabetes Mellitus according to the American Diabetes Association (ADA) is a group
metabolic diseases with characteristic hyperglycemia that occurs due to abnormal insulin
secretion, impaired insulin or both of them, which cause a variety of chronic complications.
Blood sugar as a result of the measurement of glucose levels is done instantly at the time,
without fasting. So usually sugar levels will be higher. Risk factors for non-communicable
diseases can be divided into two. The first is the risk factors that can not be changed for
example age, gender, and genetic factors. The second is the risk factor that can be modified
for example lifestyle and health status. The correlation between dependent and independent
variables are being analyzed using pearson correlation Method on SPSS 16.0. Samples were
110 people. The risk factor which is independently associated with blood sugar is the body
2
mass index (BMI) and age. Risk factors which were not independently associated with blood
sugar are gender and physical activity.
Key Words: Diabetes Mellitus, Blood Sugar Levels, Age, Gender, BMI, Physical Activity.
Pendahuluan
Diabetes Mellitus (DM) yang lebih dikenal sebagai penyakit kencing manis adalah
suatu kondisi terganggunya metabolisme didalam tubuh karena ketidakmampuan tubuh
membuat atau menyuplai hormon insulin sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan
kadar gula darah melebihi normal. International Diabetes Federation (IDF) menyebutkan
bahwa prevalensi diabetes melitus di dunia adalah 1,9% dan telah menjadikan DM sebagai
penyebab kematian urutan ketujuh di dunia. Hasil Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2008,
menunjukan prevalensi DM di Indonesia meningkat sampai 5,7%. Penignkatan ini terjadi
seiring dengan meningkatnya angka harapan hidup, asupan makanan yang tidak sehat,
aktivitas fisik yang kurang, kegemukan serta gaya hidup yang modern.1
Menurut survei yang dilakukan oleh organisasi kesehatan dunia (WHO), jumlah
penderita diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2000 terdapat 8,4 juta orang, jumlah
tersebut menempati urutan ke-4 terbesar di dunia, sedangkan urutan diatasnya adalah India
(31,7 juta), Cina (20,8 juta), dan Amerika Serikat (17,7 juta). Total penderita Diabetes
mellitus tahun 2009 di Indonesia sekitar 8 juta jiwa, dan diperkirakan jumlahnya akan
melebihi 21 juta jiwa pada Tahun 2025 mendatang.2
Berdasarkan uraian diatas, prevalensi diabetes mellitus masih menjadi masalah
kesehatan bangsa ini. Hal ini dikarenakan banyaknya penderita diabetes mellitus yang
belum mampu untuk mengontrol kadar gula darahnya. Oleh karena itu, dilakukannya
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara gula darah sewaktu dengan
aktivitas fisik, indeks massa tubuh (IMT), jenis kelamin serta usia.3
Tinjauan Pustaka
Supaya kadar gula darah dapat selalu terkendali, diabetisi perlu mengupayakan gaya
hidup sehat yakni dengan mengatur cara makan supaya makan tidak berlebihan serta
meningkatkan aktivitas fisik sehingga tubuh tetap sehat dan terhindar dari komplikasi yang
mungkin terjadi. Latihan fisik pada penderita DM memiliki peranan yang sangat penting
dalam mengendalikan kadar gula dalam darah, dimana saat melakukan latihan fisik terjadi
peningkatan pemakaian glukosa oleh otot yang aktif sehingga secara langsung dapat
menyebabkan penurunan glukosa darah.
Selain itu dengan latihan fisik dapat menurunkan berat badan, meningkatkan fungsi
kardiovaskuler dan respirasi, menurunkan LDL dan meningkatkan HDL sehingga dapat
3
mencegah penyakit jantung coroner apabila latihan fisik ini dilakukan secara benar dan
teratur.
Pemeriksaan penyaring perlu dilakukan pada kelompok dengan resiko tinggi DM.
Yaitu kelompok usia dewasa tua (>40 tahun), obesitas, tekanan darah tinggi, riwayat
keluarga DM, riwayat kehamilan dengan berat badan lahir bayi >4.000 gr, riwaya DM pada
kehamilan, dan dislipidemia. Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksaan
glukosa darah sewaktu, kadar gula darah puasa (Tabel. 1), kemudian dapat diikuti dengan
Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) standar. Untuk kelompok resiko tinggi yang hasil
penyaringannya negatif, perlu pemeriksaan penyaring ulang tiap tahun. Bagi pasien berusia
45 tahun tanpa faktor resiko, pemeriksaan penyaring dapat dilakukan setiap 3 tahun,4,5,6
Tabel. 1 kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik sebagai
patokan penyaring dan diagnosis DM (mg/dl)4
Bukan DM
Belum pasti DM
DM
<110
<90
110-199
90-199
>200
>200
<110
<90
110-125
90-109
>126
>110
Bagi pria dengan tinggi badan di bawah 160 cm dan wanita di bawah 150 cm, rumus
dimodifikasi menjadi:
BB Normal : BB ideal 10 %
Kurus : < BBI - 10 %
Gemuk : > BBI + 10 %
Perhitungan berat badan ideal menurut Indeks Massa Tubuh
Indeks massa tubuh dapat memberikan kesan yang umum mengenai derajat
kegemukan, adapun WHO sudah menetapkan klasifikasinya berdasarkan tabel berikut:4,9
Jenis Kelamin: Kebutuhan kalori pada wanita lebih kecil daripada pria. Kebutuhan kalori
Aktivitas Fisik atau Pekerjaan: kebutuhan kalori dapat ditambah sesuai dengan
intensitas aktivitas fisik dan penambahan sejumlah 10% dari kebutuhan basal diberikan
pada kedaaan istirahat, 20% pada pasien dengan aktivitas ringan, 30% dengan aktivitas
sedang, dan 50% dengan aktivitas sangat berat. Peningkatan aktivitas fisik mempunyai
korelasi yang terbalik dengan angka kejadian diabetes. Namun sebaliknya penurunan
aktivitas fisik, mempunyai hubungan langsung dengan meningkatnya prevalensi
diabetes.
Berat Badan: Bila kegemukan dikurangi sekitar 20-30% ber-gantung kepada tingkat
kegemukan malah bila kurus ditambah sekitar 20-30% sesuai dengan kebutuhan untuk
meningkatkan BB. Untuk tujuan penurunan berat badan jumlah kalori yang diberikan
paling sedikit 1000 - 1200 kkal perhari untuk wanita dan 1200-1600 kkal perhari untuk
pria. Makanan sejumlah kalori terhitung dengan komposisi tersebut di atas dibagi dalam
3 porsi besar untuk makan pagi (20%), siang (30%) dan sore (25%) serta 2-3 porsi
makanan ringan (10-15%) di antaranya. Untuk meningkatkan kepatuhan pasien, sejauh
mungkin perubahan dilakukan sesuai dengan kebiasaan.7,8,9
Ada beberapa cara yang dibutuhkan untuk menghitung jumlah kalori yang dibutuhkan
pasien:
Menghitung kebutuhan basal dengan cara mengalikan BB dengan 30 untuk laki-laki dan
25 untuk wanita, dan ditambah sesuai kegiatan yang dilakukan:
Tabel 3. Jenis Aktivitas
Dewasa
Gemuk
Normal
Kurus
Kerja santai
20-25
30
35
Kkalori/ kg BB idaman
Kerja sedang
30
35
40
Kerja berat
35
40
40-50
6
mengisi survei dan diperiksa kadar glukosa darahnya. Sampel didapatkan dengan metode
simple random sampling.10
Data yang perlu dicatat adalah meliputi jenis kelamin, umur penderita, aktivitas fisik,
Gula Darah Sewaktu dan Indeks Masa Tubuh (IMT). Umur penderita selain dijadikan data
numerik, juga diubah menjadi data kategorik tipe nominal, yaitu <30 tahun dan >=30 tahun.
Pemeriksaan Gula Darah Sewaktu selain digunakan dalam bentuk numerik, juga diubah
menjadi data kategorik tipe nominal, yaitu =<110, 110-200 dan >=200. Indeks Masa Tubuh
(IMT) juga diubah menjadi data kategorik tipe nominal, yaitu <18,4, 18,5-23, dan >= 23.
Jenis kelamin dibuat menjadi data kategorik nominal, yaitu laki dan perempuan. Sedangkan
untuk aktivitas fisik dibuat menjadi data kategorik ordinal, yaitu tinggi, sedang, dan rendah.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah umur, jenis kelamin, aktivitas fisik, dan
juga Indeks Massa Tubuh. Sedangkan, variabel terikatnya adalah Gula Darah Sewaktu.
Hipotesis yang digunakan adalah tidak ada hubungan antara Gula Darah Sewaktu dengan
IMT, jenis kelamin, umur, dan aktivitas fisik (Ho). Ha ada hubungan Gula Darah Sewaktu,
umur, jenis kelamin, aktivitas fisik dan IMT. Penganalisaan data menggunakan program
SPSS versi 16, dan penolakan atau penerimaan hipotesis dengan melihat signifikansinya.
Hubungan Gula Darah Sewaktu yang di kategorikan dihubungkan dengan umur, jenis
kelamin, aktivitas fisik dan Indeks Masa Tubuh (IMT) dilakukan analisis dengan
menggunakan uji korelasi pearson tergantung kriteria metode yang terpenuhi atau tidak.
Variabel Independen :
Umur
Jenis Kelamin
Aktivitas Fisik
Indeks Masa Tubuh
Hasil Penelitian
Analisis Univariat
Variabel Dependen
Gula Darah Sewaktu
7
Statistics
umur
GDS
IMT
Valid
110
110
110
Missing
Mean
44.4909
1.2528E2
28.7030
1.29261
5.00119
3.36143
Median
Mode
35.00
Std. Deviation
Variance
183.793
2.751E3
1.243E3
Skewness
.219
2.684
10.104
.230
.230
.230
Kurtosis
-1.037
8.713
104.580
.457
.457
.457
Range
52.00
318.00
375.61
Minimum
20.00
73.00
15.01
Maximum
72.00
391.00
390.62
Sum
4894.00
1.38E4
3157.33
a.
112.00
30.30
Jenis Kelamin
sex
Cumulative
Valid
Frequency
Percent
Valid Percent
Percent
perempuan
65
59.1
59.1
59.1
laki-laki
45
40.9
40.9
100.0
Total
110
100.0
100.0
Berdasarkan table diketahui bahwa dari 110 sampel yang berkunjung dan melakukan
pemeriksaan gula darah sewaktu, yang berjenis kelamin laki-laki ada 45 orang
(40,9%), dan 65 orang (59,1%) adalah perempuan.
Umur
8
umur
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
tidak beresiko
14
12.7
12.7
12.7
beresiko
96
87.3
87.3
100.0
110
100.0
100.0
Total
Umur dibagi kedalam 2 kategori =< 30 tahun yang tidak beresiko penyakit DM
jumlahnya ada 14 orang (12,7%) dan >= 30 tahun yang beresiko penyakit DM
jumlahnya ada 96 orang (87,3%).
Aktivitas Fisik
aktivitasfisik
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
rendah
12
10.9
10.9
10.9
sedang
43
39.1
39.1
50.0
tinggi
55
50.0
50.0
100.0
Total
110
100.0
100.0
Berdasarkan tabel diketahui bahwa dari 110 sampel yang berkunjung dan melakukan
pemeriksaan Gula Darah Sewaktu, yang memiliki aktivitas fisik tinggi terdapat 55
orang (50%), aktivitas sedang 43 orang (39,1%), dan yang beraktivitas ringan ada 12
orang (10,9%).
Indeks Masa Tubuh (IMT)
IMT
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
underweight
10
9.1
9.1
9.1
normal
29
26.4
26.4
35.5
overweight
71
64.5
64.5
100.0
110
100.0
100.0
Total
9
Hasil
dari
pengukuran
IMT
dikategorikan
menjadi
underweight
(<18,5),
Percent
Valid Percent
Percent
normal
55
50.0
50.0
50.0
preDM
40
36.4
36.4
86.4
DM
15
13.6
13.6
100.0
Total
110
100.0
100.0
Correlations
Umur
umur
Pearson Correlation
GDS
1
Sig. (2-tailed)
N
GDS
.012
110
110
Pearson Correlation
.239
Sig. (2-tailed)
.012
.239*
110
110
Dari hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji korelasi pearson nilai p= 0,012
dengan tingkat kesalahan () 0,05 menunjukkan bahwa Ho= ditolak, dengan
demikian Ha= terdapat hubungan antara umur dengan gula darah sewaktu.
10
Correlations
GDS
GDS
Pearson Correlation
IMT
.220*
Sig. (2-tailed)
N
IMT
.021
110
110
Pearson Correlation
.220*
Sig. (2-tailed)
.021
110
110
Dari hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji korelasi pearson nilai p= 0,021
dengan tingkat kesalahan () 0,05 menunjukkan bahwa Ho= ditolak, dengan
demikian Ha= terdapat hubungan antara IMT dengan gula darah sewaktu ditolak.
Hubungan Jenis Kelamin dengan GDS
Correlations
GDS
GDS
Pearson Correlation
sex
1
Sig. (2-tailed)
N
sex
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
-.017
.864
110
110
-.017
.864
110
110
Dari hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji korelasi pearson nilai p= 0,864
dengan tingkat kesalahan () 0,05 menunjukkan bahwa Ho= diterima, dengan
demikian Ha= tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan gula darah
sewaktu.
Hubungan Aktivitas Fisik dengan Gula Darah Sewaktu
11
Correlations
GDS
GDS
Pearson Correlation
Aktivitasfisik
1
Sig. (2-tailed)
N
aktivitasfisik
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
-.500**
.000
110
110
**
-.500
.000
110
110
Dari hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji korelasi pearson nilai p= 0,000
dengan tingkat kesalahan () 0,05 menunjukkan bahwa Ho= diterima, dengan
demikian Ha= tidak terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan gula darah
sewaktu diterima.
Pembahasan
Banyaknya penderita diabetes mellitus yang belum mampu untuk mengontrol kadar
gula darahnya. Peningkatan kadar gula darah sewaktu dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, Indeks Masa Tubuh dan umur mempunyai hubungan terhadap peningkatan gula
darah sewaktu, sementara jenis kelamin dan aktivitas fisik tidak mempunyai hubungan
dengan peningkatan gula darah sewaktu.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai hubungan gula darah
sewaktu dengan faktor-faktor yang mempengaruhi seperti umur dan Indeks Masa Tubuh
(IMT), maka didapatkan kesimpulan bahwa faktor-faktor tersebut ada hubungannya dengan
kadar gula darah sewaktu. Sedangkan jenis kelamin dan aktivitas fisik tidak berpengaruh
terhadap kadar gula darah sewaktu. Dilihat berdasarkan hasil uji statistik parametrik dan non
parametrik p > 0,05 yang berarti hipotesis nol diterima, dan p < 0,05 yang berarti hipotesis
nol ditolak.
Saran
1
Bagi peneliti
12
Disarankan bagi penullis agar dapat menambah wawasan mengenai faktor-faktor yang
tidak berpengaruh dan berpengaruh terhadap gula darah sewaktu serta dapat
2
Daftar Pustaka
1. Klasifikasi diabetes melitus. Diunduh dari http://plushealthy.info/tag/jurnal-klasifikasidiabetes-melitus-pdf pada tanggal 31 juli 2015.
2. Fatimah RN. Diabetes melitus tipe 2. J Majority februari 2015; 4(5): 95.
3. Lestari DD,dkk. Gambaran Kadar Glukosa Darah Puasa pada Mahasiswa Angkatan
2011 Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi dengan Indeks Masa Tubuh
18,5-22,9kg/m2. Jurnal e-Biomedik (eBM). Juli 2013; 1(2) : 991-6.
4. Adnan M, dkk. Hubungan Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan Kadar Gula Darah
Penderita Diabetes Mellitus (DM) Tipe 2 Rawat Jalan di RS Tugurejo Semarang.
Jurnal Gizi Universitas Muhammadiyah Semarang. April 2013; 2(1): 18-24.
5. Trisnawati S, Widarsa T, Suastika K. Faktor risiko diabetes melitus tipe 2 pasien
rawat jalan di puskesmas wilayah kecamatan Denpasar Selatan. Public Health and
Preventif Medicine Archieve Juli 2013: 1(1): 1-6.
13
6. Mashudi. Pengaruh progressive muscle relaxation terhadap kadar gula darah pasien
DM di RSU Jambi. Depok: Universitas Indonesia; 2011. 203.
7. Handayani. Modifikasi gaya hidup dan intervensi farmakologis dini untuk pencegahan
penyakit DM tipe 2. Media Gizi Masyarakat Indonesia februari 2012; 1(2): 65-70.
8. Noerhayati T. Hubungan antara sikap dan perilaku keluarga dengan kualitas hidup
penderita diabetes melitus tipe 2 di wilayah kerja puskesmas 1 Kembaran. FK
Universitas Jendral Sudirman. 2014. 13-14.
9. Bonita R, Beaglehole R, Kjellstrom T. Basic epidemiology. 2nd ed. Geneva:WHO
Press;2006.p 44.
10. Gibney MJ, Margetts BM, Kearney JM, Arab L. Gizi kesehatan masyarakat. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009. 203-6.