Disusun oleh
NURUL CHOTIMAH
010112a073
LAPORAN PENDAHULUAN
ISOLASI SOSIAL
A. DEFINISI
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang
lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian,
dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Purba,
dkk. 2008).
Isolasi sosial adalah gangguan dalam berhubungan yang merupakan
mekanisme individu terhadap sesuatu yang mengancam dirinya dengan cara
menghindari interaksi dengan orang lain dan lingkungan (Dalami, dkk.
2009).
Isolasi soaial adalah pengalaman kesendirian seorang individu yang
diterima sebagai perlakuan dari orang lain serta sebagai kondisi yang negatif
atau mengancam (Wilkinson, 2007).
B. ETIOLOGI
1. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah:
a. Faktor Perkembangan
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui
individu dengan sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak
dapat dipenuhi, akan menghambat masa perkembangan selanjutnya.
Keluarga adalah tempat pertama yang memberikan pengalaman bagi
individu dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Kurangnya
stimulasi, kasih sayang, perhatian dan kehangatan dari ibu/pengasuh
pada bayi bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat
menghambat terbentuknya rasa percaya diri. Rasa ketidakpercayaan
tersebut dapat mengembangkan tingkah laku curiga pada orang lain
maupun lingkungan di kemudian hari. Komunikasi yang hangat
sangat penting dalam masa ini, agar anak tidak mersaa diperlakukan
sebagai objek.
teman
sejenis,
yang
mana
hubungan
ini
akan
suatu
kehidupan
baru
dengan
menikah
dan
dengan
tetap
mempertahankan
hubungan
yang
yang
membuat
bingung
dan
kecemasannya
meningkat)
c. Faktor Sosial Budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan
faktor pendukung terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga
disebabkan oleh karena norma-norma yang salah yang dianut oleh
satu keluarga.seperti anggota tidak produktif diasingkan dari
lingkungan sosial.
d. Factor Biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa.
Insiden tertinggi skizofrenia ditemukan pada keluarga yang anggota
keluarga yang menderita skizofrenia. Berdasarkan hasil penelitian
pada kembar monozigot apabila salah diantaranya menderita
skizofrenia
adalah
58%,
sedangkan
bagi
kembar
dizigot
simbiotik
sehingga
perkembangan
psikologis
individu
terhambat.
Menurut Purba, dkk. (2008) strategi koping digunakan pasien
sebagai usaha mengatasi kecemasan yang merupakan suatu kesepian
nyata yang mengancam dirinya. Strategi koping yang sering
digunakan pada masing-masing tingkah laku adalah sebagai berikut:
1)
Tingkah laku curiga: proyeksi
2)
Dependency: reaksi formasi
3)
Menarik diri: regrasi, depresi, dan isolasi
4)
Curiga, waham, halusinasi: proyeksi, denial
5)
Manipulatif: regrasi, represi, isolasi
6)
Skizoprenia: displacement, projeksi, intrijeksi, kondensasi,
isolasi, represi dan regrasi.
C. POHON MASALAH
oleh
psikotik,
gangguan
fungsional,
organik
atau
2. Terapi Individu
Terapi individu pada pasien dengan masalah isolasi sosial dapat diberikan
strategi pertemuan (SP) yang terdiri dari tiga SP dengan masing-masing
strategi pertemuan yang berbeda-beda. Pada SP satu, perawat
mengidentifikasi penyebab isolasi social, berdiskusi dengan pasien
mengenai keuntungan dan kerugian apabila berinteraksi dan tidak
berinteraksi dengan orang lain, mengajarkan cara berkenalan, dan
memasukkan kegiatan latihan berbiincang-bincang dengan orang lain ke
dalam kegiatan harian. Pada SP dua, perawat mengevaluasi jadwal
kegiatan
harian
pasien,
memberi
kesempatan
pada
pasien
mengalami
benda
tajam
sembarangan,
tidak
kawannya,
berbicara
dengan
kawannya
dan
sebagainya.
b. Kontak sosial terhadap petugas, yaitu tingkah laku pasien untuk
melakukan hubungan sosial dengan petugas seperti tegur sapa,
menjawab pertanyaan waktu ditanya, bertanya jika ada kesulitan
dan sebagainya.
c. Kontak mata waktu berbicara, yaitu sikap pasien sewaktu
berbicara dengan orang lain seperti memperhatikan dan saling
menatap
sebagai
tanda
adanya
kesungguhan
dalam
berkomunikasi.
d. Bergaul, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan
kemampuan bergaul dengan orang lain secara kelompok (lebih
dari dua orang).
e. Mematuhi tata tertib, yaitu tingkah laku yang berhubungan
dengan ketertiban yang harus dipatuhi dalam perawatan rumah
sakit.
mengendalikan
diri
untuk
tidak
mengotori
1.
G. Diagnosa Keperawatan
Resiko perubahan sensori persepsi berhubungan dengan menarik diri
2.
Rasionalisasi :
Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran hubungan
interaksi selanjutnya
b. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri.
Kriteria evaluasi :
Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri.
Intervensi keperawatan :
1. Kaji pengetahuan klien tantang perilaku menarik diri dan tandatandanya.
2. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan pearasaan
penyebab menarik diri tidak mau bergaul.
3. Diskusikan pada klien tentang perilaku menarik diri, tanda serta
penyebab yang muncul.
4. Berikan reinforcement positif terhadap kemampuan klien dalam
mengungkapkan perasaannya.
Rasionalisasi :
Diketahuinya penyebab akan dapat dihubungkan dengan factor
presipitasi yang dialami klien.
c. Klien dapat menyebabkan keuntungan berhubungan dengan orang lain
dan kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain.
Kriteria Evaluasi :
Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain
dan kerugian berhubungan dengan orang lain.
Intervensi Keperawatan :
1. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat keuntungan berhubungan
dengan orang lain serta kerugiannya bila tidak berhubungan
dengan orang lain.
2. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
tentang berhubunagn dengan orang lain
3. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan
tentang kerugian bila tidak berhubungan denagn orang lain.
STRATEGI PELAKSANAAN
I.
Proses Keperawatan.
A. Kondisi Klien
1) Data subjektif :
a) Klien mengatakan malas berinteraksi dengan
orang lain.
b) Klien mengatakan orang-orang jahat dengan
dirinya.
c) Klien merasa orang lain tidak selevel.
2) Data objektif :
a) Klien tampak menyendiri.
b) Klien terlihat mengurung diri.
c) Klien tidak mau bercakap-cakap dengan orang
lain.
B. Diagnosa Keperawatan : Isolasi Sosial.
C. Tujuan
1) Umum: Klien dapat berinteraksi dengan orang lain
2) Khusus:
a) Klien dapat membina hubungan saling percaya.
b) Klien dapat menyebutkan penyebab isolasi
sosial.
c) Klien mampu menyebutkan keuntungan dan
kerugian hubungan dengan orang lain.
d) Klien dapat melaksanakan hubungan
social
secara bertahap.
e) Klien mampu menjelaskan perasaan setelah
berhubungan dengan orang lain.
f) Klien mendapat dukungan keluarga
dalam
tentang
kerugian
dengan
orang
lain
dalam
kegiatan harian.
Proses Pelaksanaan
A. Fase Orentasi.
1) Salam Terapeutik : Assalamualaikum..!!! selamat
pagi
bapak/ibu
perkenalkan
nama
saya
kemampuan
tentang perasaanbapak
yang
Apakah bersedia?Tujuannya
bapak
Agar
miliki?
bapak
dapat
mengetahui
keuntungan
kita
kalau
apa? Ayo
bapak
coba
dipraktekkan!
cuaca,
dan
tentang
hobi,
sebagainya,
nah
tentang
keluarga,
bagaimana
kalau
2) RTL
Baiklah bapak A dalam satu hari mau berapa kali
bapak A latihan bercakap-cakap dengan teman?
Dua kali ya bapak A? baiklah jam berapa bapak A
akan latihan? Ini ada jadwal kegiatan, kita isi pada
jam 11:00 dan 15:00 kegiatan bapak A adalah
bercakap-cakap dengan teman sekamar.
3) Kontrak yang akan datang :
a. Topik : Baiklah bapak A bagaimana kalau besok
kita berbincang-bincang tentang pengalaman
bapak A bercakap-cakap dengan teman-teman
baru dan latihan bercakap-cakap dengan topik
tertentu. apakah bapak A bersedia?
b. Waktu : bapak A mau jam berapa? Bagaimana
kalau jam 11:00?
c. Tempat : bapak
maunya
dimana
kita
Terminasi :
Bagaimana perasaan bapak A setelah berkenalan dengan perawat N?.
bapak A tampak bagus sekali saat berkenalan tadi.. Pertahankan terus apa
yang sudah bapak A lakukan tadi. jangan lupa untuk menanyakan topik lain
supaya perkenalan berjalan lancar, misalnya menanyakan keluarga, hobi, dan
sebagainya. Bagaimana, mau coba dengan perawat lain? mari kita masukkan ke
dalam jadwal. Mau berapa kali sehari? Bagaimana kalau 2 kali. Baik, nanti
bapak A coba sendiri. Besok kita latihan lagi ya, mau jam berapa? Jam 10?
Sampai besok!
SP 3 pasien : Melatih pasien berinteraksi secara bertahap (berkenalan dengan
orang kedua).
Orientasi :
Selamat pagi bapak A! Bagaimana perasaan bapak A hari ini?.
Apakah bapak A bercakap-cakap dengan perawat N kemarin siang (jika
jawaban pasien, ya, perawat dapat melanjutkan komunikasi berikutnya dengan
pasien lain).. Bagaimana perasaan bapak A setelah bercakap-cakap dengan
perawat N kemarin siang?. Bagus sekali bapak A menjadi senang karena
punya teman lagi!. Kalau begitu bapak A ingin punya banyak teman lagi?.
Bagaimana kalau sekarang kita berkenalan lagi dengan teman seruangan bapak
A yang lain, yaitu O. Seperti biasa, kira-kira 10 menit. Mari kita temui dia di
ruang makan.
Kerja :
(Bersama-sama Z, perawat mendekati pasien lain)
Selamat pagi, ini ada pasien saya yang ingin berkenalan. Baiklah
bapak A, bapak A sekarang bisa berkenalan dengannya seperti yang telah bapak
A lakukan sebelumnya. (Pasien mendemostrasikan cara berkenalan : memberi
salam, menyebutkan nama, nama panggilan, asal, hobi, dan menanyakan hal
yang sama).Ada lagi yang bapak A ingin tanyakan kepada O? Kalau tidak ada
lagi yang ingin dibicarakan, bapak A bisa sudahi perkenalan ini. Lalu bapak A
bisa buat janji bertemu lagi, misalnya bertemu lagi jam 4 sore nanti (bapak A
membuat janji untuk bertemu kembali dengan O).. Baiklah O, karena bapak A
sudah selesai berkenalan, saya dan bapak A akan kembali ke ruangan bapak A.
Selamat pagi (bersama pasien perawat meninggalkan O untuk melakukan
terminasi dengan bapak A di tempat lain).
Terminasi :
Bagaimana perasaan bapak A setelah berkenalan dengan O?.
Dibandingkan kemarin pagi, bapak A tampak lebih baik ketika berkenalan
dengan O. Pertahankan apa yang sudah bapak A lakukan tadi. Jangan lupa untuk
bertemu kembali dengan O jam 4 sore nanti.. Selanjutnya, bagaimana jika
kegiatan berkenalan dan bercakap-cakap dengan orang lain kita tambahkan lagi
di jadwal harian. Jadi, satu hari bapak A dapat berbincang-bincang dengan
orang lain sebanyak 3 kali, jam 10 pagi, jam 1 siang dan jam 8 malam, bapak A
bisa bertemu dengan N, dan tambah dengan pasien yang baru dikenal.
Selanjutnya bapak A bisa berkenalan dengan orang lain lagi secara bertahap.
Bagaimana bapak A, setuju kan?. Baiklah, besok kita ketemu lagi untuk
membicarakan pengalaman bapak A. Pada jam yang sama dan tempat yang sama
ya.. Sampai besok!
DAFTAR PUSTAKA
Anna Budi Keliat, SKp. (2006). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sosial
Menarik Diri, Jakarta ; Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Kusumawati dan Hartono . 2010 . Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Jakarta :
Salemba Medika
Nita
Fitria.
2009. PrinsipDasardanAplikasiPenulisanLaporanPendahuluandanStrateg
iPelaksanaanTindakanKeperawatanuntuk
Diagnosis