PENDAHULUAN
Gagal jantung kongestif / Congestive Heart Failure (CHF) merupakan suatu
keadaan patofisiologik dimana jantung sebagai pompa tidak mampu memenuhi
kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan. Gagal jantung merupakan suatu
sindroma klinik yang komplek yang disertai keluhan gagal jantung berupa sesak,
fatigue, baik dalam keadaan istirahat atau latihan, edema dan tanda objektif adanya
disfungsi jantung dalam keadaan istirahat.
Pada gagal jantung terjadi ketidakmampuan jantung untuk bekerja sebagai
pompa.respon tubuh berupa respon adaptif sekunder tetap mempertahankan fungsi
sirkulasi jangka pendek, tetapi lama kelamaan akan menjadi maladaptive dan terjadi
gagal jantung kronis. Respon adaptasi pada gagal jantung ini terjadi pada sirkulasi
perifer, ginjal ataupun otot jantung. Perubahan ini menyebabkan timbulnya sindrom
klinis gagal jantung.
Di Eropa kejadian gagal jantung berkisar 0,4% - 2% dan meningkat pada usia
yang lebih lanjut, dengan rata-rata umur 74 tahun. Ramalan dari gagal jantung akan
jelek bila dasar atau penyebabnya tidak dapat diperbaiki.
Sekitar 3 20 per 1000 orang pada populasi mengalami gagal jantung, dan
prevalensinya meningkat seiring pertambahan usia (100 per 1000 orang pada usia di
atas 65 tahun), dan angka ini akan meningkat karena peningkatan usia populasi dan
perbaikan ketahanan hidup setelah infark miokard akut. Prevalensi faktor etiologi
tergantung dari populasi yang diteliti, penyakit jantung koroner dan hipertensi
merupakan penyebab tersering pada masyarakat barat (>90% kasus), sementara
penyakit katup jantung dan defisiensi nutrisi mungkin lebih penting di Negara
berkembang. Pada pasien hipertensi resiko terjadinya gagal jantung dan stroke
meningkat tiga kali. Pada pasien hipertensi dapat terjadi perubahan-perubahan
struktrur dan fungsi jantung yaitu hipertrofi ventrikel kiri, disfungsi sistolik, disfungsi
diastolic dan gagal jantung.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Gagal jantung adalah keadaan dimana jantung tidak lagi mampu
memompa darah ke jaringan untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh
walaupun darah balik masih normal. Dengan kata lain, gagal jantung adalah
ketidakmampuan jantung untuk memompakan darah dalam jumlah yang
memadai untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh (forward failure), atau
kemampuan tersebut hanya dapat terjadi dengan tekanan pengisian jantung
yang tinggi (backward failure), atau kedua-duanya.
Etiologi
Penyebab gagal jantung dapat diklasifikasikan ke dalam enam kategori
utama:
a. Kegagalan yang berhubungan dengan abnormalitas miokard, dapat
disebabkan oleh hilangnya miosit (infark miokard), kontraksi yang tidak
terkoordinasi (left bundle branch block), kurangnya kontraktilitas
(kardiomiopati)
b. Kegagalan jantung yang berhubungan dengan overload seperti hipertensi
sistemik (peningkatan tekanan darah di atas 140/90 mmHg) atau
hipertensi pulmonal (peningkatan tekanan darah di paru-paru akibat
kongesti pulmonal)
c. Kegagalan yang berhubungan dengan abnormalitas katup
d. Kegagalan yang disebabkan abnormalitas ritme kardiak (takikardi)
e. Kegagalan yang disebabkan abnormalitas perikard atau efusi perikard
(tamponade)
f. Kelainan congenital jantung
Patofisiologi
Mekanisme dasar
Kelainan intrinsik pada kontraktilitas miokardium yang khas pada
gagal jantung akibat penyakit jantung iskemik, mengganggu kemampuan
pengosongan ventrikel yang efektif. Kontraktilitas ventrikel kiri yang
menurun mengurangi volume sekuncup, dan meningkatkan volume residu
ventrikel. Dengan meningkatkan volume akhir diastolik ventrikel (LVDEP),
terjadi peningkatan tekanan akhir diastolik ventrikel kiri. Derajat peningkatan
tekanan bergantung pada kelenturan ventrikel. Dengan meningkatnya
LVDEP, terjadi pula peningkatan tekanan atrium kiri (LAP) karena atrium
dan ventrikel berhubungan langsung selama diastol. Peningkatan LAP
diteruskan ke belakang ke dalam pembuluh darah paru-paru, meningkatkan
tekanan kapiler dan vena paru-paru. Apabila tekanan hidrostatik anyaman
kapiler paru-paru melebihi tekanan onkotik pembuluh darah, akan terjadi
transudasi cairan ke dalam interstisial. Jika kecepatan transudasi cairan
melebihi kecepatan drainase limfatik, akan terjadi edema interstisial.
Peningkatan cairan lebih lanjut dapat mengakibatkan cairan merembes ke
dalam alveoli dan terjadilah edema paru.
Tekanan arteri paru-paru dapat meningkat akibat peningkatan kronis
tekanan vena paru. Hipertensi pulmonalis meningkatkan tahanan terhadap
ejeksi ventrikel kanan. Serangkaian kejadian seperti yang terjadi pada jantung
kiri, juga akan terjadi pada jantung kanan yang akhirnya akan menyebabkan
edema dan kongesti sistemik.
Perkembangan dari edema dan kongesti sistemik atau paru dapat
diperberat oleh regurgitasi fungsional dari katup-katup trikuspidalis atau
mitralis secara bergantian. Regurgitasi fungsional dapat disebabkan oleh
dilatasi anulus katup antroventrikularis, atau perubahan orientasi otot papilaris
dan korda tendinae akibat dilatasi ruang.
Mekanisme Kompensasi
Terdapat 3 mekanisme kompensasi pada gagal jantung, yaitu :
(1) meningkatnya aktivitas adrenergik simpatis,
(2) meningkatnya beban awal akibat aktivasi sistem renin-angiotensin
aldosteron,
(3)
hipertrofi
ventrikel.
Mekanisme
ini
mungkin
memadai
untuk
volume
sekuncup
pada
gagal
jantung
akan
Rangsangan
ini.
Perubahan
ini
dapat
disebabkan
karena
kadar
aldosteron
dalam
darah
meningkat.
Kadar
hormon
antidiuretik akan meningkat pada gagal jantung berat, yang selanjutnya akan
meningkatkan absorpsi air pada duktus pengumpul.
c.
Hipertrofi ventrikel
Hipertrofi meningkatkan jumlah sarkomer dalam sel-sel miokardium.
Sarkomer dapat bertambah secara paralel atau serial bergantung pada jenis
beban hemodinamik yang yang mengakibatkan gagal jantung. Sebagai
contoh, suatu beban tekanan yang ditimbulkan stenosis aorta akan disertai
Diagnosis
Diagnosis dibuat berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, elektrokardiografi,
tidak dapat mengucapkan satu kalimat lengkap karena sesak napas yang
dirasakan. Tekanan darah sistolik dapat normal atau tinggi pada gagal jantung
ringan, namun berkurang pada gagal jantung berat, karena adanya disfungsi
ventrikel kiri yang berat. Tekanan nadi dapat berkurang atau menghilang,
menandakan adanya penurunan stroke volume. Sinus takikardi merupakan tanda
nonspesifik disebabkan oleh peningkatan aktivitas adrenergik. Vasokonstriksi
perifer menyebabkan dinginnya ekstremitas bagian perifer dan sianosis pada
bibir dan kuku juga disebabkan oleh aktivitas adrenergik yang berlebih.
b. Pemeriksaan vena jugularis dan leher
Pemeriksaan vena jugularis memberikan perkiraan tekanan pada atrium kanan,
dan secara tidak langsung tekanan pada atrium kiri. Pemeriksaan tekanan vena
jugularis dinilai terbaik saat pasien tidur dengan kepala deangkat dengan sudut
0
45 . Pada gagal jantung stadium dini, tekanan vena jugularis dapat normal pada
waktu istirahat namun dapat meningkat secara abnormal seiring dengan
peningkatan tekanan abdomen.
c. Pemeriksaan paru
Pulmonary crackles (ronkhi atau krepitasi) dihasilkan oleh transudasi cairan dari
rongga intravaskular ke dalam alveoli. Pada pasien dengan edema paru, ronki
dapat didengar pada kedua lapang paru dan dapat disertai wheezing ekspiratoar
(asma kardial). Jika ditemukan pada pasien tanpa penyakit paru, ronkhi spesifik
untuk gagal jantung. Efusi pleura timbul sebagai akibat meningkatnya tekanan
sistem kapiler pleura, hasilnya adalah transudasi cairan ke dalam rongga pleura.
8
d. pemeriksaan Jantung
Pemeriksaan jantung sering tidak memberikan informasi yang berguna mengenai
tingkat keparahan gagal jantung. Jika kardiomegali ditemukan, maka apex cordis
biasanya berubah lokasi di bawah ICS V dan atau sebelah lateral dari
midclavicularis line, dan denyut dapat dipalpasi hingga 2 interkosta dari apex.
Pada beberapa pasien, suara jantung ketiga (S3) dapat terdengar dan dipalpasi
pada apex. S3 atau prodiastolik gallop paling sering ditemukan pada pasien
dengan volume overload yang juga mengalami takikardi dan takipneu, dan sering
kali menandakan gangguan hemodinamika. Bising pada regurgitasi mitral dan
tricuspid biasa ditemukan pada pasien dengan gagal jantung tahap lanjut.
e. Abdomen dan ekstremitas
Hepatomegali adalah tanda yang penting tapi tidak umum pada pasien jantung.
Jika memang ada, hati yang membesar seringkali teraba lunak dan dapat
berpulsasi saat sistol jika terdapat regurgitasi katup trikuspid. Asites dapat timbul
sebagai akibat transudasi karena tingginya tekanan vena hepatik dan sistem vena
yang berfungsi dalam drainase peritoneum. Jaundice dapat ditemukan dan
merupakan tanda gagal jantung stadium lanjut, biasanya kadar bilirubin direk
dan indirek meningkat. Ikterik ini disebabkan karena terganggunya fungsi hepar
sekunder akibat kongesti hepar dan hipoksia hepatoseluler. Edema perifer adalah
manifestasi cardinal jantung, namun hal ini tidaklah spesifik dan biasanya tidak
terdapat pada pasien yang telah mendapat diuretik. Edema perifer biasanya
simetris, beratya tergantung pada gagal jantung yang terjadi, dan paling sering
terjadi sekitar pergelangan kaki dan daerah pretibial pada pasien yang masih
beraktivitas.
f. Cardiac cachexia
Pada gagal jantung kronis yang berat, dapat ditandai dengan penurunan berat
badan dan cachexia yang bermakana. Mekanisme dari cachexia pada gagal
jantung dapat melibatkan banyak faktor dan termasuk peningkatan resting
metabolic rate, anorexia, nausea, dan muntah akibat hepatomegali kongestif dan
perasaan penuh pada perut. Jika ditemukan, cachexia menandakan prognosis
keseluruhan yang buruk.
9
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan yang umum dilakukan pada gagal jantung antara lain
adalah darah rutin, urin rutin, elektrolit (Na dan K), ureum dan
kreatinin, SGOT/SGPT, dan BNP. Pemeriksaan ini mutlak harus
dilakukan pada pasien dengan gagal jantung dengan tujuan untuk
mendeteksi anemia, gangguan elektrolit, menilai fungsi ginjal dan
hati mangukur brain natriuretic peptide (beratnya gangguan
hemodinamik).
Foto thoraks
Pemeriksaan Chest X-Ray dilakukan untuk menilai ukuran dan bentuk
jantung, struktur dan perfusi dari paru. Kardiomegali dapat dinilai
melalui pengukuran cardiothoracic ratio (CTR) yang lebih dari 50%,
atau ketika ukuran jantung lebih
besar
dari
setengah
ukuran
10
hantaran
sel-sel
jantung).
Contoh preparat
11
12
b. Vasodilator
Vasodilator berguna untuk mengatasi preload dan afterload yang
berlebihan. Preload adalah volume darah yang mengisi ventrikel
selama diastole. Peningkatan preload menyebabkan pengisian jantung
berlebih. Afterload adalah tekanan yang harus di atasi jantung ketika
memompa darah ke sistem arterial. Dilatasi
preload
jantung
dengan
meningkatkan
vena
mengurangi
13
mg.
Usia
Riwayat keluarga
Etnis
Dapat dirubah :
-
Merokok
Hipertensi
Dislipidemia
14
Diabetes milietus
Stress
Inaktifitas fisik
Baru
-
Inflamasi
Fibrinogen
Homositein
Stress oksidatif
Pemeriksaan Penunjang
Rontgen
EKG
15
kerja fisik
atau status
Pengkajian
16
17
kontak
juga
Enzym
dan
isoenzym
pada
jantung
: CPK-MB
penurunan
konduksi
jantung
dan
18
Ekokardiografi
Computed Tomography
6.
Kondisi kegawatan pada pasien CAD : Tanda dan gejala klinis yang
sering ditemukan pada pasien jantung koroner adalah angina pektoritis
yaitu sakit dada yang timbul pada waktu melakukan aktivitas karena
adanya iskemik miokard. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi >
70% penyempitan arteri koronaria. Angina pektoritis dapat muncul
sebagai angina pektoris stabil (APS, stable angina) dan keadaan ini
bisa berkembang menjadi lebih berat dan menimbulkan sindroma
koroner akut atau yang dikenal sebagai serangan jantung mendadak
(heart attack) dan bisa menyababkan kematian.
19
7. Komplikasi CAD :
- CHF
- Angina Pektoris tidak stabil (APTS unstabel angina) ditandai
dengan nyeri dada yang mendadak dan lebih berat yang
serangannya lebih lama (lebih dari 2 menit) dan lebih sering.
Angina yang baru timbul (kurang dari 1 bulan), yang timbul
setelah serangan infark juga digolongkan dalam angina tak stabil.
- Infark miokard akut (IMA) : nyeri angina pada infark jantung
akut umumnya lebih berat dan lebih lama (30 menit atau lebih)
Walau demikian infark jantung dapat terjadi tanpa nyeri dada (20
sampai 25%). IMA bisa nonQ MI (NSTEMI) dan gelombang Q MI
(STEMI)
8. Diagnosa keperawatan pada pasien diatas :
-
DS :
Sesak nafas
DO :
Nadi 120x/menit
Napas 20x/menit
Diagnosa Keperawatan :
20
21
9. Intervensi
-
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan jantung atau
sumbatan pada arteri koronaria.
Kriteria hasil :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 15 menit, diharapkan
nyeri pada klien dapat berkurang, yaitu dari skala nyeri 8 menjadi 2, yang
ditandai dengan klien tampak rileks, aktifitas klien dapat meningkat,
terutama setelah dilakukan relaksasi.
Rencana Intervensi :
1) Melakukan pengkajian menyeluruh dari dari nyeri, meliputi
lokasi, karakteristik, jumlah, lama, frekuensi, kualitas, intensitas, dan
faktor presipitasi nyeri..
2) Pastikan pasien mendapatkan obat penghilang rasa nyeri (analgesik).
3) Memberikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa
lama akan berakhir, dan partisipasi dalam melakukan tindakan.
4) Anjurkan pada pasien agar segera melaporkan bila terjadi nyeri dada.
5) Ciptakan suasana lingkungan yang tenang dan nyaman.
6) Ajarkan dan anjurkan pada pasien untuk melakukan tehnik relaksasi.
7) Mengkolaborasikan dengan pasien dan tenaga kesehatan lainnya untuk
memilih dan mengimplementasikan obat nonfarmakologik sebagai
pertolongan terhadap nyeri
22
BAB
III
LAPORAN KASUS BAGIAN ILMU JANTUNG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
ABULYATAMA
Nama pasien
: JALIUS
Alamat
: Kuala Batee
Umur
: 59 tahun
Jenis Kelamin
: laki-laki
Pekerjaan
MRS
: 27 April 2015
Telaah : Os datang dengan keluhan sesak nafas. Hal ini sudah dialami sejak tadi
siang, sesak bertambah jika Os capek saat beraktifitas dengan jarak tempuh 5-6 m,
wheezing(-) ronchi(-) riwayat penyakit sebelumnya Os pernah sakit jantung
Riwayat Penyakit Sekarang :
SMRS 2 minggu yang lalu pasien mengeluh lemas saat beraktifitas, sesak
nafas dan, nyeri pada epigastrium
pasien mengeluhkan sesak nafas saat melakukan aktivitas berat
dan sesak hilang saat istirahat.
Riwayat penggunaan Obat :
candesartan
Bisoprolol
23
PEMERIKSAAN
FISIK Pemeriksaan
Umum
Keadaan umum
: sedang
Kesadaran
: komposmantis
Tanda-tanda vital
TD : 100 /70 mmHg
HR : 80 x/menit
RR : 28 x/menit
T
: 37.5 C
Pemeriksaan khusus:
: tidak anemis
Sklera
: tidak ikterik
Pupil
Mulut
Leher
24
Thoraks:
Paru-paru
Inspeksi : gerakan dinding dada simetris kiri dan kanan,
penggunaan otot bantu pernafasan (-)
Palpasi
Perkusi
Perkusi
Auskultasi
(-)
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
Ekstremitas
25
PEMERIKSAAN PENUNJANG
-
: 11,4mg/dL
Ht
: 43,4%
Trombosit : 1560.000/L
-
Kimia Darah
Glu
: 129,7 mg/dL
Ureum
: 67,44 mg/dL
SGOT
: 50 U/L
SGPT
: 50 U/L
BUN
: 23,5 mg/dL
Elektrolit
Na
+
: 129,45mmol/L
: 3,51 mmol/L
Cl
: 125,02 mmol/ L
LEMAK
Kolestrol total
Kolestrol HDL
Kolestrol LDL
Trigliserida
: 151 mg/dl
: 59,60 mg/dl
: 68,72 mg/dl
: 113,4 mg/dl
26
Foto Thoraks
CTR 76%
Segmen Aorta tampak lurus
Kongesti Vena
Segmen Pulmonal tampak membesar
Incisura Cardiaca tampak menghilang
Pembesaran pada jantung kanan dan Jantung kiri
Apek jantung bergesar (down wood)
Paru kanan tampak hitam
27
Sinus Rithme
Gel P
PR interval
Kompleks QRS
Segmen ST
ST Elevasi
ST Depresi
T inverted
RVH
LVH
VES
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
28
Daftar Masalah
Dispnea
Edema ekstremitas
Hipertensi
Kardiomegali
Penatalaksanaan:
Nonfarmakologis
Memposisikan semi fowler
Mengurangi asupan cairan dalam rangka mengurangi beban jantung
Mengurangi asupan garam untuk mengurangi retensi cairan dalam tubuh
Farmakologis :
29
Follow up
Tanggal
28/04/2015
Sesak
Napas
N: 80x/menit
ec
S: 37,5 0C
CAD
Nyeri
dada
P: 28 x/menit
30
P
Infused NaCL 0,9%
Pemberian Oksigen nasal
kanul 2 liter/menit
injeksi Ranitidin 1
ampul/24jam
metoclopramide 1 ampul /
24jam
injeksi Furosemid 1
ampul/24jam
Clopidrogel 1x75 mg (S)
Simvastatin 1x2 mg (M)
Spironolacton 25mg/24 jam
Alprazolam 1x 0,5 mg (M)
Codein 1x1 (M)
digoxin 1x0,5mg (p)
Ambroxol sxr 3x1
PEMBAHASAN
pasien Pak Jalius 59 tahun masuk ke ruang rawat jantung dengan keluhan
sesak nafas, nyeri dada pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang dapat
disimpulkan bahwa diagnosis adalah gagal jantung kongestif (CHF) dengan
penyebab utamanya adalah Coronary artery disease (CAD)
Diagnosis gagal jantung kongestif dapat ditegakkan berdasarkan kriteria
Framingham dimana didapatkan minimal ada 1 kriteria mayor dan 2 kriteria
minor dan dari anamnesis didapatkan dispnea deffort kemudian dari pemeriksaan
fisik didapatkan, kardiomegali, paroximal nocturnal dispnea, ronkhi paru dan edema
ekstremitas. Berdasarkan tingkatannya, CHF pada pasien ini termasuk ke dalam
grade IV, yaitu pasien tidak mampu melakukan kegiatan fisik apapun tanpa
menimbulkan keluhan. Waktu istirahat juga dapat menimbulkan gejala-gejala
insufisiensi jantung, yang bertambah apabila pasien melakukan kegiatan fisik
meskipun sangat ringan.
Sesak napas yang merupakan keluhan utama pada pasien ini disebabkan oleh
karena adanya kongesti pulmoner, dengan adanya akumulasi dari cairan
interstisial
yang menstimulasi pernapasan cepat dan dangkal yang khas untuk sesak napas yang
disebabkan oleh penyakit jantung. Sesak napas pada malam hari saat pasien tidur
merupakan akibat pasien tidur dalam keadaan datar sehingga aliran balik darah
meningkat, akibatnya ventrikel kanan juga memompakan darah yang lebih banyak
ke arteri pulmonalis. Banyaknya darah di vaskuler paru mengakibatkan ekstravasasi
cairan dari vaskuler ke intersisial, dengan adanya ekstravasasi cairan ke intersisial
jaringan paru akan menimbulkan suara ronki basah basal saat di lakukan auskultasi
pada kedua lapangan paru. Ronkhi yang timbul akibat adanya peradangan paru
dapat disingkirkan karena tidak adanya manifestasi demam pada pasien ini.
31
Nyeri dada pada pasien ini dapat disebakan karena adanya proses
nekrosis atau infark padaotot jantung. Pada pasien ini proses yang terjadi diduga
merupakan adanya proses infark, karena nyeri dada berlangsung 20 menit.
Edema kedua tungkai pada pasien ini terjadi karena adanya kongesti vena
sistemik sebagai akibat gagal jantung kanan. Gagal jantung kanan dapat terjadi
akibat meningkatnya tekanan vaskular paru sehingga akhirnya membebani ventrikel
kanan. Selain itu disfungsi ventrikel kiri juga berpengaruh langsung terhadap
fungsi ventrikel kanan melalui fungsi anatomis dan biokimiawinya. Kedua ventrikel
mempunyai satu dinding yang sama (septum interventrikularis) yang terletak dalam
pericardium. Perubahan-perubahan biokimia seperti berkurangnya cadangan
norepinefrin miokardium selama gagal jantung juga dapat merugikan kedua
ventrikel
32
DAFTAR PUSTAKA
www.heartfoundation.org.au/.../chronic_heart_failure_guidelines_2011.pdf
5.
33