Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.3 Insiden
Berdasarkan penelitian di Alton Health Centre, UK, pada
tahun 1989-1990, sekitar 20% dari wanita hamil mengalami perdarahan
pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu dan lebih dari setengahnya
berakhir dengan abortus spontan.
Dari data yang diperoleh dari rekam medik di Rumah Sakit Umum
Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2006, angka kejadian
abortus sebesar 123 kasus dengan kejadian abortus imminens sebanyak
106 kasus (86,17%), abortus komplit sebanyak 2 kasus (1,62%), abortus
2.1.4 Etiologi
Penyebab abortus bervariasi dan sering diperdebatkan. Umumnya
lebih dari satu penyebab. Penyebab terbanyak diantaranya adalah sebagai
berikut.
a. Faktor Janin
Kelainan yang paling sering dijumpai pada abortus adalah
gangguan pertumbuhan zigot, embrio, janin atau plasenta. Kelainan
tersebut biasanya menyebabkan abortus pada trimester pertama, yaitu :
1. Kelainan telur, misalnya telur kosong (blighted ovum),
2. Kelainan embrio, misalnya kelainan sitogenik embrio biasanya
berupa aneuploidi yang disebabkan oleh kejadian sporadi,
misalnya nondisjunction meiosis atau poliploid dari fertilitas
abnormal yang dapat menyebabkan sebagian abortus pada awal
kehamilan.
3. Kelainan kromosom
Monosomi X (45,X)
Monosomi adalah tidak adanya satu kromosom
pasangan homolog dalam komplemen kecuali sel
diploid (2n-1), seperti yang ditemukan pada sindrom
Turner.
Trisomi Autosomal
Trisomi adalah terdapatnya kromosom tambahan satu
tipe dalam suatu sel diploid (2n-1). Trisomi autosomal
merupakan kelainan kromosom yang tersering dijumpai
pada abortus trimester pertama.Trisomi dapat
disebabkan oleh nondisjunction tersendiri, translokasi
seimbang maternal atau paternal, atau inversi
kromosom seimbang.
Triploidi
Triploidi adalah terdapat 69 kromosom pada manusia,
atau tiga set kromosom lengkap yang sering ditemukan
pada bayi abortus. Triploidi ditemukan pada 16 %
kejadian abortus, dimana terjadi fertilisasi ovum
haploid oleh dua sperma (dispermi) sebagai patologi
primer. Triploidi sering dikaitkan dengan degenerasi
hidropik pada plasenta.
Tetraploidi
Tetraploidi adalah keadaan terdapatnya empat set
kromosom (4n) dimana terjadi kelainan pada fase
sangat awal sebelum proses pembelahan. Janin
tetraploidi jarang lahir hidup dan umumnya mengalami
abortus sangat dini (Sarwono, 2010)
b.
Faktor Maternal
1. Infeksi maternal dapat membawa resiko bagi janin yang sedang
berkembang, terutama pada akhir trimester pertama atau awal
trimester kedua. Tidak diketahui penyebab kematian janin secara
pasti, apakah janin yang terinfeksi atau toksin yang dihasilkan oleh
mikroorganisme penyebabnya. Penyakit-penyakit yang dapat
menyebabkan abortus :
a. Virus, misalnya rubella, sitomegalovirus, virus herpes
simpleks, vericella zozter, vaccinia, campak, hepatitis, polio
dan ensefalomielitis.
b. Bakteri, misalnya Salmonella typhi.
c. Parasit, misalnya toxoplasma gondi, plasmodium.
Faktor Eksternal
1. Radiasi, dosis 1-10 rad bagi janin pada kehamilan 9 minggu
pertama dapat merusak janin dan dosis yang lebih tinggi
dapat menyebabkan keguguran.
2. Obat-obatan, anatagonis asam folat, antikoagulan, dan lain - lain,
sebaiknya tidak menggunakan obat-obatan sebelum kehamilan
16 minggu, kecuali telah dibuktikan bahwa obat tersebut tidak
membahayakan janin, atau pengobatan penyakit Ibu yang
parah.
3. Bahan-bahan kimia lainnya, seperti bahan yang mengandung
arsen atau benzene (Sastrawinata S, 2005).
d.
Faktor ayah
Translokasi kromoson pada sperma dapat menyebabkan abortus
(Cunningham G, dkk, 2005 ).
2.1.7 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang (Sarwono, 2010).
2.1.7.1 Anamnesis
Hal-hal yang ditanyakan pada saat anamnesis :
1.
2.
3.
4.
5.
Usia pasien
Status pernikahan
Paritas
Operasi yang pernah dilakukan
Riwayat penyakit umum, seperti diabetes melitus, hipertensi, penyakit
jiwa, penyakit ginjal, penyakit darah, penyakit jantung, dan penyakit
TBC.
6. Riwayat obstetrik
a. Riwayat kehamilan sebelumnya apakah berakhir dengan
keguguran atau persalinan.
b. Persalinan sebelumnya dilakukan normal atau seksio sesarea.
c. Keadaan anak setelah dilahirkan.
7. Riwayat Ginekologi
a. Riwayat penyakit kelainan
b. Pengobatan yang dijalani, terutama operasi yang pernah
dilakukan
8. Riwayat Haid
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Menarche
Siklus haid teratur atau tidak
Banyak darah yang keluar ketika haid
Lamanya haid
Disertai nyeri atau tidak
Hari pertama haid terakhir
9. Keluhan Sekarang
2.1.7.2 Pemeriksaan Ginekologi
a. Pemeriksaan Genitalia Eksterna
Pada inspeksi harus diperhatikan bentuk, warna, peradangan, dan
sebagian dari genitalia eksterna, perianus, anus, dan sekitarnya. Apabila
terjadi perdarahan pervaginam, maka perlu diperhatikan banyaknya
darah yang keluar, warnanya, kental atau encer, dan aromanya.
b. Pemeriksaan Spekulum
Pada pemeriksaan spekulum kita dapat memeriksa keadaan
dinding vagina dan portio vaginalis servisis uteri.
c. Pemeriksaan Bimanual
Pada pemeriksaan bimanual, kita dapat melakukan perabaan
korpus uteri untuk mengetahui letak, bentuk, besar, konsistensi,
permukaan, dan gerakan korpus uteri.
2.1.7.3 Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Kadar Hb diperiksa pada wanita hamil yang tampak pucat
mengalami perdarahan dan mengalami kehamilan ektopik terganggu.
Jumlah leukosit dan laju endap darah perlu diperiksa untuk mengetahui
apakah proses peradangan atau infeksi. Pemeriksaan kadar hormon hCG
pada urin dapat menentukan prognosis kasus abortus imminens.
b. Pemeriksaan USG
Pemeriksaan USG dapat dilakukan secara transabdominal
maupun transvaginal. Pemeriksaan ini diperlukan untuk mengetahui
pertumbuhan janin dan keadaan plasenta (Sarwono, 2010).
2. Abortus Insipiens
Abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan serviks
telah mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil
konsepsi masih berada di kavum uteri.
a. Anamnesis :
c. Pemeriksaan Spekulum :
Kanalis servikalis masih terbuka
d. Pemeriksaan Bimanual :
4. Abortus Kompletus
a. Anamnesis :
5. Missed Abortus
b. Pemeriksaan Laboratorium :
Tes urin kehamilan biasanya negatif setelah satu minggu dari
terhentinya pertumbuhan kehamilan.
c. Pemeriksaan USG :
2.1.9 Penatalaksanaan
Penderita abortus imminens harus ditatalaksana dengan cara :
a. Tirah baring sampai perdarahan berhenti
b. Tidak melakukan coitus sampai kurang lebih dua minggu setelah
perdarahan berhenti
c. Apabila kadar progesteron rendah, pasien dapat diobati dengan
suplemen hormon untuk mempertahankan kehamilan, namun tidak
ada bukti kuat bahwa terapi hormon ini berguna (Sarwono, 2010).
2.1.10 Pengaruh Abortus Imminens Terhadap Kelanjutan Kehamilan
Mereka yang mengalami perdarahan pada awal kehamilan, sekitar
separuhnya akan keguguran. Perdarahan pada abortus imminens umumnya
sedikit, tetapi dapat menetap selama beberapa hari sampai beberapa minggu.
Hal ini meningkatkan risiko hasil kehamilan yang suboptimal dalam bentuk
kelahiran preterm, berat lahir rendah, dan kematian perinatal, namun risiko
malformasi janin tampaknya tidak meningkat (Camargo, 2011).
2.1.11 Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul akibat dari abortus imminens, antara lain :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
Keguguran
Infeksi
Anemia
Syok
Kematian perinatal
Berat bayi lahir rendah
Perdarahan sebelum kelahiran
Persalinan preterm
Pengeluaran plasenta secara manual saat melahirkan
Malpresentasi janin (Cunningham, 2010)
2.1.12 Prognosis
Untuk mengetahui prognosis abortus imminens dapat dilakukan
dengan melihat hormon hCG pada urin dengan cara melakukan tes urin
tanpa pengenceran dan pengenceran 1/10. Bila hasil tes urin kehamilan
positif keduanya, maka prognosisnya adalah baik, pengenceran 1/10
hasilnya negatif, maka prognosisnya dubia ad malam (Sarwono, 2010).
Faktor Risiko
2.1.13 Kerangkan Teori Faktor Penyebab
Kehamilan di usia
rawan
b bbb
Infeksi Genitalia
Jarak kehamilan
terlalu dekat
dengan persalinan
sebelumnya
Faktor Janin
Tatalaksana
Faktor Maternal
Faktor
Tirah
BaringEksternal
Faktor
Ayah coitus
Tidak
melakukan
Diberikan suplemen
hormon bila progesteron
ABORTUS IMMINENS
rendah
Gambaran Klinistidak
Penatalaksanaan
berhasil :
Perdarahan pervaginam
pada
kehamilan
umur
Abortus
Insipiens
kurang
dari
20
Abortus minggu
Ostium
uteri masih
Inkompletus
Penatalaksanaan
tertutup
Abortus
berhasil :
BesarKompletus
uterus masih
sesuai
umurdapat
kehamilan
Death
Conceptus
Janin