Anda di halaman 1dari 49

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konsumsi bahan bakar di Indonesia sejak tahun 1995 sampai
sekarang telah melebihi produksi dalam negeri. Diperkirakan dalam kurun
waktu 10-15 tahun kedepan cadangan minyak di indonesia akan menipis.
Perkiraan ini terbukti dengan seringnya terjadi kelangkaan BBM di beberapa
daerah di Indonesia (Hambali dkk, 2006). Kelangkaan dan kenaikan harga
minyak akan terus terjadi karena sifatnya yang non-renewable, selain itu
meningkatmya jumlah penduduk dan taraf hidup masyarakat juga
mengakibatkan bertambahnya jumlah energi yang di butuhkan.Fenomena ini
harus segera diimbangi dengan penyediaan sumber energi alternatif yang
renewable, melimpah jumlahnya dan murah sehingga terjangkau

oleh

masyarakat luas.
Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5
Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional, yang menyatakan bahwa
pemerintah mengajak kepada seluruh pihak maupun kalangan masyarakat
Indonesia untuk menyukseskan pengembangan sumber energi alternatif
pengganti Bahan Bakar Minyak. Hal diatas

telah mendorong berbagai

peneliti dan ilmuan untuk mencari sumber energi alternatif sebagai


pengganti energi bahan bakar fosil seperti minyak bumi dan batu bara
(Winaya,2008). Sejauh ini para ilmuan tengah burupaya memanfaatkan
limbah pertanian dan limbah peternakan serta limbah industri pangan untuk

menghasilkan energi alternatif yang di kenal dengan Biomassa. Biomassa


merupakan bahan-bahan organik yang berasal dari tumbuh-tumbuhan
yang meliputi, dedaunan, rerumputan, ranting, gulma, limbah pertanian,
limbah peternakan, limbah kehutanan dan gambut (Borman, 1998).
Pengembangan dan penggunaan biomassa ini belum dilaksanakan secara
maksimal di karenakan sebahagian masyarakat belum memahami cara
pemanfaatan limbah menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat.
Hasil penelitian menunjukkan sampah organik di Indonesia
sangat

melimpah

jumlahnya

diantaranya

limbah

pertanian,

limbah

peternakan limbah hasil industri dan lain sebagainya yaitu mencapai 60-70%
dari total volume sampah yang dihasilkan (Hatta, 2007), sehingga apabila
diabaikan maka dapat menyebabkan pencemaran lingkungan, munculnya
penyakit dan menurunkan nilai estetika atau keindahan kota serta masalahmasalah lainnya. Maka dari itu, solusi terbaik dalam memanfaatkan sampah
adalah menjadikannya salah satu bahan bakar alternatif yang ramah
lingkungan dan ekonomis yang disebut dengan briket.
Briket adalah bahan bakar yang memiliki wujud padat dan berasal
dari sisa-sisa bahan organik.

Seiring dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi, perlu diadakan penelitian-penelitian tentang


penggunaan sumber-sumber energi alternatif yang berkaitan dengan limbah
seperti; ampas tebu, kulit durian dan batang waruh. Selama ini peneliti
melihat

limbah

tersebut

dibakar

pemanfaatannya belum maksimal.

dan

dibuang

begitu

saja

serta

Dilihat dari karakteristinya tanaman tebu, tanaman durian dan


tanaman waruh yang menghasilkan limbah berupa; ampas tebu , kulit durian
dan batang waruh merupakan alternatif sumber energi yang potensial. Pada
musim giling 2013 lalu, data yang diperoleh dari Ikatan Ahli Gula Indonesia
(IKAGI) menunjukkan bahwa jumlah tebu yang digiling oleh 57 pabrik gula
di Indonesia mencapai sekitar 30 juta ton, sehingga ampas tebu yang
dihasilkan diperkirakan mencapai 9.640.000 ton. Namun, sebanyak 60% dari
ampas tebu tersebut dimanfaatkan oleh pabrik gula sebagai bahan bakar,
bahan baku untuk kertas, bahan baku industri kanvas rem, industri jamur dan
lain-lain. Oleh karena itu diperkirakan sebanyak 40% dari ampas tebubelum
dimanfaatkan.Selain ampas tebu hal yang sama terjadi pada kulit durian,
Berdasarkan data hortikultura litbang pertaniantahun 2014, indonesia
merupakan produsen buah durian terbesar ke-3 di dunia setelah Thailand
dan Malaysia. Total produksi buah durian tahun 2011 mencapai 883.969 ton
yang di panen dari areal setara 69.045 ha. Maka dapat dipastikan banyak
kulit durian yang di buang begitu saja tanpa di manfaatkan secara efektif.
Berdasarkan penelitian Hj Violet Hatta Seorang staff pengajar di
Universitas Lampung, kulit durian mengandung bahan yang tersusun dari
selulosa yang tinggi (50%-60%) dan lignin (5%) serta pati yang rendah
(5%) dimana bahan-bahan ini merupakan bahan yang mudah terbakar.
Informasi ini menjadi sebuah indikasi bahwa kulit durian dapat diolah
menjadi bahan bakar.

Terakhir penulis menggunakan pohon waruh (Hibiscus tiliaceus )


sebagai bahan campuran briket. Menurut Heyne, K. 1987 dalam bukunya
yang berjudul Tumbuhan Berguna Indonesia pohon waruh mempunyai
karakteristik berupa kayu terasnya ringan, padat, berstruktur halus, dan tak
begitu keras. kayu waru ini biasa digunakan sebagai bahan bangunan atau
perahu, roda pedati, gagang perkakas, ukiran, serta kayu bakar.
Ditinjau dari keberadaannya, bahan utama pembuatan briket
seperti ampas tebu dan kulit durian dan batang waruh mudah di dapat dan di
jumpai di sekitar kehidupan masyarakat. Oleh karena itu dengan adanya
penelitian ini di harapkan mampu mengatasi masalah sampah dan
pencemaran lingkungan serta memperbaiki nilai estetika pada lingkungan.
Berdasarkan kenyataan diatas penulis berinisiatif melakukan suatu kajian
penelitian mengenai evaluasi briket campuran ampas tebu, kulit durian dan
batang waruh menggunakan perekat tanah lampung, yang terfokus pada
pembutan briket, pengujian nilai kalor dan ketahanan nyala api sebagai
bahan bakar dalam rangka pengembangan sumber energi alternatif pengganti
BBM. Untuk itu perlu suatu kajian tentang Analisis Nilai Kalor Bahan
Bakar Briket Campuran Ampas Tebu, Kulit Durian dan Batang Waruh
Menggunakan Perekat Tanah Lempung.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka yang menjadi identifikasi
masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Kelangkaan energi dan naiknya harga minyak menjadi suatu permasalahan
di kalagan masyarakat.
2. Ketersediaan

limbah

biomassa

yang

melimpah

namun

belum

dimanfaatkan secara maksimal.


3. Kurangnya pengetahuan masyarakat dalam memanfaatkan limbah
biomassa.
4. Belum maksimalanya penelitian tentang energi alternative sebagai
pengganti BBM.
5. Pembuatan briket campuran ampas tebu, kulit durian dan arang waruh
menggunakan perekat tanah lempung.
6. Pengujian nilai kalor terhadap variasi campuran briket ampas tebu, kulit
durian dan arang waruh menggunakan perekat tanah lempung.
7. Pengujian nyala api pada briket ampas tebu, kulit durian dan arang waruh
menggunakan perekat tanah lempung.
C. Batasan Masalah
Agar pembahasan tidak terlalu jauh maka batasan masalah dalam
penelitian ini yaitu:
Bagaimana

proses

pembuatan

briket,

Metode

pengujia

nilai

kalor

danketahanan nyala api pada briket campuran ampas tebu, kulit durian dan
batang waru menggunakan perekat tanah lempung.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan Batasan masalah di atas, maka permasalahan yang diteliti
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana proses pembuatan briket campuran ampas tebu, kulit durian
dan batang waru menggunakan perekat tanah lempung?
2. Berapa besar nilai kalor yang dihasilkan oleh briket campuran ampas tebu,
kulit durian dan batang waru menggunakan perekat tanah lempung ?
3. Berapa lama ketahanan nyala api pada campuran ampastebu, kulit durian
dan batang waru menggunakan perekat tanah lempung?
E. Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Menggambarkan dengan secara jelas proses pembuatan briketcampuran
ampastebu, kulit durian dan batang waru menggunakan perekat tanah
lempung.
2. Mengetahui nilai kalor yang dihasilkan briketcampuran ampastebu, kulit
durian dan batang waru menggunakan perekat tanah lempung.
3. Mengetahui peforma/ketahanan nyala api briket campuran ampastebu,
kulit durian dan batang waru menggunakan perekat tanah lempung
F. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Penulis
a. Menjadi syarat untuk memperoleh gelar sarjana

b. Menambah pengetahuan dan mengembangkan wawasan penulis


mengenai pemanfatan limbah menjadi bahan bakar alternatif yaitu
Briket.
2. Bagi Mahasiwa Dan Pembaca
a. Menjadi refrensi untuk mengembangkan penelitian yang berkaitan
dengan kajian pemanfaatan limbah ampas tebu dan kulit durian
menjadi

bahan

bakar

alternatif

dan

Memberikan

informasi

pengembangan penelitian dilingkungan akademik khususnya di


Jurusan Teknik Mesin, FT-UNP.
b. Membantu pemerintah dalam menangani masalah sampah, dan
mencarikan solusinya yaitu memanfaatkan sampah menjadi bahan
bakar alternatif pengganti bahan bakar minyak.
3. Bagi Masyarakat
a. Memberikan masukan kepada masyarakat dan industri tentang
pemanfaatan limbah ampas tebu dan kulit durian yang bisa di olah
menjadi bahan bakar alternatif.
b. Menjadikan refrensi bagi masyarakat untuk dapat membuat briket
sendiri dari ampas tebu dan kulit durian.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Bahan Bakar
Bahan bakar adalah suatu materi yang diubah menjadi energi,
biasanya bahan bakar mengandung energi panas yang dapat dilepaskan dan
dimanipulasi. Ada tiga jenis bahan bakar yang digunakan dalam kehidupan
sehari-hari yaitu, bahan bakar padat, cair dan gas. Bahan bakar padat yaitu
bahan bakar yang melalui pembakaran langsung seperti briket dan bahan
alternatif lainya. Sedangkan bahan bakar cair dan gas adalah bahan bakar yang
diambil melalui proses penambangan yang disebut penambangan minyak
bumi dan penambangan gas bumi. Kebanyakan bahan bakar digunakan
manusia melalui proses pembakaran (reaksi redoks) dimana bahan bakar
tersebut akan melepaskan panas setelah direaksikan dengan oksigen di udara.
Proses lain untuk melepaskan energi dari bahan bakar adalah melalui reaksi
eksotermal dan reaksi nuklir. Hidrokarbon (termasuk di dalamnya bensin dan
solar) sejauh ini merupakan jenis bahan bakar yang paling sering digunakan
manusia, ( sumber :http://id.wikipedia.org/wiki/Bahan_bakar).

B. Biomassa
Biomassa adalah jenis energi terbarukan yang mengacu pada bahan
biologis yang berasal dariorganisme yang hidup atau belum lama mati.
Sumber biomassa antara lain bahan bakar kayu, limbah dan alkohol. Biomassa
merupakan bahan organik yang dihasilkan melalui proses fotosintetik, baik

berupa produk maupun buangan. Contoh biomassa antara lain adalah tanaman,
pepohonan, rumput, ubi, limbah pertanian, limbah hutan, tinja dan kotoran
ternak. Selain digunakan untuk tujuan primer serat, bahan pangan, pakan
ternak, miyak nabati, bahan bangunan dan sebagainya, biomassa juga
digunakan sebagai sumber energi (bahan bakar). Umum yang digunakan
sebagai bahan bakar adalah biomassa yang nilai ekonomisnya rendah atau
merupakan

limbah

setelah

diambil

produk

primernya.Biomassa

diklasifikasikan menjadi dua golongan yaitu biomassa kayu dan bukan kayu
(Borman, 1998).
Sumber energi biomassa mempunyai beberapa kelebihan antara lain
merupakan sumber energi yang dapat diperbaharui (renewable) sehingga dapat
menyediakan sumber energi secara berkesinambungan (sustainable). Sumber
daya biomassa Indonesia terutama dari sektor kehutanan, perkebunan,
pertanian, tanaman pertanian dan limbah permukiman sangat memenuhi
jumlahnya untuk di manfaatkan.
Tanaman panen darat yang termasuk penghasil energi biomassa adalah
seperti : (1) tumbuhan gula, yaitu tebu dan sorgum manis; (2) Tumbuhan daun,
yaitu tumbuhan bukan kayu yang mudah dikonversi menjadi bahan bakar dan
gas seperti tumbuhan sayur hijau daun; (3)Tumbuhan silvikultur (hutan)
seperti poplar hibrida, sycamore, petai cina, getah manis, alder, ekaliptus, dan
kayu-kayu keras lainnya.

10

Terdapat beberapa teknologi untuk konversi biomassa seperti


dijelaskan pada Gambar 1. Teknologi konversi biomassa tentu saja
membutuhkan perbedaan pada alat yang digunakan untuk mengkonversi
biomassa dan menghasilkan perbedaan bahan bakar yang dihasilkan.

B
I
O
M
A
S
S
A

Gambar 1. Teknologi Konversi Biomassa


(www. konversi biomassa.com)

C. Tanaman Tebu
Tanaman tebu (Saccharum officinarum) adalah anggota familia
rumput-rumputan (Graminae) yang merupakan tanaman asli tropika basah,

11

namun masih dapat tumbuh baik dan berkembang di daerah subtropika, pada
berbagai jenis tanah dari dataran rendah hingga ketinggian 1.400 meter diatas
permukaan laut (mdpl). Tanaman tebu dalam taksonomi tumbuhan
diklasifikasikan sebagai berikut :
Kerajaan

: Plantae

Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Liliopsida

Famili

: poaceae

Genus

: Saccharum

Spesies

: Saccharum officinarum

Tanaman tebu telah dikenal sejak beberapa abad yang lalu oleh bangsa
Persia, Cina, India dan kemudian menyusul bangsa Eropa yang memanfaatkan
sebagai bahan pangan benilai tinggi. Tebu juga merupakan tanaman yang
ditanam untuk bahan baku gula. Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa
dipanen mencapai kurang lebih 1 tahun. Di Indonesia tebu banyak
dibudidayakan di pulau Jawa dan Sumatera.

Gambar 2. Tanaman Tebu (sumber: Wikipedia. org)


Untuk pembuatan gula, batang tebu diperas dengan mesin pemeras
(mesin press) di pabrik gula. Sesudah itu, nira atau air perasan tebu tersebut

12

disaring, dimasak, dan diputihkan sehingga menjadi gula pasir. Dari proses
pengolahan tebu tersebut akan dihasilkan gula 5%, ampas tebu 90% dan
sisanya berupa tetes molasse dan air. Molasse diperoleh dari proses kristalisasi
larutan tebu yang tidak dapat menghasilkan gula lagi. Daun tebu yang kering
(dalam bahasa Jawa, dadhok) adalah biomassa yang mempunyai nilai kalori
cukup tinggi. (http://id.wikipedia.org/wiki/Tebu)
Dalam konversi energi pabrik gula, daun tebu dan juga ampas batang
tebu digunakan untuk bahan bakar boiler, yang uapnya digunakan untuk
proses produksi dan pembangkit listrik. kebutuhan energi di pabrik gula
dipenuhi oleh sebagian ampas dari gilingan akhir. Proses ekstraksi
(pemerahan) cairan tebu akan menghasilkan ampas tebu, sebagai bahan bakar
ketel jumlah ampas dari stasiun gilingan adalah sekitar 30% berat tebu dengan
kadar air sekitar 50%.
Berdasarkan bahan kering ampas tebu adalah terdiri dari unsur C
(carbon) 47%, H (hydrogen) 6,5%, O (oxygen) 44%, dan abu (Ash) 2,5 %.
Menurut rumus Pritzelwitz tiap kilogram ampas dengan kandungan gula
sekitar 2,5% akan memiliki kalor sebesar 1825kkal. Kelebihan ampas
(bagasse) tebu dapat membawa masalah bagi pabrik gula, ampas bersifat
bulky (meruah) sehingga untuk menyimpannya perlu area yang luas. Dalam
kondisi tertumpuk akan terfermentasi dan melepaskan panas karena di
dalamnya terkandung air, gula, serat, dan mikroba sehingga akan mudah
terbakar. Terjadinya kebakaran ampas diduga akibat proses tersebut.

13

Ampas tebu sebangian besar mengandung ligno-cellulose. Panjang


seratnya antara 1,7 sampai 2mm dengan diameter sekitar 20 mikro, sehingga
ampas tebu ini dapat diolah menjadi papan-papan buatan. Dalam skripsi justin
rexanindita nugraha, Witono, (2003) Baggase mengandung air 48% - 52%,
gula rata-rata 3,3% dan serat rata-rata 47%. Komposisi kimia dari ampas tebu
terdiri dari beberapa senyawa yang dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini:
Tabel 1. Komponen Penyusun Ampas Tebu
No
1
2
3
4
5
6

Kandungan
Abu
Lignin
Selulosa
Sari
Pentosan
Si02
Sumber : Wijayanti,R.2009

Kadar (%)
3,82
22,09
37,65
1,81
27,97
3,01

Dengan metode polarimeter zat yang terkandung pada ampas tebu


setelah diperas (zat kering ampas) kandungan kadar sakarosa sisa 2,32%.
Untuk menghilangkan sisa kadar gula yang terdapat pada ampas tebu tersebut,
direndam dengan alkohol 99% selama 24 jam. Dengan hasil dalam tabel 2
berikut :
Tabel 2. Komposisi Unsur Kimia Ampas Tebu.
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Kadar
Moisture
Ash
Volatile
Fixed carbon
Carbon
Hydrogen
Shulfur
Nitrogen
Oxygen

Persentase (%)
21,8
2,5
72,7
3,5
47,0
6,5
0,1
0,9
44,0

14

10

Gross calorific value

3596,98 j/kg

Sumber : Winaya,2010

Gambar 3. Ampas tebu (sumber: dokumentasi Pribadi)


Ampas tebu yang sudah di ambil airnya masih bisa dijadikan bahan
baku pembuatan pupuk, pulp (bubur kertas), Particle Board, bahan bakar
boiler di pabrik gula. Selain itu ampas tebu juga dapat dijadikan bahan dasar
pembuat briket melalui pengolahan teknologi terlebih dahulu. Pembuatan atau
rekayasa briket dari ampas tebu merupakan usaha yang sangat berguna dan
bermanfaat bagi masyarakat untuk menanggulangi masalah bahan bakar
minyak. Teknologi daur ulang ini diharapkan mampu mengatasi permasalahan
yang ditimbulkan oleh sampah sisa hasil pemerasan air tebu dari pabrik
industri gula maupun pedagang penjual air tebu.

D. Tanaman Durian
Dalam taksonomi tumbuhan, tanaman durian diklasifiksikan sebagai
berikut :
Kingdom

: Plantae (tumbuh-tumbuhan)

Divisi

: Spermatophyta (tumbuhan berbiji)

15

Sub-divisi

: Angiospermae (berbiji tertutup)

Kelas

: Dicotyledonae (biji berkeping dua)

Genus

: Durio

Spesies

: Durio zibethinus Murr

Durian (durio zibethnius murr) adalah nama tumbuhan tropis yang


berasal dari wilayah asia tenggara, nama ini diambil dari ciri khas kulit
buahnya yang keras dan berlekuk-lekuk tajam sehingga menyerupai duri.
kulit berduri dan bagian dalam buah berongga yang di dalamnya berisi biji
yang terbungkus oleh daging buah, Durian merupakan sekelompok
tumbuhan dari marga durio (durio zibetnius). http:/Wikipedia.org/durian.

(a)

(b)
Gambar 4. (a) Buah Durian, (b) kulit durian
(sumber: http:/Wikipedia.org/durian)

Kulit durian menurut (Hatta, 2007 dalam R.Prabowo 2009) Apabila


dilihat dari karakteristik bentuk dan sifat-sifat kulitnya, sebenarnya banyak
manfaat yang dapat dihasilkan dari kulit buahnya misalnya untuk bahan
campuran papan partikel, papan semen, arang briket, arang aktif, filler,

16

campuran untuk bahan baku obat nyamuk dan lain-lain. Komposisi penyusun
kulit durian dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini.

Tabel 3. Kandungan penyusun kulit durian


No
1
2
3

Kandungan
Kadar (%)
Selulosa
50 60
Lignin
5
Pati
5
Sumber:(Hatta,2007 dalam R. Prabowo 2009)

Dengan adanya kegiatan pemanfaatan briket berbahan dasar kulit durian


ini, tentunya akan menambah pengetahuan tentang adanya energi alternatif
berupa briket dari limbah kulit durian. Pengetahuan tersebut dapat
dikembangkan dan diaplikasikan lebih luas oleh masyarakat. Melalui kegiatan
pemanfaatan briket berbahan dasar kulit durian ini memberikan sebuah solusi
terkait masalah menumpuknya Limbah kulit durian. Kulit durian yang selama
ini mengganggu kebersihan lingkungan, khususnya pada saat musim panen
durian. Sehingga kegiatan ini memberikan efek samping positif berupa
berbudaya hidup sehat, bersih dan ekonomis.

E. Pohon Waruh
Waruh dengan nama latin (Hibiscus tiliaceus)adalah sebagai pohon
peneduh tepi jalan atau tepi sungai dan pematang serta pantai. Pohon ini
banyak tumbuh disekitar pantai dengan tinggi 5-15 meter, garis tengah batang
40-50 cm; bercabang dan berwarna coklat.

17

Menurut penelitian Martodisiswojo dan Rajakwangun, 1995 pohon


waruh memiliki banyak manfaat antara lain untuk pengobatan tradisional, akar
waruh digunakan sebagai pendingin bagi sakit demam, daun waruh membantu
pertumbuhan rambut, sebagai obat batuk, obat diare berdarah/berlendir,
amandel. Bunga digunakan untuk obat trakhoma dan masuk angin, penelitian
lain menurut Martodisiswojo dan Rajakwangun, 1995 pohon waruh
digunakan sebagai bahan bangunan atau perahu, roda pedati, gagang perkakas,
ukiran, serta kayu bakar.
Kandungan kimia pada pohon waruh meliputi saponin dan flavonoid.
Disamping itu, daun waru juga paling sedikit mengandung lima senyawa
fenol, sedang akar waru mengandung tanin (Syamsuhidayat dan Hutapea,
1991). Di tinjau dari kegunaannya orang dulu menggunakannya sebagai bahan
dasar utama pembuatan misiu, dan diharapkan dengan penambahan pohon
waruh dalam pembutan briket mampu menaikan nilai kalor serta
mempermudah dalam penyalaan briket karena pohon waruh memiliki tekstur
serat yang halus.

(a)

(b)

Gambar 5. (a) Pohon waruh, (b) Batang Waruh


(sumber : Dokumentasi pribadi)

18

F. Tanah Lempung
Lempung atau tanah liat adalah partikel mineral berkerangka dasar
silikat yang berdiameter kurang dari 4 mikrometer. Lempung mengandung
leburan silika dan/atau aluminium yang halus. Unsur-unsur ini, silikon,
oksigen, dan aluminum adalah unsur yang paling banyak menyusun kerak
bumi. Lempung terbentuk dari proses pelapukan batuan silika oleh asam
karbonat dan sebagian dihasilkan dari aktivitas panas bumi.
Lempung membentuk gumpalan keras saat kering dan lengket apabila
basah terkena air. Sifat ini ditentukan oleh jenis mineral lempung yang
mendominasinya. Mineral lempung digolongkan berdasarkan susunan lapisan
oksida silikon dan oksida aluminium yang membentuk kristalnya. Golongan
1:1 memiliki lapisan satu oksida silikon dan satu oksida aluminium, sementara
golongan 2:1 memiliki dua lapis golongan oksida silikon yang mengapit satu
lapis oksida aluminium. Mineral lempung golongan 2:1 memiliki sifat elastis
yang kuat, menyusut saat kering dan memuai saat basah. Karena perilaku
inilah beberapa jenis tanah dapat membentuk kerutan-kerutan atau "pecahpecah" bila kering (wikipedia.com)

19

Gambar 6. Segitiga Tekstur Dan Tanah Lempung (sumber:wikipedia.com)


Tanah lempung dan mineral lempung adalah tanah yang memiliki
partikel-partikel mineral tertentu yang menghasilkan sifat-sifat plastis pada
tanah bila dicampur dengna air (Grim, 1953). Partikel-partikel tanah
berukuran yang lebih kecil dari 2 mikron (=2), atau <5 mikron menurut
sistem klasifikasi yang lain, disebut saja sebagai partikel berukuran lempung
daripada disebut lempung saja. Partikel-partikel dari mineral lempung
umumnya berukuran koloid (<1) dan ukuran 2 merupakan batas atas
(paling besar) dari ukuran partikel mineral lempung. Untuk menentukan jenis
lempung tidak cukup hanya dilihat dari ukuran butirannya saja tetapi perlu
diketahui mineral yang terkandung didalamnya.
1. Sifat Sifat Tanah Lempung
Sifat-sifat yang dimiliki tanah lempung (Hardiyatmo, 1999) adalah
sebagai berikut:
a. Ukuran butir halus, kurang dari 0,002 mm
b. Permeabilitas rendah
c. Kenaikan air kapiler tinggi
d. Bersifat sangat kohesif
e. Kadar kembang susut yang tinggi

20

f. Proses konsolidasi lambat.


2. Manfaat Tanah Lempung
Mineral lempung merupakan salah satu kekayaan Indonesia yang
berlimpah dan belum dimanfaatkan secara optimal. Tanah lempung secara
geolois adalah mineral alam dari keluarga silikat yang berbentuk kristal
dengan struktur berlapis (Karna, 2002). Bentonit merupakan salah satu
jenis lempung yang banyak terdapat di beberapa wilayah Indonesia
diantaranya terdapat di sebagian besar daerah Nusa Tenggara, Sulawesi,
Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Sumatera Selatan,
Jambi, dan Sumatera Utara (Soedjoko, 1987). Pemanfaatan tanah lempung
di beberapa daerah antara lain yaitu:
a.

Sebagai campuran bangunan

b.

Pembuatan kendi, piring, pas bunga

c.

Sebagai bahan baku pembutan semen

d.

Sebagai perekat dalam pembuatan briket karna sifatnya yang mampu


mengikat jika di beri air dll

G. Perekat
Untuk membuat ampas tebu dan batubara menyatu dibutuhkan perekat.
Perekat adalah suatu zat atau bahan yang memiliki kemampuan untuk
mengikat dua benda melalui ikatan permukaan.
Ada beberapa jenis perekat yang digunakan untuk briket yaitu :
1. Perekat Aci

21

Perekat aci terbuat dari tepung tapioka yang mudah dibeli dari toko
makanan dan di pasar. Perekat ini cukup bagus karena tidak
mempengaruhi warnah dari briket, namun perekat ini dalam pembakaran
belum maksimal.

2. Perekat Tanah Lempung


Perekat tanah lempung bisa digunakan sebagai perekat karbon dengan cara
tanah lempung diayak halus seperti tepung, lalu diberi air sampai lengket.
Namun penampilan pada briket arang yang menggunakan bahan perekat
ini menjadi kurang menarik dan membutuhkan waktu lama untuk
mengeringkannya serta agak sulit menyala ketika dibakar.
3. Perekat Getah Karet
Daya lekat getah karet lebih kuat dibandingkan dengan lem aci maupun
tanah

liat.

Ongkos

produksinya

relatif

mahal

dan

agak

sulit

mendapatkannya. Briket arang yang menggunakan perekat ini akan


menghasilkan asap tebal berwarna hitam dan beraroma kurang sedap
ketika dibakar.
4. Perekat Getah Pinus
Briket arang menggunakan perekat ini hampir mirip dengan briket arang
dengan menggunakan perekat karet. Namun, keunggulannya terletak pada
daya benturan briket yang kuat meskipun dijatuhkan dari tempat yang
tinggi (briket tetap utuh).

22

Menurut

Schuchart,

dkk.

(1996),

pembuatan

briket

dengan

menggunakan bahan perekat akan lebih baik hasilnya jika dibandingkan tanpa
menggunakan bahan perekat. Karena membuat kekuatan briket tersebut dari
tekanan luar jauh lebih baik (tidak mudah pecah).
Pada penelitian ini hanya menggunakan perekat tanah lempung. Karna
tanah lempung lebih mudah di dapat, namun penampilan briket yang
menggunakan bahan perekat ini menjadi kurang menarik dan membutuhkan
waktu lama untuk mengeringkannya serta agak sulit menyala ketika dibakar.
H. Briket
Briket merupakan sumber energi alternatif yang terbuat dari bahan
bahan bekas atau bahan yang sudah tidak terpakai melalui pengolahan
teknologi dan bisa digunakan sebagai bahan bakar alternatif pengganti minyak
tanah dan elpiji. Briket juga merupakan bahan bakar padat dengan bentuk
ukuran tertentu dengan sedikit campuran yang berfungsi sebagai perekat
seperti tanah lempung yang mengalami proses pengempaan dengan daya tekan
tertentu.
Pembriketan limbah adalah suatu proses peningkatan nilai tambah
pemanfaatan limbah yang selama ini hanya terbuang sia-sia, selain
meningkatkan mutunya juga dapat meningkatkan spesifikasi dari limbah
sesuai dengan penggunaanya. Pembuatan briket dengan pemanfaatan limbah
mempunyai teknik tersendiri untuk memperoleh hasil yang baik. Secara umum
teknologi pembriketan dapat dibagi menjadi tiga (Grover dan Mishra, 1996)
yaitu:

23

1. Pembriketan tekanan tinggi.


2. Pembriketan tekanan medium dengan pemanas.
3. Pembriketan tekanan rendah dengan bahan pengikat (binder).
Bahan-bahan yang bisa dijadikan bahan dasar pembuat briket adalah
diantaranya tongkol jagung, limbah kayu (serutan dan serpihan) dan ranting
pohon, batang jerami, batang ilalang, limbah tandan buah, sekam padi, ampas
tebu (bagasse), kulit kopi dan lain - lain. Bahan-bahan ini mudah ditemukan,
karena merupakan limbah hasil poduksi.
Proses pembuatan Briket secara umum yaitu sampah-sampah yang
digunakan sebagai bahan mentah briket dipilah, material tersebut dihancurkan
berbentuk serbuk, lalu dimasukkan ke sebuah tong berisi air. Tidak ada bahan
campuran yang digunakan.Kemudian bubur sampah tadi dicetak. Ada yang
berbentuk cakram dengan lubang di tengahnya, ada juga yang berbentuk
tablet.
Beberapa faktor persyaratan briket yang baik (Sumber: Poultry
Indonesia) adalah briket yang permukaannya halus dan tidak meninggalkan
bekas hitam di tangan. Selain itu sebagai bahan bakar, briket juga harus
memenuhi kriteria untuk mudah dinyalakan dan tidak mengeluarkan asap
banyak, emisi gas hasil pembakaran tidak mengandung racun, hasil
pembakaran tidak berjamur bila disimpan pada waktu lama. Hal ini
menunjukkan upaya laju pembakaran (waktu, laju pembakaran, dan suhu
pembakaran) yang baik. Selanjutnya kelebihan briket dibandingkan dengan
bahan bakar jenis lainnya, dimana briket memiliki beberapa keunggulan

24

seperti lebih ekonomis, bara api lebih tahan lama, panasnya sangat stabil, bila
sirkulasi udara baik asap yang dihasilkan sedikit dan abu dari sisa
pembakarannya lebih sedikit.
Selain itu pemanfaatan briket sebagai bahan bakar juga memiliki
kelemahan diantaranya pengeringan briket memerlukan waktu yang panjang
(lama), briket yang sudah jadi tidak boleh terkena air, memasak dengan briket
harus cepat, karena pemakaiannya harus sekali habis. K.D Maison, (2006).
Bentuk dan ukuran briket bisa dibuat bervariasi sesuai keperluan diantaranya:
Bentuk seperti telur sebesar telur ayam, bentuk kubus 125 x 125 x 50 mm,
bentuk silinder 40 mm (tinggi) x 50 mm garis tengah. Briket bentuk telur
cocok untuk keperluan rumah tangga atau rumah makan, sedangkan bentuk
kubus dan silinder digunakan untuk kalangan industri kecil/menengah.
Berikkut macam dan bentuk briket yang beredar di pasaran.

Gambar 7. Beberapa Jenis dan Bentuk Briket (www.jenis briket.com)

I. Proses pembakaran Briket

25

Unsur-unsur dalam bahan bakar yang dapat membentuk reaksi


pembakaran dengan oksigen adalah karbon, hidrogen dan belerang. Karena itu
adalah bentuk reaksi pembakaran dari ketiga unsur tersebut dengan oksigen.
Pembakaran briket merupakan pembakaran volatile matter dan karbon
tertambat dalam bahan bakar padat melalui pelepasan zat yang mudah
menguap. Setelah kandungan air hilang dari briket maka selanjutnya
menyisakan abu, dan abu merupakan zat sisa hasil pembakaran.
United

Nations

Environment

Programme(2006),

pembakaran

merupakan oksidasi cepat bahan bakar disertai dengan produksi panas. Emisi
yang dihasilkan dari pembakaran biomassa adalah CO2, CO, NOx, SOx, dan
partikulat. Pembakaran sempurna terjadi hanya jika ada pasokan oksigen yang
cukup. Oksigen (O2) merupakan salah satu elemen bumi paling umum yang
jumlahnya mencapai 20,9% dari udara. Bahan bakar padat atau cair harus
diubah ke bentuk gas sebelum dibakar. Biasanya diperlukan panas untuk
mengubah cairan atau padatan menjadi gas. Bahan bakar gas akan terbakar
pada keadaan normal jika terdapat udara yang cukup.
Borman (1998), tujuan dari pembakaran yang baik adalah agar dapat
melepaskan seluruh panas yang terdapat dalam bahan bakar. Hal ini dilakukan
dengan pengontrolan Tiga T pembakaran yaitu (1) Temperature/ suhu yang
cukup tinggi untuk menyalakan dan menjaga penyalaan bahan bakar, (2)
Turbulence/ Turbulensi atau pencampuran oksigen dan bahan bakar yang baik,
dan (3) Time/ Waktu yang cukup untuk pembakaran yang sempurna.

26

Pembakaran sempurna (complete combustion) dapat dicapai dengan


pencampuran antara bahan bakar dan oksidator tepat atau baik.

Pada

Gambar. 8 di bawah ini diperlihatkan berbagai kondisi pembakaran secara


ilustrasi.

Gambar 8. Pembakaran yang sempurna, yang baik dan tidak sempurna


(United Nations Environment Programme, 2006)
Kalor yang dihasilkan dari pembakaran sempurna (complete
combustion) adalah 1 satuan berat bahan bakar padat atau bahan bakar cair
atau 1 satuan volume bahan bakar gas pada kondisi baku (tekanan 1 atm, suhu
25 0C atau 60 0F). Dengan melakukan suatu pengujian dengan menggunakan
bomb kalorimeter akan dapat diperoleh nilai kalor dari hasil pembakaran.
Nilai kalor merupakan ukuran panas atau energi yang dihasilkan, dan diukur
sebagai nilai kalor kotor (gross calorific value)atau nilai kalor netto (nett
calorific value). Perbedaannya ditentukan oleh panas laten kondensasi dari
uap air yang dihasilkan selama proses pembakaran.
1. Tahapan Pembakaran pada Briket
Urutan

tahapan

proses

berlangsung dalam 4 tahapan:

pembakaran

briket

dalam

tungku

27

a. Tahap pengeringan.
Pada tahap ini dimulai dari memberikan panas pada briket di dalam
tungku untuk menguapkan air. Ketika suhu telah mencapai 100 0C
kandungan air yang terkandung dalam briket akan menguap (karena

suhu didih air adalah

1000 C) dan pada saat itu pula terjadi

pengeringan briket.
b. Tahap pembakaran zat terbang.
Dengan terus bertambahnya suhu maka zat terbang akan terbakar.
Pada pembakaran zat terbang ini dibutuhkan udara yang cukup. Zat
terbang bercampur dengan oksigen akan menghasilkan nyala api.
Pembakaran zat terbang setelah nyala api dipengaruhi oleh udara yang
berasal dari lubang udara sekunder.
c. Tahap pembakaran karbon padat.
Pada tahap ini panas yang dihasilkan mencapai suhu tertinggi, karena
karbon dan volatile matter (sisa) adalah kandungan terbesar dari
briket. Kurang lebih 60% dari waktu pembakaran briket adalah waktu
untuk membakar karbon. Nilai panas briket terutama dihasilkan dari
karbon padat.
d. Pada tahap terakhir dari pembakaran briket menunjukkan sedikit
pembakaran sisa karbon dari abu tersebut. Pada tahap ini pula terjadi
penurunan suhu karena habisnya zat-zat yang terbakar, maka akan
menghasilkan abu pada akhir pernbakarannya.

28

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembakaran pada Briket


a.

Kualitas briket
1) Dengan kadar air (Moisture Content) yang terlalu tinggi akan
sangat berpengaruh terhadap pembakaran semakin kecil nilai
kadar air, maka semakin besar nilai kalornya, karena panas yang
dihasilkan oleh briket akan menguapkan air terlebih dahulu.
Untuk setiap 1% kadar air akan kehilangan panas sebanyak 9,6
kcal/kg.
2) Zat terbang (Volatile Matter). Bila zat terbang yang dimiliki
semakin tinggi maka akan semakin baik pembakarannya, lidah
api makin panjang dan pembakaran semakin baik.
3) Karbon tertambat (Fixed Carbon). Sebagian besar pembakaran
briket adalah pada tahap pembakaran karbon tertambat ini.
Karbon tertambat akan bereaksi dengan udara (O 2) dan
menghasilkan panas.
4) Belerang (Sulfur). Walaupun belerang ini dapat terbakar dan
menghasilkan panas, tetapi unsur ini harus sekecil mungkin,
karena sulfur yang tinggi dapat mencemari lingkungan seperti
asap dan bau yang menyengat.

b.

Kondisi Pembakaran
1) Jumlah udara harus mencukupi. Dalam reaksi pembakaran jumlah
udara sangat diperlukan untuk melakukan reaksi antara bahan
yang mudah terbakar dengan oksigen.

29

2) Temperatur ruang pembakaran. Temperatur pembakaran harus


tinggi karena briket merupakan bahan bakar padat sehingga dalam
penyalaan awal harus didukung oleh temperatur yang tinggi
(penyulut). Setelah mendapatkan panas yang cukup untuk dapat
terbakar maka briket tersebut akan terbakar sendiri.
3) Kontak antara briket dan udara. Untuk mendapatkan hasil
pembakaran yang sempurna, kontak antara briket dengan udara
harus dijaga. Hal ini dipengaruhi oleh lubang-lubang udara
pembakaran dan cara menyusun briket.

3. Titik nyala(Flash Point)


Titik Nyala (Flash Point) adalah temperatur di mana timbul
sejumlah uap yang apabila bercampur dengan udara membentuk suatu
campuran yang mudah menyala. Titik nyala dapat diukur dengan jalan
melewatkan nyala api pada pelumas yang dipanaskan secara teratur. Titik
nyala merupakan sifat pelumas yang digunakan untuk prosedur
penyimpanan agar aman dari bahaya kebakaran. Semakin tinggi titik nyala
suatu pelumas berarti semakin aman dalam penggunaan dan penyimpanan.
Metode standar untuk pengukuran titik nyala adalah ASTM D- 92.
Titik nyala juga merupakan temperatur terendah di mana campuran
senyawa dengan udara pada tekanan normal dapat menyala setelah ada
suatu inisiasi, misalnya dengan adanya percikan api. Titik nyala dapat
diukur dengan metode wadah terbuka (Open Cup /OC) atau wadah

30

tertutup (Closed cup/CC). Nilai yang diukur pada wadah terbuka biasanya
lebih tinggi dari yang diukur dengan metoda wadah tertutup.
J. Nilai Kalor
Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan
perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu diantara benda
atau material.Dari termodinamika sudah kita ketahui bahwa energi yang
pindah itu dinamakan kalor atau bahang atau panas (heat). Ilmu perpindahan
kalor tidak hanya mencoba menjelaskan bagaimana energi kalor itu berpindah
dari benda satu kebenda lain, tetapi juga dapat meramalkan laju perpindahan
yang terjadi pada kondisi-kondisi tertentu.
Nilai kalor bahan bakar menurut Eddy dan Budi (1990) merupakan
jumlah energi jumlah energi panas maksimum yang dibebaskan oleh suatu
bahan bakar melalui reaksi pembakaran sempurna per satuan massa atau
volume bahan bakar dengan satuan kJ/kg, kJ/m3, kkal/kg, kkal/m3, Btu/lb, atau
Btu/ft3. M. M. El-Wakil (1992) mendefinisikan nilai kalor adalah kalor yang
berpindah bila hasil pembakaran sempurna. Nilai kalor kotor atau gross
calorific value (GCV) mengasumsikan seluruh uap yang dihasilkan selama
proses pembakaran sepenuhnya terembunkan atau terkondensasikan. Nilai
kalor netto (NCV) mengasumsikan air yang keluar dengan produk
pengembunan tidak seluruhnya terembunkan.Bahan bakar harus dibandingkan
berdasarkan nilai kalor netto.

31

Berdasarkan alat Bomb Calorimeter model OXY-360,Prosedur


perhitungan yang akan dilakukan yaitu dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:

H .T Kj / kg
=

mbb

Nbb
Keterangan:
Nbb

: Nilai kalor bahan bakar (Kj/Kg)

: Nilai Air Calorimeter = 11,5664 Kj/oC

mbb

: Tf Ti (oC) di dapat dari alat uji bom calorimeter


: Massa bhan bakar (Kg)

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembakaran bahan bakar padat


(Sulistyanto A, 2006), antara lain ukuran partikel, kecepatan aliran udara, jenis
bahan bakar, temperatur udara pembakaran, karakteristik bahan bakar padat
yang terdiri dari kadar karbon, kadar air (moisture), zat yang mudah menguap
(volatile matter), kadar abu (ash), nilai kalori. Semakin besar nilai kalor maka
kecepatan pembakaran semakin cepat. Makin tinggi berat jenis bahan bakar
semakin tinggi pula nilai kalor yang diperolehnya. Dengan demikian, maka
biomassa yang memiliki berat jenis yang tinggi memiliki nilai kalor yang
tinggi. Apabila biomassa tersebut mengalami proses pembakaran, kecepatan
pembakarannya lebih lambat dibandingkan dengan biomassa yang memiliki
berat jenis yang lebih rendah.

32

K. Bomb Kalorimeter
Bomb kalorimeter merupakan alat yang digunakan untuk mengukur
jumlah nilai kalor yang dimiliki suatu material. Prinsip kerja dari alat bomb
kalorimeter adalah pembakaran sempurna pada suatu senyawa dengan jumlah
oksigen (O2) berlebih. Pengukuran nilai kalor tersebut dengan menempatkan
sampel pada tabung beroksigen yang tercelup dalam medium penyerap panas
(kalor)

medium

yang

digunakan

adalah

air,

kemudian

dilakukan

penyalaan/pembakaran oleh api listrik dari kawat penyala yang terpasang


dalam tabung bomb hingga sampel tersebut terbakar dan menghasilkan panas
sehingga terjadi perubahan temperatur, panas inilah yang merupakan indikator
dalam menentukan nilai kalor sampel tersebut.
Pengukuran nilai kalor dilakukan dengan mengukur perubahan
temperatur yang terjadi mulai dari temperatur pembakaran hingga temperatur
akhir. Pembakaran dimulai pada suhu konstan/stabil (tidak berubah-ubah)
pada kondisi tekanan tinggi, karena reaksi yang berlangsung dalam tabung
bomb pada volume tetap. Alat bomb kalorimeter terdiri dari tabung bomb
(tempat terjadinya reaksi pembakaran) yang terbuat dari stainless stell dengan
wadah medium penyerap panas yang dibatasi dengan wadah kedap panas.

33

Gambar 9. Alat Bomb Calorimeter Test


(sumber : Lab Fenomena Teknik Mesin FT.UNP)
Bagian-bagian alat bomb kalorimeter :
A.
B.
C.
D.
E.
F.

Termometer (alat untuk mengukur suhu).


Wadah medium penyerap panas.
Tabung bomb.
Pengaduk.
Motor pengaduk.
Terminal kawat penyala.

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Sesuai dengan judul penelitian, metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode eksperimen, yaitu

suatu percobaan untuk

mengetahui data hasil pengamatan dengan melakukan suatu penelitian dan


percobaan.
B. Objek Penelitian
Objek penelitian yang di teliti adalah briket yang terbuat dari bahan
baku campuran ampas tebu dan kulit durian dengan perekat getah damar
ukuran 40 mm x 50 mm serta variasi campuran yang ditentukan, spesimen
yang di buat akan di uji menggunakan alat bomb calorimeter.

34

Gambar 10. Bentuk Dan Dimensi Briket Yang Akan Di Buat


(sumber: autocad 2008)

C. Waktu dan Tempat


Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan dalam jangka waktu 3 bulan
(Mei-Juli 2015), mulai dari pengajuan proposal. Adapun tempat penelitian
yang akan dilaksanakan di Laboratorium FenomenaTeknik Mesin, FT.UNP
untuk melakukan pengujian nilai kalor dan untuk pembuatan briket
dilaksanakan di Wrokshop Fabrikasi Teknik Mesin, FT.UNP.
D. Alat dan Bahan
1. Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

29

a. Alat Pencacah /Mixer

h. Kawat Pijar

b. Unit Pencetak Briket

i. Sendok

c. Neraca Analitik

j.

d. Parang

k. Pinset

e. Cawan

l. Tungku Masak (Anglo)

f. Ayakan Tepung

m. Unit

g.

Labu Semprot

Bomb

Kalorimeter

Beserta Kelengkapannya

2. Bahan
n.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

a. Satu karung ampas tebu kering dengan berat 20 kg yang telah dicacah.

35

b. Satu karung kulit durian yang telah dicacah dan di keringkan dengan
berat 20 kg
c. Empat batang waru dengan diameter 10cm dengan panjang 50cm
d. Tanah lempung yang sudah di haluskan dengan ayakan tepung
o.
p.
q.
r.
E. Metode Pelaksanaan
1. Uraian Pembuatan Briket Ampas Tebu, Kulit Durian dan Arang
Waruh Menggunakan Perekat Tanah Lempung
a. Pengadaan Bahan Baku
s. Bahan dasar pembuatan briket adalah ampas tebu, kulit
durian, batang kayu waruh yang telah di arangkan dan tanah lempung
sebagai perekatnya. Bahan dasar ini merupakan biomassa yang didapat
dari para pedagang dan penjual sertah limbah pabrik penggilingan tebu
juga hasil alam yang melimpah jumlahnya seperti tanah lempung dan
kayu waruh yang banyak tumbuh dipinggiran pantai juga sungai dan itu
merupakan habitat dari pohon waruh. Bahan baku didapat dengan cara
di beli dari penjual air tebu yang menghasilkan ampas tebu dan penjual
buah durian yang menghasilkan limbah kulit durian sedangkan batang
waruh diminta dari pemilik pohon atau mengambilnya di pinggiran
pantai yang tumbuh secara liar dan begitu juga pada perekat. Kemudian
untuk ampas tebu, kulit durian, dan batang waruh dicacah dan di jemur
terlebih dahulu sebelum masuk pada proses penggilingan.

36

1) Pembuatan Arang Waruh


t.

Kayu waruh yang telah melalui proses penjemuran

dengan dimensi panjang 20 cm dan diameter 10-15cm dibelah


menjadi empat, kemudian di lakukan pembakaran di dalam keleng
cat 25kg guna proses pengarangan. Proses pembakaran dilakukan
dengan membakar batok kelapa terlebih dahulu untuk membuat bara
api terlebih dahulu setelah bara ada lalu masukkan belahan kayu
diatas
u.
v.

bara dari batok kelapa lalu atas kaleng di beri batok kelapa

lagi. Proses pembuatan batok ini membutuhkan waktu empat jam


lamanya. Dari 4 Kg kayu waru menghasilkan `kurang lebih 1 kg
arang waruh. Dalam proses ini terjadi karbonisasi terhadap kayu
waruh sehingga massa kayu hilang dan berat dari kayu waruh
menjadi berkurang dan warna dari kayu waruh menjadi hitam namun
tidak merusak betuk dari kayu waruh itu sendiri.
w.
b. Penggilingan Bahan Baku
x. Bahan baku yang telah di keringkan kemudian dilakukan
proses penggilingan menggunakan mesin penggiling tepung dengan
ukuran lubang Mesh 0,8 - 1 mm. Proses penggilingan dilakukan di labor
fabrikasi dengan waktu kurang lebih satu minggu untuk proses
penggilingan semua bahan baku.
y.

37

c. Menimbang dan Menentukan Variasi Campuran


z. Setelah melakukan penggilingan, kemudian bahan baku
ditimbang sesuai variasi yang telah di tentukan. Untuk menentukan
variasi perlu mencari persentase dari campuran bahan baku. Diketahui
berat briket standar yaitu 35 gram dengan dimensi tinggi 40, diameter
50 dan lubang tengah 12mm. Maka dengan itu bisa di dapat berapa
gram persentase variasi campuran briket tersebut. Adapun formula
untuk menentukan variasi campuaran yaitu sebagai berikut:
Variasi
100

aa.

BB =

ab.

Keterangan :

x Bm

ac.

BB

= Berat Bahab Baku (Gram)

ad.

% Variasi

= persentase yang di kehendaki

ae.

Bm

= Berat massa kering Briket

af. Dengan formula tersebut maka di dapat variasi campuaran dari


setiap bahan baku tersebut seperti yang tertera di pada tabel dibawah
ini.
ag. Tabel 4. Variasi Campuran Ampas Tebu Kulit Durian, Arang Waruh Dan
Perekat Tanah Lempung
ah. ai.
N0

aj. Variasi Bahan Baku


am.Ampas
Tebu
as.
%

at.
Gr

an. Kulit
Durian
au.
%

av.
Gr

ap. Perekat
Tanah
Lempung

ao. Arang
Waruh
aw.
%

ax. G
r
a

ay.
%

az. Gra
m

38

m
ba.
1

bb.
30

bj.
2

bk.
35

bs.
bt.
3

bu.
40

cc.
4

cl.
5

cu.
6

dd.

dm.
8

dv.
9

bc.
8,7
bl.
10,
bv.
12,

bd.
30
bm.
35
bw.
40

bf.
1

bg. 2
,
9

bh.
3

bi. 8,7

bn.
10,

bo.
1

bp. 3
,
1

bq.
2

br. 6,2

bx.
12,

by.
1

bz. 3
,
2

ca.
1

cb. 3,2

ch.
5

ci. 1
,
5

cj.
3

ck. 9

cq.
5

cr. 1
,
5
5

cs.
2

ct. 6,2

cz.
5

da. 1
,
6
5

db.
1

dc. 3,3

dk.
3

dl. 9,3

dt.
2

du. 6,2

ec.
1

ed. 3,2

be.
8,7

cd.
32,

ce.
9,7

cf.
32,

cg.
9,7

cm.
37,

cn.
11,

co.
37,

cp.
11,

cv.
42,

cw.
14,

cx.
42,

cy.
14,

de.
23,

df.
7,2

dg.
23,

dh.
7,2

dn.
26,

do.
8,2

dp.
26,

dq.
8,2

dw.
30

dx.
9,6

dy.
30

dz.
9,6

ee.

di.
2

dr.
2

ea.
3

dj. 7
,
2
3
3
ds. 8
,
2
4
6
eb. 9
,
6

39

ef. Kemudian takaran dari setiap bahan baku dicampur dan


dimasukkan kedalam plastik ukuran satu kilogram dan di beri label
guna mempermudah dalam pencetakan.
eg.
d. Pencetakan dan Pengeringan Briket
eh. Pencetakan dilakukan dengan alat pencetak manual yaitu
menggunakan dongkrak hidrolik yang telah di modifikasi. Variasi yang
telah di timbang sesuai ketentuan seperti tabel 1.1, kemudian dilakukan
pencetakan. Pencetakan dimulai dari pencampuran bahan baku yaitu
ampas tebu, kulit durian, arang waruh, dan tanah lempung kemudian
diaduk dan di tambah air sebanyak 25 mili liter lalu diaduk sampai
semua bahan dicampur , selanjutnya

campuran dimasukkan dalam

wadah pencetak berukuran tinggi 40mm dengan diameter 50mm


dengan lubang tengah 12mm dan di padatkan menggunakan jari tangan
kemudian, letakkan wadah pencatak diatas dongrak dan lakukan
pengpressan sampai kepada tekanan 100 bar kemudian diamkan selama
1 menit. Selanjutnya lepaskan briket dari wadah pencetak kemudian
timbang berat briket setelah pencetakan lalu catat berat setelah
pencetakan dan kemudian briket di jemur sampai kadar airnya
berkurang maksimal selama 4 hari. Berdasarkan pengamatan selama
empat hari briket mengalami penurunan berat akibat kadar air briket
menguap, pada hari pertama kadar airnya menguap 8 gram, hari kedua
5 gram, hari ketiga 4 gram dan hari keempat 3 gram. Sehingga selama 4
hari rata-rata berat briket turun 20 gram dan selama 4 hari pengeringan

40

briket dianggap tidak mengalami penurunan berat lagi sehingga briket


siap untuk di uji nilai kalor dan nyala api.
ei.
ej.
ek.
el.
em.
en.
eo.
ep.
eq.
er.
es.
et.
eu.
ev.
ew.
ex.
ey.
ez.
fa.
fb.
fc.
fd.
fe.
ff.
fg.
fh.
fi.
fj.
fk.
fl.
fm.
fn.
fo.
fp.
fq.
fr.
fs.
ft.
fu.
fv.
fw.

Ampas tebu

Kulit durian

Arang waruh

Tanah Lempung

Dihancurkan sampai pada


ukuran yang diinginkan
Ditimbang sesuai ukuran dari
variasi yang di tentukan
Dicampur sesuai variasi dan di
tambah air 25ml lalu di aduk
PENCETAKAN BRIKET
Menggunakan alat pengepresdan dicetak dengan
wadah silindris diameter 25 mm, tinggi 40mm
dengan lubang tengah 12mm
PENGERINGAN
Dijemur di panas matahari selama
4 haridengan tujuan mengurangi
kadar air pada briket

BRIKET
Gambar 11. Diagram Proses Pembuatan Briket

41

2. Pengujian Briket Ampas Tebu, Kulit Durian dan Arang Waruh


Menggunakan Perekat Tanah Lempung
a. Pengujian Nilai Kalor Briket
fx. pengujian nilai kalor pada briket menggunkan alat bomb
calorimeter oxy-360 dan kelengkapannya. Alat ini kepunyaan labor
fenomena teknik mesin FT.UNP. penelitian ini di dampingi oleh
pembimbing dan kepala labor fenomena dalam pengujia ini terdapat
prosedur pengujian yaitu sebagai berikut:
1) prosedur pengujian
fy.

Proses pengujian di mulai dari mengambil sample

uji seberat 0,2 gram dari briket yang utuh dengan menimbang
menggunakan neraca analitik. Kemudian sampel uji di masukkan
ke cawan/ mangkuk uji, dan di letakkan pada tangkai pemegang
kemudian pasang kawat wolfram sepanjang 7 cm yang berfungsi
sebagai penghantar arus listrik yang nantinya akan membakar
bahan bakar yang ada di cawan,

selanjutnnya

dimasukkan

kedalam tabung bomb dan di tutup menggunakan tutup bejana


dengan memutar searah jarum jam sampai cukup erat dan di beri
oksigen sebesar 10 kg/cm2 , selanjutnya tabung bomb di masukkan
kedalam ember yang berisi air 2000ml kemudian pasangkan
terminal pada tempat yang di sediakan di tabung bomb, kemudian
tutuplah selubung mengunakan tutup selubung. Dan tekan tombol
pengaduk air yang berfungsi mengaduk air yang terdapat di dalam

42

ember air dan pada komputer aturlah alat pengamat (eyepiece)


untuk melihat garafik perjalanan kenaikan suhu berbanding dengan
waktu, kenaikan suhu terjadi ketika tombol ignition pada box
ditekan saat itu pula terjadi proses pembakaran pada bahan bakar.
b. Pengujian Nyala Api
fz. Pengujian nayala api adalah pengujian yang dilakukan
untuk mengetahui ketahan lama nyala api, mengetahui suhu api pada
briket dan berapa lama briket mampu mendidihkan 1 liter air
mengunakan panci stenless steel. pada penelitian ini peneliti
menggunakan 10 buah briket dengan berat 301 gram yang nilai
kalornya

paling

tinggi

dan

untuk

membakar

briket

peneliti

menggunakan anglo (tungku masak) yang terbuat dari tanah, untuk


pengujian nyala api, anglo mampu mempertahankan panas api yang di
hasilkan briket, sehingga suhu dari briket dapat diukur dengan alat
thermocouple.
ga.
3. Pengoperasian Alat Bomb Kalorimeter
gb.

Cara pengoperasian alat Bomb Kalorimeter Oxy-360 (Sumber:

dari Laboratorium Fenomena Teknik Mesin, FT.UNP)adalah sebagai


berikut:
1.
2.
3.
4.

Persiapkan bahan bakar yang akan diuji


Persiapkan BOMB CALORIMETER UNIT
Persiapkan timbangandigital
Persiapkan air dan masukkan air pada wadah yang telah disediakan
sebanyak 2 liter

43

5. Ambil mangkok bahan bakar, lalu timbang beberapa beratnya dan isi
bahan bakar tersebut. Catat hasil penimbangan berat mangkok, berat
mangkok + bahan bakar
6. Letakkan mangkok bersama bahan bakar pada tempatnya, lalu
pasangkan kawat penyala (fuse wire)
7. Masukkan semua pada tabung bomb calirometer, lalu tutup dengan
rapat dan erat.
8. Buka katup masuk atau pengisi udara, lalu sambungkan dari tabung ke
katup masuk, dan isi udara hingga 10,15 dan 20 bar. Sesuai dengan
bahan bakar yang di uji (berapa banyak bahan bakar)
9. Setelah udara penuh terisi pada bomb calorimeter, lalu buka selang
dan pasang penutup katup masuk.
10. Masukkan bomb calorimeter pada wadah yang telah diisi air dan tutup
wadah tersebut dengan penutupnya yang terdapat motor dan kipas
pengaduk serta perangkatnya.
11. Pasangkan kabel merah dan hitam pada bomb calorimeter.
12. Tutp rapat dan erat dengan pengunci yang ada di sekeliling penutup
wadah.
13. Pasang kabel box control lalu hidupkan dan pasangkan kabel merah,
kabel hitam yang telah dipasang pada bomb calorimeter.
14. Pasangkan kabel dark (data akui sisi) lalu hidupkan.
15. Pasangkan batang sensor pada tempatnya, lalu sambungkan kabel dari
sensor ke dark (data akui sisi).
16. Hidupkan komputer yang akan dipakai.
17. Pasangkan kabel data atau penyambung dari dark (data akui sisi) ke
komputer.
18. Buka program yang ada pada komputer lalu setting suhu agar sama
sehingga hasil dapat dibaca.
19. Hidupkan motor pengaduk air kira-kira 7 menit atau grafik terlihat
merata, lalu matikan motor pengaduk air.
20. Tekan tombol start pada ignition sampai lampu indikator kemudian
mati sendiri (tombol masih dalam keadaan tertekan).
21. Lepaskan tombol start setelah lampu indikator mati.
22. Hidupkan kembali motor pengaduk air sampai hasil yang didapat atau
proses pembakaran selesai.
23. Lihat proses pembakaran pada layar komputer.

44

24. Setelah hasil didapat, simpan atau save data yang ada pada komputer
agar bisa digunakan untuk penglihatan grafik pada microsoft excel.
Setelah itu matikan motor pengaduk air.
25. Keluarkan bomb calorimeter dan buka katup pembuang udara sampai
udara didalam bomb calorimeter habis, lalu buka tutup dengan baik
jangan sampai katup-katup yang sensitif rusak.
26. Setelah terbuka keluarkan isi bomb calorimeter beserta mangkok
bahan bakarnya lalu bersihkan.
27. Setelah semua bersih dapat dilakukan pengujian selanjutnya.
gc.Apabila saat penekanan tombol start pada ignition tidak mati
lampu indikator, berati tidak terjadi pembakaran pada kawat pembakar (fuse
wire). Maka pengujian ini harus dilakukan ulang dengan prosedur persiapan
dari langkah awal.
F. Pengolahan dan Analisa Data
gd.Setelah beberapa sampel briket diuji pada bomb kalorimeter dan
mendapatkan beberapa data uji, selanjutnya dilakukan pengolahan data uji
dengan kalkulasi matematis dengan menggunakan persamaan yang ada.
Sehingga dari keseluruhan pengujian akan diketahui nilai kalor rata-rata
briket. Demikian juga dengan pengujian lama nyala api briket dianalisa secara
teoritis dengan membandingkan hasilnya apabila menggunakan bahan bakar
minyak.
ge.Prosedur

perhitungan

yang

menggunakan rumus sebagai berikut:

H .T Kj / kg
gf.

=
Nbb

mbb

akan

dilakukan

yaitu

dengan

45

gg. Keterangan:
gh.

Nbb

: Nilai kalor bahan bakar (Kj/Kg)

gi.

: Nilai Air Calorimeter = 11,5664 Kj/oC

gj.

: Tf Ti (oC) di dapat dari alat uji bom calorimeter

mbb

gk.

: Massa bhan bakar (Kg)

gl. Setelah melaukan perhitungan maka data di masukkan dalam tabel


6 seperti di bawah ini dan selanjutnya akan di grafikkan untuk melihat
seberapa besar nilai optimum. Medium dan minimum pada variasi campuran
ampas tebu, kulit durian dengan campuran tanah lempung.
gm.
gn.Tabel 5. Pengolahan dan Analisa Data

go.

Campuran (%)

gu.
A gv.
mpas
Kulit
tebu
durian

gp.
S
a gr.
m Massa
p basah
e
(gr)
gq.
l

gs.
Massa
kering
(gr)

gt.

Nilai kalor
(kj/kg)

gw.
Arang
waruh

gx.
T
anah
gy. gz.
lempun
g

ha.

hb.

hc. 3
0

hd.
30

he.
10

hf. 3 hg.
0 1 hh.

hi.

hj.

hk. 3
5

hl.
35

hm.
10

hn. 2 ho.
0 2 hp.

hq.

hr.

hs. 4
0

ht.
40

hu.
10

hv. 1 hw.
0 3 hx.

hy.

hz.

ia. 3
2
,

ib.
32,

ic.
5

id. 3 ie. if.


0 4

ig.

ih.

46

5
ii. 3
7
,
5

ij.
37,

iq. 4
2
,
5

ir.
42,

iy. 2
3
,
3
jg. 2
6
,
6
jo. 3
0

ik.
5

il. 2 im.
0 5 in.

io.

ip.

is.
5

it. 1 iu.
0 6 iv.

iw.

ix.

jb. 3 jc.
0 7 jd.

je.

jf.

jj. 2 jk.
0 8 jl.

jm.

jn.

jr. 1 js.
0 9 jt.

ju.

jv.

iz.
23,

ja.
23

jh.
26,

ji.
26

jp.
30

jq.
30

F.

Jadwal Pelaksanaan Penelitian


jw.

Pelaksanaan penelitian ini direncanakan selama 3 (tiga)

bulan, dimulai dari bulan Mei hinga juli. Maka

untuk kelancaran proses

kegiatan yang akan dilaksanakan disusunlah jadwal penelitian dengan rincian


seperti pada Tabel 6 dibawah ini.

jx.
No

jz.
jy.

Interval waktu

Uraian Kegiatan
kc. kd. ke. kf. kg. kh. ki. kj. kk. kl. km.kn.
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

47

kp. Identifikasi
Ampas

ko.

Limbah

Tebu,

kq. kr. ks. kt. ku. kv. kw.kx. ky. kz. la. lb.

Kulit

Durian, Batang Waruh

dan

Perekat

Tanah

Lempung
lc.

ld. Persiapan

me.

5
ng.
6

le. lf. lg. lh. li. lj. lk. ll. lm. ln. lo. lp.
ls. lt. lu. lv. lw. lx. ly. lz. ma.mb.mc.md.

lr. Pembuatan Briket

ms.

dan

Peralatan

lq.

Bahan

mf. Pengujian Nilai Kalor

mg.mh.mi. mj. mk.ml. mm.mn.mo.mp.mq.mr.

dan Lama Nyala Api


mt. Analisa Hasil Pengujian
nh. Menyimpulkan Hasil

mu.mv.mw.mx.my.mz.na. nb. nc. nd. ne. nf.


ni. nj. nk. nl. nm.nn. no. np. nq. nr. ns. nt.

Analisa dan Pembuatan


Laporan Penelitian
nu. Tabel 6. Jadwal pelaksanaan Penelitian
nv.

nw.
nx.
G.

Diagram Alir Penelitian


ny. Adapun diagaram penelitian yang saya lakukan adalah sebagai
berikut:
nz. Analisis Nilai Kalor Bahan Bakar Briket Campuran Ampas
Tebu, Kulit Durian Dan Arang Waruh Menggunakan Perekat Tanah
Lempung
oa.
ob.

Mulai

48

oc.
Penyediaan Alat dan Bahan
od.
oe.

Ampas Tebu, Kulit Durian, Arang Waruh


Dan Tanah Lempung di Variasikan
of.
og.
oh.
oi.
oj.
Proses Pengujian Briket
ok. kalor
Nilai
Lama nyala Api
ol.
om.
on.
oo.

Proses Pembuatan Briket


op.

oq.
Gambar
Diagram
Alir Penelitian
Analisa
data12.
hasil
pengujian

Kesimpulan dan Penulisan

or.

Selesai

os.

Anda mungkin juga menyukai