ISLAM
1.
I.
Pendahuluan
Seluruh umat Islam telah menerima faham bahwa Hadits Rasulullah SAW itu
sebagai pedoman hidup yang utama setelah Al-Quran. Segala persoalan manusia
yang tidak ditegaskan ketentuan hukumnya, tidak diterangkan cara
mengamalkannya, tidak diperincikan menurut petunjuk ayat yang masih mutlaq
dalam Al-Quran, hendaklah dicarikan penyelesaiannya dalam Hadits. Lebih tegas
lagi, Tuhan sebagai dzat yang mengutus Rasulullah saw untuk menyampaikan
amanat-Nya kepada umat manusia, memerintahkan kepada kita semua agar
berpegang teguh kepada apa yang disampaikan oleh Rasul-Nya, sebagaimana
yang termaktub dalam surat Al-Hasyr ayat 7
()
Apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang
dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Amat keras hukumannya.(QS. Al-Hasr : 7)[1]Berpedoman
kepada Hadits untuk diamalkan dan menganjurkan orang lain untuk maksud yang
sama, adalah suatu kewajiban. Tentu saja pemilihan kualitas hadits baik shahih,
hasan maupun dhaif harus diperhatikan secara seksama sebelum kita
mempergunakan hadits tersebut. Metode takhrij merupakan salah satu upaya
dalam memenuhi kebutuhan seseorang dalam meneliti keberadaan hadits. Cara ini
kemudian didefinisikan sebagai proses penunjukkan Hadits pada al-Mashadir alAshliyyah kitab-kitab hadits induk yang mencantumkan Hadits secara lengkap
sanad dan matannya untuk kemudian dilakukan penelitian martabat(validitas)nya jika memang masih diperlukan. Sekurang-kurangnya ada beberapa alasan
mengapa kita harus melakukan penelitian pada hadits.
()
Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada
sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (karena) bagi orang
laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi Para
wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah
kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui
( )
D.
Mashodirul Ashliyah
2.
1.
Hadits Riwayat Al-Bukhari
]Kitab Maghozi bab. 82 no. hadits 4425.[7
2. At-Tirmidzi
]Kitab Fitan bab. 75 no.hadits 2262.[9
1.
3.
An-NasaI
]Kitab Qudhot bab.8 no.hadits 5388.[10
1.
4.
Ahmad bin Hanbal
]Juz 24 no. hadits 20402.[11
]Juz 24 no.hadits 20474.[12
:
: .
]Juz 24 no. hadits 20517.[13
: :
.
1.
E. Analisis Sanad dan Rowi
2.
1.
Deskripsi Sanad
Hadits Riwayat Al-Bukhari
1.
Kitab Maghozi bab. 82 no. hadits 4425 hal.838
1.
2.
3.
4.
1.
Kitab Fitan bab.18 no. hadits 7099 hal.1356
2.
Auf
3.
4.
Berdasarkan hadits di atas maka sanadnya tersusun dari rowi-rowi sebagai
berikut:
Abu Bakroh
Hasan
Humaid At-Thowil
Khalid bin Harits
Muhammad bin Al-Mutsanna
1.
2.
3.
4.
5.
Hadits Riwayat An-NasaI Kitab Qudhot bab.8 no.hadits 5388 hal.546
Berdasarkan hadits di atas maka sanadnya tersusun dari rowi-rowi sebagai
berikut:
Abu Bakroh
Hasan
Humaid
1.
2.
3.
4.
5.
Muhammad bin Al-Mutsanna
11.
Berdasarkan hadits di atas maka sanadnya tersusun dari rowi-rowi sebagai
berikut:
Abu Bakroh
Abi Uyainah
Uyainah
1.
2.
3.
4.
Yahya
9.
b.
:
: .
Abu Bakroh
)Abi Uyainah (Abdurrohman bin Jautsan
8.
Uyainah
1.
Muhammad bin Bakr
1.
Juz 24 no. hadits 20517 hal. 149
:
: .
Berdasarkan hadits di atas maka sanadnya tersusun dari rowi-rowi sebagai
berikut:
1.
2.
3.
4.
Abu Bakroh
Hasan
Mubarok
Affan bin Muslim
Tabel 1: Perbandingan Sanad Hadits
Sanad Hadits
Rawi
No
1.
2.
1.
Deskripsi Rowi
1. Sanad Hadits riwayat Al-Bukhari pada bab Maghozi dan
Fitan
Sanadnya tersusun dari rowi-rowi sebagai berikut : 1)
Abu
Bakroh[14] Nama
: NufaI bin Al-Harits bin Kaladah bin
Amar Tobaqoh
: Sahabat Nasab
: Assaqofi
Kunyah
: Abu Bakrah Tempat tinggal
: Bashrah
Wafat
: 52 H Jarh wa tadil
: Kullu Shahabi
Udulun Sumber : Tahdzibul kamal, jilid 30
hal.5 2)
Hasan[15]Nama
: Hasan bin Abi Al-Hasan Yasar
Tobaqoh
: Al-Wustha minat tabiin Nasab
:
Al-Bashari Kunyah
: Abu Said Tempat tinggal
:
Bashrah Wafat
: 110 H Jarh wa tadil
:Menurut Muhammad bin Saad : Jamian aliman, rofian, faqihan, tsiqatan,
mamunan, abidan, nasikan, katsiral ilmi, fasihan, jamilan, wasiman. Sumber :
Tahdzibul kamal, jilid 6 hal.95
3) Auf[16] Nama
: Auf
bin Abi Jamilah Tobaqoh
: lam talqa lishahabat Nasab
: Al-Abdi Al-Hajari Kunyah
: Abu Sahl Tempat tinggal
: Bashrah Wafat
: 146 H Jarh wa tadil
:Menurut Abdullah Ahmad bin Hanbal dari bapaknya : Tsiqat Menurut Ishak
bin Mansyur dari Yahya bin Main : Tsiqat Menurut Nasa i : Tsiqat Menurut Abu Hatim : Sudduq dan Sholih Menurut Muhammad bin Saad :
Tsiqat dan banyak hapalan haditsnya Sumber : Tahdzibul kamal, jilid 22
hal.437 4)
Utsman bin Haitsam[17] Nama
: Utsman
bin Haitsam bin Jahm bin Isya bin Hassan Al-Mundzir, Tobaqoh
: Kibaru tabiul atba Nasab
: Al-Abdi Al-Ashri
Kunyah
: Abu Amr Tempat tinggal
: Bashrah
Wafat
: 210 H Jarh wa tadil
:Menurut bu
Hatim : SudduqSumber : Tahdzibul kamal, jilid 19 hal.502
1.
2. Sanad hadits riwayat At-Tirmidzi
Sanadnya tersusun dari rowi-rowi sebagai berikut : 1)
Abu
Bakroh Nama
: NufaI bin Al-Harits bin Kaladah bin Amar
Tobaqoh
: Sahabat Nasab
: Assaqofi
Kunyah
: Abu Bakrah Tempat tinggal
: Bashrah
Wafat
: 52 H Jarh wa tadil
: Kullu Shahabi
Udulun Sumber : Tahdzibul kamal, jilid 30
hal.5 2)
HasanNama
: Hasan bin Abi Al-Hasan Yasar
Tobaqoh
: Al-Wustha minat tabiin Nasab
:
Al-Bashari Kunyah
: Abu Said Tempat tinggal
:
Bashrah Wafat
: 110 H Jarh wa tadil
:Menurut Muhammad bin Saad : Jamian aliman, rofian, faqihan, tsiqatan,
mamunan, abidan, nasikan, katsiral ilmi, fasihan, jamilan, wasiman. Tahdzibul
kamal, jilid 6 hal.95 3)
Humaid At-Thawil[18] Nama
:
Humaid bin Abi Humaid Ath-Thowil Tobaqoh
: Ash-shughra
minat tabiinNasab
: Al-Khazai Kunyah
:
Abu Ubaidah Tempat tinggal
: Bashrah Wafat
: 142
H Jarh wa tadil
:Menurut Ishak bin Manshur dari Yahya bin
Main : Tsiqat Menurut Ahmad bin Abdillah Al-Ijli : Tsiqat Menurut
Abdurrahman bin Abi Hatim dari bapaknya : Tsiqat la basa bih Menurut
Abdurrahman bin Yusuf bin Khirasy : Tsiqat, ShaduqSumber : Tahdzibul kamal,
jilid 7 hal.355 4)
Khalid bin Harits[19] Nama
: Khalid
bin Al-Harits bin Ubaid bin Sulaiman bin Ubaid bin Sufyan bin Masud bin
Sukin Tobaqoh
:Al-Wustha minal Atba Nasab
: Al-Hujaimi Kunyah
: Abu Utsman Tempat tinggal
:
Bashrah Wafat
: 186 H Jarh wa tadil
:Menurut Abu Zurah : Shadduq Menurut Abu Hatim : Seorang Imam yang
tsiqat Menurut Nasai : Tsiqat Sumber : Tahdzibul kamal, jilid 8
hal.35 5)
Muhammad bin Al-Mutsanna[20] Nama
:
Muhammad bin Al-Mutsanna bin Ubaid bin Qais bin Dinar Tobaqoh
: Kibaru tabiul atba Nasab
: Al-Anazi
Kunyah
: Abu Musa Tempat tinggal
: Bashrah
Wafat
: 252 H Jarh wa tadil
:Menurut
Abdullah bin Ahmad bin Hanbal dari Yahya bin Main : Tsiqat Menurut
Sholih bin Muhammad Al-Hafidz : Sudduq Menurut Abu Hatim : Shalihul
Hadits, Shaduq Menurut Abu Bakar Al-Khatib : Shaduq, warian, fadhilan,
aqilan. Menurut Nasai : La basa bih Sumber :Tahdzibul kamal, jilid 26 hal.
359
1.
3. Sanad hadits riwayat An-Nasai
1)
Abu Bakroh Nama
: NufaI bin Al-Harits bin Kaladah
bin Amar Tobaqoh
: Sahabat Nasab
: Assaqofi
Kunyah
: Abu Bakrah Tempat tinggal
: Bashrah
Wafat
: 52 H Jarh wa tadil
: Kullu Shahabi
Udulun Sumber : Tahdzibul kamal, jilid 30
hal.5 2)
Hasan Nama
: Hasan bin Abi Al-Hasan Yasar
Tobaqoh
: Al-Wustha minat tabiin Nasab
:
Al-Bashari Kunyah
: Abu Said Tempat tinggal
:
Bashrah Wafat
: 110 H Jarh wa tadil
:Menurut Muhammad bin Saad : Jamian aliman, rofian, faqihan, tsiqatan,
mamunan, abidan, nasikan, katsiral ilmi, fasihan, jamilan, wasiman. Tahdzibul
kamal, jilid 6 hal.95 3)
Humaid At-Thawil Nama
:
Humaid bin Abi Humaid Ath-Thowil Tobaqoh
: Ash-shughra
minat tabiin Nasab
: Al-Khazai Kunyah
:
Abu Ubaidah Tempat tinggal
: Bashrah Wafat
: 142
H Jarh wa tadil
:Menurut Ishak bin Manshur dari Yahya bin
Main : Tsiqat Menurut Ahmad bin Abdillah Al-Ijli : Tsiqat Menurut
Abdurrahman bin Abi Hatim dari bapaknya : Tsiqat la basa bih Menurut
Abdurrahman bin Yusuf bin Khirasy : Tsiqat, Shaduq Sumber : Tahdzibul kamal,
jilid 7 hal.3554)
Khalid bin Harits Nama
: Khalid bin AlHarits bin Ubaid bin Sulaiman bin Ubaid bin Sufyan bin Masud bin Sukin
Tobaqoh
: Al-Wustha minal Atba Nasab
: AlHujaimi Kunyah
: Abu Utsman Tempat tinggal
:
Bashrah Wafat
: 186 H Jarh wa tadil
:Menurut Abu Zurah : Shadduq Menurut Abu Hatim : Seorang Imam yang
tsiqat Menurut Nasai : Tsiqat Sumber : Tahdzibul kamal, jilid 8
hal.35 5)
Muhammad bin Al-Mutsanna Nama
:
Muhammad bin Al-Mutsanna bin Ubaid bin Qais bin Dinar Tobaqoh
: Kibaru tabiul atba Nasab
: Al-Anazi
Kunyah
: Abu Musa Tempat tinggal
: Bashrah
Wafat
: 252 H Jarh wa tadil
:Menurut
Abdullah bin Ahmad bin Hanbal dari Yahya bin Main : Tsiqat Menurut
Sholih bin Muhammad Al-Hafidz : Sudduq Menurut Abu Hatim : Shalihul
Hadits, Shaduq Menurut Abu Bakar Al-Khatib : Shaduq, warian, fadhilan,
aqilan. Menurut Nasai : La basa bih Sumber :Tahdzibul kamal, jilid 26 hal.
359
1.
4. Sanad hadits riwayat Ahmad
2.
Riwayat kesatu
Sanadnya tersusun dari rowi-rowi sebagai berikut : 1)
Abu
Bakroh Nama
: NufaI bin Al-Harits bin Kaladah bin Amar
Tobaqoh
: Sahabat Nasab
: Assaqofi
Kunyah
: Abu Bakrah Tempat tinggal
: Bashrah
Wafat
: 52 H Jarh wa tadil
: Kullu Shahabi
Udulun Sumber : Tahdzibul kamal, jilid 30 hal.5 2)
Abi
Uyainah[21] Nama
: Abdurrahman bin Jausyan bin Jausyan
Tobaqoh
: Al-wustho minat tabiin Nasab
:
Kunyah
: Tempat tinggal
: Bashrah
Wafat
: Jarh wa tadil
:Menurut Abdullah
bin Ahmad bin Hanbal : laisa bil masyhur Menurut Abu Zurah : tsiqat Menurut Tirmidzi : shahih Sumber : Tahdzibul kamal, Jilid 17
hal.34 3)
Uyainah[22] Nama
: Uyainah bin
Abdurrahman bin Jausyan Al- Ghathafani Al-Jausyani Tobaqoh
: Kibarul Atba Nasab
: Al-Ghathafani Al-Jausyani
Kunyah
: Abu Malik Tempat tinggal
: Bashrah
Wafat
: Jarh wa tadil
:Menurut Abbas
Adduriyyu dari Yahya bin Main : laisa bihi basun Menurut Muhammad bin
Saad : Tsiqat Menurut Abu Hatim : Sudduq Menurut Nasai : Tsiqat
Menurut Ibnu Hibban : Tsiqat Sumber : Tahdzibul kamal , Jilid 23
hal.77 4) Yahya[23] Nama
: Yahya bin Said bin Farrukh
Tobaqoh
: Ash-shugro minal atba Nasab
: AlQaththan At-Tamimi Kunyah
: Abu Said Tempat tinggal
: Bashrah Wafat
: 198 H Jarh wa tadil
:
Menurut Muhammad bin Saad : Tsiqat, Mamunan Menurut Al-Ijli :
Tsiqat Menurut Abu Zurah : Tsiqat Menurut Abu Hatim : Tsiqat,
Hafidz Menurut Nasai : Tsiqat Sumber : Tahdzibul kamal, Jilid 31 hal.329
1.
Riwayat kedua
Sanadnya tersusun dari rowi-rowi sebagai berikut : 1)
Abu
Bakroh Nama
: NufaI bin Al-Harits bin Kaladah bin Amar
Tobaqoh
: Sahabat Nasab
: Assaqofi
Kunyah
: Abu Bakrah Tempat tinggal
: Bashrah
Wafat
: 52 H Jarh wa tadil
: Kullu Shahabi
Udulun Sumber : Tahdzibul kamal, jilid 30 hal.5
2)
Abi
Uyainah Nama
: Abdurrahman bin Jausyan bin Jausyan
Tobaqoh
:Al-wustho minat tabiin Nasab
:
Kunyah
: Tempat tinggal
: Bashrah
Wafat
: Jarh wa tadil
:Menurut Abdullah
bin Ahmad bin Hanbal : laisa bil masyhur Menurut Abu Zurah : tsiqat Menurut Tirmidzi : shahih Sumber : Tahdzibul kamal, Jilid 17
hal.34 3)
Uyainah Nama
: Uyainah bin Abdurrahman
bin Jausyan Al- Ghathafani Al-Jausyani Tobaqoh
: Kibarul
Atba Nasab
: Al-Ghathafani Al-Jausyani Kunyah
: Abu Malik Tempat tinggal
: Bashrah Wafat
: Jarh wa tadil
:Menurut Abbas Adduriyyu dari Yahya bin
Main : laisa bihi basun Menurut Muhammad bin Saad : Tsiqat Menurut Abu Hatim : Sudduq Menurut Nasai : Tsiqat Menurut Ibnu
Hibban : Tsiqat Sumber : Tahdzibul kamal , Jilid 23 hal.77 4) Muhammad
bin Bakr[24] Nama
: Muhammad bin Bakr bin Utsman
Tobaqoh
: Ash-Shugro minal Atba Nasab
:
Al-Bursani Kunyah
: Abu Utsman Tempat tinggal
:
Bashrah Wafat
: 204 H Jarh wa tadil
:Menurut Hanbal bin Ishak : Shalihul hadits Menurut Utsman bin Said Ad-
Darami dari Yahya bin Main, Abu Daud, Ijli : Tsiqat Menurut Ibnu
Hibban : tsiqat Sumber : Tahdzibul kamal, jilid 24 hal.530
1.
Riwayat ketiga
Sanadnya tersusun dari rowi-rowi sebagai berikut : 1)
Abu
Bakroh Nama
: NufaI bin Al-Harits bin Kaladah bin Amar
Tobaqoh
: Sahabat Nasab
: Assaqofi
Kunyah
: Abu Bakrah Tempat tinggal
: Bashrah
Wafat
: 52 H Jarh wa tadil
: Kullu Shahabi
Udulun Sumber : Tahdzibul kamal, jilid 30
hal.5 2)
HasanNama
: Hasan bin Abi Al-Hasan Yasar
Tobaqoh
: Al-Wustha minat tabiin Nasab
:
Al-Bashari Kunyah
: Abu Said Tempat tinggal
:
Bashrah Wafat
: 110 H Jarh wa tadil
:Menurut Muhammad bin Saad : Jamian aliman, rofian, faqihan, tsiqatan,
mamunan, abidan, nasikan, katsiral ilmi, fasihan, jamilan, wasiman. Sumber:
Tahdzibul kamal, jilid 6 hal.95 3)
Mubarok[25] Nama
:
Mubarok bin Fadhalah bin Abi Umayyah Tobaqoh
: Lam talqo
lishahabah Nasab
: Al-Quraisyi Kunyah
:
Abu Fadhlah Tempat tinggal
: Bashrah Wafat
: 165
H Jarh wa tadil
:Menurut Amr bin Ali saya mendengar
Affan berkata : tsiqat Menurut Abdullah bin Ahmad : Dhaiful Hadits Menurut Utsman bin Said Ad-Darami : Laisa bihi basun Menurut Abu
Bakr bin Abi Khaitsamah : Dhaif Menurut Nasai : Dhaif Sumber : Tahdzibul
kamal, jilid 27 hal.180 4)
Affan bin Muslim[26] Nama lengkap
:
Affan bin Muslim bin Abdullah Tobaqoh
: kibaru tabiul
atba Nasab
: Bashrah Kunyah
: Abu
Ustman Tempat tinggal
: Baghdad Wafat
: 220 H
Jarh wa tadil
:Menurut Abu Ahmad bin Adi : Asyharu,
Ashdaqu wa Autsaqu Menurut Abu Hatim : tsiqat Sumber : Tahdzibul kamal,
jilid 20 hal.160
1.
2.
Analisis Sanad dan Rowi
Berdasarkan penelitian terhadap rowi dan sanad hadits dari beberapa riwayat
hadits dapat disimpulkan :
1.
Sanad hadits dari riwayat Bukhari, Tirmidzi, Nasai dan Ahmad riwayat
kesatu dan kedua menunjukan muttasil artinya periwayatan hadits tidak
terputus pada Nabi ini menunjukan bahwa hadits tersebut adalah hadits
marfu.
2.
Kecuali satu Hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad (riwayat III)
menunjukan tidak muttasil karena pada salah satu sanadnya terdapat satu
perawi hadits yaitu Mubarok bin Fadhlah bin Abi Umayah yang diketahui
secara tobaqah tidak pernah bertemu dengan sahabat, sehingga mempengaruhi
pada jarh wa tadil yang menunjukan dhaiful hadits.
3.
Hadits di atas termasuk hadits ahad yakni dalam setiap thabaqah hanya
terdiri dari dari tiga, dua atau seorang rawi. Dan berdasarkan klasifikasi hadits
ahad, hadits tersebut dikategorikan hadits ahad aziz.
Shahabat Abu Bakrah memberikan hadits tersebut kepada dua orang, yaitu Hasan
dan Abi Uyainah. Dari Hasan diterima oleh tiga orang yaitu Mubarok, Humaid
dan Auf. Dari Mubarok hadits diterima oleh Affan bin Muslim dan sampai
kepada Ahmad, dari Humaid hadits diterima oleh Khalid bin Harits dan diterima
oleh Muhammad bin al-Mutsanna, dari Auf hadits diterima oleh Utsman bin AlHaitsam dan sampai kepada Al-Bukari, At-Tirmidzi dan An-Nasai. Dari abi
Uyainah diterima oleh Uyainah kemudian diterima oleh dua yaitu Muhammad
bin Bakr dan Yahya dan sampai kepada Ahmad.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
Rawi
1.
Apakah wanita memiliki hak-hak dalam bidang politik? Paling tidak ada tiga
alasan yang sering dikemukakan sebagai larangan keterlibatan mereka.
1.
redaksi hadits tersebut secara utuh, seperti diriwayatkan Bukhari, Ahmad, AnNasai dan At-Tirmidzi melalui Abu Bakrah.
( )
Ketika Rasulullah Saw. Mengetahui bahwa masyarakat Persia mengangkat Putri
Kisra sebagai penguasa mereka, beliau bersabda, Tidak akan beruntung satu
kaum yang menyerahkan urusan mereka kepada perempuan. (diriwayatkan oleh
Bukhari, An-NasaI dan Ahmad melalui Abu Bakrah) Jadi sekali lagi hadits
tersebut di atas ditujukan kepada masyarakat Persia ketika itu, bukan terhadap
semua masyarakat dan dalam semua urusan. Kita dapat berkesimpulan bahwa,
tidak ditemukan satu ketentuan agama pun yang dapat dipahami sebagai larangan
keterlibatan perempuan dalam bidang politik atau ketentuan agama yang
membatasi bidang tersebut hanya untuk kaum lelaki. Disisi lain, cukup banyak
ayat dan hadits yang dapat dijadikan dasar pemahaman untuk menetapkan adanya
hak-hak tersebut. Salah satu ayat yang sering dikemukakan oleh para pemikir
Islam berkaitan dengan hak-hak politik kaum perempuan adalah surat At-Taubah
ayat 71:
()
Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka
(adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh
(mengerjakan) yang maruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat,
menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan
diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana. Secara umum ayat di atas dipahami sebagai gambaran tentang
kewajiban melakukan kerja sama antara lelaki dan perempuan untuk berbagai
bidang kehidupan yang ditunjukan dengan kalimat menyuruh mengerjakan yang
makruf dan mencegah yang munkar. Pengertian kata aulia mencakup kerja
sama, bantuan, dan penguasaan; sedangkan pengertian yang terkandung dalam
frase menyuruh mengerjakan yang makruf mencakup segala segi kebaikan dan
perbaikan kehidupan, termasuk memberikan nasehat atau kritik kepada penguasa,
sehingga setiap lelaki dan perempuan muslim hendaknya mengikuti
perkembangan masyarakat agar masing-masing mampu melihat dan member
saran atau nasehat untuk berbagai bidang kehidupan. Menurut sementara pemikir,
sabda Nabi Saw yang berbunyi,
Barangsiapa yang tidak memperhatikan kepentingan (urusan) kaum Muslim,
maka ia tidak termasuk golongan mereka.Hadits ini mencakup kepentingan atau
urusan kaum muslim yang dapat menyempit atau meluas sesuai dengan latar
belakang dan tingkat pendidikan seseorang, termasuk dibidang politik. Disisi lain,
Al-Quran juga mengajak umatnya (lelaki dan perempuan) agar bermusyawarah,
melalui pujian tuhan kepada mereka yang melakukannya.
()
Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan
mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat
antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan
kepada mereka. (QS. Asy-Syura : 38) Ayat ini dijadian dasar oleh para ulama
untuk membuktikan adanya hak berpolitik bagi setiap lelaki dan
perempuan. Syura (musyawarah) menurut Al-Quran hendaknya merupakan salah
satu prinsip pengelolaan bidang-bidang kehidupan bersama, termasuk kehidupan
politik. Ini dalam arti bahwa setiap warga Negara dalam hidup bermasyarakat
dituntut untuk senantiasa mengadakan musyawarah. Sejarah Islam juga
menunjukan betapa kaum perempuan tanpa kecuali terlibat dalam bidang
kemasyarakatan. Al-Quran menguraikan permintaan para perempuan di zaman
Nabi Saw untuk melakukan baiat (janji setia kepada Nabi dan ajarannya),
sebagaiaman disebut dalam surat Al-Mumtahanah ayat 12. Sementara pakar
agama Islam menjadikan baiat para perempuan sebagai bukti kebebasan untuk
menentukan pandangan berkaitan dengan kehidupan serta hak untuk mempunyai
pilihan yang berbeda dengan pandangan kelompok-kelompok lain dalam
masyarakat, bahkan terkadang berbeda dengan pandangan suami dan ayah mereka
sendiri. Kenyataan sejarah menunjukan sekian banyak wanita yang terlibat pada
persoalan politik praktis, Ummu Hani misalnya dibenarkan sikapnya oleh Nabi
Muhammad Saw. Ketika memberikan jaminan keamanan kepada sebagian orang
musyrik (jaminan keamanan merupakan salah satu aspek bidang politik). Bahkan
isteri Nabi Saw sendiri, yakni Aisyah r.a. memimpin langsung peperangan
melawan Ali bin Abi Thalib yang ketika itu menduduki jabatan kepala Negara.
Dan isu terbesar dalam peperangan tersebut adalah suksesi setelah terbunuhnya
khalifah ketiga Utsman bin Affan. Peperangan ini dikenal dalam sejarah Islam
dengan nama perang unta (656M). keterlibatan Aisyah r.a. bersama sekian banyak
para sahabat Nabi dan kepemimpinannya dalam peperangan itu, menunjukan
bahwa beliau bersama para pengikutnya membolehkan keterlibatan perempuan
dalam bidang politik praktis sekalipun. Dengan ilmu pengetahuan dan
keterampilan yang dimiliki oleh setiap orang, termasuk kaum wanita, mereka
mempunyai hak untuk bekerja dan menduduki jabatan tertinggi, kendati ada
jabatan yang oleh sebagian ulama dianggap tidak boleh diduduki oleh kaum
wanita, yaitu jabatan kepala Negara (Al-Imamah Al-Udzma) dan hakim, namun
perkembangan masyarakat dari saat ke saat mengurangi pendukungan larangan
tersebut, khususnya persoalan kedudukan perempuan sebagai hakim. Dalam
beberapa kitab hukum Islam, seperti Al-Mughni, ditegaskan bahwa setiap orang
yang memiliki hak untuk melakukan sesuatu, maka sesuatu itu dapat diwakilkan
kepada orang lain, atau menerima perwakilan dari orang lain. Atas dasar kaidah di
atas, Dr. Jamaluddin Muhammad Mahmud berpendapat bahwa berdasarkan kitab
fiqih bukan hanya sekadar pertimbangan masyarakat - kita dapat menyatakan
bahwa perempuan dapat bertindak sebagai pembela maupun penuntut dalam
berbagai bidang. Tentu masih banyak lagi yang dapat dikemukakan mengenai
hak-hak perempuan untuk berbagai bidang. Namun, kesimpulan akhir yang dapat
ditarik adalah bahwa mereka adalah Syaqaiq Ar-Rijal (saudara sekandung kaum
lelaki), sehingga kedudukan serta hak-haknya hampir dapat dikatakan sama.
Kalaupun ada perbedaan yang dibebankan Tuhan kepada masing-masing jenis
kelamin, sehingga perbedaan yang ada tidaklah mengakibatkan yang satu merasa
memiliki kelebihan daripada yang lain:
()
Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada
sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (karena) bagi orang
laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi Para
wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah
kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui
segala sesuatu. (QS. An-Nisa : 32)[28]
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitan terhadap hadits tentang kepemimpinan perempuan, baik
ditinjau dari analisis sanad, rowi, dan syarahnya. Maka dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1.
Dilihat dari segi sanad : para perowi hadits pada sanad yang diambil oleh
para penyusun kitab hadits (mudawin) yaitu Bukhari, Tirmidzi, Nasai dan
Ahmad dalam hadits tentang kepemimpinan di atas dapat dikatakan bahwa
antara rowi yang satu dengan rowi yang sebelum atau sesudahnya
dimungkinkan sejaman (Muasharah) dan saling bertemu (Liqa). Sehingga
terdapat keterikatan guru dan murid, maka semua sanad hadits tersebut dapat
dikatakan bersambung (Muttashil). Kecuali satu hadits yang diriwayatkan
oleh Ahmad, terdapat satu rawi hadits yaitu Mubarok bin Fadhlah bin Abi
Umayah yang diketahui tidak pernah bertemu dengan sahabat.
2.
Dilihat dari segi Jarrah dan Tadil rowi : berdasarkan penilain dan
komentar para ulama Jarrah wa Tadil,para perowi hadits yang terdapat pada
sanad yang digunakan oleh penyusun kitab hadits (Mudawin), yaitu Bukhari,
Tirmidzi, Nasai dan Ahmad. Dapat dikatakan bahwa mereka termasuk rawirawi yang yang memiliki sifat adil dan dhabit (tsiqah), atau pada sebagian
rawi sekurang-kurangnya dinilai shaduq (benar) dan terpercaya. Walaupun
ada seorang rowi yaitu Mubarok bin Fadhlah pada hadits riwayat Ahmad pada
hadits ketiga dinilai dhoif.
3.
Dilihat dari redaksi ketujuh matan hadits yang telah ditakhrij di atas (yaitu
riwayat Bukhari, Tirmidzi, Nasai dan Ahmad), dapat dikatakan bahwa redaksi
matan yang terdapat pada hadits tersebut meskipun terdapat perbedaan pada
sebagian teks hadits, namun perbedaannya hanya sedikit dan tidak signifikan.
4.
Dilihat dari tinjauan syarah Turatsi maupun kontemporer, dapat
disimpulkan sebagai berikut :
Berdasarkan syarah turotsi hadits ini merupakan dalil tentang tidak
bolehnya kepemimpinan diserahkan kepada perempuan. Meskipun Hanafi
membolehkan perempuan jadi pemimpin kecuali dalam masalah hudud Sedangkan para pemikir kontemporer, memperbolehkan perempuan menjadi
pemimpin. Hadits di atas secara konteks hanya diperuntukan pada pada saat
dimana putrinya raja Kisra diangkat menjadi pemimpin di Persia. Dan hadits
tersebut dengan konteks zaman sekarang sudah berbeda. Kaum perempuan pada
zaman sekarang dapat disejajarkan dengan kaum laki-laki yang telah mendapatkan
kesamaan hak dalam mendapatkan pendidikan. Sehingga hal ini membuka
peluang secara terbuka bagi kaum perempuan untuk menentukan pandangan,
bekerja, dan menduduki jabatan. Disamping secara historis pada zaman nabi ada
sebagian wanita yang terlibat pada persoalan politik praktis dan terlibat dalam
peperangan.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Asqolani, Al-Hafidz bin Hajar, tt. Bulughul Marom, Indonesia : Maktabah
Daru Ihyail kutubil arabiyah. Al-Bukhari, Abu Abdullah Muhammad bin Ismail,
1998, Shahih Al-Bukhari,Riyadh: Baitul Afkar Al-Mazi, Jamaludin Abi Al-Hajjaj
Yusuf, Tahdzibul Kamal Fi Asmair-Rijal, Bairut : Muassasah Risalah An-Nasai,
Abi Abdurrahman Ahmad bin Syuaib bin Ali, tt., Sunan An-Nasai, Riyadh:
Baitul Afkar Ash-Shanani, Muhammad bin Ismail Al-Amiru Al-Yamani,
1995M/1415H, Subulus salam syarah bulughul maram, Riyadh: Maktabah Nazzar
Musthafa Al-Baz At-Tirmidzi, Abi Isa Muhammad bin Isya bin Saurah,
tt., Jamiut Tirmidzi, Riyadh: Baitul Afkar Hanbal, Imam Ahmad, 1995, Musnad
Imam Ahmad bin Hanbal, Bairut : Muassasah Risalah Rahman, Fatchur,
1987, Ikhitsar Musthalahul Hadits, Bandung : PT. Al-Maarif Syihab,
Muhammad Quraisy, 1998, Wawasan Al-Quran:Tafsir MaudhuI Atas Pelbagai
Persoalan Umat, Bandung:Penerbit Mizan Wensink, 1936, Al-Mujamul
Mufahros, Leiden: Maktabah Barbal Software Rujukan :Al-Mausuah
Hadits Syarif, Global Islamic Software Company. Hadits Sembilan Imam
(terjemah indonesia), Lidwa pustaka i-software. Maktbah Syamilah Jawamiul Kalim
[1] Fatchur Rahman, Ikhtisar Mushthalahul Hadits, (Bandung:PT.Al-Maarif,
1987), cet. Ke-5, hlm.1
[2] Kutipan ini disampaikan dalam perkuliahan dikelas pada mata kuliah Hadits
oleh Dr. H. M. Anton Athoillah, MM