Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

PENDAHULUAN
Berat Badan Lahir Rendah ( BBLR )
1.1. Latar Belakang
Bayi lahir dengan berat lahir rendah ( BBLR) merupakan masalah kesehatan
yang sering dialami pada sebagian masyarakat yang ditandai dengan lahir kurang
dari 2500 gram. Kejadian BBLR pada dasarnya berhubungan dengan kurangnya
pemenuhan nutrisi pada masa kehamilan ibu dan hal ini berhubungan dengan
berbagai faktor dan lebih utama pada masalah perekonomian keluarga sehingga
pemenuhan kebutuhan konsumsi makanan pun kurang. Namun kejadian BBLR
juga dapat terjadi tidak hanya karena aspek perekonomian, dimana kejadian
BBLR dapat saja terjadi pada mereka dengan status perekonomian yang cukup.
Hal ini berkaitan dengan paritas, jarak kelahiran, kadar hemoglobin dan
pemanfaatan pelayanan antenatal. BBLR termasuk faktor utama dalam
meningkatkan mortalitas, morbiditas dan diabilitas neonatus, bayi dan anak serta
memberikan dampak jangka panjang dimasa depan.1,2
BBLR yang tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan timbulnya
masalah pada semua sistem organ tubuh meliputi gangguan pernapasan, gangguan
sistem pencernaan, gangguan persyarafan. Selain itu bayi berat lahir rendah dapat
mengalami gangguan fisik dan mental serta tumbuh kembang.2
2.2. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Untuk mendapatkan gambaran umum tentang bayi dengan berat lahir
rendah.
2.Tujuan khusus
a.Mengkaji perubahan-perubahan yang terjadi pada bayi dengan
kasus BBLR.

b. mengevaluasi keberhasilan tindakan yang telah dilakukan pada bayi


dengan kasus BBLR

BAB II
ISI
2.1. DEFINISI
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badan
lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram. Dulu bayi baru lahir yang
berat badannya kurang atau sama dengan 2500 gram (2500 gram) disebut bayi
prematur. Tetapi ternyata morbiditas dan mortalitas neonatus tidak hanya
bergantung pada berat badannya tetapi juga pada maturitas bayi itu.

Gambar 1.1. Bayi berat lahir rendah


Untuk mendapat keseragaman, pada kongres European Perinatal Medicine
II di London (1970) telah diusulkan defenisi berikut :1,2
1. Bayi kurang bulan adalah bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37
minggu.
2. Bayi cukup bulan adalah bayi dengan masa kehamilan mulai dari 37
minggu sampai 42 minggu.
3. Bayi lebih bulan adalah bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu
atau lebih.1,2
2.2. EPIDEMIOLOGI
Angka bayi berat lahir rendah (BBLR) masih cukup tinggi, terutama di negara
dengan sosio ekonomi rendah. Data statistik menunjukkan sekitar 90 kasus BBLR
terjadi di negara berkembang. Di negara berkembang, angka kematian BBLR
mencapai 35 kali lebih tinggi dibandingkan bayi dengan berat lahir di atas 2500
gram. Sejak tahun 1981, frekuensi BBLR telah naik, terutama karena adanya
kenaikan jumlah kelahiran preterm. Sekitar 30% bayi BBLR di Amerika Serikat

mengalami dismaturitas, dan dilahirkan sesudah 37 minggu. Di negara-negara


yang sedang berkembang sekitar 70% bayi BBLR tergolong dismaturitas. Di
Negara maju, angka kejadian kelahiran bayi prematur adalah sekitar 6-7%. Di
Negara sedang berkembang, angka kelahiran ini lebih kurang tiga kali lipat. Di
Indonesia, kejadian bayi prematur belum dapat dikemukakan, tetapi angka
kejadian BBLR di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo pada tahun 1986
adalah 24%. Angka kematian perinatal di rumah sakit pada tahun yang sama
adalah 70% dan 73% dari seluruh kematian disebabkan oleh BBLR.1,2
2.3. KLASIFIKASI
Dengan pengertian seperti yang telah diterangkan diatas, bayi BBLR dapat
dibagi menjadi dua golongan, yaitu :
1. Prematuritas murni
Masa gestasinya <37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat
badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut bayi kurang bulan-sesuai
masa kehamilan (BKB-SMK).
2. Dismaturitas
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk
masa gestasi itu. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intra
uterine dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilan (KMK).

2.4. ETIOLOGI
A. Prematuritas murni
1. Faktor ibu
a. Penyakit
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya
toksemia gravidarum, perdarahan antepartum, trauma fisis dan psikologis.
Penyebab lainnya adalah diabetes mellitus, penyakit jantung, bacterial
vaginosis, chorioamnionitis atau tindakan operatif dapat merupakan faktor
etiologi prematuritas.
b. Usia
Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah pada usia dibawah 20 tahun
dan pada multi gravida yang jarak antar kelahirannya terlalu dekat. Pada

ibu-ibu yang sebelumnya telah melahirkan lebih dari 4 anak juga sering
ditemukan. Kejadian terendah adalah pada usia antara 26-35 tahun.
c. Keadaan sosial ekonomi
Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi yang rendah. Hal ini
disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal
yang kurang.

2. Faktor janin
Hidramnion, gawat janin, kehamilan ganda, eritroblastosis umumnya akan
mengakibatkan BBLR.1,4
B. Dismaturitas
Penyebab dismaturitas adalah setiap keadaan yang menganggu pertukaran
zat antara ibu dan janin (gangguan suplai makanan pada janin). Dismaturitas
dihubungkan dengan keadaan medik yang menggangu sirkulasi dan insuffisiensi
plasenta, pertumbuhan dan perkembangan janin, atau kesehatan umum dan nutrisi
ibu.2,3

2.5. PATOGENESIS
Bayi lahir prematur yang BBLRnya sesuai dengan umur kehamilan
pretermnya biasanya dihubungkan dengan keadaan medis dimana terdapat
ketidakmampuan uterus untuk mempertahankan janin (incompetent cervix/
premature dilatation), gangguan pada perjalanan kehamilan, pelepasan plasenta,
atau rangsangan tidak pasti yang menimbulkan kontraksi efektif pada uterus
sebelum kehamilan mencapai umur cukup bulan.2
Dismaturitas dihubungkan dengan keadaan medik yang menggangu
sirkulasi dan efisiensi plasenta, pertumbuhan dan perkembangan janin, atau
kesehatan umum dan nutrisi ibu. Dismaturitas mungkin merupakan respon janin
normal terhadap kehilangan nutrisi atau oksigen. Sehingga masalahnya bukan
pada dismaturitasnya, tetapi agaknya pada resiko malnutrisi dan hipoksia yang
terus menerus. Serupa halnya dengan beberapa kelahiran preterm yang
menandakan perlunya persalinan cepat karena lingkungan intrauteri berpotensi
merugikan.2,4

2.6. GEJALA KLINIK


A. Prematuritas murni
Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang atau sama
dengan 45 cm, lingkaran dada kurang dari 30 cm, lingkaran kepala kurang dari 33
cm, masa gestasi kurang dari 37 minggu. Kepala relatif besar dari badannya,
kulitnya tipis, transparan, lanugo banyak, lemak subkutan kurang. Ossifikasi
tengkorak sedikit, ubun-ubun dan sutura lebar genitalia imatur. Desensus
testikulorum biasanya belum sempurna dan labia minora belum tertutup oleh labia
mayora. Rambut biasanya tipis dan halus. Tulang rawan dan daun telinga belum
cukup, sehingga elastisitas daun telinga masih kurang. Jaringan mamma belum
sempurna, puting susu belum terbentuk dengan baik. Bayi kecil, posisinya masih
posisi fetal, yaitu posisi dekubitus lateral, pergerakannya kurang dan masih lemah.
Bayi lebih banyak tidur daripada bangun. Tangisnya lemah, pernapasan belum
teratur dan sering terdapat serangan apnoe. Otot masih hipotonik, sehingga kedua
tungkai selalu dalam keadaan abduksi, sendi lutut dan sendi kaki dalam fleksi dan
kepala menghadap ke satu jurusan.1,2
Refleks moro dapat positif. Refleks mengisap dan menelan belum
sempurna, begitu juga refleks batuk. Kalau bayi lapar, biasanya menangis, gelisah,
aktivitas bertambah. Bila dalam waktu tiga hari tanda kelaparan ini tidak ada,
kemungkinan besar bayi menderita infeksi atau perdarahan intrakranial. Seringkali
terdapat edema pada anggota gerak, yang menjadi lebih nyata sesudah 24-48 jam.
Kulitnya tampak mengkilat dan licin serta terdapat pitting edema. Edema ini
seringkali berhubungan dengan perdarahan antepartum, diabetes mellitus, dan
toksemia gravidarum.1,2
Frekuensi pernapasan bervariasi terutama pada hari hari pertama. Bila
frekuensi pernapasan terus meningkat atau selalu diatas 60x/menit, harus waspada
kemungkinan terjadinya penyakit membran hialin, pneumonia, gangguan
metabolik atau gangguan susunan saraf pusat. Dalam hal ini, harus dicari
penyebabnya, misalnya dengan melakukan pemeriksaan radiologis toraks.1,2
B. Dismaturitas
Dismaturis dapat terjadi preterm, term, dan postterm. Pada preterm akan
terlihat gejala fisis bayi prematur murni ditambah dengan gejala dismaturitas.
Dalam hal ini berat badan kurang dari 2500 gram, karakteristik fisis sama dengan
bayi prematur dan mungkin ditambah dengan retardasi pertumbuhan dan
wasting. Pada bayi cukup bulan dengan dismaturitas, gejala yang menonjol
adalah wasting, demikian pula pada post term dengan dismaturitas.1,3

Bayi dismatur dengan tanda wasting tersebut, yaitu :


1. Stadium pertama
Bayi tampak kurus dan relatif lebih panjang, kulitnya longgar, kering seperti
perkamen, tetapi belum terdapat noda mekonium.
2. Stadium kedua
Didapatkan tanda stadium pertama ditambah dengan warna kehijauan pada
kulit, plasenta, dan umbilikus. Hal ini disebabkan oleh mekonium yang
tercampur dalam amnion yang kemudian mengendap ke dalam kulit,
umbilikus, dan plasenta sebagai akibat anoksia intrauterin
3. Stadium ketiga
Ditemukan tanda stadium kedua ditambah dengan kulit yang berwarna kuning,
demikian pula kuku dan tali pusat. Ditemukan juga tanda anoksia intrauterin
yang sudah berlangsung lama.1,3
2.7. DIAGNOSIS
Anamnesis:
- Umur ibu.
- Penyakit persalinan sebelumnya.
- Jumlah paritas, jarak kelahiran sebelumnya.
- Kenaikan berat badan selama hamil.
- Aktivitas.
- Penyakit yang diderita selama hamil.
- Masalah pada BBLR.
- Obat-obatan yang diminum selama hamil.8,10

Pemeriksaan fisik
- berat lahir kurang 2500 gram.

-untuk BBLR kurang bulan:


Tanda prematuritas: tulang rawan telinga belum terbentuk
-masih terdapat lanugo.
-reflek-refleks masih lemah.
- alat kelamin luar : pada perempuan labium mayus belum menutup labium minus
pada laki-laki belum terjadi penurunan testis dan kulit testis rata (rugae testis
belum terbentuk).
- untuk BBLR kecil untuk masa kehamilan:
Tanda janin tumbuh lambat:
- Tidak dijumpai tanda prematuritas seperti tersebut diatas.
-Kulit keriput.
- kuku lebih panjang.8,10

Bayi berat lahir rendah didiagnosis bila termasuk dalam golongan :


1.Prematuritas murni
Masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannnya sesuai
dengan berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut Bayi Kurang BulanSesuai Masa Kehamilan (BKB-SMK).
2.Dismaturitas
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk
masa gestasi itu, berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan
merupakan bayi yang Kecil untuk Masa Kehamilan (KMK).1
2.8. PENATALAKSANAAN
A. Prematur Murni
Mengingat belum sempurnanya kerja alat alat tubuh yang perlu untuk
pertumbuhan dan perkembangan serta penyesuaian diri dengan lingkungan hidup
di luar uterus, maka perlu diperhatikan pengaturan suhu lingkungan, pemberian

makanan, dan bila perlu pemberian oksigen, mencegah infeksi, serta mencegah
kekurangan vitamin dan zat besi.2
1. Atur suhu
BBLR mudah mengalami hipotermi, oleh karena itu suhu tubuhnya harus
dipertahankan dengan ketat. Bisa dengan membersihkan cairan pada tubuh
bayi, kemudian dibungkus. Atau bisa juga dengan meletakkannya di bawah
lampu atau dalam inkubator. Dan bila listrik tidak ada, bisa dengan metode
kangguru, yaitu meletakkan bayi dalam pelukan ibu (skin to skin).5
2. Cegah sianosis
Cara mencegah sianosis dapat dengan cara pemberian oksigen agar saturasi
oksigen dalam tubuh bayi dapat dipertahankan dalam batas normal.
3.Cegah infeksi
BBLR mudah sekali diserang infeksi. Ini disebabkan oleh karena daya tahan
tubuh terhadap infeksi berkurang, relatif belum sanggup untuk membentuk
antibodi dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan belum baik.
Oleh karena itu, perlu diperhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi, antara
lain mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi, membersih kan
tempat tidur bayi segera sesudah tidak dipakai lagi, membersihkan kulit dan
tali pusat bayi dengan baik.5,6
4.Pemberian vitamin K
Dosis 1 mg intra muskular, sekali pemberian. Pemberian vitamin K pada bayi
imatur adalah sama seperti bayi-bayi dengan berat badan dan maturitas yang
normal.
5.Intake harus terjamin
Pada bayi-bayi prematur, refleks isap, telan dan batuk belum sempurna.
Kapasitas lambung masih sedikit, daya enzim pencernaan, terutama lipase
masih kurang. Pemberian minum dimulai pada waktu bayi berumur 3
jam agar bayi tidak menderita hipoglikemia dan hiperbilirubinemia. Pada
umumnya bayi dengan berat lahir 2000 gram atau lebih dapat menyusu pada
ibunya. Bayi dengan berat kurang dari 1500 gram kurang mampu mengisap
air susu ibu atau susu botol, terutama pada hari-hari pertama. Dalam hal ini
bayi diberi minum melalui sonde lambung.2,6,7

B. Dismaturitas
Pada umumnya sama dengan perawatan neonatus umumnya, seperti
pengaturan suhu lingkungan, makanan, mencegah infeksi dan lain-lain. Bayi
dismatur biasanya tampak haus dan harus diberi makanan dini (early feeding). Hal
ini sangat penting untuk menghindari terjadinya hipoglikemia. Kadar gula darah
harus diperiksa setiap 8-12 jam. Frekuensi pernapasan terutama dalam 24 jam
pertama harus diawasi untuk mengetahui adanya sindrom aspirasi mekonium atau
sindrom gangguan pernapasan idiopatik. Sebaiknya setiap jam dihitung frekuensi
pernapasan. Bila frekuensi lebih dari 60x/menit, dibuat foto thorax. Pencegahan
terhadap infeksi sangat penting, karena bayi sangat rentan terhadap infeksi, yaitu
karena pemindahan IgG dari ibu ke janin terganggu. Temperatur harus dikelola,
jangan sampai kedinginan karena bayi dismatur lebih mudah menjadi hipotermik,
hal ini disebabkan oleh karena luas permukaan tubuh bayi relatif lebih besar dan
jaringan lemak subkutan kurang.1,6,8
Perawatan bayi dalam inkubator yang canggih dilengkapi oleh alat
pengatur suhu dan kelembaban bayi agar bayi dapat mempertahankan suhu
tubuhnya yang normal, alat oksigen yang dapat diatur, serta kelengkapan lain
untuk mengurangi kontaminasi bila inkubator dibersihkan. Kemampuan bayi berat
lahir rendah dan bayi sakit untuk hidup lebih besar bila mereka dirawat pada suhu
mendekati suhu lingkungan yang netral. Suhu ini ditetapkan dengan mengatur
suhu permukaan yang terpapar radiasi, kelembapan yang relatif, dan aliran udara
sehingga produksi panas sesedikit mungkin dan suhu tubuh bayi dapat
dipertahankan dalam batas normal. Bayi yang besar dan lebih tua memerlukan
suhu lingkungan lebih rendah dari bayi yang kecil dan lebih muda. Suhu
inkubator yang optimum diperlukan agar panas yang hilang dan konsumsi oksigen
terjadi minimal sehingga bayi telanjang pun dapat mempertahankan suhu
tubuhnya sekitar 36,5-37,5oC. Tingginya suhu lingkungan ini tergantung dari
besar dan kematangan bayi. Dalam keadaaan tertentu, bayi yang sangat prematur
tidak hanya memerlukan inkubator untuk mengatur suhu tubuhnya, tetapi juga
memerlukan pleksiglas penahan panas atau topi maupun pakaian.2,6,9
Seandainya tidak ada inkubator, pengaturan suhu dan kelembapan dapat
diatur dengan memberikan sinar panas, dan botol air hangat, disertai dengan
pengaturan suhu dan kelembapan ruangan. Mungkin pula diperlukan pemberian
oksigen melalui pipa intubasi.6
Ibu yang memiliki bayi berat lahir rendah (BBLR) tidak perlu khawatir
lagi soal perawatan buah hatinya itu selepas keluar rumah sakit. Sekarang para
ahli di bidang kedokteran mengembangkan metode kangguru untuk merawat
BBLR itu. Metode tersebut memungkinkan panas tubuh ibunya memberikan

kehangatan bayinya. Metode kangguru ini memang terkesan unik, dengan sebuah
pakaian yang berbentuk seperti tubuh kangguru yang berkantung, bayi bisa
mendapatkan kehangatan cukup karena bersentuhan langsung dengan tubuh
ibunya.

Gambar 2.2. Metode kangguru pada BBLR


Ada tiga kriteria BBLR sudah bisa dirawat di rumah setelah keluar dari
inkubator. Pertama, berat sudah kembali ke berat lahir dan lebih dari 1500 gram.
Kemudian berat bayi cenderung naik dan suhu tubuh stabil selama tiga hari
berturut-turut. Yang juga harus diperhatikan, bayi sudah mampu mengisap dan
menelan. Selain itu, ibu sudah harus merawat dan memberi minum. Metode
kangguru ini cukup efektif sebab selain membuat bayi tidak tergantung pada
rumah sakit, ibu lebih percaya diri merawat bayinya di rumah. Keuntungan
lainnya, BBLR bisa mendapatkan ASI eksklusif dan menurunkan resiko bayi
terkena kehilangan panas tubuh.6,10
2.9. KOMPLIKASI
Komplikasi prematuritas
1.Sindrom gangguan pernapasan idiopatik
Disebut juga sebagai penyakit membran hialin karena pada stadium akhir
akan terbentuk membran hialin yang akan melapisi paru.
2.Pneumonia aspirasi
Sering ditemukan pada bayi prematur karena refleks menelan dan batuk
belum sempurna.
3.Perdarahan intraventrikuler

Perdarahan spontan di ventrikel otak lateral karena anoksia otak. Kelainan


ini biasanya hanya ditemukan pada otopsi.
4.Fibroplasiasretrolental
Penyakit ini ditemukan pada bayi prematur yang disebabkan oleh
gangguan oksigen yang berlebihan.
5.Hiperbilirubinemia
Bayi prematur lebih sering mengalami hiprebilirubinemia dibandingkan
dengan bayi cukup bulan. Hal ini disebabkan oleh faktor kematangan
hepar yang tidak sempurna sehingga konjugasi bilirubin indirek menjadi
bilirubin direk belum sempurna.
6.Infeksi
Daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya IgG
gammaglobulin. 1,5,10
Komplikasi dismaturitas.
1.Sindrom aspirasi mekonium
Keadaan hipoksia intrauterin mengakibatkan janin mengadakan gasping
dalam uterus. Selain itu mekonium akan dilepaskan ke dalam likuor
amnion, akibatnya cairan yang mengandung mekonium yang lengket itu
masuk ke dalam paru janin karena inhalasi. Pada saat lahir, bayi akan
menderita gangguan pernapasan idiopatik.
2.Hipoglikemia simptomatik
Terutama pada bayi laki-laki. Penyebabnya belum jelas, tetapi mungkin
sekali disebabkan oleh persediaan glikogen yang sangat kurang pada bayi
dismaturitas. Diagnosis dapat dibuat dengan melakukan pemeriksaan
kadar gula darah. Bayi BBLR dinyatakan hipoglikemia bila kadar gula
darah yang kurang dari 20 mg%.
3.Asfiksia neonatorum
Bayi dismatur lebih sering menderita asfiksia neonatorum dibandingkan
dengan bayi biasa.
4.Penyakit membran hialin
Terutama pada bayi dismatur yang preterm. Hal ini karena surfaktan pada
paru belum cukup sehingga alveoli selalu kolaps.

5. Hiperbilirubinemia
Bayi dismatur lebih sering mendapat penyakit ini dibandingkan dengan
bayi yang sesuai dengan masa kehamilannya. Hal ini disebabkan
gangguan pertumbuhanan hati. 1,2,5

2.10. PROGNOSIS
Prognosis BBLR ini tergantung dari berat ringannya masa perinatal,
misalnya masa gestasi (makin muda masa gestasi/makin rendah berat badan,
makin tingggi angka kematian), asfiksia atau iskemia otak, sindroma gangguan
pernapasan, perdarahan intraventrikuler, fibroplasias retrolental, infeksi, gangguan
metabolik. Prognosis ini juga tergantung dari keadaan sosial ekonomi, pendidikan
orang tua dan perawatan pada saat kehamilan, persalinan dan postnatal
(pengaturan suhu lingkungan, resusitasi, makanan, pencegahan infeksi, mengatasi
gangguan pernapasan, asfiksia, hiperbilirubinemia, hipoglikemia, dan lain-lain).2,4
2.11. Laporan Kasus
Status Pasien
Data Dasar
a. Identitas pasien
Nama
No. MR
Umur
Jenis Kelamin
Agama
Alamat
Tanggal masuk
BBL
PB
Warna kulit
Tali pusat
Anus
Apgar Skor

: By. Yarliwati
: 11002815
: 6 hari
: Laki-laki
: Islam
: Gavang
: 29 Agustus 2015
: 1.360 gr
: 46 cm
: Kemerahan
: Layu
: (+)
: 4/5

b. Anamnesa
Keluhan utama: Bayi baru lahir dengan partus normal atas indikasi
preterm preeklamsi.
Riwayat penyakit sekarang: -os kiriman dari kamar bersalin dengan
NBBLR

Riwayat penyakit dahulu: Riwayat keluarga : c. Pemeriksaan fisik :


Umum : jelek
Kesadaran : Somnolen
Nadi : 150 x/i
Pernafasan: 50 x/i
Suhu : 36,5 0C
BB : 1360 gr
Mata : (-) Hipotelorisme
Telinga : lipatan auricula belum sempurna
Hidung : nafas cupping hidung (-), deviasi septum (-)
Mulut : sianosis (-), labioschisis (-), palatoschisis (-)
Leher : Tortikalis (-)
Kulit : turgor kulit lambat.
Paru : simetris kiri dan kanan, retraksi (-)
wheezing (-), rhongki (-)
Jantung : ictus cordis tidak terlihat, irama teratur tidak ada bising.
Abdomen : perut tidak membucit, kondisi lemas.
Umbilikus : (-) hiperemis disekitar umbilikus, tali pusat segar
Genitalia : Fimosis (-), decendens testis (-), Hipospadia (-), Epispadia (-)
Anus : ada
Refleks : morro (+), rooting (-), isap (-), pegang (-)
Ukuran:
Lingkar kepala : 34,5 cm
Lingkar dada : 31 cm
Lingkar perut : 30 cm
Simpisis-kaki : 15cm
Panjang lengan : 9,5 cm
Panjang kaki : 19,5 cm
Kepala simpisis : 27cm
d. Pemeriksaan penunjang
Tidak ada dilakukan pemeriksaan penunjang
e. Diagnosa :
NBBLR + preterm PEB
f. Prognosa: Buruk jika berat badan lahir bayi lebih rendah
g. Terapi:
Pemberian Vit K:
IVFD D10 3tetes/i
Injeksi Ampicilin 4x40 mg
Injeksi gentamicin 2x3mg
ASI

2.12. Pembahasan
Telah dilaporkan pasien laki-laki usia 6 hari, pasien kiriman kamar
bersalin RSUD solok pada tanggal 29 Agustus 2015 dengan diagnosis BBLR+
preterm+ KPD. Dagnosis ditegak kan berdasrkan anamnesis, pemeriksaan fisik
dan dilihat dari gejalanya. Anamnesis didapatkan pasien mengalami berat lahir
rendah dengan sakit sedang.
Dengan pemeriksaan fisik umum, didapatkan frekuensi nadi 150x/i,
frekuensi nafas 45x/i, terapi umum yang diberikan kepada pasien Pemberian Vit
K, IVFD D10 3tetes/i, Injeksi Ampicilin 4x40 mg, Injeksi gentamicin 2x3mg,
ASI.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Bayi baru lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan
masalah kesehatan yang sering dialami pada sebagian masyarakat yang ditandai
dengan berat lahir kurang dari 2500gr. BBLR yang tidak ditangani dengan
baikdpat mengakibatkan timbulnya masalah pada sistem organ tubuh meliputi
gangguan pernafasan ( aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum), gangguan pada
sistem pencernaan ( lambung kecil), gangguan sistem perkemihan (ginjal belu
sempurna), gangguan sistem pernafasan ( reseptor rangsangan lambat). Selain itu
bayi berat lahir rendah dpat mengalami gangguan fisik dan mental serta tumbuh
kembang.
SARAN
Diharapkan setelah dirawat bayi dapat:
1. Berat badan naik mencapai normal, daya isap kuat, tidak terjadi infeksi dan
hipotermi maupun resiko infeksi.
2. Meningkatkan proses perawatan BBLR dengan mempertahankan teknik
aseptic dalam melakukan tindakan. Dapat menganalisa dan menegakkan
diagnosa

sesuai

prioritas

masalh

serta

menetapkan

mengevaluasi tindakan yang dilakukan pada BBLR.

intervensi

dan

DAFTAR PUSTAKA
1. Hasan R, Alatas H. Perinatologi. Dalam: Ilmu Kesehatan Anak 3; edisi ke4.Jakarta : FKUI, 1985;1051-7
2. .Wiknjosastro H, Saifuddin AB. Bayi Berat Lahir Redah. Dalam: Ilmu
Kebidanan; edisi ke-3. Jakarta : yayasan Bina Pustaka
SarwonoPrawirohardjo, 2002;771-83.
3. .Arifuddin J, Palada P. BBLR-LBW. Dalam : Perinatologi dan Tumbuh
Kembang. Jakarta : FKUI, 2004;9-11
4. Behrman, RE, Kliegman RM. The Fetus and the Neonatal Infant, In :
Nelson Textbook of pediatrics; 17 th ed. California: Saunders. 2004; 5508.
5. Saifuddin, AB, Adrianz, G. Masalah Bayi Baru Lahir. Dalam : Buku
Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal; edisi ke-1.
Jakarta :yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2000;376-8.
6. Gomella, TL, Cunningham MD. Management of the Extremely Low
BirthInfant During the First Weekof Life. In : Lange Neonatology; 5 th ed.
NewYork : Medical Publishing Division, 2002; 120-31.
7. Muchtar, Rustam.1998. Sinopsis Obsetri Jilid 1.Jakarta :EGC.
8. Wiroharjo, Sarwono. 2002 .Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Pustaka.
9. Buku Acuan Pelatihan PONED KomponeN Neonatal. 2004. DEPKES. RI.
Jakarta: JNPK-KR.

10. http://www.gizikia.depkes.go.id/wpcontent/uploads/downloads/2011/09/B
uku-Panduan-Peserta-Manajemen-BBLR.pdf

Anda mungkin juga menyukai