Anda di halaman 1dari 6

Artikel

MENYOAL PENYALAHGUNAAN OBAT TERLARANG OLEH REMAJA


Oleh: Drs. Mardiya

Bentuk perilaku sebagian remaja yang cukup mencemaskan kalangan orangtua dan
masyarakat umum sekarang ini adalah penyalahgunaan obat terlarang/narkoba. Istilah
penyalahgunaan obat merujuk pada pengertian setiap penggunaan obat yang menyebabkan
gangguan fisik, psikologis, ekonomis, hukum atau sosial, baik pada individu pengguna
maupun orang lain sebagai akibat tingkah laku pengguna obat tersebut. Sebenarnya alkohol
yang terkandung dalam minum-minuman keras termasuk dalam kategori ini, karena alkohol
termasuk kategori depressan yang merupakan obat yang dapat mengurangi rasa cemas dan
membuat tertidur (sedatif). Namun alkohol dapat menyebabkan ketergantungan secara fisik
maupun psikologis.
Secara spesifik I Gusti Lanang Sidiartha dan I Wayan Westa (dalam Soetjiningsih,
2004) mengklasifikasikan zat atau obat yang sering disalahgunakan orang termasuk remaja
adalah sebagai berikut:
Pertama, Cannobinoids, yang termasuk dalam klasifikasi ini adalah marijuana dan
hashish.
Kedua, Depressan, yang termasuk kategori ini adalah: (1) Sedatif, obat untuk
mengurangi rasa cemas dan membuat tertidur (alkohol, barbiturat, methaqualohe/qualude,
gluthetimide/doriden,

flunitrazepam/rohipnol,

gamma-hydroxybutyrate/GHB);

(2)

Tranquilizer minor, obat untuk mengurangi rasa cemas serta dapat menyebabkan
ketergantungan fisik dan psikologis(diazepam/valium, alprazolam/xanax, chlordiazepoxide/
librium, triazolam/halcion dan lorazepam/ativan); (3) Transquilizer mayor (fenotiazin dan
klorpromazin).
Ketiga, Stimulan, yang dapat menyebabkan ketergantungan psikologis yang sangat
kuat. Yang termasuk kategori ini adalah: (1) Amfetamin, yang termasuk kelompok ini adalah
clandestin, methamphetamine, pharmaccutical, dll (2) Nikotin (3) Kafein (4) Kokain (5)
Ritalin

Keempat, Halusinogen, yang dapat mempengaruhi sensasi, emosi dan kewaspadaan,


dan menyebabkan distorsi persepsi realitas. Obat ini menyebabkan ketergantungan
psikologis, namun tidak menyebabkan ketergantungan fisik. Yang termasuk kelompok ini
adalah LSD, mescaline, DMT (dimethyltryptamine), DOM, PCP, psilocybin, dsb.
Kelima, Derivat opiun dan morfin, yang dapat menghilangkan rasa nyeri dan dapat
menyebabkan ketergantungan secara fisik maupun psikologis. Yang termasuk kelompok ini
adalah morfin, heroin, kodein, meferidin, methadon, fentanil dan opium.
Keenam, Anestesi, obat yang termasuk kelompok ini adalah ketamin dan
phencyclidine dan analognya.
Peristiwa makin banyaknya penyalahgunaan obat-obatan terlarang khususnya
narkoba di kalangan pelajar saat ini benar-benar telah menggelisahkan masyarakat dan
keluarga-keluarga di Indonesia. Betapa tidak, meskipun belum ada penelitian yang pasti
berapa banyak remaja pengguna narkoba, namun dengan melihat kenyataan di lapangan
bahwa semakin banyak remaja kita yang terlibat kasus narkoba menjadi indikasi betapa
besarnya pengaruh narkoba dalam kehidupan remaja di Indonesia. Yang perlu diwaspadai,
kasus penyalahgunaan narkoba yang terjadi di kalangan remaja kita ibarat fenomena gunung
es dimana kasus yang terlihat hanya sebagian kecil saja, sementara kejadian yang sebenarnya
sudah begitu banyak.
Hasil Survai Badan Narkoba Nasional (BNN) Tahun 2005 terhadap 13.710 responden
di kalangan pelajar dan mahasiswa menunjukkan penyalahgunaan narkoba usia termuda 7
tahun dan rata-rata pada usia 10 tahun. Survai dari BNN ini memperkuat hasil penelitian
Prof. Dr. Dadang Hawari pada tahun 1991 yang menyatakan bahwa 97% pemakai narkoba
adalah para remaja.
Di DIY sendiri kasus peredaran narkoba sudah begitu marak. Dinas Sosial Propinsi
DIY hingga akhir tahun 2004 menemukan 5.561 orang pengguna narkoba. Di tahun 2005
saja, Polda DIY menangani 181 perkara narkoba., yang meliputi 85 perkara psikotropika dan
96 narkoba, dengan 210 tersangka (201 orang laki-laki dan 9 orang perempuan). Yang
mengerikan, dari kasus itu 28 % di antara mereka yang terlibat adalah remaja berusia 17 24
tahun. Menurut dr. Inu Wicaksono dari RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta telah menjadi kota
nomor dua penyebaran narkoba di Indonesia setelah Jakarta.

Khusus di Kabupaten Kulon Progo, berdasarkan data Sat Narkoba Polres Kulon
Progo dapat di ketahui bahwa pada tahun 2007 terdapat 1 kasus narkoba. Namun hasil
patroli minum-minuman keras pada bulan Maret 2008 telah menemukan 11 kasus anak
minum-minuman keras yang kemungkinan besar juga terlibat dalam penyalahgunaan obatobatan terlarang. Persoalannya, seberapa besar kasus remaja yang sebenarnya terlibat dalam
kasus narkoba , tidak ada yang mengetahui. Namun kasusnya diperkirakan juga mengikuti
fenomena gunung es.
Mau tidak mau kita harus mengakui, narkoba akan menjadi bahaya laten bagi remaja
kita dan masa depan keluarga, masyarakat dan bangsa bila tidak segera dicari cara-cara
penanggulangan yang efektif dan efisien. Ada dua alasan mendasar hal itu bisa terjadi.
Pertama, karena narkoba dapat merusak kesehatan remaja kita. Remaja yang kecanduan
narkoba akan mengalami kemunduran fungsi organ tubuh dan system kekebalannya. Daya
pikir sangat berkurang, kehilangan minat/semangat untuk melakukan mengikuti pelajaran
sehingga prestasi belajarnya akan terus menurun. Bahkan bila tingkatannya sudah sangat
tinggi, bila mereka berumah tangga kelak keturunannya bisa menjadi anak idiot ataupun
perkembangan jiwanya terbelakang, mendekati debil dan embisil karena sistem sarafnya
terganggu.
Kedua, penyalahgunaan narkoba telah menyeret remaja pada perbuatan buruk lainnya
tanpa memikirkan dampaknya lebih jauh. Karena terdorong oleh kenikmatan yang
sebenarnya semu sebagai efek sesaat penggunaan narkoba segera setelah merasuk ke
tubuhnya, sang remaja akan terus berupaya mendapatkan barang tersebut bagaimanapun
caranya. Tidak peduli harus menipu, mencuri, mengompas, merampok atau bahkan dengan
membunuh sekalipun. Bahkan untuk remaja putri akan dengan

mudah menyerahkan

keperawanan dan tubuhnya untuk disantap pria hidung belang atau teman sejawatnya
sekedar guna mendapatkan barang haram tersebut.
Semuanya itu jelas akan memburamkan masa depan keluarga, masyarakat, dan
bangsa termasuk masa depan remaja itu sendiri. Logika yang dapat ditarik sangat sederhana.
Remaja yang menyalahgunakan narkoba sudah menjadi generasi yang rusak dan sulit
dibenahi. Tubuhnya tidak lagi fit dan fresh untuk belajar dan bekerja membantu orangtua,
sementara mentalnya telah dikotori oleh niat-niat buruk untuk mencari cara mendapatkan
barang yang sudah membuatnya kecanduan. Bila sudah demikian, apa yang dapat diharapkan

dari mereka? Sudah produktifitasnya rendah, kemampuan berpikirnya lemah, masih


ditambah perilakunya liar tanpa kendali. Apalagi mengindahkan nilai moral, etika hukum dan
agama. Artinya, mereka tidak dapat diharapkan lagi menjadi generasi penerus bangsa yang
berkualitas yang mampu mengangkat harkat diri, keluarga, masyarakat dan bangsanya ke
arah yang lebih baik.
Khusus

dalam

lingkungan

keluarga,

remaja

pengguna

narkoba

akan

memporakporandakan ketahanan keluarga yang dengan susah payah dibangun oleh kedua
orang tuanya. Keluarga menjadi tidak lagi mampu mencapai ketenangan hidup, komunikasi
antar anggota keluarga terganggu, tumbuh rasa was-was serta kondisi ekonomi yang moratmarit karena ulah sang anak. Belum lagi timbulnya rasa saling curiga saat terjadi peristiwa
kehilangan uang/barang karena dicuri oleh anaknya yang telah kecanduan narkoba. Atau
munculnya sikap saling menyalahkan, menyesal atau bahkan bersumpah serapah melihat
perilaku anaknya yang bak binatang karena tanpa perasaan. Disini bisa dibayangkan betapa
pedih dan perih hati orang tua yang akan mengganggu perasaan dan aktifitas sehari-hari,
sehingga bisa pula diramalkan betapa fungsi keagamaan, sosial budaya, cinta kasih dan
melindungi serta fungsi pendidikan dalam keluarga akan menjadi luntur dan sirna. Sementara
pelaksanaan fungsi-fungsi tersebut secara baik menjadi pilar utama untuk dapat membangun
keluarga berketahanan sebagai syarat pokok untuk dapat menjadi keluarga yang berkualitas.
Sementara kita pun tahu bahwa betapapun kecil kontribusinya, ketahanan keluarga
akan mempengaruhi ketahanan bangsa. Karena sebuah negara terdiri dari kumpulankumpulan keluarga yang membentuk lingkungan masyarakat dan lingkungan kewilayahan
yang menjadi bagian dari negara dimaksud. Jadi bila keluarga-keluarga sebagai institusi
terkecil dalam masyarakat ketahannya hancur akibat remajanya banyak yang menggunakan
narkoba, ketahanan bangsa pun akan hancur pula tanpa menunggu waktu lama.
Perlu dimengerti bahwa sebenarnya narkoba yang merupakan akronim dari narkotika
dan obat-obaran terlarang sebenarnya bukan merupakan hal baru dalam dunia medis.
Narkotika merupakan zat atau tanaman/bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis
yang dapat mengakibatkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi
sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan (UU No 22 tahun
1997). Sementara obat-obatan terlarang (psikotropika) yang dimaksud adalah zat atau obat,
baik alamiah maupun sintetik bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh

selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental
dan perilaku (UU No 5 Tahun 1997).
Narkoba bila digunakan pada takaran tertentu menurut resep dokter akan memberikan
resep kesegaran dan dapat menghilangkan rasa sakit pada pasien. Namun apabila dikonsumsi
secara berlebihan yang dalam hal ini diistilahkan dengan penyalahgunaan, akan
menimbulkan berbagai efek negatif sebagaimana telah dipaparkan di muka.
Itu pun baru sebagian kecil dari bahaya narkoba. Sebab secara detil, pecandu narkoba
akan mengalami penderitaan lahir batin yang luar biasa. Mulai dari mata nerocos, hidung
meler-meler, mual-mual sampai muntah, diare, tulang dan sendi nyeri, tidak bisa tidur serta
tidak doyan makan, selalu curiga, mudah emosi, hingga selalu gelisah, kacau dan sering
mengalami halusinasi penglihatan. Penderitaan ini masih harus ditambah dengan adanya rasa
hampa, depresi, ingin mati, tekanan darah meningkat sampai bisa stroke.
Dengan mengingat segala efek negatif penyalahgunaan narkoba tersebut, sudah
selayaknya remaja-remaja di Indonesia dibebaskan dari narkoba. Karena dampaknya
sungguh-sungguh tidak sepadan dengan manfat yang diperoleh.
Kita tahu bahwa remaja adalah generasi muda harapan bangsa. Mereka yang akan
mewarisi tanah air kita berikut segala potensi sumber dayanya. Hal ini berarti remaja suka
tidak suka dan mau tidak mau harus siap memikul tanggung jawab yang tidak ringan namun
mulia tersebut. Sehingga mereka harus dibebaskan dari narkoba yang nyata-nyata memiliki
efek merusak.
Upaya membangun remaja bebas narkoba menjadi semakin penting untuk saat ini,
karena kita telah memasuki era millenium tiga yang penuh persaingan akibat kehidupan yang
mengglobal. Dunia sekarang ini tidak lagi disekat oleh ruang dan waktu. Bekat kemajuan
teknologi komunikasi dan informasi, semua orang dapat mengakses segala informasi dari
belahan bumi lain. Dengan diterapkannya pasar bebas, maka bangsa-bangsa yang memiliki
SDM majulah yang mampu bersaing. Apa makna dari semuanya itu ? Bangsa kita akan terus
terjebak dalam kemiskinan, keterbelakangan, dan tanpa harapan masa depan bila generasi
remajanya banyak yang terbelenggu oleh narkoba. Sehingga upaya mewujudkan remaja
bebas narkoba menjadi upaya strategis yang tidak bisa ditawar ataupun ditunda.
Remaja adalah generasi penerus bangsa yang akan menentukan masa depan keluarga,
masyarakat dan negara. Sebagai generasi penerus, remaja harus memiliki motivasi kuat

untuk belajar dan terus belajar agar kelak akan mampu menjadi generasi yang tidak saja
sehat, cerdas dan terampil, tetapi juga bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berkepribadian, dan menjunjung tinggi nilai-nilai luhur budaya bangsa. Sementara dalam
lingkungan keluarga akan memberi dukungan positif membangun keluarga yang harmonis
dan berketahanan. Oleh karena itu, membangun remaja yang bebas narkoba menjadi tuntutan
yang tidak bisa ditunda dan ditawar-tawar.
Membangun remaja bebas narkoba hendaknya dilakukan dengan mengintegrasikan
tiga langkah penting, yakni melalui upaya pencegahan dalam lingkugan keluarga, lingkungan
sekolah dan lingkungan masyarakat serta melalui gerakan bebas narkoba yang dicanangkan
pemerintah untuk diimplementasikan di semau tingkatan masyarakat. Pihak pemerintah juga
perlu mensosialisasikan UU No 22 tahun 1997 dan UU No 5 Tahun 1997 secara luas berikut
sanksinya dan berupaya keras agar kegiatan/aktivitas yang memberi peluang terhadap
peredaran narkoba dapat dihilangkan atau ditekan seminimal mungkin.

Sumber berita: Drs. Mardiya, Kasubid Advokasi


Konseling dan Pembinaan Kelembagaan KB
dan Kesehatan Reproduksi BPMPDP dan KB
Kabupaten Kulonprogo

Anda mungkin juga menyukai