Tinjauan Pustaka Blok 23
Tinjauan Pustaka Blok 23
Albatros Wahyubramanto
102012077
102012312
Angelina B. Friska
102012347
Togana Junisar
102011184
Nurainaa Ayuni
102012484
Yunistin Ambeua
102010269
Alista Gunawan
102012198
Nyoman Nugraha
102012454
Yeni notanubun
102012435
Yoana Priska
Vania levina
102012063
102011259
Pendahuluan
Otitis eksterna maligna disebut juga otitis eksterna nekrotikans, merupakan suatu
infeksi difus pada liang telinga luar dan struktur lain di sekitarnya yang disebabkan oleh
organisme Pseudomonas. Pada otitis eksterna maligna, peradangan dapat meluas secara
progresif ke lapisan subkutis, tulang rawan dan tulang di sekitarnya. Dengan demikian dapat
menimbulkan kelainan berupa kondritis, osteitis dan osteomielitis yang mengakibatkan
kerusakan tulang temporal. Penyebabnya adalah Pseudomonas aeruginosa, tetapi beberapa
bakteri yang lain dapat juga menyebabkan gejala klinik yang sama. Infeksi dimulai pada
meatus akustikus eksternus dan menyebar sepanjang dasar tulang tengkorak. Dari daerah
tersebut dapat memberikan efek pada struktur struktur utama seperti arteri karotis, vena
jugularis, dan saraf kranial dan intrakranial. Otitis eksterna maligna biasanya ditemukan pada
pasien diabetik usia lanjut, tetapi dapat juga ditemukan pada pasien dengan imunitas yang
rendah.1
Anatomi
Telinga dibagi atas telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam. Telinga luar terdiri
dari daun telinga dan liang telinga sampai membran timpani; telinga tengah terdiri dari
membrane timpani, tulang-tulang pendengaran (maleus, inkus, dan stapes), dan tuba
eustachius; sedangkan telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) dan kanalis
semisirkularis. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut:2
Anamnesis
Pada setiap pemeriksaan harus diawali dengan anamnesis atau tanya jawab dengan
pasien, agar dapat mengetahui keluhan apa yang sedang dirasakan oleh pasien. Hal ini sangat
membantu untuk mengetahui penyakit pasien selain dari hasil pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Anamnesis yang terarah diperlukan untuk menggali lebih dalam dan
lebih luas keluhan utama pasien. Keluhan utama telinga dapat berupa:2
1.
2.
3.
4.
5.
Beberapa hal yang dapat ditanyakan pada pasien dengan keluhan pada telinga:
1. Keluhan utama pasien
2. Apakah ada nyeri telinga?
3. Apakah ada cairan dari telinga?
4. Adakah telingan berbunyi?
5. Adakah gangguan pendengaran? Jika ada apakah tiba-tiba atau perlahan?
6. Apakah ada trauma kepala sebelumnya?
7. Apakah meminum obat yang bersifat ototoksik?
8. Apakah bekerja di lingkungan bising?
9. Apakah berhubungan dengan usia?
10. Apakah ada perasaan berputar (vertigo)?
11. Riwayat penyakit dahulu (diabetes mellitus, hipertensi).
3
Otitis eksterna maligna merupakan tipe dari infeksi akut yang difus yang biasanya
terjadi pada penderita penyakit diabetes mellitus. Radang dapat meluas secara progresif ke
lapisan subkutis dan organ sekitarnya sehingga dapat menimbulkan kelainan berupa kondritis,
oeteitis, dan osteomielitis yang mengakibatkan kehancuran tulang temporal. Gejalanya rasa
gatal yang diikuti nyeri yang hebat dan sekret yang banyak serta pembengkakkan liang
telinga.2
Saraf fasial dapat terkena sehingga dapat menimbulkan paresis atau paralysis facial.
Pengobatan tidak boleh ditunda-tunda yaitu dengan pemberian antibiotic dosis tinggi yang
dikombinasi dengan amino glikosid. Disamping obat-obatan, juga diperlukan tindakan
debrideman. 2
Diagnosis banding
1. Otitis Eksterna Sirkumskripta (Furunkel = Bisul)
Kuman penyebab biasanya Staphylococcus aureus atau Staphylococcus albus.
Gejalanya ialah rasa nyeri yang hebat, tidak sesuai dengan besar bisul. Hal ini di
sebabkan karena kulit liang telinga tidak mengandung jaringan longgar di bawahnya,
sehingga rasa nyeri timbul pada penekanan perikondrium. Rasa nyeri dapat juga
timbul spontan pada waktu membuka mulut (sendi temporomandibula). Selain itu
terdapat juga gangguan pendengaran, bila furunkel besar dan menyambut liang
telinga.5
Terapi tergantung pada keadaan furunkel. Bila sudah menjadi abses, diaspirasi
secara steril untuk mengeluarkan nanahnya. Lokal diberikan antibiotika dalam bentuk
salep, seperti polimixin B atau bacitracin, atau antiseptic (asam asetat 2-5 % dalam
alcohol). Kalau dinding furunkel tebal, dilakukan insisi, kemudian dipasang salir
(drain) untuk mengalirkan nanahnya. Biasanya tidak perlu diberikan antibiotika secara
sistemi, hanya diberikan obat simtomatik seperti analgetikdan obat penenang.5
2. Otitis Eksterna Difus
Biasanya mengenai kulit liang telinga dupertiga dalam. Tampak kulit liang
telinga hiperemis dan edema yang tidak jelas batasnya. Kuman penyebab biasanya
golongan Pseudomonas. Kuman lain yang dapat sebagai penyebab ialah
5
Staphylococcus albus, Escherichia coli dan sebagainya. Otitis eksterna difus dapat
juga terjadi sekunder pada otitis media supuratif kronis. 5
Gejalanya adalah nyeri tekan tragus, liang telinga sangat sempit, kadang
kelenjar getah bening regional membesar dan nyeri tekan, terdapat secret yang
berbau. Sekret ini tidak mengandung lender (musin) seperti secret yang keluar dari
kavum timpani pada otitis media.5
3. Otomikosis
Infeksi jamur di liang telinga di permudah oleh kelembeban yang tinggi di
daerah tersebut. Yang tersering ialah Pityrosporum, Aspergilus. Kadang-kadang di
temukan juga kandida albikans atau jamur lain . Pityrosporum menyebabkan
terbentuknya sisik yang menyerupai ketombe dan merupakan predisposisi otitis
eksterna bakterialis. Gejala biasanya berupa rasa gatal dan rasa penuh di liang telinga,
tetapi sering pula tanpa keluhan.5
Etiologi
Otitis eksterna maligna merupakan infeksi yang menyerang liang telinga luar dan
tulang temporal. Organisme penyebab umumnya oleh Pseudomonas aeroginosa, meskipun
sangat jarang dapat juga dijumpai S. aureus, Proteus dan Aspergillus. Umumnya menyerang
pasien dengan diabetes yang berusia tua, serta pasien dengan disfungsi imun selular. Infeksi
dimulai dengan otitis eksterna yang progresif menjadi osteomielitis pada tulang temporal.
Penyebaran penyakit keluar dari liang telinga luar melalui fissura santorini dan hubungan
antara tulang dan tulang rawan.5
Epidemiologi
Di Amerika Serikat, Otitis eksterna maligna lebih banyak timbul di tempat dengan
iklim lembab dan basah daripada iklim lain, lebih banyak pada laki-laki dibandingkan dengan
perempuan, dan dilaporkan menyerang semua kelompok umur, tetapi lebih banyak pada
pasien yang lebih tua.5
Patofisiologi
Otitis eksterna maligna merupakan infeksi yang menyerang meatus akustikus
eksternus dan tulang temporal. Organisme penyebabnya adalah Pseudomonas aeruginosa,
dan paling sering menyerang pasien diabetik usia lanjut. Pada penderita diabetes, pH
serumennya lebih tinggi dibanding pH serumen non diabetes. Kondisi ini menyebabkan
penderita
diabetes
lebih
mudah
terjadi
otitis
eksterna.
Akibat
adanya
Manifestasi klinis
Gejala otitis eksterna maligna adalah rasa gatal di liang telinga yang dengan cepat di
ikuti oleh nyeri, sekret yang banyak serta pembekakan liang telinga. Kemudian rasa nyeri
tersebut akan semakin hebat, liang telinga tertutup oleh jaringan granulasi yang cepat
tumbuhnya. Saraf fasial dapat terkena, sehingga menimbulkan paresis atau paralisis fasial.5,6
Penatalaksanaan
Pengobatan harus segera diberikan. Sesuai dengan hasil kultur dan resistensi. Kuman
penyebab tersering adalah Pseudomonas aeruginosa, maka diberikan antibiotik dosis tinggi
yang sesuai dengan kuman tersebut. Sementara menunggu hasil kultur dan resistensi,
7
diberikan golongan fluoroquinolone (ciprofloxasin) dosis tinggi per oral. Pada keadaan yang
lebih berat diberikan antibiotik parenteral kombinasi dengan antibiotik golongan
aminoglikosida yang diberikan selama 6-8 minggu.8
Antibiotik yang sering digunakan adalah ciprofloxasin, ticarcillin-clavulanat,
piperacillin (kombinasi dengan aminoglikosida), ceftriaxone, ceftazidine, cefepime,
tobramicin (kombinasi dengan aminoglikosida), gentamicin (kombinasi dengan golongan
penicillin).8
Disamping pemberian obat-obatan, sering kali diperlukan juga tindakan pembersihan
luka (debrideman) secara radikal. Tindakan debrideman yang kurang bersih akan
menyebabkan makin cepatnya perjalanan penyakit. Selain itu perlu diperhatikan kadar gula
darah harus tekontrol, dan meningkatan sistem imun pasien.8
Komplikasi
Komplikasi otitis eksterna maligna yang dapat terjadi meliputi lower cranial
neuropathies, paresis atau paralisis nervus fasial, meningitis, abses otak dan kematian. Pada
otitis eksterna maligna peradangan meluas secara progresif ke lapisan subkutis, tulang rawan,
dan ke tulang disekitarnya, sehingga timbul kondritis, osteitis, osteomielitis, yang
menghancurkan tulang temporal.7
Pencegahan
Untuk mencegah terjadinya hal ini perlu diadakan suatu upaya yang meliputi:
1.
2.
3.
4.
Kesimpulan
Otitis eksterna maligna adalah suatu infeksi berat pada tulang temporal dan jaringan
lunak telinga. Kondisi ini disebabkan oleh P.aeruginosa dan biasanya ditemukan pada
penderita diabetes lanjut usia serta dianggap lebih umum pada daerah beriklim panas.
Manifestasi klinisnya dapat berupa rasa gatal di liang telinga yang dengan cepat diikuti oleh
nyeri , sekret yang banyak serta pembengkakan liang telinga. Kemudian rasa nyeri tersebut
akan semakin hebat, liang telinga tertutup oleh jaringan granulasi yang cepat tumbuhnya.
Saraf fasial dapat terkena, sehingga menimbulkan paresis atau paralisis fasial.
Berdasarkan kasus yaitu pasien berusia 53 tahun dengan keluhan telinga kanan sakit,
nyeri sekali, mulut mencong, telinga sering dikorek dan keluar secret kental maka dapat
disimpulkan bahwa pasien tersebut ,menderita otitis eksterna maligna.
Daftar pustaka
1. Sosialisma, Helmi. Kelainan telinga luar. Dalam: Soepardi EA. Iskandar N, editor.
Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher. Ed.5. Jakarta: FKUI;
2005. Hal.44-8.
2. Soepardi EA. Pemeriksaan telinga, hidung, tenggorok kepala dan leber. Dalam:
Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku ajara ilmu kesehatan
telinga hidung tenggorok kepala dan leher. Edisi ke-6. Jakarta: Badan Penerbit FKUI,
2011.h. 1-3.
3. Djaafar ZA, Helmi, Restuti RD. Kelainan telinga tengah. Dalam: Soepardi EA,
Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku ajara ilmu kesehatan telinga hidung
tenggorok kepala dan leher. Edisi ke-6. Jakarta: Badan Penerbit FKUI, 2011.h. 69-73,
80.
4. Schapowal A. Otitis externa: a clinical overview. Ear Nose Throat J. 2002;81(8 suppl
1): 21-2.
5. Hafil AF, Sosialisman, Helmi. Kelainan telinga luar. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N,
Bashiruddin J, Restuti RD. Buku ajara ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok
kepala dan leher. Edisi ke-6. Jakarta: Badan Penerbit FKUI, 2011.h. 60-3.
6. Adam GL, Boies LR, Higler PA; Wijaya C: alih bahasa; Effendi H, Santoso K: editor.
Penyakit telinga luar dalam Buku Ajar Ilmu Panyakit THT. Edisi 6. Jakarta: EGC.
2005.78-84.
7. Broek P., F. Debruyne, L. Feenstra, H.A.M. Marres. Buku Saku Ilmu Kesehatan
Tenggorok, Hidung, dan Telinga Edisi 12. Jakarta: Penerbit Buku EGC. 2009.
9
8. Suardana, W. dkk. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan
Tenggorok RSUP Denpasar. Lab/UPF Telinga Hidung dan Tenggorok FK Unud.
Denpasar. 2005
10