Anda di halaman 1dari 24

1.

PENDAHULUAN
Cairan yang menyerupai plasma difiltrasi melalui dinding kapiler glomerulus ke
tubulus renalis di ginjal. Dalam perjalanannya sepanjang tubulus ginjal, volume
filtrate cairan ini akan berkurang dan komposisinya berubah akibat proses
reabsorpsi tubulus (penyerapan kembali air dan zat terlarut dari cairan tubulus)
dan proses sekresi tubulus (sekresi zat terlarut ke dalam cairan tubulus) untuk
membentuk urin yang akan disalurkan ke dalam pelvis renalis. Air serta elektrolit
dan metabolit penting lainnya akan diserap kembali. Selanjutnya, komposisi urin
dapat mengalami perubahan dan terdapat banyak mekanisme pengaturan
homeostatis yang memperkecil atau mencegah perubahan komposisi cairan
ekstrasel dengan cara mengubah kandungan air dan zat terlarut tertentu yang
diekskresi melalui urin.

2. PEMBAHASAN ISI
1. ANATOMI
Ginjal merupakan organ pada tubuh manusia yang menjalankan banyak
fungsi untuk homeostasis, yang terutama adalah sebagai organ ekskresi dan
pengatur keseimbangan cairan dan asam basa dalam tubuh. Terdapat
sepasang ginjal pada manusia, masing-masing di sisi kiri dan kanan (lateral)
tulang vertebra dan terletak retroperitoneal (di belakang peritoneum). Selain
itu sepasang ginjal tersebut dilengkapi juga dengan sepasang ureter, sebuah
vesika urinaria (buli-buli/kandung kemih) dan uretra yang membawa urine ke
lingkungan luar tubuh.

1.1

Ginjal

Ginjal merupakan organ yang berbentuk

seperti kacang, terdapat

sepasang (masing-masing satu di sebelah kanan dan kiri vertebra) dan


posisinya retroperitoneal. Ginjal kanan terletak sedikit lebih rendah (kurang
lebih 1 cm) dibanding ginjal kiri, hal ini disebabkan adanya hati yang
mendesak ginjal sebelah kanan. Kutub atas ginjal kiri adalah tepi atas iga 11
2

(vertebra T12), sedangkan kutub atas ginjal kanan adalah tepi bawah iga 11
atau iga 12. Adapun kutub bawah ginjal kiri adalah processus transversus
vertebra L2 (kira-kira 5 cm dari krista iliaka) sedangkan kutub bawah ginjal
kanan adalah pertengahan vertebra L3. Dari batas-batas tersebut dapat
terlihat bahwa ginjal kanan posisinya lebih rendah dibandingkan ginjal kiri. 1
Ginjal dipertahankan dalam posisi tersebut oleh bantalan lemak yang tebal.
Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak
pararenal) yang membantu meredam guncangan. 2
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa,
terdapat cortex renalis di bagian luar, yang berwarna coklat gelap, dan
medulla renalis di bagian dalam yang berwarna coklat lebih terang
dibandingkan cortex. Bagian medulla berbentuk kerucut yang disebut
pyramides renalis, puncak kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri dari
lubang-lubang kecil disebut papilla renalis. Hilum adalah pinggir medial ginjal
berbentuk konkaf sebagai pintu masuknya pembuluh darah, pembuluh limfe,
ureter dan nervus. Pelvis renalis berbentuk corong yang menerima urin yang
diproduksi ginjal. Terbagi menjadi dua atau tiga kaliks renalis majores yang
masing-masing akan bercabang menjadi dua atau tiga kaliks renalis minores.
Medulla terbagi menjadi bagian segitiga yang disebut piramid. Piramidpiramid tersebut dikelilingi oleh bagian korteks dan tersusun dari segmensegmen tubulus dan duktus pengumpul nefron. Papila atau apeks dari tiap
piramid membentuk duktus papilaris bellini yang terbentuk dari kesatuan
bagian terminal dari banyak duktus pengumpul.2
Ginjal kiri

Ginjal kanan

Anterior

Posterior

Diafragma, m.psoas major, m. quadratus lumborum, m.

Dinding dorsal gaster


Pankreas
Limpa
Vasa lienalis
Usus halus
Fleksura lienalis

transversus

Lobus kanan hati


Duodenum pars descendens
Fleksura hepatica
Usus halus

abdominis(aponeurosis),

n.subcostalis,

n.iliohypogastricus, a.subcostalis, aa.lumbales 1-2(3), iga 12


(ginjal kanan) dan iga 11-12 (ginjal kiri).

1.1.1 Vaskularisasi ginjal


3

Arteri renalis dicabangkan dari aorta abdominalis kira-kira setinggi


vertebra lumbalis II. Vena renalis menyalurkan darah kedalam vena kava
inferior yang terletak disebelah kanan garis tengah. Saat arteri renalis masuk
kedalam hilus, arteri tersebut bercabang menjadi arteri interlobaris yang
berjalan diantara piramid selanjutnya membentuk arteri arkuata kemudian
membentuk arteriola interlobularis yang tersusun paralel dalam korteks.
Arteri interlobularis ini kemudian membentuk

arteriola

glomerulus.
Glomeruli

aferen

bersatu

membentuk

arteriola

aferen pada

yang

kemudian

bercabang membentuk sistem portal kapiler yang mengelilingi tubulus dan


disebut kapiler peritubular. Darah yang mengalir melalui sistem portal ini
akan

dialirkan

kedalam

jalinan

vena

selanjutnya

menuju

vena

interlobularis, vena arkuarta, vena interlobaris, dan vena renalis untuk


akhirnya mencapai vena cava inferior.
Ginjal dilalui oleh sekitar 1200 ml darah permenit suatu volume yang
sama dengan 20-25% curah jantung (5000 ml/menit) lebih dari 90% darah
yang masuk keginjal berada pada korteks sedangkan sisanya dialirkan ke
medulla. Sifat khusus aliran darah ginjal adalah otoregulasi aliran darah
melalui ginjal arteiol afferen mempunyai kapasitas intrinsik yang dapat
merubah resistensinya sebagai respon terhadap perubahan tekanan darah
arteri dengan demikian mempertahankan aliran darah ginjal dan filtrasi
glomerulus tetap konstan.
1.1.2 Persarafan Ginjal
Ginjal memiliki persarafan simpatis dan parasimpatis. Untuk persarafan
simpatis ginjal melalui segmen T10-L1 atau L2, melalui n.splanchnicus
major, n.splanchnicus imus dan n.lumbalis. Saraf ini berperan untuk
vasomotorik dan aferen viseral. Sedangkan persarafan parasimpatis melalui
n.vagus.
1.2

Ureter

Ureter merupakan saluran sepanjang 25-30 cm yang membawa hasil


penyaringan ginjal (filtrasi, reabsorpsi, sekresi) dari pelvis renalis menuju
vesica urinaria. Terdapat sepasang ureter yang terletak retroperitoneal,
masing-masing satu untuk setiap ginjal.1

Ureter kiri

Ureter kanan
4

Anterior

Posterior

M.psoas major, percabangan a.iliaca communis

Kolon sigmoid
a/v. colica sinistra
a/v. testicularis/ovarica

Duodenum pars descendens


Ileum terminal
a/v. colica dextra
a/v.ileocolica
mesostenium

Laki-laki: melintas di bawah lig. umbilikal lateral dan ductus


deferens
Perempuan: melintas di sepanjang sisi cervix uteri dan bagian
atas vagina
Ureter setelah keluar dari ginjal (melalui pelvis) akan turun di depan
m.psoas major, lalu menyilangi pintu atas panggul dengan a.iliaca communis.
Ureter

berjalan

secara

postero-inferior

di

dinding

lateral

pelvis,

lalu

melengkung secara ventro-medial untuk mencapai vesica urinaria. Adanya


katup uretero-vesical mencegah aliran balik urine setelah memasuki kandung
kemih. Terdapat beberapa tempat di mana ureter mengalami penyempitan
yaitu peralihan pelvis renalis-ureter, fleksura marginalis serta muara ureter ke
dalam

vesica

urinaria.

Tempat-tempat

seperti

ini

sering

terbentuk

batu/kalkulus.
Ureter diperdarahi oleh cabang dari a.renalis, aorta abdominalis,
a.iliaca communis, a.testicularis/ovarica serta a.vesicalis inferior. Sedangkan
persarafan ureter melalui segmen T10-L1 atau L2 melalui pleksus renalis,
pleksus aorticus, serta pleksus hipogastricus superior dan inferior.
1.3

Vesica urinaria
Vesica urinaria, sering juga disebut kandung kemih atau buli-buli,

merupakan tempat untuk menampung urine yang berasal dari ginjal melalui
ureter, untuk selanjutnya diteruskan ke uretra dan lingkungan eksternal tubuh
melalui mekanisme relaksasi sphincter. Vesica urinaria terletak di lantai pelvis
(pelvic floor), bersama-sama dengan organ lain seperti rektum, organ
reproduksi, bagian usus halus, serta pembuluh-pembuluh darah, limfatik dan
saraf.

Vertex

Lig. umbilical medial

Infero-lateral

Os. Pubis, M.obturator internus, M.levator ani


5

Superior

Kolon sigmoid, ileum (laki-laki), fundus-korpus uteri, excav.


vesicouterina (perempuan)

Infero-posterior Laki-laki: gl.vesiculosa, ampula vas deferens,rektum


Perempuan: korpus-cervis uteri, vagina
Dalam keadaan kosong vesica urinaria berbentuk tetrahedral yang
terdiri atas tiga bagian yaitu apex, fundus/basis dan collum. Serta mempunyai
tiga permukaan (superior dan inferolateral dextra dan sinistra) serta empat
tepi (anterior, posterior, dan lateral dextra dan sinistra). Dinding vesica
urinaria terdiri dari otot m.detrusor (otot spiral, longitudinal, sirkular).
Terdapat trigonum vesicae pada bagian posteroinferior dan collum vesicae.
Trigonum vesicae merupakan suatu bagian berbentuk mirip-segitiga yang
terdiri dari orifisium kedua ureter dan collum vesicae, bagian ini berwarna
lebih pucat dan tidak memiliki rugae walaupun dalam keadaan kosong. 1
Vesicae urinaria diperdarahi oleh a.vesicalis superior dan inferior.
Namun pada perempuan, a.vesicalis inferior digantikan oleh a.vaginalis.
Sedangkan persarafan pada vesica urinaria terdiri atas persarafan
simpatis dan parasimpatis. Persarafan simpatis melalui n.splanchnicus
minor, n.splanchnicus imus, dan n.splanchnicus lumbalis L1-L2. Adapun
persarafan parasimpatis melalui n.splanchnicus pelvicus S2-S4, yang
berperan sebagai sensorik dan motorik.
1.4

Uretra
Uretra merupakan saluran yang membawa urine keluar dari vesica urinaria

menuju lingkungan luar. Terdapat beberapa perbedaan uretra pada pria dan
wanita. Uretra pada pria memiliki panjang sekitar 20 cm dan juga berfungsi
sebagai organ seksual (berhubungan dengan kelenjar prostat), sedangkan
uretra pada wanita panjangnya sekitar 3.5 cm. selain itu, Pria memiliki dua
otot sphincter yaitu m.sphincter interna (otot polos terusan dari m.detrusor
dan bersifat involunter) dan m.sphincter externa (di uretra pars membranosa,
bersifat volunter), sedangkan pada wanita hanya memiliki m.sphincter
externa (distal inferior dari kandung kemih dan bersifat volunter).
Pada pria, uretra dapat dibagi atas pars pre-prostatika, pars prostatika, pars
membranosa dan pars spongiosa.1

Pars pre-prostatika (1-1.5 cm), merupakan bagian dari collum vesicae


dan aspek superior kelenjar prostat. Pars pre-prostatika dikelilingi otot m.
sphincter urethrae internal yang berlanjut dengan kapsul kelenjar prostat.

Bagian ini disuplai oleh persarafan simpatis.


Pars prostatika (3-4 cm), merupakan bagian yang melewati/menembus
kelenjar

prostat.

Bagian

ini

dapat

lebih

dapat

berdilatasi/melebar

dibanding bagian lainnya.


Pars membranosa (12-19 mm), merupakan bagian yang terpendek dan
tersempit. Bagian ini menghubungkan dari prostat menuju bulbus penis
melintasi diafragma urogenital. Diliputi otot polos dan di luarnya oleh
m.sphincter urethrae eksternal yang berada di bawah kendali volunter

(somatis).
Pars spongiosa (15 cm), merupakan bagian uretra paling panjang,
membentang dari pars membranosa sampai orifisium di ujung kelenjar
penis. Bagian ini dilapisi oleh korpus spongiosum di bagian luarnya.

Sedangkan uretra pada wanita berukuran lebih pendek (3.5 cm) dibanding
uretra pada pria. Setelah melewati diafragma urogenital, uretra akan
bermuara pada orifisiumnya di antara klitoris dan vagina (vagina opening).
Terdapat m. spchinter urethrae yang bersifat volunter di bawah kendali
somatis, namun tidak seperti uretra pria, uretra pada wanita tidak memiliki
fungsi reproduktif.1

2. STRUKTUR MIKROSKOPIK SALURAN CERNA


2.1 GINJAL

i.

NEFRON
Unit kerja fungsional ginjal

disebut sebagai

nefron.

Dalam setiap

ginjalterdapat sekitar 1 juta nefron yang pada dasarnya mempunyai srtuktur


dan fungsi yang sama. Setiap nefron terdiri dari kapsula bowman, yang
8

mengitari rumbai kapiler glomerulus, tubulus kontortus proksimal, lengkung


henle, dan tubulus kontortus distal, yang mengosongkan diri ke duktus
pengumpul.3
ii.

KORPUSKULAR GINJAL
Korpuskular ginjal terdiri dari kapsula bowman dan rumbai kapiler
glomerulus. Kapsula bowman merupakan suatu invaginasi dari tubulus
proksimal.3
Terdapat ruang yang mengandung urine antara rumbai kapiler dan sel-sel
kapsulabowman, dan ruang yang mengandung urine ini dikenal dengan ruang
Bowman atau ruang kapsular. Kapsula Bowman dilapisi oleh sel-sel epitel. Selsel epitel parietalis berbentuk gepeng dan membentuk bagian terluar dari
kapsula, sel epitel visceralis jauh lebih besar dan membentuk bagian dalam
kapsula dan juga bagian luar dari rumbai kapiler.Sel visceralis membentuk
tonjolan yang disebut podosit, yang bersinggungan dengan membrana basalis
pada jarak tertentu sehingga terdapat daerah yang bebas dari kontak antar
sel epitel.
Membran basalis membentuk lapisan tengah dinding kapiler, terjepit
diantara sel-sel epitel pada satu sisi dan sel-sel endotel pada sisi yang lain.
Membrana basalis membentuk lapisan tengah dinding kapiler menjadi
membrana basalis tubulus yang terdiri dari gel hidrasi yang menjalin serat
kolagen.3
Sel-sel endotel,membrana basalis, dan sel-sel epitel visceralis merupakan
3 lapisan yang membentuk membrana filtrasi glomerulus. Membran filtrasi
glomerulus memungkinkan ultrafiltrasi darah melalui pemisahan unsur-unsur
darah dan molekul protein besar. Membran basalis glomerulus merupakan
struktur yang membatasi lewatnya zat terlarut ke dalam ruang urine
berdasarkan seleksi ukuran molekul.
Komponen penting lainnya dari glomerulus adalah mesangium, yang
terdiri

dari

sel-sel

mesangial

dan

matriks

mesangial.

Sel

mesangial

membentuk jaringan yang berlanjut antara lengkung kapiler dari glomerulus


dan berfungsi sebagai kerangka jaringan penyokong.
iii.

APARATUS JUXTAGLOMERULUS
Aparatus juxtaglomerulus (JGA) terdiri dari sekelompok sel khusus yang
letaknya dekat dengan kutub vaskular masing-masing glomerulus yang

berperan penting dalam mengatur pelepasan renin dan mengontrol volume


cairan ekstraselular(ECF) dan tekanan darah. JGA terdiri dari 3 macam sel:
1. Juxtaglomerulus (JG) atau sel granular yang memproduksikan
menyimpan rennin
pada dinding arteriol aferen
2. Makula densa tubulus distal
3. Mesangial ekstraglomerular atau sel lacis
Makula densa adalah sekelompok sel epitel tubulus distal yang
diwarnai dengan pewarnaan khusus. Sel ini bersebelahan dengan ruangan
yang berisi sel lacis dan sel juxtaglomerulus yang mensekresi rennin.
Secara umum, sekresi renin dikontrol oleh faktor ekstrarenal dan
intrarenal. Dua mekanisme penting untuk mengontrol sekresi renin adalah sel
JG dan macula densa. Setiap penurunan tegangan dinding arteriol aferen atau
penurunan pengiriman Na ke makula densa dalam tubulus distal akan
merangsang sel JG untuk melepaskan renin dari granula tempat renin
tersebut disimpan didalam sel. Sel JG, yang sel mioepitelnya secara khusus
mengikat arteriol aferen, juga bertindak sebagai transducer tekanan perfusi
ginjal. Volume ECF atau volume sirkulasi efektif (ECV) yang sangat menurun
menyebabkan menurunnya tekanan perfusi ginjal, yang dirasakan sebagai
penurunan regangan oleh sel JG. Sel JG kemudian melepaskan renin ke dalam
sirkulasi,

yang

sebaliknya

mengaktifkan

mekanisme

renin-angiotensi-

aldosteron.
Mekanisme kontrol kedua untuk pelepasan berpusat di dalam sel
macula densa, yang dapat berfungsi sebagai kemoreseptor, mengawasi
beban klorida yang terdapat pada tubulus distal. Dalam keadaan kontraksi
volume, sedikit natrium klorida (NaCl) dialirkan ke tubulus distal (karena
banyak yang diabsorbsi kedalam tubulus proximal) kemudian timbal balik dari
sel makula densa ke sel JG menyebabkan peningkatan renin. Mekanisme
sinyal klorida yang diartikan menjadi perubahan sekresi renin ini belum
diketahui dengan pasti. Suatu peningkatan volume ECF yangmenyebabkan
peningkatan teknan perfusi ginjal dan meningkatkan pengiriman NaCl ke
tubulus distal memiliki efek yang berlawanan dari contoh yang diberikan oleh
penurunan volume ECF yaitu menekan sekresi rennin.
Faktor lain yang mempengaruhi sekresi renin adalah saraf simpatis
ginjal,yang merangsang pelepasan renin melalui reseptor beta1-adrenergik

10

dalam JGA, angiotensin II yang menghambat pelepasan renin. Banyak faktor


sirkulasi lain yang juga mengubah sekresi renin, termasuk elektrolit plasma
(kalsium dan natrium) dan berbagai hormon, yaitu hormon natriuretik atrial,
dopamin, hormon antidiuretik(ADH), hormon adrenokortikotropik (ACTH), dan
nitrit oksida (dahulu dikenal sebagai faktor relaksasi yang berasal dari
endothelium [EDRF]), dan prostaglandin. Hal ini terjadi mungkin karena JGA
adalah tempat integrasi berbagai input dan sekresi renin itu mencerminkan
interaksi dari semua faktor.3
iv.

KORTEKS GINJAL
Tubulus kontortus proksimal
Dindingnya terdiri atas selapis sel kuboid dengan batas-batas sel yang
sukar dilihat. Intinya bulat, biru dan biasanya terletak agak berjauhan dari
inti sel di sebelahnya. Sitoplasma berwarna asidofil. Dinding lateral sel
tidak jelas. Permukaan sel yang mengadap lumen biasanya mempunyai

batas sikat brush border.4


Tubulus kontortus distal
Dinding terdiri dari selapis sel kuboid yag batas antar selnya agak lebih
jelas disbanding dengan proksimal. Inti sel bulat, berwarna biru dan jarak
inti selnya agak berdekatan antar satu sama lain. Sitoplasmanya basofil

dan permukaan sel yang mengadap lumen tidak mempunyai brush border.
Arteri dan vena interlobularis
Pembuluh ini juga disebut sebagai a/v intralobularis atau a/v kortikalis
radiate. Kedua pembuluh ini sering berjalan berdampingan dan tergolong

arteriol dan venula.4


Kolumna renalis Bertini
Jaringan korteks ginjal sebagai kecil menjorok ke daerah medulla
membentuk kolom mengisi celah di antara pyramid. Jaringan medulla
seperti itulah yang disebut kolumna renalis Bertini. Di sini dapat
ditemukan pembuluh darah a/v interlobaris.

v.

MEDULA GINJAL
Jaringan medulla ada juga yang menjorok masuk ke daerah korteks yang
dipanggil prosesus Ferreini. Di dalam berkas ini terdapat sekelompok saluran
yang terlihat lumen yang lebih kecil dan dinding yang lebih tipis.
Di daerah medulla terdapat saluran-saluran urin iaitu:
Ansa Henle segmen tebal pars ascendens
Ansa Henle segmen tipis
Mirip pembuluh kapiler darah tetapi epitenya yang terdiri atas selapis sel
gepeng keliatan lebih tebal sehingga sitoplasmanya jelas terlihat dan
lumennya tampak kosong.
11

Ansa Henle segmen tebal pars descendens


Duktus koligens
Mirip tubulus kontortus distal tetapi dinding sel epitelnya jauh lebih jelas,
selnya lebih tinggi dan diameternya lebih kecil.

2.2 URETER
Mukosanya dilapisi oleh epitel transisional dengan jaringan ikat jarang
yang membentuk lamina propia di bawahnya.4
Tunika muskularisnya terdiri atas tiga lapisan jaringan otot polos iaitu:

Lapis otot longitudinal (dalam)


Lapis otot sirkular (tengah)
Lapis otot longitudinal (luar)

Tunika adventisia merupakan jaringan ikat jarang.


2.3 VESIKA URINARIA
Mukosa vesika urinaria dilapisi epitel transisional dengan jaringan ikat
jarang yang membentuk lamina propia di bawahnya.
Tunika muskularis terdiri atas berkas-berkas otot polos yang tersusun
berlapis-lapis yang arahnya tidak membentuk aturan tertentu, sehingga
terlihat berkas otot polos yang terpotong dalam berebagai arah. Di antara
berkas-berkas ini terdapat jaringan ikat jarang.
Tunika adeventisia terdiri atas jaringan ikat jarang yang sebagian
diliputi oleh peritoneum dan disebut tunika serosa. 4

12

3. MEKANISME PEMBENTUKAN URIN


Ginjal mamalia mempunyai dua daerah yang berbeda yaitu korteks renal di
bagian luar dan medulla renal di bagian dalam. Yang membungkus kedua bagian
tersebut adalah tubula ekskresi mikroskopis yang disebut nefron dan duktus
pengumpul di mana keduanya berkaitan dengan pembuluh-pembuluh darah
kecil. Nefron yang merupakan unit fungsional ginjal terdiri atas sebuah tubula
panjang tunggal dan sebuah bola kapiler yang disebut glomerulus. Ujung buntu
tubula

itu

membentuk

mengelilingi glomerulus.

3.1

pembengkakan

yang

disebut

kapsula

Bowman

Filtrasi Darah

Darah yang mengalir ke ginjal, masuk kedalam glomerulus melalui


Afferent Arteriole. Di dalam glomerulus, darah mengalir melalui capiler yang
berkelok-kelok. Dinding pembuluh kapiler disini agak tipis, dan tekanan darah
13

dalam kapiler tinggi. Hal ini mengakibatkan air, bersama dengan zat-zat yang
terlarut di dalamnya

seperti garam, glukosa atau gula, asam amino, dan

limbah urea dan asam urat terdorong keluar melalui dinding kapiler yang
tipis, yang kemudian dikumpulkan di Kapsul Bowmen. 6 Filtrasi bersifat nonselektif terhadap molekul kecil; setiap zat yang cukup kecil yang dapat
dipaksa untuk lolos melewati dinding kapiler dan antara sel-sel podosit oleh
tekanan darah, dapat memasuki lumen tubula nefron. 5
Partikel yang lebih besar dalam darah, seperti sel darah merah dan
molekul protein, terlalu besar untuk melewati dinding kapiler dan mereka
tetap berada dalam aliran darah. Darah yang sudah disaring meninggalkan
glomerulus melalui Everent Arteriole yang lain, yang bercabang-cabang
membentuk suatu jaring pembuluh darah diseputar tubulus renal. Darah
kemudian keluar dari ginjal melalui vena renalis. Sekitar 180 liter (50 galon)
darah disaring oleh ginjal setiap harinya, dan sekitar 1,5 liter (1,3 qt) urin
diproduksi.6
3.1.1 Jalur Filtrat
Dari kapsula Bowman filtrate lewat secara berurutan melalui tiga
daerah nefron: tubula proksimal, lengkung Henle (loop of Henle) dan
tubula distal. Tubula distal mengosongkan isinya ke dalam duktus
pengumpul (collecting duct), yang menerima filtrate dari banyak nefron.
Duktus pengumpul ginjal yang banyak itu mengosongkan isinya ke dalam
pelvis renal.5
Pada ginjal manusia, sekitar 80% nefron, yang dinamakan nefron
kortikal, memiliki lengkung Henle yang tereduksi dan hampi keseluruhannya
berada hanya pada korteks renal. Nefron sisanya (20%) yang dinamakan
nefron jukstamedulari mempunyai lengkungan yang berkembang baik yang
menjulur sampai ke dalam medulla renal. Nefron jukstamedulari memainkan
peranan

penting

bagi

mamalia

untuk

mengekskresikan

urin

yang

hiperosmotik dengan cairan tubuh, suatu kondisi yang menghemat air.


Nefron dan duktus pengumpul dilapisi oleh epithelium transport yang
memproses filtrate itu untuk membentuk urin. Dari sekitar 1100 sampai 2000
L darah yang melalui ginjal manusia setiap hari, nefron dan dan duktus
pengumpul memproses sekitar 180 L filtrate tetapi ginjal mengekskresikan
hanya sekitar 1.5 L urin. Sisa filtrate lainnya termasuk 99% dari air diserap
kembali ke dalam darah.
3.2

Sekresi

14

Pada saat ginjal melakukan proses penyerapan kembali nutrisi yang masih
dibutuhkan dari saringan glomerular, ginjal melakukan suatu pekerjaan yang
berlawanan, yang disebut sekresi tubular. Dalam proses ini, zat-zat yang
sudah tidak dibutuhkan dari kapiler yang menyelubungi nephron dimasukan
dalam saringan glomerular.6 Zat-zat ini termasuk partikel bermuatan yang
disebut ion, termasuk ion ammonium, ion hydrogen, dan potassium.

Sekresi

adalah satu proses yang sangat selektif yang melibatkan transport pasif
maupun aktif. Sebagai contoh, sekresi terkontrol ion hidrogen dari cairan
interstisial ke dalam tubula nefron penting dalam mempertahankan pH yang
konstan bagi cairan tubuh.
3.3

Reabsopsi
Tubula proksimal dan distal serta lengkung Henle semuanya memberikan

konstribusi terhadap reabsopsi, seperti halnya duktus pengumpul. Hampir


semua gula, vitamin dan zat makanan organic lainnya yang ditemukan dalam
filtrate awal akhirnya akan diserap kembali.5
Reabsopsi dan sekresi selektif bersama-sama mengontrol konsentrasi
berbagai garam dalam cairan tubuh. Fungsi kunci nefron dan duktus
pengumpul memodifikasi komposisi filtrat, yang meningkatkan konsentrasi
beberapa zat dan menurunkan konsentrasi bahan lain dalam urin yang
akhirnya diekskresikan. Pada akhirnya, sekitar 99% dari air, garam dan nutrisi
lainnya diserap kembali oleh tubuh.6
i.

Reabsorpsi Na+
Di tubulus proksimal, bagian tebal ansa Henle pars ascendens, tubulus
distal dan duktus koligens, proses perpindahan Na + berlangsung melalui
kontransport atau pertukaran ion dari lumen tubulus ke dalam sel epitel
tubulus mengikuti tingkat gradien konsentrasi dan gradien listrik, dan
kemudian dipompa secara aktif dari sel tubulus ke ruang interstitium.

ii.

Reabsorpsi glukosa
Glukosa, asam amino dan bikarbonat direabsorpsi bersama-sama
dengan Na+ di bagian awal tubulus proksimal. Mendekati akhir tubulus
Na+ akan direabsorpsi bersama Cl-. Glukosa merupakan contoh zat yang
direabsorpsi melalui transport aktif sekunder. Jumlah yang direabsorpsi
sebanding dengan jumlah yang difiltrasi, dan nilai ini sebanding dengan
kadar glukosa dalam plasma yang dikalikan dengan GFR hingga
mencapai batas transport maksimum (TmG). Bila batas

TmG telah
15

terlampaui, jumlah glukosa yang terdapat di urin akan meningkat. Batas


TmG kira-kira 375 mg/menit pada laki-laki dan 300 mg/menit pada wanita.

Nilai ambang ginjal untuk glukosa merupakan kadar glukosa plasma


saat kadar glukosa urin tercatat melebihi kadar ekskresi normalnya. Bila
dihitung, ambang ginjal untuk glukosa adalah sekitar 300 mg/dL, yaitu
375 mg/menit (TmG) dibagi oleh 125 mL/menit (GFR). Namun ambang
ginjal sebenarnya berdasarkan kadar plasmanya di arteri adalah sekitar
200 mg/dL, yang sebanding dengan kadar plasmanya di vena yaitu 180
mg/dL.
3.4 Proses Filtrasi, Sekresi dan Reabsorpsi mengikut Bagian
a. Tubula proksimal
Sekresi dan reabsopsi oleh epithelium transport tubula proksimal secara
signifikan mengubah volume dan komposisi filtrate. Sebagai contoh sel-sel
epithelium transport tersebut membantu mempertahankan pH cairan tubuh
yang konstan dengan cara mengawal sekresi ion hydrogen. Sel-sel ini juga
mensintesis

dan

mensekresi

ammonia,

yang

menetralkan

asam

dan

mempertahakan filtrate tersebut sehingga menjadi tidak terlalu asam. Sel-sel


tubula proksimal juga menyerap kembali sekitar 90% ion bikarbonat dari
filtrate tersebut. Obat-obatan dan racun lain juga yang telah diproses oleh
hati turut disekresikan ke dalam filtrate oleh epithelium tubula proksimal.
Sebaliknya nutrient seperti glukosa dan asam amino ditanspor secara aktif
dari filtrate ke cairan interstisial dan kemudian ke dalam darah. Kalium (K +)
juga diserap kembali.
Salah satu fungsi tubula yang paling penting adalah reabsorpsi NaCl
(garam) dan air. Garam dalam filtrate itu berdifusi ke dalam sel epithelium
transport dan membrane sel itu secara aktif mentranspor Na + keluar dari sel
ke dalam cairan interstisial. Transfer muatan positif ini diseimbangkan oleh

16

transport pasil Cl-

keluar dari tubula. Ketika garam keluar dari filtrate ke

cairan interstisial, air akan mengikuti secara pasif melalui osmosis.


Jumlah kandungan air dalam darah juga dipengaruhi oleh antidiuretic
hormone (ADH), yang disebut juga vasopressin, yang diproduksi di
hipotalamus (bagian otak yang mengatur banyak fungsi internal) dan
menyimpannya dalam kelenjar pituari yang terletak didekatnya. Receptor di
dalam otak memonitor kandungan air dalam darah. Ketika kadar garam dan
zat-zat yang lain dalam darah menjadi terlalu tinggi, kelenjar pituari
melepaskan ADH kedalam aliran darah.
Darah yang mengandung ADH dari otak mengalir dan masuk kedalam
ginjal. ADH membuat tubulus renal dan pembuluh pengumpul menjadi lebih
mudah ditembus oleh larutan dan air. Hal ini menyebabkan lebih banyak air
diserap kembali dalam aliran darah. Dilain sisi, ketiadaan ADH membuat
pembuluh pengumpul tidak dapat ditembus oleh larutan dan air, sehingga
cairan dalam pembuluh, dimana sebagian larutan telah dibuang, tetap
banyak mengandung air; urin menjadi encer.
b. Saluran menurun pada lengkung Henle
Reabsopsi air terus berlangsung selama filtrate itu bergerak di sepanjang
tubula saluran menurun lengkung Henle. Di sini epithelium transport sangat
permeable terhadap air tetapi tidak permeable terhadap garam dan zat
terlarut lainnya. Supaya air dapat bergerak dari tubula itu melalui osmosis,
cairan interstisial yang menggenagi tubula itu harus berada dalam keadaan
hiperosmotik dibandingkan dengan filtrate itu. Osmolaritas cairan interstisial
pada kenyataannya meningkat secara perlahan-lahan menjadi semakin besar
dari arah korteks bagian luar ke medulla bagian dalam ginjal itu. Dengan
demikian, filtrate yang bergerak turun dari korteks ke medullah dalam saluran
lengkung Henel itu akan terus kehilangan air ke dalam cairan interstisial yang
osmolaritasnya semakin besar. Pada saat yang bersamaan, konsentrasi NaCl
filtrate itu meningkat ketika air keluar dengan cara osmosis.
c. Saluran menaik pada lengkung Henle
Filtrate mencapai hujung lengkung yang terletak jauh di dalam medulla
renal pada nefron jukstamedularis, kemudian bergerak ke korteks sekali lagi
di dalam saluran menaik lengkungan Henle. Berlawanan dengan saluran
menurun itu, epithelium transport pada saluran yang menaik bersifat
permeable terhadap garam tetapi tidak permeable terhadap air. Saluran yang
menaik sebenarnya mempunyai dua daerah khusus: segmen tipis yang dekat
dengan hujung lengkung itu dan segmen tebal yang menuju ke tubula distal.
Ketika filtrate naik ke segmen tipis itu, NaCl yang semakin dipekatkan pada
17

saluran yang menaik itu, berdifusi keluar dari tubula ke dalam cairan
interstisial. Kehilangan garam ini turut mengakibatkan osmolaritas yang
tinggi dari cairan interstisial dalam medulla.
Eksodus garam dari filtrate terus berlangsung dalam segmen tebal saluran
yang menaik itu, tetapi di sini epithelium transport secara aktif mengangkut
NaCl ke dalam cairan interstisial. Dengan adanya kehilangan garam tanpa
adanya

kehilangan

air,

filtrate

tersebut

menjadi

lebih

encer

seiring

pergerakan filtrate yang naik ke korteks sekali lagi dalam saluran menaik
lengkungan Henle.
d. Tubula distal
Tubula distal memainkan peranan kunci dalam pengaturan konsentrasi K +
dan

NaCl cairan

tubuh

dengan cara menvariasikan

jumlah

K+ yang

disekresikan ke dalam filtrate dan jumlah NaCl yang diserap kembali dari
filtrate tersebut. Seperti tubula proksimal, tubula distal juga mempengaruhi
pengaturan pH, melalui sekresi terkontrol H + dan melalui penyerapan kembali
ion bikarbonat HCO3 -.5
e. Duktus pengumpul
Duktus pengumpul membawa filtrate kembali menuju medulla dan pelvis
renal. Epitelium transport duktus ini memainkan peranan besar dalam
menentukan berapa banyak garam yang sesungguhnya diekskresikan ke
dalam urin dengan cara menyerap kembali NaCl secara aktif. Epithelium
tersebut permeable terhadap air akan tetapi tidak terhadap garam. Dengan
demikian ketika duktus pengumpul itu menembus gradien osmolaritas itu
dalam cairan interstisial, filtrate akan kehilangan lebih banyak air melalui
osmosis ke cairan hiperosmotik di luar cairan. Hilangnya air itu akan
memekatkan urea dalam filtra, tetapi tidak semua urea ini dengan serta
merta dilewatkan ke pelvis renal dalam urin.5
Pada bagian dasar duktus pengumpul, yaitu pada bagian dalam medulla,
epithelium saluran itu permeable terhadap urea. Karena konsentrasi urea
yang tinggi dalam filtrate pada titik ini, maka sebagian dari urea itu berdifusi
dari saluran itu dan masuk ke dalam cairan interstisial, yang menggenangi
bagian nefron di medulla. Urea interstisial ini merupakan zat terlarut utama
yang berkontribusi, bersama-sama dengan NaCl, kepada osmolaritas cairan
interstisial yang tinggi di medulla. Osmolaritas yang tinggi inilah yang
memampukan ginjal menghematkan air dengan cara mengekskresikan urin
yang hiperosmotik dibandingkan dengan cairan tubuh. 5

18

Hormone aldosterone yang terdapat di duktus pengumpul dihasilkan oleh


kelenjar adrenalin, berinteraksi dengan ginjal untuk mengatur kandungan
sodium dan potasium dalam darah. Aldosteron dengan jumlah yang banyak
menyebabkan nefron menyerap kembali ion sodium lebih banyak, air, dan
lebih sedikit ion potasium. Sedikit aldosteron menyebabkan efek sebaliknya.
Respon ginjal terhadap aldosterone membantu menjaga kadar garam dalam
darah pada batas yang sempit yang terbaik bagi aktivitas fisik dasar. 6
Aldosterone juga membantu mengatur tekanan darah. Ketika tekanan
darah mulai turun, ginjal melepaskan enzim (protein khusus) yang disebut
renin, yang mengubah protein darah menjadi hormon angiotensin. Hormon ini
menyebabkan pembuluh darah mengerut sehingga terjadi kenaikan tekanan
darah.

Angiotensin

kemudian

mempengaruhi

kelenjar

adrenalin

untuk

melepas aldosterone, yang menyebabkan sodium dan air diserap kembali dan
menaikkan volume darah dan tekanan darah.6
4. KOMPOSISI URIN
4.1 Komposisi Urin Normal
Dari kantung kemih, urine keluar dan dibuang melalui saluran uretra.
Setiap menit kira-kira 1 L darah yang mengandung 500 mL plasma darah
mengalir melalui semua glomerulus. Sekitar 100 mL yang mengandung
garam, glukosa dan benda halus lainnya akan disaring keluar. Sel dan protein
dalam plasma darah berukuran besar sehingga tidak dapat menembus filter
di dalam ginjal.7

Bahan
Air
Garam
Glukosa
Urea

Disaring
150 liter
700 gram
170 gram
50 gram

Dibuang
1.5 liter
15 gram
30 gram

Komposisi, pH dan volume urin yang dibentuk tergantung kepada


kebutuhan tubuh terhadap zat tertentu yang diperlukan oleh jenis makanan
dan banyaknya jumlah air yang diminum. Urine biasanya jernih, berwarna
sedikit kuning, yang disebabkan berasal dari warna urobilinogen. Urobilinogen
berasal dari bilirubin. Makin pekat urine, warna urine makan kuning
kecoklatan dan makin tinggi berat jenis urine. Berat jenis urine normal adalah
1.002-1.035. Zat warna pada makanan dapat menyebabkan urine menjadi
merah. Pemakaian obat-obatan dapat mengubah urine menjadi cokelat,
hitam, biru, hijau atau merah.7
19

Urine yang keruh biasanya menunjukkan adanya Kristal garam atau


adanya lendir di dalamnya. Urine mengandung bermacam-macam zat antara
lain adalah ureum, asam urat, keratin dan garam-garam mineral. Ureum
merupakan hasil akhir dari metabolisme protein. Ureum berasal dari asam
amino yang telah diserap amoniaknya di dalam hati dan diekskresikan ratarata 30 gram sehari. Kadar ureum bergantung kepada jumlah protein yang
dimakan dan fungsi hati dalam pembentukan ureum. Asam urat memiliki
kadar normal dalam darah sekitar 2-3 mg setiap 100 mL darah. Asam urat
yang diekskresikan ke dalam urine adalah 1.5-2 mg setiap hari.
Jika dibiarkan beberapa lama, urin akan mengeluarkan bau pesing
karena adanya pembentukan amoniak dari urea. Urine bersifat asam dengan
pH

normal

4.5-8.

Makanan

yang

mengandung

banyak

protein

akan

menurunkan pH urin. Makanan yang banyak mengandung sayuran akan


menaikkan pH urin. Volume urin yang normal adalah 900 2100 mL.
Beberapa

faktor

dapat

mempengaruhi

volume

urin

antaranya

ialah

kekentalan dari cairan tubuh dan suhu udara.


Produksi urin juga dipengaruhi oleh hormone anti-diuretik (ADH) yang
dihasilkan oleh kelenjar hipofisis posterior. Hormone ini akan mempengaruhi
penyerapan air pada ginjal karena meningkatkan permeabilitas sel terhadap
air. Jika kadar hormone ADH rendah, maka penyerapan air akan berkurang
sehingga volume urine yang dihasilkan banyak dan encer. Sebaliknya jika
kadar ADH tinggi, kadar urone akan menjadi sedikit dan pekat.
4.2 Komposisi Urin Tidak Normal
a. Keton
Badan keton terdiri dari 3 senyawa, yaitu aseton, asam aseotasetat,
dan asam -hidroksibutirat, yang merupakan produk metabolisme lemak
dan

asam lemak

yang berlebihan.

Badan keton

diproduksi

ketika

karbohidrat tidak dapat digunakan untuk menghasilkan energi yang


disebabkan oleh : gangguan metabolisme karbohidrat (mis. diabetes
mellitus yang tidak terkontrol), kurangnya asupan karbohidrat (kelaparan,
diet tidak seimbang : tinggi lemak rendah karbohidrat), gangguan
absorbsi karbohidrat (kelainan gastrointestinal), atau gangguan mobilisasi
glukosa, sehingga tubuh mengambil simpanan asam lemak untuk dibakar. 8
Peningkatan kadar keton dalam darah akan menimbulkan ketosis
sehingga dapat menghabiskan cadangan basa (mis. bikarbonat, HCO3)

20

dalam tubuh dan menyebabkan asidosis. Pada ketoasidosis diabetik, keton


serum meningkat hingga mencapai lebih dari 50 mg/dl.
Keton memiliki struktur yang kecil dan dapat diekskresikan ke dalam
urin. Namun, kenaikan kadarnya pertama kali tampak pada plasma atau
serum, kemudian baru urin. Ketonuria (keton dalam urin) terjadi akibat
ketosis. Benda keton yang dijumpai di urine terutama adalah aseton dan
asam asetoasetat.
Uji keton positif dapat dijumpai pada : Asidosis diabetic (ketoasidosis),
kelaparan atau malnutrisi, diet rendah karbohidrat, berpuasa, muntah
yang berat, pingsan akibat panas, kematian janin. Pengaruh obat : asam
askorbat,

senyawa levodopa,

insulin,

isopropil

alkohol,

paraldehida,

piridium, zat warna yang digunakan untuk berbagai uji (bromsulfoftalein


dan fenosulfonftalein).

b. Glukosa
Kurang dari 0,1% glukosa yang disaring oleh glomerulus terdapat
dalam urin (kurang dari 130 mg/24 jam). Glukosuria (kelebihan gula dalam
urin) terjadi karena nilai ambang ginjal terlampaui (kadar glukosa darah
melebihi 160-180 mg/dl atau 8,9-10 mmol/l), atau daya reabsorbsi tubulus
yang menurun.8
Glukosuria umumnya berarti diabetes mellitus. Namun, glukosuria
dapat terjadi tidak sejalan dengan peningkatan kadar glukosa dalam
darah; oleh karena itu glukosuria tidak selalu dapat dipakai untuk
menunjang diagnosis diabetes mellitus. Jika nilai ambang ginjal begitu
rendah

bahkan

kadar

glukosa

darah

normal

menghasilkan

kondisi

glukosuria, keadaan ini disebut sebagai glycosuria ginjal.


c. Protein
Biasanya, hanya sebagian kecil protein plasma disaring di glomerulus
yang diserap oleh tubulus ginjal dan diekskresikan ke dalam urin. Dengan
menggunakan spesimen urin acak (random) atau urin sewaktu, protein
dalam urin dapat dideteksi menggunakan strip reagen (dipstick). Normal
ekskresi protein biasanya tidak melebihi 150 mg/24 jam atau 10 mg/dl
urin. Lebih dari 10 mg/dl didefinisikan sebagai proteinuria. 8
Sejumlah kecil protein dapat dideteksi pada urin orang yang sehat
karena perubahan fisiologis. Selama olah raga, stres atau diet yang tidak
seimbang dengan daging dapat menyebabkan proteinuria transien. Pra21

menstruasi dan mandi air panas juga dapat menyebabkan proteinuria.


Bayi baru lahir dapat mengalami peningkatan proteinuria selama usia 3
hari pertama.9

5. PEMERIKSAAN URIN
5.1 Uji Benedict
Uji benedict menetapkan kadar gula dalam urin normal dan urin patologis
secara semikuantatif. Gula dalam urin yang mempunyai gugus aldehida atau
keton bebas mereduksi ion kupri dalam suasana alkalis menjadi kuprooksida
yang tidak larut dan berwarna merah. Banyaknya endapan merah yang
terbentuk sesuai dengan kadar gula yang terdapat di dalam urin. Urin normal
tidak

berubah

warna

karena

tidak

mempunyai

gula.

Urin

patologis

mempunyai gula, semakin banyak kadar gula semakin banyak endapan


merah.
5.2 Uji Heller
Uji heller bertujuan memeriksa adanya protein dalam urin normal dan
patologis. Protein dalam urin mengalami denaturasi oleh asam nitrat pekat
yang tampak sebagai cincin putih pada perbatasan kedua cairan. Urin normal
tidak terdapat cincin putih karena tiada protein di dalamnya.
5.3 Uji asam sulfosalisilat
Uji asam sulfosalisilat memeriksa adanya protein dalam urin normal dan urin
patologis. Protein dalam urin mengalami denaturasi oleh asam sulfosalisilat.
Pada urin normal tidak terdapat keruhan atau endapan sebelum dan selepas
pemanasan karena tidak mempunya protein. Urin patologis terdapat keruhan
atau endapan sebelum dan selepas pemanasan karena mempunyai protein.
5.4 Uji zat keton
Uji zat keton memeriksa adanya zat zat keton dalam urin normal dan urin
patologis. Zat keton dalam urin akan bereaksi dengan pereaksi yang dipakai
membentuk kompleks berwarna ungu. Peraksi yang dipakai adalah kristal
ammonium sulfat, natrium nitroprosida 5%, dan ammonium hidroksida pekat.
22

Urin normal berwarna kuning dan negatif karena tidak mempunyai keton. Urin
patologis akan berwarna ungu.

3. PENUTUP
Gangguan pada mekanisme penghasilan urin yang melibatkan proses
filtrasi, sekresi dan reabsorbsi yang terjadi di ginjal, dapat menghasilkan urin
yang mempunyai kadar glukosa dan keton yang positif. Malah kadar suatu
bahan atau zat juga mempengaruhi pembentukan urin. Apabila sesuatu zat
melebihi dari kadar normalnya, maka ia akan turut diekskresi ke dalam urin.
Glukosa seharusnya 99% direabsorpsi kembali ke dalam darah apabila
kandungannya di dalam tubuh berada dalam kadar yang normal. Namun
apabila kadar glukosa darah melebihi batas transport maksimum, maka akan
ada glukosa yang dapat dijumpai di dalam urin. Adanya glukosa di dalam urin
dapat ditentukan dengan melakukan tes Benedict yang akan mereduksi gula
di dalam urin. Warna yang terhasil menentukan konsentrasi glukosa di dalam
urine.
Manakala keton pula seharusnya tidak terdapat di dalam urin normal.
Peningkatan kadar keton dalam darah akan menimbulkan ketosis sehingga
dapat menghabiskan cadangan basa dalam tubuh dan menyebabkan asidosis.

23

4. DAFTAR PUSTAKA
1. Anatomi
ginjal

dan

saluran

kemih.

Diunduh

dari;

http://sectiocadaveris.wordpress.com/artikel-kedokteran/anatomi-ginjaldan-saluran-kemih/. 14 april 2010


2. Guyton dan Hall. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi II. EGC: Jakarta;
2007.
3. Hipertensi

ginjal.

Diunduh

dari:

http://www.scribd.com/doc/36682147/Referat-hipertensi-ginjal
4. Gunawijaya F, Kartawiguna E. Histologi. Penerbit Universitas Trisakti:
Jakarta; 2009.
5. Campbell, Neil A. Biology. Edisi V. Penerbit Erlangga: Jakarta; 2004. Hal 117
122.
6. Ganong. W. F. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 22. EGC: Jakarta; 2005.
7. Setiowati T. Biologi interaktif. Edisi I. Penerbit Azka Press: Jakarta Timur;
2007. Hal 158 161.
8. Riswanto.
Protein

urin.

Diunduh

dari:

http://labkesehatan.blogspot.com/2010/03/tes-protein-urin.html. 9 Maret
2010.
9. Sherwood L. Human physiology. Cengage Learning: Canada; 2007.

24

Anda mungkin juga menyukai