Anda di halaman 1dari 15

.

SEJARAH ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


Membicarakan kesehatan masyarakat tidak terlepas dari 2 tokoh metologi Yunani,
yakni Asclepius dan Higeia. Berdasarkan cerita mitos Yunani tersebut Asclepius
disebutkan sebagai seorang dokter pertama yang tampan dan pandai meskipun tidak
disebutkan sekolah atau pendidikan apa yang telah ditempuhnya tetapi diceritakan
bahwa ia telah dapat mengobati penyakit dan bahkan melakukan bedah berdasarkan
prosedur-prosedur tertentu (surgical procedure) dengan baik. Higeia, seorang
asistennya, yang kemudian diceritakan sebagai isterinya juga telah melakukan upayaupaya kesehatan. Beda antara Asclepius dengan Higeia dalam pendekatan / penanganan
masalah kesehatan adalah, Asclepius melakukan pendekatan (pengobatan penyakit),
setelah penyakit tersebut terjadi pada seseorang. Sedangkan Higeia mengajarkan
kepada pengikutnya dalam pendekatan masalah kesehatan melalui hidup seimbang,
menghindari makanan / minuman beracun, makan makanan yang bergizi (baik), cukup
istirahat dan melakukan olahraga. Apabila orang yang sudah jatuh sakit Higeia lebih
menganjurkan melakukan upaya-upaya secara alamiah untuk menyembuhkan
penyakitnya tersebut, antara lain lebih baik dengan memperkuat tubuhnya dengan
makanan yang baik daripada dengan pengobatan / pembedahan. Dari cerita mitos
Yunani, Asclepius dan Higeia tersebut, akhirnya muncul 2 aliran atau pendekatan dalam
menangani masalah-masalah kesehatan. Kelompok atau aliran pertama cenderung
menunggu terjadinya penyakit (setelah sakit), yang selanjutnya disebut pendekatan
kuratif (pengobatan). Kelompok ini pada umumnya terdiri dari dokter, dokter gigi,
psikiater dan praktisi-praktisi lain yang melakukan pengobatan penyakit baik fisik,
psikis, mental maupun sosial. Sedangkan kelompok kedua, seperti halnya pendekatan
Higeia, cenderung melakukan upaya-upaya pencegahan penyakit dan meningkatkan
kesehatan (promosi) sebelum terjadinya penyakit. Kedalam kelompok ini termasuk para
petugas kesehatan masyarakat lulusan-lulusan sekolah atau institusi kesehatan
masyarakat dari berbagai jenjang. Dalam perkembangan selanjutnya maka seolah-olah
timbul garis pemisah antara kedua kelompok profesi, yakni pelayanan kesehatan
kuratif (curative health care) dan pelayanan pencegahan atau preventif (preventive
health care). Kedua kelompok ini dapat dilihat perbedaan pendekatan yang dilakukan
antara lain sebagai berikut. Pertama, pendekatan kuratif pada umumnya dilakukan
terhadap sasaran secara individual, kontak terhadap sasaran (pasien) pada umumnya
hanya sekali saja. Jarak antara petugas kesehatan (dokter, drg, dan sebagainya)
dengan pasien atau sasaran cenderung jauh.Sedangkan pendekatan preventif, sasaran
atau pasien adalah masyarakat (bukan perorangan) masalah-masalah yang ditangani
pada umumnya juga masalah-masalah yang menjadi masalah masyarakat, bukan masalah
individu. Hubungan antara petugas kesehatan dengan masyarakat (sasaran) lebih
bersifat kemitraan tidak seperti antara dokter-pasien. Kedua, pendekatan kuratif
cenderung bersifat reaktif, artinya kelompok ini pada umumnya hanya menunggu
masalah datang. Seperti misalnya dokter yang menunggu pasien datang di Puskesmas
atau tempat praktek. Kalau tidak ada pasien datang, berarti tidak ada masalah, maka
selesailah tugas mereka, bahwa masalah kesehatan adalah adanya penyakit.Sedangkan

kelompok preventif lebih mengutamakan pendekatan proaktif, artinya tidak menunggu


adanya masalah tetapi mencari masalah. Petugas kesehatan masyarakat tidak hanya
menunggu pasien datang di kantor atau di tempat praktek mereka, tetapi harus turun
ke masyarakat mencari dan mengidentifikasi masalah yang ada di masyarakat, dan
melakukan tindakan. Ketiga, pendekatan kuratif cenderung melihat dan menangani
klien atau pasien lebih kepada sistem biologis manusia atau pasien hanya dilihat secara
parsial, padahal manusia terdiri dari kesehatan bio-psikologis dan sosial, yang terlihat
antara aspek satu dengan yang lainnya.Sedangkan pendekatan preventif melihat klien
sebagai makhluk yang utuh, dengan pendekatan yang holistik. Terjadinya penyakit
tidak semata-mata karena terganggunya sistem biologi individual tetapi dalam konteks
yang luas, aspek biologis, psikologis dan sosial. Dengan demikian pendekatannya pun
tidak individual dan parsial tetapi harus secara menyeluruh atau holistik.
B. PERIODE - PRIODE PERKEMBANGAN KESEHATAN MASYARAKAT
Sejarah panjang perkembangan masyarakat, tidak hanya dimulai pada munculnya ilmu
pengetahuan saja melainkan sudah dimulai sebelum berkembangnya ilmu pengetahuan
modern. Oleh sebab itu, akan sedikit diuraikan perkembangan kesehatan masyarakat
sebelum perkembangan ilmu pengetahuan (pre-scientific period) dan sesudah ilmu
pengetahuan itu berkembang (scientific period). Periode Sebelum Ilmu Pengetahuan
Dari kebudayaan yang paling luas yakni Babylonia, Mesir, Yunani dan Roma telah
tercatat bahwa manusia telah melakukan usaha untuk menanggulangi masalah-masalah
kesehatan masyarakat dan penyakit. Telah ditemukan pula bahwa pada zaman tersebut
tercatat dokumen-dokumen tertulis, bahkan peraturan-peraturan tertulis yang
mengatur tentang pembuangan air limbah atau drainase pemukiman pembangunan kota,
pengaturan air minum, dan sebagainya. Pada zaman ini juga diperoleh catatan bahwa
telah dibangun tempat pembuangan kotoran (latrin) umum, meskipun alasan dibuatnya
latrine tersebut bukan karena kesehatan. Dibangunnya latri umum pada saat itu bukan
karena tinja atau kotoran manusia dapat menularkan penyakit tetapi tinja menimbulkan
bau tak enak dan pandangan yang tidak menyedapkan. Demikian juga masyarakat
membuat sumur pada waktu itu dengan alasan bahwa minum air kali yang mengalir
sudah kotor itu terasa tidak enak, bukan karena minum air kali dapat menyebabkan
penyakit (Greene, 1984). Dari dokumen lain tercatat bahwa pada zaman Romawi kuno
telah dikeluarkan suatu peraturan yang mengharuskan masyarakat mencatatkan
pembangunan rumah, melaporkan adanya binatang-binatang yang berbahaya, dan
binatang-binatang piaraan yang menimbulkan bau, dan sebagainya. Bahkan pada waktu
itu telah ada keharusan pemerintah kerajaan untuk melakukan supervisi atau
peninjauan kepada tempat-tempat minuman (public bar), warung makan, tempattempat prostitusi dan sebagainya (Hanlon, 1974). Kemudian pada permulaan abad
pertama sampai kira-kira abad ke-7 kesehatan masyarakat makin dirasakan
kepentingannya karena berbagai macam penyakit menular mulai menyerang sebagian
besar penduduk dan telah menjadi epidemi bahkan di beberapa tempat telah menjadi
endemi. Penyakit kolera telah tercatat sejak abad ke-7 menyebar dari Asia khususnya
Timur Tengah dan Asia Selatan ke Afrika. India disebutkan sejak abad ke-7 tersebut
telah menjadi pusat endemi kolera. Disamping itu lepra juga telah menyebar mulai dari

Mesir ke Asia Kecil dan Eropa melalui para emigran. Upaya-upaya untuk mengatasi
epidemi dan endemi penyakit-penyakit tersebut, orang telah mulai memperhatikan
masalah lingkungan, terutama hygiene dan sanitasi lingkungan. Pembuangan kotoran
manusia (latrin), pengusahaan air minum yang bersih, pembuangan sampah, ventilasi
rumah telah tercatat menjadi bagian dari kehidupan masyarakat pada waktu itu. Pada
abad ke-14 mulai terjadi wabah pes yang paling dahsyat, di China dan India. Pada tahun
1340 tercatat 13.000.000 orang meninggal karena wabah pes, dan di India, Mesir dan
Gaza dilaporkan bahwa 13.000 orang meninggal tiap hari karena pes. Menurut catatan,
jumlah meninggal karena wabah pes di seluruh dunia waktu itu mencapai lebih dari
60.000.000 orang. Oleh sebab itu waktu itu disebut the Black Death. Keadaan atau
wabah penyakit-penyakit menular ini berlangsung sampai menjelang abad ke-18.
Disamping wabah pes, wabah kolera dan tipus masih berlangsung. Telah tercatat
bahwa pada tahun 1603 lebih dari 1 diantara 6 orang meninggal, dan pada tahun 1663
sekitar 1 diantara 5 orang meninggal karena penyakit menular. Pada tahun 1759,
70.000 orang penduduk kepulauan Cyprus meninggal karena penyakit menular.
Penyakit-penyakit lain yang menjadi wabah pada waktu itu antara lain difteri, tipus,
disentri dan sebagainya. Dari catatan-catatan tersebut di atas dapat dilihat bahwa
masalah kesehatan masyarakat khususnya penyebaran-penyebaran penyakit menular
sudah begitu meluas dan dahsyat, namun upaya pemecahan masalah kesehatan
masyarakat secara menyeluruh belum dilakukan oleh orang pada zamannya. Periode
Ilmu Pengetahuan Bangkitnya ilmu pengetahuan pada akhir abad ke-18 dan awal abad
ke-19 mempunyai dampak yang luas terhadap segala aspek kehidupan manusia,
termasuk kesehatan. Kalau pada abad-abad sebelumnya masalah kesehatan khususnya
penyakit hanya dilihat sebagai fenomena biologis dan pendekatan yang dilakukan hanya
secara biologis yang sempit, maka mulai abad ke-19 masalah kesehatan adalah masalah
yang kompleks. Oleh sebab itu pendekatan masalah kesehatan harus dilakukan secara
komprehensif, multisektoral. Disamping itu pada abad ilmu pengetahuan ini juga mulai
ditemukan berbagai macam penyebab penyakit dan vaksin sebagai pencegah penyakit.
Louis Pasteur telah berhasil menemukan vaksin untuk mencegah penyakit cacar,
Joseph Lister menemukan asam carbol (carbolic acid) untuk sterilisasi ruang operasi
dan William Marton menemukan ether sebagai anestesi pada waktu operasi.
Penyelidikan dan upaya-upaya kesehatan masyarakat secara ilmiah mulai dilakukan
pada tahun 1832 di Inggris. Pada waktu itu sebagian besar rakyat Inggris terserang
epidemi (wabah) kolera, terutama terjadi pada masyarakat yang tinggal di perkotaan
yang miskin. Kemudian parlemen Inggris membentuk komisi untuk penyelidikan dan
penanganan masalah wabah kolera ini. Edwin Chadwich seorang pakar sosial (social
scientist) sebagai ketua komisi ini akhirnya melaporkan hasil penyelidikannya sebagai
berikut : Masyarakat hidup di suatu kondisi sanitasi yang jelek, sumur penduduk
berdekatan dengan aliran air kotor dan pembuangan kotoran manusia. Air limbah yang
mengalir terbuka tidak teratur, makanan yang dijual di pasar banyak dirubung lalat
dan kecoa. Disamping itu ditemukan sebagian besar masyarakat miskin, bekerja ratarata 14 jam per hari, dengan gaji yang dibawah kebutuhan hidup. Sehingga sebagian
masyarakat tidak mampu membeli makanan yang bergizi. Laporan Chadwich ini

dilengkapi dengan analisis data statistik yang bagus dan sahih. Berdasarkan laporan
hasil penyelidikan Chadwich ini, akhirnya parlemen mengeluarkan undang-undang yang
isinya mengatur upaya-upaya peningkatan kesehatan penduduk, termasuk sanitasi
lingkungan, sanitasi tempat-tempat kerja, pabrik dan sebagainya. Pada tahun 1848,
John Simon diangkat oleh pemerintah Inggris untuk menangani masalah kesehatan
penduduk (masyarakat). Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 mulai
dikembangkan pendidikan untuk tenaga kesehatan yang profesional. Pada tahun 1893
John Hopkins, seorang pedagang wiski dari Baltimore Amerika mempelopori berdirinya
universitas dan didalamnya terdapat sekolah (Fakultas) Kedokteran. Mulai tahun 1908
sekolah kedokteran mulai menyebar ke Eropa, Canada dan sebagainya. Dari kurikulum
sekolah-sekolah kedokteran tersebut terlihat bahwa kesehatan masyarakat sudah
diperhatikan. Mulai tahun kedua para mahasiswa sudah mulai melakukan kegiatan
penerapan ilmu di masyarakat. Pengembangan kurikulum sekolah kedokteran sudah
didasarkan kepada suatu asumsi bahwa penyakit dan kesehatan itu merupakan hasil
interaksi yang dinamis antara faktor genetik, lingkungan fisik, lingkungan sosial
(termasuk kondisi kerja), kebiasaan perorangan dan pelayanan kedokteran /
kesehatan. Dari segi pelayanan kesehatan masyarakat, pada tahun 1855 pemerintah
Amerika telah membentuk Departemen Kesehatan yang pertama kali. Fungsi
departemen ini adalah menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi penduduk (public),
termasuk perbaikan dan pengawasan sanitasi lingkungan. Departemen kesehatan ini
sebenarnya merupakan peningkatan departemen kesehatan kota yang telah dibentuk di
masing-masing kota, seperti Baltimor telah terbentuk pada tahun 1798, South Carolina
tahun 1813, Philadelphia tahun 1818, dan sebagainya. Pada tahun 1872 telah diadakan
pertemuan orang-orang yang mempunyai perhatian kesehatan masyarakat baik dari
universitas maupun dari pemerintah di kota New York. Pertemuan tersebut
menghasilkan Asosiasi Kesehatan Masyarakat Amerika (American Public Health
Association). C. PERKEMBANGAN KESEHATAN MASYARAKAT DI INDONESIA
Bapak kesehatan Masyarakat Edwin Chadwich adalah orang yang mula mula tertarik
kepada kematian yang terjadi di kalangan masyarakat kota kota besar di Inggris .Dari
pengamatannya yang teliti dapat menghimpun data yang berkaitan dengan
penyakit,sehingga angka kematian pada golongn masyarakat dapat dicatat dengan
sangat teliti.Bertitik tolak dari penelitiannya ,ia terjun lebih dalam lagi dalam bidang
kesehatan masyarakat . Generasi generasi setelah Chadwick adalah Winslow yang
menjadi muridnya ,yang kemudian dikenal sebagai Pembina kesehatan Masyarakat
Modern(public health modern).Ia menciptakan defenisi untuk kesehatan masyarakat
yang diterima oleh WHO ,yang kemudian lahirlah berbagai defenisi sehat,balasan
balasan tentang usaha usaha pokok kesehatan (basic health service). Pengaruh
defenisi kesehatan masyarakat dari Winshlow kemudian akan membawa pengaruh
dalam perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia . Barton membagi 4 tingkatan
kesehatan ,yaitu: Tingkat I, Pelaksanaan kesehatan masyarakat dlakukan melalui
cara cara pengobatan di klinik. Tingkat II, Pelaksanan kesehatan Masyarakat sudah
di perluas melalui cara cara pengobatan di poliklinik ,BKIA,maupun RS,Dari upaya
pengobatan kuratif di kembangkan pula pengobatan preventif pada unit unit tersebut.

Tingkat III, Pelaksanaan kesehatan masyarakat telah dikembangkan berbagai usaha


usaha pokok kesehatan((basic Health Service) secara bersamaan ,semuanya
dikordinasi secara menyeluruh yang di kenaldengan istilah Pelayanan kesehatan
Terintegrasi. Tingkat IV, Pada tingkat ini kesehatan masyarakatpelaksanaannya
sudah berorintasi secara lintas sektoral dan multidisiplin. Sejarah perkembangan
kesehatan masyarakat di Indonesia dimulai sejak pemerintahan Belanda pada abad ke16. Kesehatan masyarakat di Indonesia pada waktu itu dimulai dengan adanya upaya
pemberantasan cacar dan kolera yang sangat ditakuti masyarakat pada waktu itu.
Kolera masuk di Indonesia tahun 1927 dan tahun 1937 terjadi wabah kolera eltor di
Indonesia kemudian pada tahun 1948 cacar masuk ke Indonesia melalui Singapura dan
mulai berkembang di Indonesia. Sehingga berawal dari wabah kolera tersebut maka
pemerintah Belanda pada waktu itu melakukan upaya-upaya kesehatan masyarakat.
Namun demikian di bidang kesehatan masyarakat yang lain pada tahun 1807 pada
waktu pemerintahan Gubernur Jenderal Daendels, telah dilakukan pelatihan dukun
bayi dalam praktek persalinan. Upaya ini dilakukan dalam rangka penurunan angka
kematian bayi yang tinggi pada waktu itu. Akan tetapi upaya ini tidak berlangsung lama
karena langkanya tenaga pelatih kebidanan kemudian pada tahun 1930 dimulai lagi
dengan didaftarnya para dukun bayi sebagai penolong dan perawatan persalinan.
Selanjutnya baru pada tahun 1952 pada zaman kemerdekaan pelatihan secara cermat
dukun bayi tersebut dilaksanakan lagi. Pada tahun 1851 sekolah dokter Jawa didirikan
oleh dr. Bosch, kepala pelayanan kesehatan sipil dan militer dan dr. Bleeker di
Indonesia. Kemudian sekolah ini terkenal dengan nama STOVIA (School Tot Oplelding
Van Indiche Arsten) atau sekolah untuk pendidikan dokter pribumi. Setelah itu pada
tahun 1913 didirikan sekolah dokter yang kedua di Surabaya dengan nama NIAS
(Nederland Indische Arsten School). Pada tahun 1927, STOVIA berubah menjadi
sekolah kedokteran dan akhirnya sejak berdirinya Universitas Indonesia tahun 1947
berubah menjadi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Kedua sekolah tersebut
mempunyai andil yang sangat besar dalam menghasilkan tenaga-tenaga (dokter-dokter)
yang mengembangkan kesehatan masyarakat Indonesia. Tidak kalah pentingnya dalam
mengembangkan kesehatan masyarakat di Indonesia adalah berdirinya Pusat
Laboratorium Kedokteran di Bandung pada tahun 1888. Kemudian pada tahun 1938,
pusat laboratorium ini berubah menjadi Lembaga Eykman dan selanjutnya disusul
didirikan laboratorium lain di Medan, Semarang, Makassar, Surabaya dan Yogyakarta.
Laboratorium-laboratorium ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka
menunjang pemberantasan penyakit seperti malaria, lepra, cacar dan sebagainya
bahkan untuk bidang kesehatan masyarakat yang lain seperti gizi dan sanitasi. Pada
tahun 1922 pes masuk Indonesia dan pada tahun 1933, 1934 dan 1935 terjadi epidemi
di beberapa tempat, terutama di pulau Jawa. Kemudian mulai tahun 1935 dilakukan
program pemberantasan pes ini dengan melakukan penyemprotan DDT terhadap
rumah-rumah penduduk dan juga vaksinasi massal. Tercatat pada tahun 1941,
15.000.000 orang telah memperoleh suntikan vaksinasi. Pada tahun 1925, Hydrich,
seorang petugas kesehatan pemerintah Belanda melakukan pengamatan terhadap
masalah tingginya angka kematian dan kesakitan di Banyumas-Purwokerto pada waktu

itu. Dari hasil pengamatan dan analisisnya tersebut ini menyimpulkan bahwa penyebab
tingginya angka kematian dan kesakitan ini adalah karena jeleknya kondisi sanitasi
lingkungan. Masyarakat pada waktu itu membuang kotorannya di sembarang tempat, di
kebun, selokan, kali bahkan di pinggir jalan padahal mereka mengambil air minum juga
dari kali. Selanjutnya ia berkesimpulan bahwa kondisi sanitasi lingkungan ini
disebabkan karena perilaku penduduk. Oleh sebab itu, untuk memulai upaya kesehatan
masyarakat, Hydrich mengembangkan daerah percontohan dengan melakukan
propaganda (pendidikan) penyuluhan kesehatan. Sampai sekarang usaha Hydrich ini
dianggap sebagai awal kesehatan masyarakat di Indonesia. Memasuki zaman
kemerdekaan, salah satu tonggak penting perkembangan kesehatan masyarakat di
Indonesia adalah diperkenalkannya Konsep Bandung (Bandung Plan) pada tahun 1951
oleh dr. Y. Leimena dan dr. Patah, yang selanjutnya dikenal dengan Patah-Leimena.
Dalam konsep ini mulai diperkenalkan bahwa dalam pelayanan kesehatan masyarakat,
aspek kuratif dan preventif tidak dapat dipisahkan. Hal ini berarti dalam
mengembangkan sistem pelayanan kesehatan di Indonesia kedua aspek ini tidak boleh
dipisahkan, baik di rumah sakit maupun di puskesmas. Selanjutnya pada tahun 1956
dimulai kegiatan pengembangan kesehatan sebagai bagian dari upaya pengembangan
kesehatan masyarakat. Pada tahun 1956 ini oleh dr. Y. Sulianti didirikan Proyek Bekasi
(tepatnya Lemah Abang) sebagai proyek percontohan atau model pelayanan bagi
pengembangan kesehatan masyarakat pedesaan di Indonesia dan sebagai pusat
pelatihan tenaga kesehatan. Proyek ini disamping sebagai model atau konsep
keterpaduan antara pelayanan kesehatan pedesaan dan pelayanan medis, juga
menekankan pada pendekatan tim dalam pengelolaan program kesehatan. Untuk
melancarkan penerapan konsep pelayanan terpadu ini terpilih 8 desa wilayah
pengembangan masyarakat yaitu Inderapura (Sumatera Utara), Lampung, Bojong Loa
(Jawa Barat), Sleman (Jawa Tengah), Godean (Yogyakarta), Mojosari (Jawa Timur),
Kesiman (Bali) dan Barabai (Kalimantan Selatan). Kedelapan wilayah tersebut
merupakan cikal bakal sistem puskesmas sekarang ini. Pada bulan November 1967,
dilakukan seminar yang membahas dan merumuskan program kesehatan masyarakat
terpadu sesuai dengan kondisi dan kemampuan rakyat Indonesia. Pada waktu itu
dibahas konsep puskesmas yang dibawakan oleh dr. Achmad Dipodilogo yang mengacu
kepada konsep Bandung dan Proyek Bekasi. Kesimpulan seminar ini adalah
disepakatinya sistem puskesmas yang terdiri dari tipe A, B, dan C. Dengan
menggunakan hasil-hasil seminar tersebut, Departemen Kesehatan menyiapkan rencana
induk pelayanan kesehatan terpadu di Indonesia. Akhirnya pada tahun 1968 dalam
rapat kerja kesehatan nasional, dicetuskan bahwa puskesmas adalah merupakan sistem
pelayanan kesehatan terpadu yang kemudian dikembangkan oleh pemerintah
(Departemen Kesehatan) menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Puskesmas).
Puskesmas disepakati sebagai suatu unit pelayanan kesehatan yang memberikan
pelayanan kuratif dan preventif secara terpadu, menyeluruh dan mudah dijangkau
dalam wilayah kerja kecamatan atau sebagian kecamatan, di kotamadya atau
kabupaten. Kegiatan pokok puskesmas mencakup Kesehatan ibu dan anak Keluarga
berencana Gizi Kesehatan lingkungan Pencegahan penyakit menular Penyuluhan

kesehatan masyarakat Pengobatan Perawatan kesehatan masyarakat Usaha


kesehatan gizi Usaha kesehatan sekolah Usaha kesehatan jiwa Laboratorium
Pencatatan dan pelaporan Pada tahun 1969, sistem puskesmas hanya disepakati 2 saja,
yakni tipe A dan B dimana tipe A dikelola oleh dokter sedangkan tipe B hanya dikelola
oleh paramedis. Dengan adanya perkembangan tenaga medis maka akhirnya pada tahun
1979 tidak diadakan perbedaan puskesmas tipe A atau tipe B, hanya ada satu tipe
puskesmas yang dikepalai oleh seorang dokter.
Pada tahun 1979 juga dikembangkan 1 piranti manajerial guna penilaian puskesmas
yakni stratifikasi puskesmas sehingga dibedakan adanya :
a) Strata 1 : puskesmas dengan prestasi sangat baik
b) Strata 2 : puskesmas dengan prestasi rata-rata atau standar
c) Strata 3 : puskesmas dengan prestasi dibawah rata-rata
Selanjutnya puskesmas juga dilengkapi dengan 2 piranti manajerial yang lain, yakni
micro planning untuk perencanaan dan lokakarya mini (Lokmin) untuk pengorganisasian
kegiatan dan pengembangan kerjasama tim.
Akhirnya pada tahun 1984 tanggung jawab puskesmas ditingkatkan lagi dengan
berkembangnya program paket terpadu kesehatan dan keluarga berencana (Posyandu).
Program ini mencakup :
a) Kesehatan ibu dan anak
b) Keluarga berencana
c) Gizi
d) Penanggulangan penyakit diare
e) Imunisasi Puskesmas mempunyai tanggung jawab dalam pembinaan dan
pengembangan Posyandu di wilayah kerjanya masing-masing.
D. DEFENISI KESEHATAN MASYARAKAT
Sudah banyak para ahli kesehatan membuat batasan kesehatan masyarakat ini.
Secara kronologis batasan-batasan kesehatan masyarakat mulai dengan batasan yang
sangat sempit sampai batasan yang luas seperti yang kita anut saat ini dapat diringkas
sebagai berikut. Batasan yang paling tua, dikatakan bahwa kesehatan masyarakat
adalah upaya-upaya untuk mengatasi masalah-masalah sanitasi yang mengganggu
kesehatan. Dengan kata lain kesehatan masyarakat adalah sama dengan sanitasi. Upaya
untuk memperbaiki dan meningkatkan sanitasi lingkungan adalah merupakan kegiatan
kesehatan masyarakat. Kemudian pada akhir abad ke-18 dengan diketemukan bakterbakteri penyebab penyakit dan beberapa jenis imunisasi, kegiatan kesehatan
masyarakat adalah pencegahan penyakit yang terjadi dalam masyarakat melalui
perbaikan sanitasi lingkungan dan pencegahan penyakit melalui imunisasi. Pada awal
abad ke-19, kesehatan masyarakat sudah berkembang dengan baik, kesehatan
masyarakat diartikan suatu upaya integrasi antara ilmu sanitasi dengan ilmu
kedokteran. Sedangkan ilmu kedokteran itu sendiri merupakan integrasi antara ilmu
biologi dan ilmu sosial. Dalam perkembangan selanjutnya, kesehatan masyarakat
diartikan sebagai aplikasi dan kegiatan terpadu antara sanitasi dan pengobatan
(kedokteran) dalam mencegah penyakit yang melanda penduduk atau masyarakat. Oleh
karena masyarakat sebagai objek penerapan ilmu kedokteran dan sanitasi mempunyai

aspek sosial ekonomi dan budaya yang sangat kompleks. Akhirnya kesehatan
masyarakat diartikan sebagai aplikasi keterpaduan antara ilmu kedokteran, sanitasi,
dan ilmu sosial dalam mencegah penyakit yang terjadi di masyarakat. Dari pengalamanpengalaman praktek kesehatan masyarakat yang telah berjalan sampai pada awal abad
ke-20, Winslow (1920) akhirnya membuat batasan kesehatan masyarakat yang
disempurnakan oleh WHO ,sebagai berikut. Ilmu Kesehatan Masyarakat adalah suatu
ilmu dan seni yang bertujuan untuk : mencegah timbulnya penyakit .
Memperpanjang umur. meningkatkan nilai kesehatan fisik dan mental melalui usaha
usaha kesehatan masyarakat yang terorganisasi untuk: Memperbaiki kesehatan
lingkungan . Pemberantasan penyakit penyakit infeksipada masyarakat. Mendidik
masyarakatdalamprinsip prinsipkesehatan perorangan . Mengkordinasi tenaga tenaga
kesehatan agar mereka dapat melakukan perawatan dan pengobatan dengan sebaikbaiknya. Mengembangkan usaha usaha masyarakat agar dapat mencapai tingkat
hidupyang setinggi tingginya sehingga dapat memperbaiki dan memelihara
kesehatannya. Batasan lain disampaikan oleh Ikatan Dokter Amerika (1948).
Kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni memelihara, melindungi dan meningkatkan
kesehatan masyarakat melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat. Batasan ini
mencakup pula usaha-usaha masyarakat dalam pengadaan pelayanan kesehatan,
pencegahan dan pemberantasan penyakit. Dari perkembangan batasan kesehatan
masyarakat seperti tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa kesehatan masyarakat
itu meluas dari hanya berurusan sanitasi, teknik sanitasi, ilmu kedokteran kuratif, ilmu
kedokteran pencegahan sampai dengan ilmu sosial dan itulah cakupan ilmu kesehatan
masyarakat. Tujuan kesehatan masyarakat adalah baikdalam bidang promotif
,preventif,kuratif,dan rehabilitatif, adalah agar warga masyarakat dapat mencapai
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya baik fisik,mental,sosial,serta di
harapkan berumur panjang. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut Winslow
menetapkan suatu syarat yang sangat pentingyaitu:Harus selalu adapengertian
,bantuan dan partisipasi dari masyarakat secara teratur dan terus menerus.
E. RUANG LINGKUP KESEHATAN MASYARAKAT
Sesuai dengan perkembangan ilmu, maka disiplin ilmu yang mendasari ilmu
kesehatan masyarakat pun berkembang. Sehingga sampai pada saat ini disiplin ilmu
yang mendasari ilmu kesehatan masyarakat antara lain,mencakup ilmu biologi, ilmu
kedokteran, ilmu kimia, ilmu fisika,ilmu lingkungan,sosiologi, antropologi, psikologi,ilmu
pendidikan dan sebagainya. Oleh sebab itu, ilmu kesehatan masyarakat adalah
merupakan ilmu yang multidisiplin. Secara garis besar, disiplin ilmu yang menopang ilmu
kesehatan masyarakat atau sering disebut sebagai pilar utama ilmu kesehatan
masyarkat antara lain : i. Epidemiologi Epidemilogi berasal dari bahasa Yunani, yaitu
(Epi=pada, Demos=penduduk, logos = ilmu), dengan demikian epidemiologi adalah ilmu
yang mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan masyarakat. Banyak definisi tentang
Epidemiologi yang diungkapkan para ahli, beberapa diantaranya yaitu : v W.H. Welch
Epidemiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari timbulnya, perjalanan, dan
pencegahan penyakit, terutama penyakit infeksi menular. Dalam perkembangannya,
masalah yang dihadapi penduduk tidak hanya penyakit menular saja, melainkan juga

penyakit tidak menular, penyakit degenaratif, kanker, penyakit jiwa, kecelakaan lalu
lintas, dan sebagainya. Oleh karena batasan epidemiologi menjadi lebih berkembang. v
Mausner dan Kramer Epidemiologi merupakan studi tentang distribusi dan determinan
dari penyakit dan kecelakaan pada populasi manusia. v Last Epidemiologi adalah studi
tentang distribusi dan determinan tentang keadaan atau kejadian yang berkaitan
dengan kesehatan pada populasi tertentu dan aplikasi studi untuk menanggulangi
masalah kesehatan. v Mac Mahon dan Pugh Epidemiologi adalah sebagai cabang ilmu
yang mempelajari penyebaran penyakit dan faktor-faktor yang menentukan terjadinya
penyakit pada manusia. v Omran Epidemiologi adalah suatu studi mengenai terjadinya
distribusi keadaan kesehatan, penyakit dan perubahan pada penduduk, begitu juga
determinannya dan akibat-akibat yang terjadi pada kelompok penduduk. v W.H. Frost
Epidemiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari timbulnya, distribusi, dan jenis
penyakit pada manusia menurut waktu dan tempat. v Azrul Azwar Epidemiologi adalah
ilmu yang mempelajari tentang frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan pada
sekelompok manusia serta faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa ada 3 komponen penting yang ada
dalam epidemiologi, sebagai berikut : 1) Frekuensi masalah kesehatan . 2) Penyebaran
masalah kesehatan. 3) Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya masalah
kesehatan. Dari kemampuan epidemiologi untuk mengetahui distribusi dan faktorfaktor penyebab masalah kesehatan dan mengarahkan intervensi yang diperlukan,
maka epidemiologi diharapkan mempunyai peranan dalam bidang kesehatan masyarakat
berupa : a) Mengidentifikasi faktor-faktor yang berperan dalam terjadinya penyakit
atau masalah kesehatan dalam masyarakat. b) Menyediakan data yang diperlukan untuk
perencanaan kesehatan dan mengambil keputusan. c) Membantu melakukan evaluasi
terhadap program kesehatan yang sedang atau telah dilakukan. d) Mengembangkan
metodologi untuk menganalisis keadaan suatu penyakit dalam upaya untuk mengatasi
atau menanggulanginya. e) Mengarahkan intervensi yang diperlukan untuk
menanggulangi masalah yang perlu dipecahkan. Hal yang perlu kita perhatikan sebagai
tenaga kesehatan khususnya yang memiliki basic di bidang epidemiologi yang
mengetahui apa saja ruang lingkup atau jangkauan epidemiologi karena ruang lingkup
epidemiologi semakin berkembang seiring dengan perkembangan teknologi dan
kebutuhan masyarakat. Perkembangan tersebut secara kasat mata dapa kita lihat
dalam lingkup kesehatan sekarang ini. Sebagai gambaran perkembangan ruang lingkup
epidemiologi dapat di lihat sebagai berikut : Masalah kesehatan sebagai subjek dan
objek epidemiologi. Mula-mula epidemiologi hanya mempelajari penyakit yang dapat
menimbulkan wabah melalui temuan-temuan tentang jenis penyakit wabah, cara
penularan dan penyebab serta bagaimana penanggulangan penaykait wabah tersebut.
Kemudia tahap berikutnya berkembang lagi menyangkut penyakit yang infeksi nonwabah. Berlanjut lagi dengan mempelajari penyakit non infeksi seperti jantung,
karsinoma, hipertensi, dll. Perkemnbang selanjutnya mulai meluas ke hal-hal yang
bukan penyakit seperti fertilitas, menopouse, kecelakkaan, kenakalan remaja,
penyalahgunaan obat-obat terlarang, merokok, hingga masalah kesehatan yang sangat
luas ditemukan di masyarakat. Diantaranya masalah keluarga berencana, masalah

kesehatan lingkungan, pengadaan tenaga kesehatan, pengadaan sarana kesehatan dan


sebagainya. Dengan demikian, subjek dan objek epidemiologi berkaitan dengan masalah
kesehatan secara keseluruhan. Masalah kesehatan pada sekelompok manusia
Pekerjaan epidemiologi dalam mempelajari masalah kesehatan, akan memanfaatkan
data dari hasil pengkajian terhadap sekelompok manusia, apakah itu menyangkut
masalah penyakit, keluarga berencana atau kesehatan lingkungan. Setelah dianalisis
dan diketahui penyebabnya dilakukan upaya-upaya penanggulangan sebagai tindak
lanjutnya. Pemanfaatan data tentang frekuensi dan penyebaran masalah
kesehatandalam merumuskan penyebab timbulnya suatu masalah kesehatan. Pekerjaan
epidemiologi akan dapat mengetahui banyak hal tentang masalah kesehatan dan
penyebab dari masalah tersebut dengan cara menganalisis data tentang frekuensi dan
penyebaran masalah kesehatan yang terjadi pada sekelompok manusia atau
masyarakat. Dengan memanfaatkan perbedaan yang kemudian dilakukan uji statistik,
maka dapat dirumuskan penyebab timbulnya masalah kesehatan. Di era modern dan
perkembangan teknologi seperti sekarang ini memicu jangkauan epidemiolgi semakin
meluas. Secara garis besarnya jangkauan atau ruang lingkup epidemiologi antara lain: 1.
Epidemiologi Penyakit Menular. 2. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. 3. Epidemiologi
Kesehatan Reproduksi. 4. Epidemiologi Kesehatan Lingkungan. 5. Epidemiologi
Kesehatan Kerja. 6. Epidemiologi Kesehatan Darurat. 7. Epidemiologi Kesehatan Jiwa.
8. Epidemiologi Perencanaan. 9. Epidemiologi Prilaku. 10. Epidemiologi Genetik. 11.
Epidemiologi Gizi. 12. Epidemiologi Remaja. 13. Epidemiologi Demografi. 14.
Epidemiologi Klinik. 15. Epidemiologi Kausalitas. 16. Epidemiologi Pelayanan Kesehatan.
Perkembangan epidemiologi sedemikian pesatnya merupakan tantang bagi tenaga
kesehatan yang harus lebih cermat dalam mengambil tindakan-tindakan yang tidak
melenceng dari jangkauan tersebut. Adapun yang menjadi pemicu perkembangan pesat
tersebut adalah perkembangan pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih yang
menununtut peningkatan kebutuhan masyarakat utamanya dalam bidang kesehatan
sehingga kehidupan masyarakat yang semakin kompleks. Selain itu, metode
epidemiologi yang digunakan untuk penyakit menular dapat juga digunakan untuk
penyakit non-infeksi. Apalagi dengan munculnya berbagai macam fenomena kesehatan
seperti penyakit baru dan lama (prevalensi) mendorong penelitian juga semakin
meningakat. Demikian juga ilmu epidemiologi digunakan dalam mempelajari asosiasiasosiasi sebab- akibat fenomena masalah kesehatan dan penduduk. ii. Biostatistik
/Statistik Kesehatan Statistik dipakai dalam masalah-masalah kesehatan, baik dalam
rencana, aplikasi, evaluasi, maupun monitoring. Statistik menjadi penting karena setiap
pencatatan permasalahan kesehatan diperlukan untuk melakukan perbaikan. Ruang
Lingkup statistika kesehatan : Statistika perikehidupan, berupa kelahiran, kematian,
dan perkawinan. Mortalitas. Fertilitas. Morbiditas. Pelayanan Kesehatan.
Demografi. Lingkungan. Gizi. Guna statistik kesehatan, antara lain : 1. Mengukur
derajat kesehatan masyarakat. 2. Memonitor kemajuan status kesehatan di suatu
daerah. 3. Mengevaluasi program kesehatan. 4. Membandingkan status kesehatan di
berbagai daerah. 5. Memotivasi tenaga kesehatan dan policy maker (pembuat
kebijakan). 6. Menentukan prioritas masalah kesehatan Dalam biostatistik/statistik

kesehatan, terdapat beberapa barometer yakni : Indikator Indikator adalah


variabel-variabel yang digunakan untuk mengukur status kesehatan dikenal. Guna
Indikator adalah untuk mengukur, memonitor, dan alat bantu evaluasi. Adapun
indikator terbagi 2 : * Indikator langsung , artinya dapat dilihat. Contoh : Imunisasi,
PMT pada anak * Indikator tidak langsung yakni tidak dapat dilihat tetapi bagaimana
ia memberikan hasil. Contoh : Penurunan prevalensi TBC pada anak yang diimunisasi
BCG, perubahan status gizi anak. Adapun indikator dikatakan baik apabila VRSS. Valid = mengukur yang seharusnya. - Reliable = hasil sama pada waktu dan keadaan
berbeda. - Spesific = ada perubahan hanya pada fenomena bersangkutan. - Sensitive =
peka terhadap perubahan. Nilai absolut Nilai absolut adalah jumlah orang /
frekuensi. Guna nilai absolut : merencanakan perbaikan. Contoh nilai absolut : Data
PUS (Pasangan Usia Subur) untuk menentukan target akseptor KB. Kelemahan nilai
absolute : Tidak dapat digunakana untuk membandingkan status kesehatan antar satu
wilayah dengan wilayah lain. Rasio Rasio adalah perbandingan secara relative (a/b).
Kriteria : -a dan b tidak harus sama, a bukan bagian dari b. Kelebihan : lebih mudah
karena tidak perlu population at risk. Kelemahannya yakni tidak dapat digunakan
untuk memonitor status kesehatan dan tidak dapat menentukan nilai yang lebih besar.
Proporsi dan Rate Proporsi untuk data yang tidak memperhatikan waktu, sedangkan
rate untuk data yang memperhatikan waktu. Proporsi dan rate dipakai untuk
menentukan Incidence Mortality Rate, Incidence Rate, Prevelance Rate, dan lain-lain.
iii. Kesehatan Lingkungan Untuk menilai keadaan lingkungan dan upaya yang dilakukan
untuk menciptakan lingkungan sehat telah dipilih empat indikator, yaitu : Penggunaan
Air Bersih. Rumah Sehat. Keluarga dengan kepemilikan sarana sanitasi dasar.
Tempat Umum dan Pengolahan Makanan ( TUPM ). iv. Pendidikan Kesehatan dan Ilmu
Prilaku. v. Administrasi Kesehatan Masyarakat Administrasi kesehatan masyarakat
yaitu kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama untuk mencapai tujuan pelayanan
kesehatan sebaik-baiknya sehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya. Secara umum, fungsi adaministrasi dibedakan atas 4 macam yakni :
a) Perencanaan, termasuk perencanaan pembiayan. b) Pengorganisasian, yang
didalamnya termasuk penyusunan staff. c) Pelaksanaan, yang didalamnya termasuk
pengerahan, pengkordinasian. d) Penilaian, yakni dalam rangka melihat apakah rencana
yang telah disusun dapat dicapai atau tidak. Dalam pencapaian tujuan administrasi
kesehatan ini melibatkan banyak pihak, diantaranya pemerintah, rumah sakit, asuransi
dan apotik. Namun dalam administrasi kesehatan ini tidak hanya pelayanan pengobatan
tetapi juga bersifat preventif (pencegahan). vi. Gizi Masyarakat Ilmu gizi adalah ilmu
yang mempelajari atau mengkaji makanan yang dikaitkan dengan kesehatan. Adapun
ilmu gizi yakni mencakup mulai dari pengadaan,pemilihan, pengolahan dan penyajian.
Gizi masyarakat berurusan dengan gangguan gizi pada masyrakat dimana masyarkay
mempunyai aspekyang luas,sehingga harus ditangani secara multisektoral. vii.
Kesehatan Kerja Kesehatan kerja dalam lingkup kesehatan masyarkat sering dikaitkan
dengan keselamatan kerja.Untuk itu, dikenal dengan K3 ( Keselamatan dan Kesehatan
Kerja ). K3 merupakan adalah suatu kondisi yang terjadipada seseorang dalam
hubungannya dengan dunia atau tempat dimana ia kerja.Misalnya, terjadi gangguan

kerja akibat suana tempat kerja yang bising, cedera otot tulang,bahaya
kebakaran,dsb. Ruang lingkup kegiatan kesehatan masyarakat meliputi usaha-usaha : 1.
Promotif ( peningkatan kesehatan ), merupakan usaha yang ditujukan untuk
meningkatkan kesehatan yang meliputi usaha-usaha, peningkatan gizi, pemeliharaan
kesehatan perseorangan,pemeliharaan kesehatan lingkungan,olahraga secara
teratur,istirahat yang cukup dan rekreasi sehingga seseorang dapat mencapai tingkat
kesehatan yang opptimal. 2. Preventif ( pencegahan penyakit ), adalah usaha yang
ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit melalui usaha-usaha pemberian
imunisasi pada bayi dan anak, ibu hamil, pemeriksaan kesehatan secara berkala untuk
mendeteksi penyakit secara dini. 3. Kuratif ( pengobatan ), adalah usaha yang
ditujukan terhadap orang yang sakit untuk dapat diobati secara tepat dan adekuat
sehingga dalam waktu singkat dapat dipulihkan kesehatannya. 4. Rehabilitatif
( pemulihan kesehatan ), merupakan usaha yang ditujukan terhadap penderita yang
baru pulih dari penyakit yang dideritanya. Usaha pemulihan ini ditujukan untuk
memperbaiki kelemahan-kelemahan fisik,mentaldan social pasien sebagai akibat dari
penyakit yang dideritanya melalui latihan-latihan yang telah terprogram dan dapat
puladilakukan melalui latihan fisioterapi. Secara garis besar,upaya-upaya yang dapat
dikategorikan sebagai seniatau penerapan ilmu kesehatan masyarakatantara lain
sebagai berikut : a. Pemberantasan penyakit,baik menular maupun tidak menular. b.
Perbaiki sanitasilingkungan. c. Pernaikan lingkungan pemukiman. d. Pemberantasan
vektor. e. Pendidikan ( penyuluhan ) . f. Pelayanan kesehatan ibu dan anak. g. Pembinaan
gizi masyarakat. h. Pengawasan sanitasitempat-tempat umum. i. Pengawasan obat dan
minuman. j. Pembinaan peran serta masyarakat,dsb. Untuk menatalaksanakan suatu
usaha ksehatan masyarakat perlu memperhatikan beberapa prinsip pokok sebagai
berikut : Usaha kesehatan masyarakat lebih mengutamakan usaha promotif dan
preventif daripada kuratif. Dalam melaksanakan usaha promotif dan preventif selalu
mempergunakan biaya yang serendah-rendahnya dan mengharapakan hasilyang sebaikbaiknya. Usaha kesehatan masyarakat berlandaskan pada kegiatan-kegiatan
masyarakat sebagai pelaku ( subjek)maupun sebagai sasaran (objek0,dengan kata
lain,usaha kesehatan masyarakat dari masyarakat,untuk masyarakat dan oleh
masyarakat. Dalam usaha kesehatan masyarakat selalu melibatkan masyarakat
sebagai pelaku melalui kegiatan masyarakat secara terorganisasi. Usaha-usaha
kesehatan masyarakat yang dijalankan harus diangkat dari masalah-masalah kesehatan
yang ada di masyarakat, jika masalah tersebut tidak berhasil ditanggulangi maka akan
dapat mengancam kesehatan dan keselamatan masyarakat itu sendiri. F. FAKTOR
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN MASYARAKAT Health is not
everything but without health everything is nothing Slogan di atas sangatlah tepat
untuk menjadi cerminan perilaku kita sehari-hari, karena betapa ruginya kita semua
jika dalam keadaan sakit. Waktu produktif kita menjadi berkurang, belum lagi biaya
berobat yang semakin mahal menjadi beban bagi keluarga dan sanak saudara kita.
Menurut Hendrik L. Blumm, terdapat 4 faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan
masyarakat, yaitu: factor perilaku, lingkungan, keturunan dan pelayanan kesehatan. a.
Faktor Genetik Faktor ini paling kecil pengaruhnya terhadap kesehatan perorangan

atau masyarakat dibandingkan dengan faktor yang lain.Pengaruhnya pada status


kesehatan perorangan terjadisecara evolutif dan paling sukar di deteksi .Untuk itu
,perlu dilakukan konseling genetik .Untuk kepentingan kesehatan masyarakat atau
keluarga ,faktor genetikperlu mendapat perhatian dibidang pencegahan
penyakit.Misalnya :seorang anakyang lahir dari orangtua penderita diabetas melitus
akan mempunyai resiko lebih tinggi dibandingkan anak yang lahir dari orang tua bukan
penderita DM.Untuk upaya pencegahan ,anak yang lahir dari penderita DM harus
diberi tahu dan selalu mewaspadaif aktor genetik yang diwariskan orangtuanya
.Olehkarenanya ,ia harus mengatur dietnya ,teratur berolahraga dan upaya pencegahan
lainnya sehingga tidak ada peluang faktor genetiknya berkembang menjadi faktor
resiko terjadinya DM pada dirinya .Jadi dapat di umpamakan ,genetik adalah peluru
(bullet ) tubuh manusia adalah pistol (senjata),dan lingkungan /prilaku manusia adalah
pelatuknya (trigger). Semakin besar penduduk yang memiliki resiko penyakit bawaan
akan semakin sulit upaya meningkatkan derajat kesehatan. Oleh karena itu perlu
adanya konseling perkawinan yang baik untuk menghindari penyakit bawaan yang
sebenarnya dapat dicegah munculnya. Akhir-akhir ini teknologi kesehatan dan
kedokteran semakin maju. Teknologi dan kemampuan tenaga ahli harus diarahkan untuk
meningkatkan upaya mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. b. Faktor
Pelayanan Kesehatan Ketersediaan pelayanan kesehatan ,dan pelayanan kesehatan yang
berkualitas akan berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat .Pengetahuan
dan keterampilan petugas kesehatan yang diimbangi dengan kelengkapan sarana
/prasarana ,dan dana akan menjamin kualitas pelayanan kesehatan .Pelayanan seperti
ini akan mampu mengurangi atau mengatasi masalah kesehatan yang berkembang di
suatu wilayah atau kelompok masyarakat.Misalnya ,jadwal imunisasi yang teratur da
penyediaan vaksin yang cukup sesuai dengan kebutuhan ,serta informasitentang
pelayanan imunisasi yang memadai kepada masyarakat akan meningkatkan cakupan
imunisasi.Cakupan imunisasiyang tinggi akan menekan angka kesakitan akibat penyakit
yang bisa dicegah dengan imunisasi . Saat ini pemerintah telah berusaha memenuhi 3
aspek yang sangat terkait dengan upaya pelayanan kesehatan, yaitu upaya memenuhi
ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan dengan membangun Puskesmas, Pustu,
Bidan Desa, Pos Obat Desa, dan jejaring lainnya. Pelayanan rujukan juga ditingkatkan
dengan munculnya rumah sakit-rumah sakit baru di setiap kab/kota. c. Faktor Prilaku
Masyarakat Faktor ini terutama di negara berkembang paling besar pengaruhnya
terhadap munculnya gangguan kesehatan atau masalah kesehatan masyarakat .
Tersedianya jasa pelayanan kesehatan (health service) tanpa disertai perubahan
tingkah laku (peran serta) masyarakat akan mengakibatkan masalah kesehatan tetap
potensial berkembang di masyarakat.Misalnya: Penyediaan fasilitas dan imunisasi tidak
akan banyak manfaatnya apabila ibu ibu tidak datang ke pos-pos imunisasi.Perilaku ibu
ibu yang tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan yang sudah tersedia adalah akibat
kurangnya pengetahuan ibu ibu tentang manfaat imunisasi dan
efeksampingnya.Pengetahuan ibu ibu akan meningkat karena adanya penyuluhan
kesehatan tentang imunisasi yang di berikan oleh petugas kesehatan .Perilaku individu
atau kelompok masyarakat yang kurang sehat juga akan berpengaruh pada faktor

lingkungan yang memudahkan timbulnya suatu penyakit. Perilaku yang sehat akan
menunjang meningkatnya derajat kesehatan, hal ini dapat dilihat dari banyaknya
penyakit berbasis perilaku dan gaya hidup. Kebiasaan pola makan yang sehat dapat
menghindarkan diri kita dari banyak penyakit, diantaranya penyakit jantung, darah
tinggi, stroke, kegemukan, diabetes mellitus dan lain-lain. Perilaku/kebiasaan memcuci
tangan sebelum makan juga dapat menghindarkan kita dari penyakit saluran cerna
seperti mencret-mencret lainnya. d. Faktor Lingkungan Lingkungan yang mendukung
gaya hidup bersih juga berperan dalam meningkatkan derajat kesehatan. Dalam
kehidupan di sekitar kita dapat kita rasakan, daerah yang kumuh dan tidak dirawat
biasanya banyak penduduknya yang mengidap penyakit seperti: gatal-gatal, infeksi
saluran pernafasan, dan infeksi saluran pencernaan. Penyakit demam berdarah juga
dipengaruhi oleh factor lingkungan. Lingkungan yang tidak bersih, banyaknya tempat
penampungan air yang tidak pernah dibersihkan memyebabkan perkembangan nyamuk
aedes aegypti penyebab demam berdarah meningkat. Hal ini menyebabkan penduduk si
sekitar memiliki resiko tergigit nyamuk dan tertular demam berdarah. Untuk
menganalisis program kesehatan dilapangan ,paradigma H.L.Blum dapat dimanfaatkan
untuk mengidentifikasi dan mengelompokkan masalah sesuai dengan faktor faktor yang
berpengaruh pada status kesehatan masyarakat .Analisis ke 4 fator tersebut perlu
dilakukan secara cermat sehingga masalah kesmas dan masalah program dapat di
rumuskan dengan jelas .Analisis ke -4 faktor ini adalah bagian dari analisis situasi
(bagian dari fungsi perencnaan)untuk pengembangan program kesehatan di suatu
wilayah tertentu. G. SASARAN KESEHATAN MASYARAKAT a) Individu Individu
yang mempunyai masalah keperawatan dan kesehatan ,yang dapat dilakukan di Rumah
Sakit ,klinik ,puskesmas,rumah bersalin,posyandu,kelurga binaan dan masyarakat
binaan. b) Keluarga Keluarga binaan yang mempunyai masalah keperawatan dan
kesehatan yang tergolong dalam keluarga resiko resiko tinggi ,diantaranya adalah: o
Anggota keluarga yang menderita penyakit menular. o Keluarga-keluarga dengan
kondisi sosial ekonomi dan pendidikan yang rendah. o Keluarga keluarga dengan
masalah sanitasi lingkungan yang buruk. o Keluarga keluarga dengan keadaan gizi
buruk. o Keluarga keluarga dengan jumlah keluarga yang banyak di luar kemampuan
kapasitas keluarga. c) Kelompok Kelompok kelompok khusus yang menjadi sasaran
dalam penyuluhan kesehatan masyarakat adalah: o Kelompok ibu hamil . o kelompok ibu
ibu yang memiliki anak balita. o kelompok PUS dengan resiko tinggi kebidanan. o
kelompok kelompok masyarakat yang rawan terhadap masalah kesehatan diantaranya
adalah : Kelompok usia lanjut. Kelompok wanita tuna susila . Kelompok anak remaja
yang terlibat dalam penyalahgunan narkotika. o Kelompok kelompok masyarakat yang
ada diberbagai institusi pelayanan kesehatan seperti: Masyarakat sekolah . Pekerja
pekerja dalam perusahaan. d) Masyarakat Masyarakat yang menjadi sasaran dalam
penyuluhan kesehatan adalah: o Masyarakat binaan Puskesmas. o Masyarakat Nelayan.
o Masyarakat Pedesaaan. o Masyarakat yang datang ke institusi pelayanan kesehatan
seperti Puskesmas ,posyandu yang diberikan penyuluhan kesehatan secara massal. o
Masyarakat yang luas yang terkena masalah kesehatan seperti wabah DHF,muntah
berak,dsb. BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Asclepius: dokter pertama yang dapat

mengobati penyakit dan melakukan pembedahan dengan cara tertentu. Higiena,


asisten/isri Asclepius, mengajarkan pada pengikutnya melalui pendekatan Hidup
seimbang, menghindari makanan/minuman beracun, makan makan yang bergizi, cukup
istirahat dan olah raga. Dari cerita mitos Yunani tersebut, muncul dua pendekatan
dalam penangan kesehatan, aliran pertama lebih menekankan pengobatan (kuratif),
aliran kedua lebih menekankan pencegahan (preventif) dan peningkatan (promosi)
kesehatan. Periode ilmu kesehatan masyarakat terbagiatas 2 yatu sebelum ilmu
pengetahuan dan sesudahnya. Ilmu Kesehatan Masyarakat adalah suatu ilmu dan seni
yang bertujuan untuk : 1) Mencegah timbulnya penyakit. 2) Memperpanjang umur. 3)
meningkatkan nilai kesehatan fisik dan mental melalui usaha usaha kesehatan
masyarakat yang terorganisasi. Secara garis besar, pilar utama ilmu kesehatan
masyarakat sebagai berikut:Epidemiologi ,Biostatistik / Statistik kesehata,Kesehatan
lingkungan,Pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku,Administrasi kesehatan
masyarakat,Gizi masyarakat,Kesehatan kerja. Menurut Hendrik L. Blumm, terdapat 4
faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, yaitu: factor perilaku,
lingkungan, keturunan dan pelayanan kesehatan. Sasaran Kesehatan masyarakat yaitu:
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai