Leptospirosis Case
Leptospirosis Case
Audit
Pos
Data Pasien :
Nama : Ny. Z
No. Registrasi : 172142
Nama Poliklinik :
Interna
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis / Gambaran Klinis :
Leptospirosis. , Perempuan 37 tahun masuk dengan keluhan demam sejak 3 hari yang
lalu. Demam dirasakan terus menerus. Pasien juga merasakan sakit kepala, pegal pada
otot leher dan betis, mual hingga muntah lebih dari 3 kali dalam sehari. Riwayat
pingsan di tempat kerja 1 hari yang lalu. BAK lancar, BAB biasa. Riwayat pekerjaan
pasien merupakan seorang buruh dipabrik tripleks dan banyak tikus berkeliaran
2.
3.
4.
5.
6.
dipabrik tersebut.
Riwayat Pengobatan :
Riwayat berobat sebelumnya (-)
Riwayat Penyakit Sebelumnya :
Riwayat dengan keluhan yang sama (-)
Riwayat Keluarga :
Riwayat keluhan yang sama dalam keluarga (-)
Riwayat Pekerjaan :
Pasien merupakan seorang buruh dipabrik tripleks
Pemeriksaan Fisik :
Keadaan umum
: Baik
Keadaan gizi
: Cukup
GCS
: E4V5M6
Tanda Vital
:
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Pernapasan
: 22 x/menit
Nadi
: 92 x/menit
1
Suhu
Status Genaralisata
Kepala
Mata
Hidung
Mulut
Kulit
Paru-paru
: 38,2 oC
:
: Normocephal
: Konjungtiva hiperemis (+/+), anemis (-/-), Sklera ikterus (+/+)
: Tidak ada pernapasan cuping hidung
: Sianosis (-)
: Tampak ikterus
: Wheezing (-/-), Rh (-/-)
Thoraks anterior
o Inspeksi
tidak terlihat
o Palpasi
: Fremitus taktil dan vokal hemitorak kiri dan kanan sama, Ictus
cordis tidak teraba
o Perkusi
: Sonor pada hemitoraks kanan dan kiri
Batas jantung atas
: sela iga 3 linea parasternalis kiri
Batas jantung kiri
: sela iga 6 linea mid clavicularis sinistra
Batas jantung kanan
: sela iga 4 linea sternalis kanan
o Auskultasi
THORAKS POSTERIOR
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Abdomen
Ekstremitas
Daftar Pustaka :
1. Anonim, 2005, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III, FK UI. Jakarta. Hal 18451848.
2. Hauser, Kasper et al, 2005, Harrisons Principles of Internal Medicine 16 editions, Mc
Graw Hill. New York. Page 988-990.
3. Kayser, et al, 2005, Medical Microbiology, thieme. Page 328-330.
4. Sandra, Gompf, 2008, Leptospirosis, last up date August, 11, 2008. Download from
www.emedicine.com/leptospirosis.html.
5. Human Leptospirosis : Guidance for Diagnosis, Surveillans and Control. WHO and
2
Tinjauan Pustaka
Definisi
Penyakit Leptospirosis merupakan infeksi bakteri yang disebabkan oleh strain
Leptospira. Penyakit ini paling sering ditularkan dari hewan ke manusia ketika orang dengan
luka terbuka di kulit melakukan kontak dengan air atau tanah yang telah terkontaminasi air
kencing hewan-bakteri juga dapat memasuki tubuh melalui mata atau selaput lendir. Hewan
yang umum menularkan infeksi kepada manusia adalah tikus, musang, opossum, rubah,
musang kerbau, sapi atau binatang lainnya. Karena sebagian besar di Indonesia Penyakit ini
ditularkan melalui kencing Tikus, Leptospirosis popular disebut penyakit kencing tikus.
Epidemiologi
Binatang pengerat terutama tikus merupakan sumber penularan leptospira paling
penting; binatang mamalia lain juga dapat sebagai sumbar beberapa jenis leptospira tertentu.
Binatang-binatang ini dapat mengeluarkan bakteri leptospira dalam jangka waktu yang lama
tanpa gejala. Manusia bisa tertular secara langsung maupun tidak langsung dari binatang yang
mengidap bakteri tersebut.
Secara alamiah bakteri ini terdapat di air yang terkontaminasi urin binatang pengidap
bakteri ini dan dapat bertahan lama. Di air yang pHnya normal dapat bertahan selama 4
4
minggu. Dengan demikian biasanya kasus penyakit ini sering ditemukan pada musim hujan,
terutama pada daerah - daerah banjir.
Etiologi
Bakteri penyebab Leptosirosis yaitu bakteri Leptospira sp. Bakteri Leptospira
merupakan Spirochaeta aerobik (membutuhkan oksigen untuk bertahan hidup), motil (dapat
bergerak), gram negatif, bentuknya dapat berkerut-kerut, dan terpilin dengan ketat. Bakteri
Lepstospira berukuran panjang 6-20 m dan diameter 0,1-0,2 m. Sebagai pembanding,
ukuran sel darah merah hanya 7 m. Jadi, ukuran bakteri ini relatif kecil dan panjang
sehingga sulit terlihat bila menggunakan mikroskop cahaya dan untuk melihat bakteri ini
diperlukan mikroskop dengan teknik kontras. Bakteri ini dapat bergerak maju dan mundur.
Leptospira mempunyai 175 serovar, bahkan ada yang mengatakan Leptospira
memiliki lebih dari 200 serovar. Infeksi dapat disebabkan oleh satu atau lebih serovar
sekaligus. Bila infeksi terjadi, maka pada tubuh penderita dalam waktu 6-12 hari akan
terbentuk zat kebal aglutinasi. Bila terkena bahan kimia atau dimakan oleh fagosit, bakteri
dapat kolaps menjadi bola berbentuk kubah dan tipis. Pada kondisi ini, Leptospira tidak
memiliki aktifitas patogenik. Leptospira dapat hidup dalam waktu lama di air, tanah yang
lembap, tanaman dan lumpur.
Patogenesis
Setelah bakteri Leptospira masuk ke dalam tubuh melalui kulit atau selaput lendir,
maka bakteri akan mengalami multiplikasi di dalam darah dan jaringan. Selanjutnya akan
terjadi leptospiremia, yakni penimbunan bakteri Leptospira di dalam darah sehingga bakteri
akan menyebar ke berbagai jaringan tubuh terutama ginjal dan hati.
Di ginjal kuman akan migrasi ke interstitium, tubulus renal, dan tubular lumen
menyebabkan nefritis interstitial (radang ginjal interstitial) dan nekrosis tubular (kematian
tubuli ginjal). Gagal ginjal biasanya terjadi karena kerusakan tubulus, hipovolemia karena
dehidrasi dan peningkatan permeabilitas kapiler. Gangguan hati berupa nekrosis sentrilobular
dengan proliferasi sel Kupffer. Pada konsisi ini akan terjadi perbanyakan sel Kupffer dalam
hati. Leptospira juga dapat menginvasi otot skeletal menyebabkan edema, vakuolisasi
miofibril, dan nekrosis fokal. Gangguan sirkulasi mikro muskular dan peningkatan
permeabilitas kapiler dapat menyebabkan kebocoran cairan dan hipovolemia sirkulasi.
5
Pada kasus berat akan menyebabkan kerusakan endotelium kapiler dan radang pada
pembuluh darah. Leptospira juga dapat menginvasi akuos humor mata dan menetap dalam
beberapa bulan, sering mengakibatkan uveitis kronis dan berulang. Setelah infeksi menyerang
seekor hewan, meskipun hewan tersebut telah sembuh, biasaya dalam tubuhnya akan tetap
menyimpan bakteri Leptospira di dalam ginjal atau organ reproduksinya untuk dikeluarkan
dalam urin selama beberapa bulan bahkan tahun.
Gambaran Klinis
Masa inkubasi Leptospirosis pada manusia yaitu 2 - 26 hari. Infeksi Leptospirosis
mempunyai manifestasi yang sangat bervariasi dan kadang tanpa gejala, sehingga sering
terjadi kesalahan diagnosa. Infeksi L. interrogans dapat berupa infeksi subklinis yang ditandai
dengan flu ringan sampai berat, Hampir 15-40 persen penderita terpapar infeksi tidak
bergejala tetapi serologis positif. Sekitar 90 persen penderita jaundis ringan, sedangkan 5-10
persen jaundis berat yang sering dikenal sebagai penyakit Weil. Perjalanan penyakit
Leptospira terdiri dari 2 fase, yaitu fase septisemik dan fase imun. Pada periode peralihan
fase selama 1-3 hari kondisi penderita membaik. Selain itu ada Sindrom Weil yang
merupakan bentuk infeksi Leptospirosis yang berat.
A. Fase Septisemik
Fase Septisemik dikenal sebagai fase awal atau fase leptospiremik karena bakteri
dapat diisolasi dari darah, cairan serebrospinal dan sebagian besar jaringan tubuh. Pada
stadium ini, penderita akan mengalami gejala mirip flu selama 4-7 hari, ditandai dengan
demam, kedinginan, dan kelemahan otot. Gejala lain adalah sakit tenggorokan, batuk, nyeri
dada, muntah darah, nyeri kepala, takut cahaya, gangguan mental, radang selaput otak
(meningitis), serta pembesaran limpa dan hati.
B. Fase Imun
Fase Imun sering disebut fase kedua atau leptospirurik karena sirkulasi antibodi
dapat dideteksi dengan isolasi kuman dari urin, dan mungkin tidak dapat didapatkan lagi dari
darah atau cairan serebrospinalis. Fase ini terjadi pada 0-30 hari akibat respon pertahanan
tubuh terhadap infeksi. Gejala tergantung organ tubuh yang terganggu seperti selaput otak,
hati, mata atau ginjal.
Jika yang diserang adalah selaput otak, maka akan terjadi depresi, kecemasan, dan
sakit kepala. Pada pemeriksaan fungsi hati didapatkan jaundis, pembesaran hati
(hepatomegali), dan tanda koagulopati. Gangguan paru-paru berupa batuk, batuk darah, dan
6
[19]
4.
Plan
Pemeriksaan Lab:
mg./minggu.
Selain itu pemberian antibiotik tersebut pada awal penyakit (fase dini) dapat
mengurangi gejala seperti: demam, nyeri kepala, badan tidak enak dan nyeri otot; juga dapat
mencegah terjadinya leptospiruria (ditemukannya kuman leptospira dalam urin) dan yang
penting tidak ditemukan efek samping yang merugikan pasien.
Bagi mereka yang selalu melakukan kontak dengan hewan, atau air atau tanah yang
berpotensi terkontaminasi harus memastikan mereka memakai pakaian pelindung yang sesuai
dengan aturan, seperti mengenakan sarung tangan, masker, sepatu boot dan/atau kacamata
pelindung.
7. Rujukan
Diperlukan jika terjadi komplikasi serius yang harus ditangani di rumah sakit dengan saran
dan prasaran yang lebih memadai.
Makassar,
Maret 2015
Peserta
Pembimbing
10