Anda di halaman 1dari 6

SENSITIVITAS RADAR CUACA DOPPLER C-BAND (CDR)

TERHADAP KEJADIAN ANGIN PUTING BELIUNG


DI KECAMATAN SIBORONGBORONG 29 JANUARI 2013
Yahya Darmawan1, Christin Afrin Matondang2
1,2 BBMKG Region I, Jl. Ngumban Surbakti No. 15, Sempakata, Medan, 20131
E-mail: yahya_darmawan@yahoo.com; dazzling_frinz@yahoo.com

ABSTRAK
Radar Cuaca Doppler C-band (CDR) telah dioperasikan di Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan
Geofisika Wilayah I (BBMKG Wilayah I) sejak 08 April 2010. Sebagai sebuah sistem yang berorientasi pada
sebuah tujuan maka perlu dilakukan evaluasi terhadap kemampuan dan sensitivitas radar cuaca di BBMKG
Wilayah I dalam mendeteksi adanya fenomena perubahan cuaca khusunya untuk fenomena cuaca yang jauh
dari sumber radar dan berada pada topografi yang tinggi. Sebagai studi kasus dalam mengevaluasi
sensitivitas radar cuaca BBMKG Wilayah I, maka telah dilakukan analisa kejadian angin puting beliung
pada tanggal 29 Januari 2013 di kecamatan siborongborong, kabupaten tapanuli utara, propinsi sumatera
utara. Dengan menggunakan produk turunan data radar cuaca CDR yaitu CAPPI (Constant Altitude Plan
Position Indicator), PPI (Plan Position Indicator), VIL (Vertical Integrated Liquid Water Content), Storm
Track serta divalidasi dengan menggunakan Citra satelit MTSAT (Multi-functional Transport Satellites),
Radar Cuaca Doppler C-band (CDR) di BBMKG Wilayah I terbukti mampu dan sensitif dalam mendeteksi
kejadian angin puting beliung di kecamatan siborongborong, tapanuli utara yang terletak kurang lebih 145
km dari sumber radar (Medan).
Kata-kata kunci : Radar Cuaca, Doppler, C-band, Angin Puting Beliung
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sejak Desember 2009, Radar Cuaca Doppler CBand (CDR) telah diinstal di Balai Besar
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG)
Wilayah I. CDR ini telah resmi di gunakan sejak
tanggal 08 April 2010. Radar cuaca Doppler CBand memiliki kemampuan untuk mendeteksi badai,
angin siklon tropis, hujan ektrim, berbagai fenomena
penting yang berkaitan dengan cuaca termasuk
untuk prediksi ke depan jumlah curah hujan secara
kuantitatif yang akan terjadi mendatang (Diao et al.,
2011). Radar cuaca ini bertujuan untuk mendukung
penyediaan informasi cuaca untuk wilayah Sumatera
Utara dan sekitarnya.
Radar Doppler C-Band bekerja berdasarkan prinsip
Doppler sehingga sering disebut dengan Doppler
Radar. Jenis Doppler Radar adalah satu-satunya
instrumen penginderaan jauh yang dapat mendeteksi
jejak angin dan mengukur kecepatan radial, baik
dalam udara yang bersih ataupun dalam lokasi curah
hujan yang lebat yang ditutupi oleh awan (Tanjung,
2011). Namun, Radar Cuaca Doppler C-Band juga
Prosiding Workshop Radar dan Satelit Cuaca
Vol : 1 Desember 2013

memiliki kelemahan seperti keterbatasan rekaman


terhadap topografi.
Misalnya untuk daerah
pegunungan maka hasil radar di daerah yang
tertutupi pegunungan akan berkurang keakuratan
datanya (Tanjung, 2011).
Pada tanggal 29 Januari 2013 sekitar pukul 15.00
WIB telah terjadi hujan disertai angin puting beliung
yang melanda Kecamatan Siborong-borong,
Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara. Ada
tiga desa yang terkena terkena dampak bencana
tersebut yaitu Desa Pohan Tonga, Desa Lobu Siregar
dan Desa Siborongborong. Di Desa Pohan Tonga
terdapat empat rumah yang rusak, di Desa Lobu
Siregar II terdapat satu rumah yang rusak, dan di
Desa Siborong-Borong II juga satu rumah yang
rusak.
Kerusakan
terutama
di
bagian
atap(www.news.detik.com, 2013).
Kecamatan Siborongborong terletak sekitar 145 km
dari lokasi radar (Medan). Selain itu, topographi
kecamatan Siborongborong juga tergolong dalam
dataran tinggi (> 100 msl) .
Merujuk pada
keterbatasan radar Doppler -band terhadap variasi
topografi, maka perlu dilakukan penelitian untuk
menganalisa sejauh mana sensitivitas radar cuaca
Doppler C-Band (CDR) di BBMKG Wilayah I

dalam mendeteksi kejadian bencana angin puting


beliung dimana lokasi kejadian berada jauh dari
lokasi dan memiliki topografi yang tinggi.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa
sensitivitas radar cuaca Doppler C-band (CDR) di
BBMKG Wilayah I terhadap kejadian angin puting
beliung di Siborong-borong, Kabupaten Tapanuli
Utara tanggal 29 januari 2013. Analisa dilakukan
secara kualitatif denganmenggunakan data radar
cuaca Doppler C-band (CDR) serta didukung
dengan data citra satelit MTSAT (Multi-functional
Transport Satellites).
1.2.

Tinjauan Pustaka

Radar (Radio Detection and Ranging) dapat


dipergunakan untuk menemukan dan menjelaskan
lokasi sebuah obyek dan menentukan jarak antara
obyek dan radar menggunakan gelombang radio
(Bykbas et al., 2006). Tipe radar yang terdapat di
BBMKG Wilayah I adalah Radar Cuaca Doppler CBand (CDR) yang dikembangkan oleh EEC
(Enterprise Electronics Corporation) yang memiliki
daya jangkau hingga 250 km dari pusat radar.
Radar dengan jenis C-Band sering digunakan untuk
pemantauan cuaca karena memiliki beberapa
keuntungan yaitu harga pembelian dan operasional
yang relatif murah di bandingkan jenis radar X-band
dan
S-band,
tingkat
atenuasi
menengah
dibandingkan jenis X-band dan S-band. Selain itu,
Radar C Band untuk mengamati angin dan badai
atau cuaca ekstrim (Holleman, 2010).
1.2.1.

Angin puting beliung memiliki periode kurang dari 5


menit danmempunyai kecepatan kurang lebih 30
40 knots, sifatnya lokaldan kerusakan yang
diakibatkannya kisaran radius 5 10 km.
2.

METODOLOGI PENELITIAN

2.1. Data dan Lokasi Penelitian


2.1.1. Data
Untuk mendukung penelitian ini digunakan beberapa
data sebagai berikut :
1. Citra Radar Cuaca Doppler C-Band (CDR)
tanggal 29 Januari 2013 pukul 07.30 s.d. 08.00
UTC. (Parameter data yang digunakan yaitu
Pulse Repetition Frequency = 500, Gatewidth
= 500 m, Gates = 1000, maximum range = 250
m, wavelength = 0.0534 m, Nyquist = 38.9
knots)
2. Citra MTSAT tanggal 29 Januari 2013 Pkl.
06.47 s.d. 07.47 UTC.
2.2.2.

Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dalam penelitian ini yaitu


kecamatan Siborong-borong, Kabupaten Tapanuli
Utara. Kecamatan ini berada pada koordinat 2.120
LU 2.980 LU dan 98.890 BT 99.170 BT.
Berdasarkan data topografi SRTM (Shuttle Radar
Topography Mission), kecamatan siborongborong
berada pada ketinggian 1.089 s.d. 1.561 msl.

Awan Cumulunimbus (Cb)

Salah satu penyebab terjadinya hujan deras di sertai


angin puting beliun yaitu keberadaan Awan
Cumulunimbus (Cb) yang besar, ganas, menjulang
tinggi. Awan Cb dikenal sebagai awan hujan yang
disertai angin kencang danpetir. Dasar awan
cumulonimbus
antara
100-600
meter,
sedangkanpuncaknya dapat mencapai ketinggian 15
Km atau ketinggiantropopause. Dalam awan
cumulonimbus dapat terjadi batu es (hail), guruh,
kilat, hujan deras dan kadang-kadang terjadi angin
ribut (puting beliung).
Terdapat tiga fase pembentukan awan cb yaitu fase
tumbuh, fase dewasa dan fase pelenyapan
(Tjahyono, 1999). Pada fase dewasa, terjadi aliran
udara naik dan turun dan juga arusgeseran memuntir
yang dalam kondisi tertentu tabung puntiranangin
dapat menerobos sampai ke bumi mirip belalai
gajahsehingga menimbulkan angin puting beliung.
Prosiding Workshop Radar dan Satelit Cuaca
Vol : 1 Desember 2013

Gambar 1. Lokasi penelitian

2.3. Metode Penelitian


Metode penelitian dalam penelitian ini dibagi
menjadi 2 (dua) tahap utama yaitu analisa citra radar
cuaca dan analisa citra MTSAT. Pada langkah
pertama, maka citra radar harus di create menjadi
beberapa produk citra radar yang berbeda. Dalam
penelitian ini, ada 5 (lima) produk citra radar yang
dipakai yaitu :

1.

CAPPI (Constant Altitude Plan Position


Indicator)
CAPPI adalah irisan horisontal melalui atmosfer
oleh karena itu diperlukan sebuah scan volume PPI
di beberapa sudut elevasi. Jumlah sudut dan spasi
CAPPI bergantung pada jarak dan ketinggian CAPPI
yang ingin kita hasilkan (Bykbas et al., 2006).

cellawan cb dengan nilai reflektifitas maksimum


mencapai 48 dbz yang sedang berkembang di sekitar
wilayah Siborong-borong.
Kedua cell tersebut
secara berurutan ditunjukan oleh lingkaran merah
dan biru pada Gambar 2.

2. PPI (Plan Position Indicator)


PPI adalah tampilan yang paling sering digunakan
pada radar dan dihasilkan dalam waktu singkat
dibandingan dengan scan volume. PPI menunjukan
penyebaran parameter data yang dipilih (Z, R, V W
atau ZDR) pada sudut elevasi permukaan yang tetap
(mendekati 00) (Bykbas et al., 2006). Produk PPI
klasik paling baik untuk mendapatkan gambaran
situasi (reflektivitas) pada jarak yang lebih
jauh(Wardoyo, 2013).

Gambar 2. Produk turunan citra radar : CAPPI (Z);


(29/01/2013; 07.30 UTC). Terdapat duacell awan pada
lokasi penelitian dengan reflektifitas : 48 dbz . Awan 1 :
lingkaran merah dan Awan 2 : lingkaran biru.

3.

Irisan vertikal (cross section) dari cell awan pertama


(lingkaran merah) ditunjukkan pada gambar 3.a.
Pada cell pertama, cell berwarna orange
mendominasi pada ketinggian 2 s.d. 8 km. Pada
ketinggian diatasnya ( 8 s.d. 15 km), terlihat
dominasi oleh cell berwarna hijau.

VIL (Vertical Integrated Liquid Water Content)

VIL adalah untuk memberikan prakiraan kandungan


air yang cepat pada tempat / lapisan atmosfer yang
diinginkan pengguna untuk mengindikasikan potensi
curah hujan pada contohnya badai yang hebat
(Wardoyo, 2013).
4.

Storm Track

Strom Track menunjukan pergerakan cell yang


menunjukan keberadaan badai secara berurutan.
StormTrack menyediakan informasi lokasi-lokasi
pusat badai pada beberapa periode waktu(EEC,
2010).
Langkah kedua yaitu melakukan perbandingan
antara hasil analisa menggunakan Citra Radar Cuaca
dengan hasil dari Citra MTSAT. MTSAT adalah
satelit
cuaca
Jepang
yang
mengorbit
geosynchronous, merupakan wahana antariksa yang
memiliki tiga - axis stabilized dan membawa dua
misi utama yakni misi meteorologi dan komunikasi
penerbangan(JMA, 2013).
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil
3.1.1. Citra Radar Cuaca Doppler C-band
(CDR)
Analisa kejadian angin puting beliung di Kecamatan
Siborongborong, Tapanuli Utara akan dilakukan
secara bertahap berdasarkan produk-produk turunan
dari citra radar cuaca Doppler C-Band yaitu CAPPI
(Z), PPI (V), VIL dan Storm Track.
Berdasarkan produk turunan citra radar cuaca
CAPPI (29/01/2013; 07.30UTC), terlihat adanya 2
Prosiding Workshop Radar dan Satelit Cuaca
Vol : 1 Desember 2013

Pada irisan vertikal untuk cell kedua (Gambar 3.b.),


cell berwarna orange juga mendominasi pada cell
ini. Pada kedua irisan vertikal awan, terdapat cell
berwarna merah yang jumlahnya masih sedikit.
Ketinggian awan kedua lebih tinggi dibandingkan
awan pertama.

Gambar 3. Cross section produk turunan citra radar :


CAPPI (Z);(29/01/2013; 07.30 UTC) pada cell awan
pertama (a) dan pada cell awan kedua (b).

Pada pukul 07.40 UTC, kedua cell awan Cb tersebut


saling mendekat (gambar 4.a.) dan akhirnya pada
pukul 07.50 UTC menyatu menjadi sebuah cell
awan Cb tunggal yang ditandai peningkatan jumlah
cell awan berwarna merah(Gambar 4.b.). Cell awan
berwarna merah mengindikasikan peningkatan
jumlah awan dengan reflektifitas yaitu sekitar 48
dbz.

(a)

(b)

(c)

Berdasarkan
produk
citra
radar
VIL
mengindikasikan perubahan warna cell yang
signifikan pada daerah siborongborong.
Pada
gambar 7, terlihat adanya sebuah spot warna biru tua
dan distribusi cell berwarna biru muda yang
menutupi daerah siborongborong pada pukul 07.50
UTC.

Gambar 4.
Perubahan citra radar : CAPPI (Z);
(29/01/2013 pada Pkl. 07.40 UTC (a); Pkl. 07.50 UTC (b)
and Pkl. 08.00 UTC (c).

Berdasarkan irisan vertikal (cross section) dari


produk citra radar CAPPI (Z) untuk pukul 07.30
UTC (Gambar 3), pukul 07.50 UTC (gambar 5.a.)
dan pukul 08.00 UTC (gambar 5.b.), pada pukul
07.30 UTC cell awan berwarna merah (reflektifitas
tinggi) mulai terbentuk. Pada pukul 07.50 UTC
adalah puncak pertumbuhan awan cell berwarna
merah yang menandakan peningkatan nilai
reflektifitas awan. Cell berwarna merah mulai
meluruh dan menghilang pada pukul 08.00 UTC.

(a)

(b)

Gambar 5. Cross section produk turunan citra radar :


CAPPI (Z); Tanggal 29/01/2013); Pukul 07.50 UTC (a)
dan Pukul 08.00 UTC (b).

Gambar 6. Cross section produk turunan citra radar : PPI


(V); (29/01/2013 padaPkl. 07.50 UTC.

Berdasarkan Citra PPI (V),


kecepatan radial
disekitar siborongborong lebih dari 19.2 knots
dimana cell berwarna merah tua dan hijau cyan
mendominasi di sekitar lokasi kejadian pada pukul
07.50 UTC (gambar 6).
Prosiding Workshop Radar dan Satelit Cuaca
Vol : 1 Desember 2013

Gambar 7. Produk turunan citra radar : VIL; (29/01/2013


padaPkl. 07.50 UTC.

Citra Strom Track memperlihatkan terjadinya badai


di sekitar lokasi kejadian yang muncul pada pukul
07.50 UTC (gambar 8). Badai tersebut menghilang
setelah pukul 07.50 UTC.

Gambar 8. Produk turunan citra radar Strom Track


(29/01/2013; pukul 07.50 UTC).

3.1.2. Citra Satelit MTSAT


Untuk mendukung hasil analisa radar, dalam
penelitian ini digunakan hasil Citra Satelit MTSAT.
Dalam pengolahan citranya, MTSAT diolah dengan
menggunakan bantuan software SATAID (Satellite
Animation and Interactive Diagnosis). SATAID
adalah sebuah software yang digunakan untuk
visualisasi dan manipulasi data citra satelit, NWP
(numerical weather prediction), hasil pengamatan
dan data (JMA, 2013).
Berdasarkan data citra MTSAT IR2 29/01/2013,
pada pukul 06.47 UTC terlihat adanya liputan awan
cb di sekitar wilayah Siborong-borong dengan suhu
puncak awan -45C.

section) pada pukul 07.30 UTC dari produk CAPPI


(Z) memperlihatkan dominasi warna orange dan
sedikit warna merah. Degradasi warna orange
menunjukan nilai reflektifitas antara 28 38 dbz.
Sedangkan warna merah memperlihatkan nilai
reflektifitas 48 dbz. Hal tersebut mengindikasikan
bahwa awan Cb telah memulai fase tumbuh pada
pukul 07.30 UTC (gambar 3) sedangkan fase dewasa
terjadi pada pukul 07.50 UTC. Pada pukul 08.00
UTC, awan cb telah memasuki fase pelenyapan.
Gambar 9. Citra MTSAT pukul 06.47 UTC.

Pada Pukul 07.47 UTC awan Cb tersebut semakin


berkembang ditandai dengan suhu puncak awan
yang mencapai -65C (gambar 10). Pada Pukul
08.47 UTC pertumbuhan awan di sekitar wilayah
siborong-borong sudah mulai meluruh.

Gambar 10. Citra MTSAT pukul 07.47 UTC

Berdasarkan
hasil
analisa
produk
PPI,
memperlihatkan adanya kenaikan kecepatan radial
yaitu diatas 19 knots yang terjadi pada pukul 07.50
UTC di sekitar kecamatan Siborongborong (gambar
7). Produk radar cuaca VIL menunjukan adanya
peningkatan potensi uap air yang terkandung di
dalam awan yaitu dengan harga maksimal 15 Kg/m2
di Kecamatan Siborongborong dibandingkan dengan
wilayah yang lainnya. Potensi uap air yang tinggi
berbanding lurus dengan tingginya potensi
terjadinya hujan lebat dan angin puting beliung
sebagai efek dari pembentukan awan cb. Selain itu,
produk citra radar Storm Track mendeteksi
terjadinya
sebuah
badai
di
Kecamatan
Siborongborong yaitu pada pukul 07.50 UTC.
Storm Track memperlihatkan bahwa badai tersebut
meluruh setelah pukul 07.50 UTC (gambar 8).
Hasil analisa citra satelit MTSAT memperlihatkan
bahwa suhu puncak awan meningkat dari pukul
06.47 UTC ke pukul 07.47 UTC yaitu sebesar -45 0C
menjadi -65 0C (gambar 9 dan 10). Semakin rendah
suhu puncak awan mengindikasikan tingginya
peluang terbentuknya awan cb.
Hal tersebut
menunjukan bahwa pembentukan awan cb terbanyak
telah terjadi pada sekitar pukul 07.47 UTC.

Gambar 11. Cross section Citra MTSAT jam 07.47 UTC

Cross section citra satelit MTSAT memperlihatkan


suhu puncak awan mencapai -650C pada pukul 07.47
UTC (gambar 11).
3.2. Pembahasan

Reflektifitas sangat dipengaruhi jumlah gelombang


yang dipantulkan dan kembali diterima oleh receiver
radar.
Reflektifitas gelombang yang tinggi
mengindikasikan keberadaan obyek yang lebih padat
densitasnya sehingga memantulkan lebih banyak
gelombang ke receiver. Pada hasil produk CAPPI
(Z) mengindikasikanadanya keberadaan awan cb
dapat ditunjukan dengan nilai reflektifitas dalam
sebuah cell (Gambar 2). Irisan vertikal (cross
Prosiding Workshop Radar dan Satelit Cuaca
Vol : 1 Desember 2013

Dari hasil analisa citra radar cuaca Doppler C-band


dan satelit MTSAT menunjukkan bahwa angin
puting di kecamatan siborongborong pada tanggal
29 Januari 2013 terjadi pada pukul 07.50 UTC atau
pukul 14.50 WIB. Angin puting beliung tersebut
merupakan hasil dari sebuah cell awan cb tunggal
sehingga angin puting beliung tersebut hanya
menimpa wilayah kecamatan siborongborong
(bersifat lokal).
4. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka
dapat disimpulkan beberapa hal sebagai sebagai
berikut:

1.

2.

3.

4.

Puncak kejadian Angin Puting Beliung di


daerah Siborong-borong terjadi pada tanggal 29
Januari 2013 sekitar pukul 07.50 UTC atau
14.50 WIB.
Angin Puting Beliung yang terjadi di kecamatan
siborong-borong adalah dari aktivitas cell awan
cb tunggal sehingga kejadian angin puting
beliung ini bersifat lokal.
Radar Cuaca Doppler Cband (CDR) di
BBMKG Wilayah I mampu dan sensitif untuk
mendeteksi kejadian puting beliung yg terjadi di
wilayah siborongborong dengan jarak lokasi
kejadian 145 km dari sumber Radar dan
memiliki topografi yang tinggi.
Gabungan dari produk turunan citra radar cuaca
Doppler C-abnd (CDR) yaitu CAPPI (Z), PPI
(V), VIL dan Storm Track dapat digunakan
sebagai referensi dalam menganalisa fenomena
cuaca yang terjadi sekitar 145 km dari sumber
radar.

http://news.detik.com/read/2013/01/29/203
232/2155739/10/angin-puting-beliunglanda-tapanuli-utara-2-orang-terluka
[Accessed 04 April 2013].
JMA. 2013. http://www.wis-jma.go.jp/cms/sataid/

DAFTAR PUSTAKA

BAHAR, Y. 2007. Peranan Radar dan Satelit


Cuaca dalam Mendukung Kegiatan
Pengamatan Meteorologi yang dilakukan
oleh BMKG. S1 Skripsi, IPB
BYKBAS, E., SIRECI, O., HAZER, A., I., T.,
MACIT, A. & GECER, C. 2006. Training
Material on Weather Radar Systems.
WMO.
DIAO, X., ZHU, J. & LIU, Z. 2011. Analysis of
Three Supercell Storms with Doppler
Weather Radar Data. Acta Meteorologi
Sinica, 25, 211-223.
EEC 2010. EDGE 5 user manual. EEC.
HOLLEMAN, I. 2010. Wind observations with
Doppler weather radar [Online]. KNMI.
Available:
http://www.knmi.nl/cms/content/85020/win
d_observations_with_doppler_weather_rad
ar [Accessed April 11 2013].
TANJUNG, D. M. M. 2011. Processing Data Radar
Cuaca C-Band Doppler untuk Curah
Hujan. Skripsi Sarjana, Institut Pertanian
Bogor.
TJAHYONO, B. 1999. Klimatologi Umum,
Bandung, Penerbit ITB.
WARDOYO, E. 2013. Radar Cuaca - Pengantar II
"Materi Produk Radar"Jakarta.
WWW.NEWS.DETIK.COM. 2013. Angin Puting
Beliung Landa Tapanuli Utara, 2 Orang
Terluka [Online]. Medan. Available:
Prosiding Workshop Radar dan Satelit Cuaca
Vol : 1 Desember 2013

Anda mungkin juga menyukai