Anda di halaman 1dari 4

Kesulitan Belajar Umum

Anak berkesulitan belajar umum secara nyata mengalami kesulitan dalam tugas-tugas
akademik khusus maupun umum, baik disebabkan oleh adanya disfungsi neurologis, proses
psikologi dasar maupun sebab-sebab lain sehingga prestasi belajarnya rendah dan anak
tersebut berisiko tinggi tinggal kelas.
Anak berkesulitan belajar tidak sama dengan anak tunagrahita. Anak berkesulitan belajar
umum biasanya ditandai dengan prestasi belajar yang rendah untuk hampir semua mata
pelajaran atau nilai rata-rata jauh di bawah rata-rata kelas sehingga mempunyai risiko cukup
tinggi untuk tinggal kelas. Kesulitan belajar tersebut disebabkan karena IQ yang rendah. Pada
umumnya nak yang mengalami kesulitan belajar karena mempunyai inteligensi di bawah ratarata yakni dengan IQ antara 70-90. Mereka sulit untuk menangkap pelajarn dan umumnya
bersekolah di sekolah-sekolah umum.
Anak berkesulitan belajar kemungkinan juga mengalami gangguan fisik, sosial dan mental
yang ringan sehingga cukup mengganggu mereka dalam menangkap pelajaran. Anak yang
mengalami gangguan penglihatan jauh akan merasa kesulitan jika ditempatkan di tempat
duduk paling belakang, demikian juga dengan anak yang mengalami gangguan pendengaran
ringan. Anak yang memilki inteligensi di bawah rata-rata (slow learner) memerlukan
penjelasan dengan menggunakan berbagai metode dan berulang-ualang agar mereka dapat
memahami pelajaran dengan baik. Anak yang mengalami gangguan tingkah laku memerlukan
perhatian

yang

cukup

terhadap

persoalan

sosial

yang

dihadapinya

agar

dapat

mengonsentrasikan diri pada pelajaran.


2. Kesulitan Belajar Khusus
Kesulitan belajar khusus dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu kesulitan belajar
praakademik dan kesulitan belajar akademik.

a.

Kesulitan Belajar Praakademik

1) Gangguan Motorik dan Persepsi


Gangguan perkembangan motorik disebutdispraksia, mencakup gangguan pada motorik
kasar, penghayatan tubuh, dan motorik halus. Gangguan persepsi mencakup persepsi
penglihatan atau persepsi visual,persepsi pendengaran atau aoditoris, persepsi heptik (raba
dan gerak atau tatkil dan kinestik), dan inteligensi sistem persepsual.

Dispraksia atau sering disebut clumsy adalah keadaan sebagai akibat adanya gangguan dalam
inteligensi auditori-motor. Anak tidak mampu menggerakkan anggota tubuh dengan benar
walaupun tidak ada kelumpuhan anggota tubuh. Ada beberapa jenis dispraksia, antara lain ;
a) Dispraksia ideomotoris, ditandai dengan kurangnya kemampuan dalam melakukan gerakan
sederhana

sperti

menggunting,

menggosok

gigi,

atau

menggunakan

sendok

makan.Gerakannya terkesan canggung dan kurang luwes.


b) Dispraksia ideosional, ditandai anak dapat melakukan gerakan kompleks tetapi tidak mampu
menyelesaikan secara keseluruhan terutama dalam kondisi lingkungan yang tidak tenang.
Kesulitannya terletak pada urutan-urutan gerakan, anak sering bingung mengawali suatu
aktivitas, misalnya mengikuti irama musik.
c) Dispraksia konstruksional, ditemukan pada anak yang mengalami kesulitan melakukan
gerakan kompleks yang berkaitan dengan bentuk, seperti menyusun balok dan menggambar.
Hal ini disebabakan karena kegagalan dalam konsepvisiokonstruktif.
2) Kesulitan Belajar Kognitif
Pengertian kognitif mencakup berbagai aspek struktur intelektual yang digunakan untuk
mengetahui sesuatu. Kognitif merupakan fungsi mental yang mencaku persepsi, pikiran,
simbolisasi, penalaran, dan pemecahan masalah. Perwujudan fungsi kognitif dapat dilihat dari
kemampuan anak menggunakan bahasa dan menyelesaikan soal-soal berhitung.
3) Gangguan Perkembangan Bahasa (Disfasia)
Disfasia

adalah

ketidakmampuan

anak

menggunakan

simbol

linguistik

dalam

berkomunikasi secara verbal. Gangguan pada anakyang terjadi pada fase perkembangan
ketika anak belajar berbicara disebut disfasia perkembangan (developmental dysphasia).
Disfasia ada dua jenis, yaitu disfasiareseptif dan disfasia ekspresif. Pada disfasia reseptif
anak mengalami gangguan pemahaman dalam penerimaan bahasa. Anak dapat mendengar
kata- kata yang diucapakan, tetapi tidak mengerti apa yang didengar karena mengalami
gangguan dalam peroses stimulus yang masuk. Pada disfasia eksperesif, anak itdak
mengalami gangguan pemahaman bahasa, tetapi ia sulit mengekspresikan kata secara
variabel. Anak dengan gangguan perkembangan bahasa akan berdampak akan berdampak
kemampuan membaca dan menulis.
4) Kesulitan dalam Penyelesaian Perilaku Sosial
Ada anak yang perilakunya tidak dapat diterima oleh lingkungan sosialnya, baik oleh
sesama anak, guru, maupun orang tau. Ia ditolak oleh lingkungan sosialnya karna sering
mengganggu, tidak sopan, tidak tahu aturan, atau berbagai perilaku lainnya. Jika kesulitan
penyusuaian perilaku sosial ini tidak secepatnya ditngani maka tidah hanya menimbulakan
kerugian bagi anak itu sendiri, tetapi juga bagi lingkungannya.

b. Kesulitan Belajar Akademik


Meskipun sekolah mengajarkan berbagai mata pelajaran atau bidang studi, namun
klasifikasi kesulitan belajar akademik tidak dikaitkan dengan semua mata pelajaran atau
bidang studi tersebut. Berbagai literatur yang mengkaji kesulitan belajar hanya menyebutkan
tiga jenis kesulitan belajar akademik sebagai berikut:

Kesulitan belajar membaca,

Kesulitan belajar menulis, dan

Kesulitan belajar berhitung atau matematika.

1) Kesulitan Belajar Membaca (Disleksia)


Kesulitan belajar membaca sering disebutdisleksia. Kesulitan belajar membaca yang berat
dinamakan aleksia. Kemampuan membaca tidak hanya merupakan dasar untuk menguasai
berbagai bidang akademik, tetapi juga untuk meningkatkan keterampilan kerja dan
memungkinkan orang untuk berprestasi dalam kehidupan masyarakat secara bersama.
Ada dua jenis pelajaran membaca, yaitu membaca permulaan atau membaca lisan dan
membaca pemahaman. Mengingat pentingnya kemampuan membaca bagi kehidupan,
kesulitan belajar membaca hendaknya ditangani sedini mungkin.
Ada dua tipe disleksia, yaitu disleksia auditorisdan disleksia visual. Gejala-gejala
disleksia auditoris adalah sebagai berikut:
a) Kesulitan dalam diskriminasi auditoris dan persepsi sehingga mengalami kesulitan dalam
analisis fonetik, contohnya anak tidak dapat membedakan kata kakak, katak, kapak;
b) Kesulitan analisis dan sintesis auditoris, contohnya ibu tidak dapat diuraikan i-bu atau
problem sintesa p-i-ta menjadi pita. Gangguan ini dapat menyebabkan kesulitan membaca
dan mengeja;
c) Kesulitan auditoris bunyi atau kata. Jika di beri huruf tidak dapat mengingat bunyi huruf atau
kata tersebut, atau klau melihat kata tidak dan mengingatkannya walaupun mengerti arti kata
tersebut;
d) Membaca dalam hati lebih baik dari pada membaca lisan;
e) Kadang-kadang disertai gangguan urutan auditoris;
f)

Anak cenderung melakuan aktivitas visual.

2) Kesulitan Belajar Menulis (Disgrafia)


Kesulitan belajar menulis disebut jaga disgrafia. Kesulitan belajar menulis yang berat
disebut agrafia. Ada tiga jenis pelajaran menulis, yaitu menulis permulaan, mengeja atau
dekte, dan menulis ekspresif. Kegunaan kemampuan menulis bagi seorang siswa adalah untuk
menyalin, mencatat,dan mengerjakan sebagian besar tugas sekolah. Oleh karena itu,kesulitan

belajar menulis hendaknya didekteksi dan ditangani sejak dini agar tidak menimbulkan
kesulitan bagi anak dalam mempelajari berbagai mata pelajaran yang diajarakn di sekolah.
3) Kesulitan Belajar Berhitung (Diskalkulia)
Kesulitan belajar berhitung disebut jugadiskalkulia. Kesulitan belajar berhitung yang berat
disebut akalkulia. Ada tiga elemenbelajar berhitung yang harus dikuasai oleh anak. Ketiga
elemen tersebut adalah konsep, komputasi,dan pemecahan masalah. Seperti halnya bahasa,
berhitung merupakan bagian dari matematika yang merupakan sarana berpikir keilmuan. Oleh
karena itu, kesulitan belajar bahasa,kesulitan berhitung hendaknya dideteksi dan ditangani
dini agar tidak menimbulkan kesulitan bagi anak dalam mempelajari berbagai mata pelajaran
lain disekolah.
* Semoga Bermanfaat, Tulisan Terkait BK-Belajar Tentang Kesulitan Belajar, Faktor
Kesulitan Belajar, Cara Mengatasi Kesulitan Belajar

Anda mungkin juga menyukai