Anda di halaman 1dari 9

ASKEP TRAUMA ABDOMEN

A. Pendahuluan
Trauma abdomen akan ditemukan pada 25% penderita multi trauma.
Gejala dan tanda yang ditimbulkannya kadang-kadang lambat sehingga
memerlukan tingkat kewaspadaan yang tinggi untuk dapat menetapkan diagnosis.
B. Anatomi
Rongga abdomen dibatasi oleh
-

Atas : diafragma

Bawah : pelvis

Depan : dinding depan abdomen

Lateral : dinding lateral abdomen

Belakang : dinding belakang abdomen serta tulang belakang

Diafragma merupakan suatu kubah yang menonjol dalam rongga thoraks.


Diafragma ini turut dalam pernafasan. Pada inspirasi akan turun ke bawah, pada
ekspirasi akan naik ke atas. Pada saat ekspirasi maksimal akan berada setinggi
kira-kira interkostal 4 pada garis mid-klapikuler, yang kurang lebih sama dengan
papilla mamae pada laki-laki.
Dengan demikian pada trauma toraks, baik tumpul maupun tajam, bila
ditemukan sampai setinggi papilla mamae (pada laki-laki) harus selalu
diwaspadai adanya trauma abdomen juga.
Organ intraabdomen ada yang terdapat dalam rongga peritoneum (intra
peritoneal ) serta ada yang tidak dalam rongga peritoneum (ekstra-peritoneal).
Organ yang terdapat intra peritoneal adalah: hepar, lien, gaster, usus halus, dan
sebagian besar usus besar (kolon). Organ yang terdapat ekstra-peritoneal adalah:
ke 2 ginjal dan ureter, pancreas, duodenum, sebagian kecil kolon (terutama
rectum) , buli-buli (vesika urinaria), serta uterus.
Organ yang terlindung dalam kubah diafragma adalah pada sisi kanan
hepar , pada sisi kiri lien. Organ yang terlindung dalam pelvis adalah rectum,
bulu-buli dan uterus. Dengan demikian organ yang tidak terlindung adalah usus

halus dan sebagian besar kolon. Kedua ginjal karena letaknya yang di daerah
belakang ( dorsal ) relative terlindung ).
Hepar dan lien tidak mempunyai lumen (solid), dan trauma pada kedua
organ ini akan menimbulkan perdarahan yang akan terkumpul dalam rongga
peritoneum. Keadaan ini dikenal sebagai hemoperitoneum. Robekan usus juga
dapat menimbulkan perdarahan intra peritoneal.
Gaster, usus halus dan usus besar mempunyai lumen. Dengan demikian
bila terjadi perforasi, isinya akan tumpah dalam rongga peritoneum dan
menimbulkan peritonitis. Bila yang masuk rongga peritoneum adalah asam
lambung, maka rangsangan kimia akan segera menimbulkan gejala peritonitis,
sedangkan bila yang masuk adalah isi usus halus atau kolon, gejala yang akan
timbul lebih lambat.
C. Gejala dan Tanda Trauma Abdomen
Pada hakekatnya gejala dan tanda yang ditimbulkan dapat karena 2 hal:
1. Pecahnya organ solid
Hepar atau lien yang pecah akan menyebabkan perdarahan yang dapat
bervariasi dari ringan sampai sangat berat, bahkan kematian.
Gejala dan tandanya adalah:
a

Gejala perdarahan secara umum:

Penderita tampak anemis (pucat)

Bila perdarahan berat akan timbul gejala dan tanda syok hemoragik.

Gejala adanya darah intra-peritoneal:

Penderita akan merasa nyeri abdomen, yang dapat bervariasi dari


ringan sampai nyeri berat.

Pada auskultasi biasanya bising usus menurun, yang bukan merupakan


tanda yang dapat dipercaya, karena bisisng usus akan menurun pada
banyak keadaan lain.

Adanya nyeri tekan, kadang adanya nyeri lepas, dan defans muscular
(kekakuan otot) seperti pada peritonitis.

Perut semakin membesar (hanya ditemukan apabila perdarahan hebat


dan pendrita tidak gemuk).

2. Pecahnya organ berlumen:


Pecahnya gaster , usus halus atau kolon akan menimbulkan peritonitis
yang dapat timbul cepat sekali (gaster) atau lebih lambat.
Pada pemeriksaan penderita akan mengeluh nyeri seluruh abdomen. Pada
auskultasi bising usus akan menurun. Pada palpasi akan ditemukan defans
muskuler, nyeri tekan, dan nyeri lepas. Pada perkusi akan nyeri pula (nyeri
ketok). Biasanya peritonitis bukan merupakan keadaan yang memerlukan
penanganan sangat segera, (berbeda dengan perdarahan intra-peritoneal),
sehingga jarang menjadi masalah pada pra RS.
Apabila trauma tajam, maka kadang-kadang akan ditemukan bahwa ada
organ intra-abdomen yang menonjol ke luar ( paling sering omentum, bisa
juga usus halus atau kolon). Keadaan ini dikenal sebagai evisrasi.
Trauma ginjal akan menyebabkan perdarahan yang tidak masuk rongga
peritoneum (organ ekstra peritoleal). Jarang perdarahan dari ginjal akan
menyebabkan syok (walaupun bisa). Gejala lain pada trauma ginjal adalah
bahwa kebanyakan penderita ini akan kencing kemerahan atau kencing darah
(hematuria).
D. Penanganan Trauma Abdomen
1.

Airway dan Breathing:


Ini diatasi terlebih dahulu. Selalu ingat bahwa cedera lebih dari satu area
tubuh, dan apapun yang ditemukan, ingat untuk memprioritaskan airway
dan breathing terlebih dahulu.

2.

Circulation:
Kebanyakan trauma abdomen tidak dapat dilakukan tindakan apa-apa pada
fase pra-RS , namun terhadap syok yang menyertainya perlu penanganan
yang agresif. Seharusnya monitoring urin dilakukan dengan pemasangan
DC, namun umumnya tidak diperlukan pada fase pra-RS karena masa
transportasi yang pendek.

3.

Disability:
Tidak jarang trauma abdomen disertai dengan trauma kapitis. Selalu
periksa tingkat kesadaran (dengan GCS) dan adanya lateralisasi (pupil
anisokor dan motorik yang lebih lemah satu sisi).

4.

Apabila ditemukan usus yang menonjol keluar , cukup dengan


menutupnya dengan kasa steril yang lembab supaya usus tidak kering.
Apabila ada benda menancap, jangan dicabut, tetapi dilakukan fiksasi
benda tersebut terhadap dinding perut.

E. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian:
Harus berdasarkan prinsip-prinsip Penanggulangan Penderita Gawat
darurat yang mempunyai skala prioritas :
A (Airway)
B (Breathing), dan
C (Circulation).
Hal ini dikarenakan trauma abdomen harus dianggap sebagian dari multi
trauma dan dalam pengkajiannya tidak terpaku pada abdomennya saja.
a

Anamnesa:
Biodata
Keluhan utama
Riwayat penyakit sekarang (Trauma): penyebab trauma, benda
tumpul atau tajam, kalau o/k terjatuh :dari ketinggian berapa, dan
bagaimana posisinya saat jatuh, kapan dan jam berapa kejadiannya?
Berapa berat keluhan yang dirasakan bila nyeri, sifatnya, pada
kuadran mana paling nyeri?
Riwayat penyakit yang lalu: ggn jiwa, DM, astma dll.

Riwayat psikososial spiritual: persepsi thp musibah yg dialami,


apakah menggangu emosi dan mental, apakat mungkin tentamen
suiside.
b

Pemeriksaan Fisik:
Sistem pernafasan (B1)
Sistem Cardiovaskuler (B2)
Sistem neurologist (B3)
Sistem gastrointestinal (B4)
Sistem Urologi ( B5)

Pemeriksaan penunjang:
Radiologi: BOF, Thorax foto, USG
Laboratorium: DL, dan sample darah u/ transfuse, HB serial, UL
EKG: pada pasien usia > 40 tahun.

2. Diagnosa Keperawatan:
a

Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d terputusnya p. darah


arteri/vena jaringan abdomen yang ditandai dengan adanya perdarahan,
jejas atau luka,dan distensi abdomen.

Perubahan perfusi jaringan s/d hipovolemia, penurunan suplei darah ke


seluruh tubuh ditandai dengan akral dingin, capillary refill > 3 detik,
produksi urin < 30 ml/jam.

Nyeri b/d rusaknya jaringan abdomen yang ditandai dengan: pasien


menyatakan sakit pada perut, nyeri tekan pada perut, tampak
menyeringai kesakitan.

Cemas b/d pengobatan pembedahan yang akan dilakukan.

Kurangnya pengetahuan tentang pembedahan yang akan dilakukan b/d


kurangnya informasi.

3. Perencanaan Keperawatan:

DX 1.: Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d terputusnya


p. darah arteri/vena jaringan abdomen yang ditandai dengan adanya
perdarahan, jejas atau luka,dan distensi abdomen.

b. Tujuan:
Keseimbangan cairan tubuh teratasi
Perdarahan dapat diatasi
c. Kriteria hasil:
Cairan yang keluar seimbang, tdk terdapat g/. dehidrasi.
Perdarahan yang ke luar dapat terhenti, tidak didapat anemis, Hb >8 gr%
Tanda vital dalam batas normal
Perkusi : tidak didapatkan distensi abdomen.
Rencana Tindakan/ Intervensi :
Kaji perdarahan yg keluar, adakah gambaran klinik hipovolemik.
Jelaskan tentang sebab akibat dari kekurangan caiaran / perdarahan serta
tindakan yang akan kita lakukan.
Observasi tanda Vital tiap 15 atau 30 menit.
Batasi pergerakan
Kolaborasi dengan tim medis : pemberian IVFD : RL sesuai kondisi,
menghentikan perdarahan dengan jalan ditekan atau ligasi/diklem
Pemasangan maagslang dan kateter +urobag
Pemberian transfusi bila HB kurang dari 8 gr%
Pemasangan lingkar abdomen
Pemeriksaan EKG
Foto BOF, Thorax foto,

Pemeriksaan DL,Hb serial dan UL.


Monitoring setiap tindakan perawatan/medis, serta didokumentasikan
Monitoring cairan masuk dan ke luar , serta perdarahan
Motivasi klien dan keluarga tentang tindakan medis/keperawatan
selanjutnya.
b. DX 2.: Perubahan perfusi jaringan s/d hipovolemia, penurunan suplei
darah ke seluruh tubuh ditandai dengan akral dingin, capillary
refill > 3 detik, produksi urin < 30 ml/jam.
Tujuan:
Perfusi jaringan dalam kondisi normal
Kriteria Hasil :
Status hemodinamik dalam kondisi normal dan stabil
Suhu dan warna kulit bagian akral hangat dan kemerahan
Capilary refill < 3 detik
Produksi urine > 30 ml/jam.
Intervensi:
Kaji dan monitoring kondisi pasien ( A, B, C), dan control adanya
perdarahan.
Laku GCS dan pupil
Observasi tanda-tanda vital
Lakukan pemeriksaan Capilarry refill, warna kulit dan kehangatan
bagian akral
Kolaborasi dlm pemberian cairan infuse
Monitoring input dan output terutama produksi urine

DX. 3.: Nyeri b/d rusaknya jaringan abdomen yang ditandai dengan: pasien
menyatakan sakit pada perut, nyeri tekan pada perut, tampak menyeringai
kesakitan.
Tujuan: Nyeri yang dialami klien berkurang / hilang.
Kriteria hasil:
1) Klien mengatakan nyerinya berkurang/hilang
2) Klien nampak tidak menyeringai kesakitan
3) Tanda-tanda vital dalam batas normal
Intervensi :
1) Kaji tentang kuaalitas, intensitas dan penyebaran nyeri
2) Beri penjelasan tentang sebab dan akibat nyeri, serta jelaskan tindakan
yang akan dilakukan
3) Berikan posisi yang nyaman
4) Berikan teknik relaksasi dan distraksi
5) Observasi tanda-tanda vital
6) Kolaborasi dengan tim medik dlm pemberian analgetik
DX 4 : Cemas b/d pengobatan pembedahan yang akan dilakukan.
Tujuan: Kecemasan dapat teratasi
Kriteria hasil:
1) Klien mengatakan tidak cemas
2) Ekspresi wajah klien tampak tenang
3) Klien dpt menggunakan koping mekanisme yg efektif
Intervensi:
1) Identifikasi tk. kecemasan
2) Kaji tk. pengetahuan klien thp musibah yg terjadi dan pengobatan
pembedahan yg diberikan

3) Berikan klien u/ mengungkapkan perasaannya


4) Observasi tanda-tanda kecemasan verbal dan tdk verbal
5) Berikan dorongan moral
6) Berikan penjelasan setiap tindakan yg akan dilakukan
7) Berikan penjelasan dengan bahasa yg sedermana dan mudah dipahami

4. Evaluasi
Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai yang ada pada rencana perawatan

Anda mungkin juga menyukai