Askep Trauma Abdomen
Askep Trauma Abdomen
A. Pendahuluan
Trauma abdomen akan ditemukan pada 25% penderita multi trauma.
Gejala dan tanda yang ditimbulkannya kadang-kadang lambat sehingga
memerlukan tingkat kewaspadaan yang tinggi untuk dapat menetapkan diagnosis.
B. Anatomi
Rongga abdomen dibatasi oleh
-
Atas : diafragma
Bawah : pelvis
halus dan sebagian besar kolon. Kedua ginjal karena letaknya yang di daerah
belakang ( dorsal ) relative terlindung ).
Hepar dan lien tidak mempunyai lumen (solid), dan trauma pada kedua
organ ini akan menimbulkan perdarahan yang akan terkumpul dalam rongga
peritoneum. Keadaan ini dikenal sebagai hemoperitoneum. Robekan usus juga
dapat menimbulkan perdarahan intra peritoneal.
Gaster, usus halus dan usus besar mempunyai lumen. Dengan demikian
bila terjadi perforasi, isinya akan tumpah dalam rongga peritoneum dan
menimbulkan peritonitis. Bila yang masuk rongga peritoneum adalah asam
lambung, maka rangsangan kimia akan segera menimbulkan gejala peritonitis,
sedangkan bila yang masuk adalah isi usus halus atau kolon, gejala yang akan
timbul lebih lambat.
C. Gejala dan Tanda Trauma Abdomen
Pada hakekatnya gejala dan tanda yang ditimbulkan dapat karena 2 hal:
1. Pecahnya organ solid
Hepar atau lien yang pecah akan menyebabkan perdarahan yang dapat
bervariasi dari ringan sampai sangat berat, bahkan kematian.
Gejala dan tandanya adalah:
a
Bila perdarahan berat akan timbul gejala dan tanda syok hemoragik.
Adanya nyeri tekan, kadang adanya nyeri lepas, dan defans muscular
(kekakuan otot) seperti pada peritonitis.
2.
Circulation:
Kebanyakan trauma abdomen tidak dapat dilakukan tindakan apa-apa pada
fase pra-RS , namun terhadap syok yang menyertainya perlu penanganan
yang agresif. Seharusnya monitoring urin dilakukan dengan pemasangan
DC, namun umumnya tidak diperlukan pada fase pra-RS karena masa
transportasi yang pendek.
3.
Disability:
Tidak jarang trauma abdomen disertai dengan trauma kapitis. Selalu
periksa tingkat kesadaran (dengan GCS) dan adanya lateralisasi (pupil
anisokor dan motorik yang lebih lemah satu sisi).
4.
E. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian:
Harus berdasarkan prinsip-prinsip Penanggulangan Penderita Gawat
darurat yang mempunyai skala prioritas :
A (Airway)
B (Breathing), dan
C (Circulation).
Hal ini dikarenakan trauma abdomen harus dianggap sebagian dari multi
trauma dan dalam pengkajiannya tidak terpaku pada abdomennya saja.
a
Anamnesa:
Biodata
Keluhan utama
Riwayat penyakit sekarang (Trauma): penyebab trauma, benda
tumpul atau tajam, kalau o/k terjatuh :dari ketinggian berapa, dan
bagaimana posisinya saat jatuh, kapan dan jam berapa kejadiannya?
Berapa berat keluhan yang dirasakan bila nyeri, sifatnya, pada
kuadran mana paling nyeri?
Riwayat penyakit yang lalu: ggn jiwa, DM, astma dll.
Pemeriksaan Fisik:
Sistem pernafasan (B1)
Sistem Cardiovaskuler (B2)
Sistem neurologist (B3)
Sistem gastrointestinal (B4)
Sistem Urologi ( B5)
Pemeriksaan penunjang:
Radiologi: BOF, Thorax foto, USG
Laboratorium: DL, dan sample darah u/ transfuse, HB serial, UL
EKG: pada pasien usia > 40 tahun.
2. Diagnosa Keperawatan:
a
3. Perencanaan Keperawatan:
b. Tujuan:
Keseimbangan cairan tubuh teratasi
Perdarahan dapat diatasi
c. Kriteria hasil:
Cairan yang keluar seimbang, tdk terdapat g/. dehidrasi.
Perdarahan yang ke luar dapat terhenti, tidak didapat anemis, Hb >8 gr%
Tanda vital dalam batas normal
Perkusi : tidak didapatkan distensi abdomen.
Rencana Tindakan/ Intervensi :
Kaji perdarahan yg keluar, adakah gambaran klinik hipovolemik.
Jelaskan tentang sebab akibat dari kekurangan caiaran / perdarahan serta
tindakan yang akan kita lakukan.
Observasi tanda Vital tiap 15 atau 30 menit.
Batasi pergerakan
Kolaborasi dengan tim medis : pemberian IVFD : RL sesuai kondisi,
menghentikan perdarahan dengan jalan ditekan atau ligasi/diklem
Pemasangan maagslang dan kateter +urobag
Pemberian transfusi bila HB kurang dari 8 gr%
Pemasangan lingkar abdomen
Pemeriksaan EKG
Foto BOF, Thorax foto,
DX. 3.: Nyeri b/d rusaknya jaringan abdomen yang ditandai dengan: pasien
menyatakan sakit pada perut, nyeri tekan pada perut, tampak menyeringai
kesakitan.
Tujuan: Nyeri yang dialami klien berkurang / hilang.
Kriteria hasil:
1) Klien mengatakan nyerinya berkurang/hilang
2) Klien nampak tidak menyeringai kesakitan
3) Tanda-tanda vital dalam batas normal
Intervensi :
1) Kaji tentang kuaalitas, intensitas dan penyebaran nyeri
2) Beri penjelasan tentang sebab dan akibat nyeri, serta jelaskan tindakan
yang akan dilakukan
3) Berikan posisi yang nyaman
4) Berikan teknik relaksasi dan distraksi
5) Observasi tanda-tanda vital
6) Kolaborasi dengan tim medik dlm pemberian analgetik
DX 4 : Cemas b/d pengobatan pembedahan yang akan dilakukan.
Tujuan: Kecemasan dapat teratasi
Kriteria hasil:
1) Klien mengatakan tidak cemas
2) Ekspresi wajah klien tampak tenang
3) Klien dpt menggunakan koping mekanisme yg efektif
Intervensi:
1) Identifikasi tk. kecemasan
2) Kaji tk. pengetahuan klien thp musibah yg terjadi dan pengobatan
pembedahan yg diberikan
4. Evaluasi
Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai yang ada pada rencana perawatan