Anda di halaman 1dari 31

Evaluasi

Kebijakan
Pemekaran Wilayah
Pada
Otonomi Daerah
Qisthi Khuril Wazni 15411022
M. Ishilutfidianto Pratama 15411039
Rian Farhan Abdul Hadi 15411049
S. Munawaroh Harahap 15411057
Rara Ajeng Annisa W.
Fadhilatul Ahmad Dany
Irfan Nurhadi

Pembentukan pemerintahan daerah didasari oleh


kondisi wilayah negara yang sangat luas, mencakup
berbagai kepulauan, masyarakatnya memiliki latar
belakang budaya yang sangat beragam, dan
sebagainya,
yang
mengakibatkan
sulitnya
pengelolaan
pemerintahan
apabila
segala
sesuatunya diurus oleh pemerintah pusat yang
berkedudukan di Ibukota Negara. Untuk mengurus
penyelenggaraan pemerintahan secara lebih efektif
dan efisien ke seluruh pelosok wilayah negara
maka dibentuklah pemerintahan daerah yang
menyelenggarakan urusan-urusan atau fungsifungsi pemerintahan di daerah, khususnya yang
berkaitan langsung dengan kebutuhan masyarakat
di daerah. Penyerahan kewenangan kepada daerah
untuk
mengatur
danmengurus
dalam
penyelenggaraan pemerintahan di daerah sesuai
dengan kepentingan masyarakatnya dinamakan
dengan desentralisasi

Desentralis
asi
Desentralisasimerupakan
penyerahan kekuasaan secara
legal (yang dilandasi hukum)
untuk melaksanakan fungsi
tertentu atau fungsi yang
tersisa kepada otoritas lokal
yang secara formal diakui oleh
konstitusi (Maddick,1963).

Alasan dianutnya Desentralisasi di


Indonesia

Otonomi
daerah
di
Indonesiaadalah
hak,
wewenang,
dan
kewajiban
daerah otonom untuk mengatur
dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat sesuai
dengan peraturan perundangundangan.

Otonomi Daerah

Terdapat dua nilai dasar yang dikembangkan


dalam
UUD
1945
berkenaan
dengan
pelaksanaan
desentralisasi
dan
otonomi
daerah di Indonesia, yaitu:
Nilai Unitaris, yang diwujudkan dalam
pandangan bahwa Indonesia tidak mempunyai
kesatuan pemerintahan lain di dalamnya yang
bersifat negara ("Eenheidstaat"), yang berarti
kedaulatan yang melekat pada rakyat, bangsa
dan negara Republik Indonesia tidak akan
terbagi
di
antara
kesatuan-kesatuan
pemerintahan;
Nilai dasar Desentralisasi Teritorial, dari isi
pasal 18 Undang-undang Dasar 1945 beserta
penjelasannya maka Pemerintah diwajibkan
untuk melaksanakan politik desentralisasi dan
dekonsentrasi di bidang ketatanegaraan
Dikaitkan dengan dua nilai dasar tersebut di
atas,
penyelenggaraan
desentralisasi
di
Indonesia berpusat pada pembentukan daerahdaerah otonom dan penyerahan/pelimpahan
sebagian
kekuasaan
dan
kewenangan
pemerintah pusat ke pemerintah daerah untuk
mengatur dan mengurus sebagian sebagian
kekuasaan dan kewenangan tersebut.

Alasan dianutnya
Otonomi di Indonesia
Indonesia masih belum
memungkinkan menganut
federasi
Pilihan otonomi luas merupakan
pilihan yang sangat strategis
dalam rangka memelihara
negara kesatuan
Sentralisasi telah terbukti gagal
mengatasi krisis nasional
Untuk memantapkan kehidupan
kehidupan demokrasi
dimasayang akan datang
Aspek keadilan

Landasan Peraturan
Sebelum

DOB

Daerah Otonomi Baru


Dalam pasal 10 UU Nomor 22 tahun
1999 disebutkan bahwa daerah
memiliki
wewenang
untuk
mengelola sumber daya nasional
yang dimilikinya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Otonomi
daerah
memberikan
pelimpahan wewenang baik dalam
kebijakan
maupun
dalam
pembiayaan.
Berdasarkan
alasan
tersebut,
beberapa daerah mulai banyak
mengajukan pembentukan daerah
otonom baru bagi wilayahnya.

Perkembangan Provinsi di
Indonesia

1950

Perkembangan Provinsi di
Indonesia

1950

Perkembangan Provinsi di
Indonesia

1950

Perkembangan Provinsi di
Indonesia

1950

Perkembangan Provinsi di
Indonesia

1950

Perkembangan Provinsi di
Indonesia

1950

Perkembangan Provinsi di
Indonesia

1950

Perkembangan Provinsi di
Indonesia

1950

Perkembangan Provinsi di
Indonesia

1950

Perkembangan Provinsi di
Indonesia

1950

Perkembangan Provinsi di
Indonesia

1950

Jumlah DOB Kabupaten/ Kota dan Provinsi

Sumber : Studi evaluasi dampak pemekaran daerah 2001-2007

PERKEMBANGAN JUMLAH DAERAH OTONOM DI INDONESIA


ANTARA TAHUN 1999 2010
JUMLAH DAERAH
OTONOM
Jumlah provinsi
Jumlah kabupaten
Jumlah kota
Jumlah Total Daerah
Otonom(*)

1999

PERUBAHAN

2010

26
234
59
319

7
164
34
205

33
398
93
524

Angka ini tidak termasuk provinsi DKI Jakarta dan 6 daerah administratif.

ESTIMASI JUMLAH MAKSIMAL KABUPATEN/KOTA


TAHUN 2010-2025 DI INDONESIA
Daerah otonom

2010

Penambahan

Jumlah provinsi
Jumlah
kabupaten/kota
Jumlah daerah
otonom

33
491

11
54

2025(*
)
44
545

524

65

589

(*) Diolah berdasarkan estimasi tim Desertada Kemendagri (2010).

Estimasi Pemekaran Provinsi

Membuka keterisolasian
Kabupaten Tanah Bumbu di Kalimantan
Selatan yang baru tujuh tahun berdiri dan
merupakan salah satu daerah pemekaran
yang cukup berhasil di Indonesia, juga
cukup
pesat
pembangunan
infrastrukturnya
hingga ke pelosok
pedesaan. Salah satu best practice dari
daerah yang kaya dengan tambang
batubara ini adalah kebijakan pemerintah
kabupaten yang memberikan subsidi
pembangunan desa Rp.250.000.000,- per
tahun untuk pemberdayaan masyarakat
pedesaan. Meskipun begitu, ada masalahmasalah
clean
government
yang
dipertanyakan masyarakat di daerah
pemekaran ini.

Contoh Keuntungan
Pembentukan DOB

Permasala
han DOB
di
Indonesia

implikasi terhadap semakin


besarnya dana pembangunan
DOB yang dialokasikan dari
APBN.
2002 dialokasikan DAU sebesar
Rp. 1.33 triliun,
2003 sebesar Rp. 2.6 triliun
2010 sebesar Rp. 47.9 triliun.

DOB ternyata memiliki jumlah


penduduk sangat sedikit

Permasala
han DOB
di
Indonesia

bahkan ada sebuah daerah otonom


kabupaten baru hanya berpenduduk
kurang dari 12.000 jiwa.

Terdapat 291 kabupaten/kota


yang porsi belanja pegawai
dalam APBD lebih dari 50%.
Bahkan, sekitar 11 daerah dari
daerah-daerah tersebut
menghabiskan belanja pegawai
lebih dari 70%.

Dari 217 daerah otonomi baru


(DOB), 80% di antaranya
berkinerja buruk dan tidak
mampu menghimpun
pendapatan asli daerah (PAD).

Permasala
han DOB
di
Indonesia

Konflik dengan kekerasan


Menurunnya jumlah
penduduk dan PAD secara
drastis.
Menyempitnya luas wilayah
dan beban daerah induk
Perebutan wilayah dan
masalah ibukota pemekaran.
Perebutan asset.
Berpindahnya daerah
penghasil dari daerah induk
ke daerah pemekaran dapat
menimbulkan potensi
masalah pada munculnya
pengakuan daerah penghasil.

Daerah yang Mengalami


Kemajuan

Aceh Singkil;
Aceh Barat Daya;
Gayo Lues;
Aceh Tamiang;
Kepulauan Mentawai;
Solok Selatan;
Pasaman Barat;
Siak;
Rokan Hulu;
Rokan Hilir;
Muaro Jambi;
Ogan Kumering Ulu Selatan;
Kota Lubuk Linggau;
Way Kanan;
Bangka Tengah;
Natuna;
Lingga;
Kota Tanjung Pinang;
Kota Cimahi;
Kota Banjar;
Kota Batu;
Kota Bima;
Lembata;
Manggarai Barat;
Sekadau;
Melawi;
Lamandau;
Seruyan;
Katingan;
Morowali;
Luwu Utara;
Luwu Timur;
Konawe Selatan;
Wakatobi;
Boalemo;
Bone Bolango;
Teluk Wondama;
Teluk Bintuni;
Raja Ampat;
Keerom.

Daerah yang Mengalami


Kemunduran

Simeulue;
Aceh Jaya;
Nias Selatan;
Pakpak Barat;
Tanjung Jabung Timur;
Tebo;
Seluma;
Mukomuko;
Lebong;
Lampung Timur;
Belitung Timur;
Kota Tasikmalaya;
Kota Cilegon;
Landak;
Barito Timur;
Balangan;
Kutai Barat;
Kutai Timur;
Malinau;
Kepulauan Talaud;
Minahasa Selatan;
Mamasa;
Maluku Tenggara Barat;
Buru;
Kaimana;
Mimika;
Boven Digoel;
Mappi;
Pegunungan Bintang;
Waropen.

Kesimpulan
Konsep DOB (Daerah Otonomi Baru) merupakan penerapan dari konse
pengembangan wilayah,yaitu:
1.
Membangkitkan Kembali daerah belakang (depressed area)
2.
Mendorong dekonsentrasi wilayah
3.
Memodifikasi sistem kota-kota
4.
Pencapaian Terhadap keseimbangan wilayah

keberjalannya otonomi daerah khususnya DOB (Daerah Otonomi


Baru) kurang berjalan dengan maksimal, banyak daerah yang
sudah mekar namun malah menjadi terpuruk. system DOB (Daerah
Otonomi Baru) kurang berjalan dengan maksimal dan tidak tepat
sasaran, yang awalnya bertujuan mengurangi disparitas wilayah
namun kenyataannya banyak wilayah yang mengalami disparitas
terhadap wilayah lainnya di akibatkan terlalu di paksakan untuk

Kritik
1. Pemerintah perlu segera menyiapkan
UU tentang grand design penataan
daerah di Indonesia.
2. Harus ada regulasi yang tegas yang
mengatur
dan
membatasi
para
pejabat dan politisi khususnya di
Kemendagri dan DPR RI sehingga
mereka tidak terlalu lunak menerima
dan meloloskan usulan pemekaran.
3. Pemerintah harus mampu menjamin
bahwa setiap warga masyarakat
termasuk di daerah yang secara
geografis sulit dijangkau tetap bisa
mendapatkan pelayanan publik yang
sangat mereka butuhkan.
4. Pemerintah juga harus bisa menjamin
bahwa alokasi dana pembangunan
melalui APBN maupun APBD bisa
ditransfer secara transparan dan
akuntabel sampai ke tingkat yang
paling rendah secara adil dan

Rekomendasi

Dalam
setiap
pemekaran
dilakukan
secara
sangat
selektif baik secara syarat,
parameter dan indikator dari
wilayah yang akan di ajukan
sebagai daerah otonom baru
sampai dengan penyelesaian
RevisiUndang-Undang Nomor
32 Tahun 2004tentang
Pemerintahan Daerah.

Mencoba kebijakan moratorium


(pembekuan kembali) daerah
otonom baru, daerah yang
mengalami kemunduran.

Pemberlakuan tahun persiapan.


Yaitu
diberlakunya
tahun
persiapan untuk daerah yang
mengajukan
untuk
mebuat

Sumber

Ratnawati, Tri. Satu dasa


warsa pemekaran daerah
era Reformasi: kegagalan
otonomi daerah? Jurnal
Ilmu Politik, Edisi 21, 2010
BAPPENAS & UNDP, Studi
Evaluasi
Dampak
Pemekaran Daerah 2001
2007, BRIDGE, 2008
http://geografi.ui.ac.id/po
rtal/sivitas-geografi/dosen
/makalah-seminar/496-2/
http://www.investor.co.id
/home/mengoreksi-kebijaka
n-pemekaran/72878
http://id.wikipedia.org/wik
i/Otonomi_daerah_di_Indones

Anda mungkin juga menyukai