Anda di halaman 1dari 41

Kelainan Kelenjar

Sebasea & EkrinE


I GD ARYA KRESNA MAHAYANA (1102005153)
BISMANTARA ADITYA PUTRA (1102005)
A.A. BAGUS SATRIA BRAHMANANTA (1102005)

KKM SMF KULIT & KELAMIN


RSUP SANGLAH
2015

OUTLINE

Acne
Vulgaris

Hidradeniti
s
Supurativa

Dermatitis
Perioral

Miliaria

Acne Vulgaris
Penyakit peradangan menahun folikel pilosebasea yang
umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat tumbuh
sendiri.

Etiologi
Inflamasi kronik dari folikel kelenjar sebasea, yang mungkin
disebabkan oleh :

Perubahan pola keratinisasi dalam folikel,

Produksi sebum yang meningkat,

Terbentuknya fraksi asam lemak bebas,

Peningkatan jumlah flora folikel,

Terjadinya respon hospes,

Peningkatan kadar hormon androgen, anabolic,


kortikosteroid, gonadotropin, serta ACTH,

Stres psikis.

Faktor lain : Usia, ras, familial, makanan, cuaca/musim

Epidemiologi

Hampir setiap orang pernah menderita penyakit ini,


sehingga sering dianggap sebagai kelainan kulit
yang fisiologis

Umumnya insiden terjadi pada :


Umur 14-17 tahun pada wanita,
Umur 16-19 tahun pada pria
Dapat menetap hingga usia 30 tahun/lebih

Lesi predominan : komedo dan papul, jarang terjadi


lesi beradang

Klasifikasi
(pillsburry)
1. Grade 1 : Komedo di muka
2. Grade 2 : Komedo, papul, pustul, dan peradangan lebih dalam di
wajah
3. Grade 3 : Komedo, papul, pustul, dan peradangan lebih dalam di
wajah, dada, dan punggung.
4. Grade 4 : Akne konglobata

Anamnesis

Keluhan adanya bintik hitam pada daerah wajah


yang diikuti dengan munculnya bintik-bintik lainnya.

Kebiasaan makan-makanan berlemak

Adanya faktor resiko psikologis spt stress, dan


banyak tekanan

DIAGNOSIS
1. Gambaran klinis :

Lesi polimorfi papul, pustul, nodul, dan jaringan parut (hipotrofik/hipertrofik)

Lesi beradang

Lesi tidak beradang : komedo terbuka, tertutup, papul.

Komedo tertutup : bintik berwarna putih

Komedo terbuka : bitnik berwarna hitam, menutupi pori-pori wajah

Predileksi : wajah, leher, lengan, dada dan punggung.

: postul, nodul, kista

2. Pemeriksaan Ekskohleasi sebum (pengeluaran sumbatan sebum


dengan ekstraktor)

Massa padat spt lilin

Massa lunak seperti nasi dengan ujung berwarna hitam

DIAGNOSIS
3. Histopatologis

Sel radang kronis di sekitar folikel polisebasea dengan massa


sebum di dalam folikel

Penegakan diagnosis cukup dengan gambaran klinis

Diagnosis Banding
Lesi pada wajah :

S. Aureus folliculitis,

pseudofolliculitis barbae rosacea,

perioral dermatitis.

Tubuh :

Malassezia folliculitis,

hot-tub pseudomonas folliculitis,

S. Aureus folliculitis

TERAPI
Sistemik :
1. Antibiotika :

Eritromisin 4x250 mg/hari

Doksisiklin 50 mg/hari

Tetrasiklin 250

Trimetropin

mg 1 gr/hari
3x100 mg/hari

2. Obat hormonal :

Estrogen

3. Isonetinoin

50 mg/hari
0.5 -1

mg/kgBB/hari

4. Kortikosteroid sistemik

Prednison

7.5 mg/hari

Dexametason

0.25 0.5 mg/hari

TERAPI
Topikal :
1. Bahan iritan penglupas kulit
2. Antibiotika topical
3. Anti radang topical hidrokortison 1-2.5%
4. Lainnya etil laktat 10%
Bedah :
Bedah scalpel, listrik, kimia, beku, dermabrasi

Hidradenitis Supurativa
Penyakit kelenjar apokrin yang ditandai dengan
adanya supurasi.

Etiologi
Etiologi :

kelainan struktut adneksa,

genetic,

infeksi bakteri,

obesitas.

Bakteri : Staphylococcus Aureus

Anamnesis

Keluhan munculnya benjolan pada daerah lipatan


kulit seperti ketiak.

Nyeri

Dimulai pada masa pubertas

Wanita > pria

Gejala klinis
Predileksi : aksila, daerah payudara, region anogenital, &
inguinal
Lesi awal : abses/nodul eritema dengan cairan
purulent/seropurulen disertai gejala nyeri yang
intermitten
Gejala khas

: komedo terbuka

Lesi lanjut

fibrosis,

sinus tract,

skar hipertropik

DDx

: Skrofuloderma, furunkel, karbunkel

PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Bakteriologis :

Histopatologis :

S. Aureus,

Lesi awal :

Streptococci,

E.coli,

sumbatan keratin pada folikel rambut,


dilatasi duktus, tanda-tanda radang

Proteus mirabilis, dan

Pseudomonas
aeruginosa

Lesi lanjut :
Kerusakan kelenjar apokrin, fibrosis,
dan hyperplasia sinus

TERAPI

Lesi awal

Nodul : triamcinolone intralesi (3-5 mg/ml)

Abses : insisi & drainase

Lesi lanjut

Antibiotik oral : eritromisin, tetrasiklin, minosiklin

Kortikosteroid oral untuk kasus yang berat

Dermatitis Perioral

Etiologi

Akibat pemakaian obat-obatan steroid topical, krim


wajah, faktor hormonal dan lingkungan.

Obat obatan : steroid topikal

Anamnesis

Keluhan berupa bintik-bintik pada daerah bibir.

Riwayat menggunakan obat-obatan ataupun krim


wajah sebelum munculnya gejala.

Cenderung ditemukan pada wanita usia muda dan


anak : 7 bulan hingga 13 tahun

GEJALA KLINIS

Berupa papul dan pustule yang eritema

Lokasi : daerah dagu ataupun bibir atas dan mulut. Dapat juga di
periorbital dan perinasal

Ukuran +1-3 mm

Tanpa disertai komedo

Batas bibir dengan ruam kulit dipisahkan oleh daerah kulit yang normal.

Ada sensasi terbakar.

DIAGNOSIS BANDING

Acne vulgaris

Drmatitis kontak iritan

Dermatitis kontak alergi

Rosacea

Folikulitis

TERAPI

Topikal

Penghentian penggunaan steroid topikal

Immunomodulator topical

Mosturizer

Sistemik
Antibiotik :

Tetrasiklin/ eritromisin 1 gr/hari dosis dewasa

Doksisiklin 100 mg/hari

Prognosis

Dapat terjadi selama beberapa minggu sampai


bulan

Bersifat rekuren

Miliaria
Kelainan kulit akibat retensi keringat, ditandai dengan
adanya vesikel milier. Sering juga disebut biang keringat,
keringat buntel, liken tropikus, atau prickle heat.

Etiologi

Penyumbatan pada saluran keringat sehingga cairan


dari kelenjar ekrin tertahan di lapisan epidermis
maupun dermis.

Predileksi :
Daerah yang tertutup pakaian, tempat tekanan, atau
geseka dengan pakaian.

Anamnesis
Keluhan :

Gatal yang disertai vesikel atau bintil,

terutama muncul saat berkeringat,

pada lokasi predileksi, kecuali miliaria profunda.

Faktor resiko :

Tinggal di daerah tropis, panas, kelembaban tinggi

Pemakaian pakaian yang ketat, tidak menyerap keringat

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan


pemeriksaaan fisik

KLASIFIKASI
Miliaria Kristalina
Miliaria Rubra
Miliaria Profunda
Miliaria Pustulosa

1. Miliaria kristalina

Miliaria Kristalina

Obstruksi superfisial di stratum


korneum

Vesikel miliar (1-2 mm), sub korneal


tanpa tanda inflamasi, mudah pecah
dengan garukan, dan deskuamasi
dalam beberapa hari.

Predileksi pada badan yang tertutup


pakaian.

Gejala subjektif ringan dan tidak


memerlukan pengobatan. Cukup
dengan menghindari panas yang
berlebihan, mengusahakan ventilasi
yang baik, pakaian tipis dan
menyerap keringat.

2. Milaria rubra

Miliaria Rubra

Jenis tersering, vesikel miliar atau


papulo vesikal di atas dasar
eritematosa sekitar lubang keringat,
tersebar diskret.

Tatalaksana cukup dengan


menghindari panas yang berlebihan,
mengusahakan ventilasi yang baik,
pakaian tipis dan menyerap
keringat.

Gejala subjektif gatal dan pedih


pada di daerah predileksi.

3. Miliaria profunda

Miliaria Profunda

Merupakan kelanjutan miliaria rubra,


berbentuk papul putih keras
berukuran 1-3 mm, mirip folikulitis,
dapat disertai pustul.

Predileksi pada badan dan


ekstremitas.

4. Miliaria pustulosa

Miliaria Pustula

Berasal dari miliaria rubra, dimana


vesikelnya berubah menjadi pustul.

Diagnosis Banding

Campak / morbili.

Folikulitis.

Varisela.

Kandidiasis kutis.

Erupsi obat morbiliformis.

Komplikasi : Infeksi sekunder

Penatalaksanaan
Komprehensif
Prinsip:
mengurangi pruritus, menekan inflamasi, dan membuka retensi
keringat.

Penatalaksanaan yang dapat dilakukan adalah:

Melakukan modifikasi gaya hidup, yaitu:

Memakai pakaian yang tipis dan dapat menyerap keringat.

Menghindari panas dan kelembaban yang berlebihan

Menjaga kebersihan kulit

Mengusahakan ventilasi yang baik

Farmakoterapi
a. Topikal

Bedak kocok: likuor faberi atau bedak kocok yang mengandung kalamin dan
antipruritus lain (mentol dan kamfora) diberikan 2 kali sehari selama 1
minggu.

Lanolin topikal atau bedak salisil 2% dibubuhi mentol -2 % sekaligus


diberikan 2 kali sehari selama 1 minggu. Terapi berfungsi sebagai antipruritus
rubra untuk menghilangkan dan mencegah timbulnya miliaria profunda.

b. Sistemik (bila gatal dan bila diperlukan)

Antihistamin sedatif: hidroksisin 2 x 25 mg per hari selama 7 hari, atau

Antihistamin non sedatif: loratadin 1x 10 mg per hari selama 7 hari.

Pada umumnya tidak diperlukan pemeriksaan penunjang.

Konseling & Edukasi Edukasi dilakukan dengan memberitahukan keluarga agar dapat membantu
pasien untuk:

Menghindari kondisi hidrasi berlebihan atau membantu pasien untuk pakaian yang sesuai
dengan kondisinya.

Menjaga ventilasi udara di dalam rumah.

Menghindari banyak berkeringat.

Memilih lingkungan yang lebih sejuk dan sirkulasi udara (ventilasi) cukup.

Mandi air dingin dan memakai sabun.

Sarana dan Prasarana Lup

Prognosis umumnya bonam, pasien dapat sembuh tanpa komplikasi.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai