PENDAHULUAN
Sirosis hepatis merupakan perjalanan patologi akhir berbagai macam penyakit
hati.Istilah sirosis diperkenalkan pertama kali oleh Laennec pada tahun 1826.Diambil
dari bahasa Yunani scirrhus atau kirrhos yang artinya warna oranye dan dipakai untuk
menunjukkan warna oranye atau kuning kecoklatan permukaan hati yang tampak saat
otopsi.Sirosis hepatis adalah keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir
fibrosis hepatis yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi dari arsitektur
hepar dan pembentukan nodulus regeneratif.Sirosis hepatis secara klinis dibagi menjadi
sirosis hepatis kompensata yang berarti belum adanya gejala klinis yang nyata dan
sirosis hepatis dekompensata yang ditandai gejala-gejala dan tanda klinis yang khas.1,2,3
Penyakit hati menahun dan sirosis dapat menimbulkan sekitar 35.000 kematian
per tahun di Amerika Serikat.Sirosis merupakan penyebab kematian utama yang
kesembilan di AS, dan bertanggung jawab terhadap 1.2% seluruh kematian di
AS.Banyak pasien yang meninggal pada dekade keempat atau kelima. Setiap tahun ada
tambahan 2000 kematian yang disebabkan karena gagal hati fulminan (fulminant
hepatic failure).3,4,5 FHF dapat disebabkan hepatitis virus (virus hepatitis A dan B), obat
(asetaminofen), toksin (jamur Amanita phalloides atau jamur yellow death-cap),
hepatitis autoimun, penyakit Wilson, dan berbagai macam penyebab lain yang jarang
ditemukan.
Belum ada data resmi nasional tentang sirosis hati di Indonesia. Namun dari
beberapa laporan rumah sakit umum pemerintah di Indonesia, berdasarkan diagnosis
klinis saja dapat dilihat bahwa prevalensi sirosis hati yang dirawat di bangsal penyakit
dalam umumnya berkisar antara 3.6-8.4% di Jawa dan Sumatra, sedang di Sulawesi dan
Kalimantan di bawah 1%. Secara keseluruhan rata-rata prevalensi sirosis adalah 3.5%
seluruh pasien yang dirawat di bangsal penyakit dalam, atau rata-rata 47.4% dari
seluruh pasien penyakit hati yang dirawat.
Dengan data seperti ini, dapat disimpulkan bahwa sirosis hati merupakan penyakit
kronik progressif yang dapat meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas jika tidak
ditindaklanjuti secara profesional.Tindakan yang tepat dapat dilakukan jika para praktisi
medis mengenal dengan baik faktor-faktor risiko, etiologi, patogenesis, serta tanda dan
gejala klinis dari sirosis hati.Oleh karena itu, kami mengambil kasus ini sebagai bahan
presentasi kasus dengan harapan kami dan teman sejawat mampu membuat diagnosis
klinik dan memberikan penatalaksanaan yang tepat berdasarkan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan-pemeriksaan tambahan untuk kasus ini.
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTIFIKASI PASIEN
a. Nama
: Tn. HS
b. Umur
: 37 tahun
c. Jenis Kelamin
: Laki-laki
d. Agama
: Islam
e. Pekerjaan
: Petani
f. Alamat
: Dusun I Ujan Mas
g. No Registrasi
: 155257
h. Tgl masuk RS
: 10 Maret 2015
II. ANAMNESIS
(Dilakukan pada tanggal 16 April 2015, pukul 10.00 WIB)
a. Keluhan Utama
Perut terasa semakin membesar dan terasa penuh sejak 1 minggu SMRS.
b. Keluhan Tambahan
Kaki semakin membengkak sejak 3 hari SMRS.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
1 bulan SMRS pasien mengeluh perut terasa membesar, terasa penuh.
Mual (+) muntah (-), nyeri ulu hati (+), nyeri perut (-), nyeri dada (-), badan
berwarna kuning (+). Demam (-), batuk (+) sesak nafas (-), mudah merasa
lelah (-), nafsu makan menurun (+) , sembab pada kelopak mata di pagi hari
(-), sembab seluruh tubuh (-). BAK frekuensi 4-5x sehari, warna kuning
seperti teh (+), darah (-). BAB cair hitam (-). Pasien berobat ke Mantri di
dekat rumahnya dan diberi obat yang pasien lupa namanya tapi tidak ada
perbaikan.
1 minggu SMRS pasien mengeluh perut semakin membesar, dan
penuh. Mual (+) muntah (-), nyeri ulu hati (-), nyeri dada (-), badan berwarna
kuning (+). Demam (-), mudah merasa lelah (+), nafsu makan menurun (+),
sembab pada kelopak mata di pagi hari (-), sembab seluruh tubuh (-). Pasien
mengeluh sesak. sesak tidak dipengaruhi cuaca, aktivitas, dan emosi.
Terbangun pada malam hari karena sesak (-). Os menggunakan 3 bantal untuk
tidur. Sesak tidak berkurang ketika istirahat. Batuk (+), batuk malam hari
(-.BAK frekuensi 2-3x sehari, warna kuning seperti teh (+), darah (-). BAB
seperti biasa, BAB cair hitam (+) darah (-). Pasien kemudian beroabat ke RS
3
disangkal.
Riwayat hipertensi pada keluarga disangkal.
Riwayat kencing manis pada keluarga disangkal.
III.PEMERIKSAAN FISIK
(Dilakukan pada tanggal 16 April 2015, pukul 10.30 WIB)
a. Keadaan Umum
1. Keadaan umum : tampak sakit sedang
2. Kesadaran
: compos mentis
3. Tekanan darah : 120/80 mmHg
4. Nadi
: 88 x/menit, irama reguler, isi dan tegangan cukup
5. Pernapasan
: 22 x/menit
6. Suhu tubuh
: 36,8oC
7. Berat badan
:61 kg
8. Tinggi badan :168 cm
9. IMT
: 22,05
10. Lingar perut
: 105 cm
11. Status gizi
: Normoweight ( ascites + edema pretibial )
IV. PEMERIKSAAN FISIK
(Dilakukan pada tanggal 26 Maret 2015, pukul 10.30 WIB)
b. Keadaan Umum
12. Keadaan umum : tampak sakit sedang
13. Kesadaran
: compos mentis
14. Tekanan darah : 100/60 mmHg
15. Nadi
: 84 x/menit, irama reguler, isi dan tegangan cukup
4
16. Pernapasan
17. Suhu tubuh
18. Berat badan
19. Tinggi badan
20. IMT
21. Status gizi
: 20 x/menit
: 36,4oC
: 60 kg
:165 cm
: 22,05
: Normoweight ( ascites + edema pretibial )
c. Keadaan Spesifik
1. Kepala
Normosefali, simetris, ekspresi tampak sakit sedang, warna rambut hitam,
alopesia (-).
2. Mata
Edema palpebra (-), konjungtiva palpebral pucat (-/-), sklera ikterik (+/+),
pupil isokhor.
3. Hidung
Tampak luar tidak ada kelainan, septum deviasi (-), cavum nasi lapang,
tidak keluar cairan, epistaksis (-).
4. Mulut
Sariawan (+), gusi berdarah (-), lidah pucat (-), lidah kotor (-), atrofi papil
(-), pembesaran tonsil (-).
5. Telinga
Tampak luar tidak ada kelainan, kedua meatus acusticus externus lapang,
tidak ada keluar cairan.
6. Leher
JVP (5-2) cmH2O, struma (-), isthmus (-), pembesaran KGB (-).
7. Thoraks
Paru
Inspeksi: spider naevi (-), ginekomastia (-), statis dan dinamis simetris
Jantung
Inspeksi: ictus cordis tidak terlihat
Palpasi: ictus cordis tidak teraba
Perkusi: batas atas ICS II, batas kanan dan kiri sulit dinilai
Aukskultasi: HR 88 x/menit, reguler, murmur (-), gallop (-)
8. Abdomen
Inspeksi:cembung, venektasi (+), spider naevi (+), massa (-)
Palpasi: tegang, nyeri tekan (+), hepar dan lien sulit dinilai, undulasi
(+)
Perkusi: redup (+), shifting dullness (+)
Auskultasi: bising usus (+) normal
9. Genitalia: edema scrotum (-)
10. Ekstremitas: palmar eritem (-/-), edema pretibial (+/+), akral pucat (+)
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium
No
Pemeriksaan
Hasil
HEMATOLOGI ( 24 Maret 2015)
1
Hb
9,8
2
Ht
30
3
Leukosit
4.700
4
Trombosit
78.000
Nilai Normal
Interpretasi
13,2-17,3 g/dL
43-49 vol%
4500-
Menurun
Menurun
11000/mm3
150-450
103/L
Meningkat
Menurun
Hitung jenis
Basofil
0-1 %
Normal
Eosinofil
1-6 %
Menurun
Neutrofil
61
50-70 %
Meningkat
Limfosit
25
25-40 %
Normal
2-8 %
Normal
Monosit
12
URINALISA ( 23 Maret 2015)
1
Glukosa
Negatif
Negatif
Normal
Protein
Negatif
Negatif
Normal
Bilirubin
+++
Negatif
Urobilinogen
Negatif
Negatif
Keton
Negatif
Negatif
Normal
Ph
6.0
4,6- 8,5
Normal
Berat Jenis
1.020
1,003- 1030
Normal
Nitrit
Negatif
Negatif
Normal
Sedimen
0-6
Normal
Leukosit
3- 4
Abnormal
Normal
Eritrosit
2-3
2-3
Normal
Sel Epitel
Positif
Negatif
Abnormal
Silinder
Negatif
Negatif
Normal
Kristal
Negatif
Negatif
Normal
Lain-lain
Positif
Negatif
Abnormal
(Granular)
BSN
Bilirubin Total
Bilirubin Direk
93
2,6
2,3
76-110
1,0
0,25
Normal
Meningkat
Meningkat
4.
Bilirubin Indirek
0,3
0,8
Meningkat
5.
Protein Total
7,2
6,6-8,7
Normal
6.
Albumin
2,0
3,8-5,8
Menurun
7.
8.
9.
Globulin
AST
ALT
5,2
34
51
1,3-2,7
<18
<22
Meningkat
Meningkat
Meningkat
10.
Alkaline phosphatase
202
Meningkat
IMUNOLOGI
HBsAg
b.
(+)
(-)
Terinfeksi Hepatitis B
VI. DIAGNOSIS
Ascites e.c Susp.Sirosis Hepatis Dekompensata
27 Maret 2015
Keluhan: Perut terasa penuh (+), kaki bengkak mulai
berkurang
O:
Keadaan umum
Kesadaran
Tekanan darah
Nadi
Pernapasan
Temperatur
Keadaan spesifik
Kepala
Compos mentis
90/ 60 mmHg
80 x/menit
20 x/ menit
36,6 oC
Leher
Thorax:
Paru
Jantung
Abdomen
Genitalia
Ekstremitas
Laboratorium
A
P
Farmakologis
IVFD RL: D5% 1:1
Injeksi furosemide 2 x 1 ampul
Spironolakton 3 x 100 mg tablet
Curcuma 2 x 1 tablet
Propanolol 2 x 10 mg tablet
Tanggal
S
28 Maret 2015
Keluhan: Perut terasa penuh (+), kaki bengkak mulai
berkurang
O:
Keadaan umum
Kesadaran
Tekanan darah
Nadi
Pernapasan
Temperatur
Keadaan spesifik
Kepala
Compos mentis
100/ 60 mmHg
84 x/menit
20 x/ menit
36,6 oC
Leher
Thorax:
Paru
10
Jantung
Abdomen
Genitalia
Ekstremitas
Laboratorium
A
P
11
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sirosis Hepatis
I. DEFINISI
Istilah Sirosis Hepatis diberikan oleh Laence tahun 1819, yang berasal
dari kata Khirros yang berarti kuning orange (orange yellow) karena perubahan
warna pada nodul-nodul yang terbentuk. Sirosis hepatis adalah suatu keadaan
disorganisasi yang difuse dari struktur hati yang normal akibat nodul regeneratif
yang dikelilingi jaringan mengalami fibrosis. Secara lengkap, definisi Sirosis
hepatis adalah kemunduran fungsi liver yang permanen yang ditandai dengan
perubahan histopatologi, yaitu kerusakan pada sel-sel hati yang merangsang
proses peradangan dan perbaikan sel-Sel hati yang mati sehingga menyebabkan
terbentuknya jaringan parut. Sel-sel hati yang tidak mati beregenerasi untuk
menggantikan sel-sel yang telah mati. Akibatnya, terbentuk sekelompoksekelompok sel- sel hati baru (regenerative nodules) dalam jaringan parut.5
II.
EPIDEMIOLOGI
a. Distribusi dan Frekuensi
12
per
100.000
penduduk.
persentase kematian akibat sirosis hepatis sebesar 3,4 % dari. tahun 2006 ke
tahun 2007. Pada tahun 2001di Islandia insidensi sirosis hepatis 4 % dan
tahun 2002 sebesar 2,4%7 . Pada tahun 2002, PMR sirosis hepatis di dunia
yaitu 1,7% . Di Modolvo terjadi peningkatan, pada
sirosis
hati 89,2%
per
tahun 2002
CSDR
negara Asia
faktor
Hadi
hati di
13
menetap
dan
bahan
kimia
dapat
menyebabkan
terjadinya kerusakan pada sel hati secara akut dan kronis. Kerusakan hati
akut akan berakibat nekrosis atau degenerasi lemak, sedangkan kerusakan
kronis akan berupa sirosis hepatis. Zat hepatotoksik yang sering disebutsebut ialah alkohol.
4) Wilsons Disease
Suatu penyakit yang jarang ditemukan , biasanya terdapat pada orangorang muda dengan ditandai sirosis hati, degenerasi basal ganglia
dari otak, dan terdapatnya cincin pada kornea yang berwarna coklat
kehijauan disebut Kayser Fleischer
disebabkan
belum
defesiensi
diketahui
bawaan
dengan
Ring. Penyakit
dari seruloplasmin.
ini
diduga
Penyebabnya
14
Sebagai saluran empedu akibat obstruksi yang lama pada saluran empedu
akan dapat menimbulkan sirosis biliaris primer. Penyakit ini lebih banyak
III.
ETIOLOGI
Penyebab dari sirosis hepatis sangat beraneka ragam, namun mayoritas
(schistosomiasis),
penyakit
autoimun
yang
menyerang
hepatosit atau epitel bilier, penyakit hati bawaan, penyakit metabolik seperti
Wilsons disease, kondisi inflamasi kronis (sarcoidosis), efek toksisitas obat
(methotrexate dan hipervitaminosis A), dan kelainan vaskular, baik yang
didapat ataupun bawaan.3 Berdasarkan hasil penelitian di Indonesia, virus
hepatitis B merupakan penyebab tersering dari sirosis hepatis yaitu sebesar
40-50% kasus, diikuti oleh virus hepatitis C dengan 30-40% kasus, sedangkan
10-20%
sirosis
tergantung
pada
jumlah
dan
hati.
Tiga
puluh
persen
dari
15
b. Sirosis Kriptogenik
Cryptogenic cirrhosis
yang
penyebab-
yang
kronis,
yang
dapat
menyebabkan kerusakan hati yang progresif dan menjadi sirosis atau kanker
hati.10
d. Kelainan Genetik
Kelainan genetik berakibat pada akumulasi unsur-unsur toksik hati yang
dapat menyebabkan kerusakan jaringan dan sirosis., termasuk akumulasi
besi yang abnormal (hemochromatosis) atau tembaga
(penyakit
Wilson).
sirosis,
menyebabkan gagal jantung, dan disfungsi (kelainan fungsi) pada testis yang
menyebabkan kehilangan rangsangan seksual.10
IV.
PATOFISIOLOGI
Jaringan parut dalam hati yang bersirosis menghalangi aliran darah
melalui hati dan ke sel-sel hati. Sebagai suatu akibat dari rintangan pada
aliran darah melalui hati, darah tersumbat pada vena portal, dan tekanan
dalam vena portal meningkat, suatu kondisi yang disebut hipertensi portal.
Karena terdapat halangan pada aliran dan tekanan-tekanan tinggi dalam vena
portal, darah dalam vena portal menuju vena-vena lain untuk kembali ke
16
jantung, vena-vena dengan tekanan-tekanan yang lebih rendah yang membypass hati.1,5,10
Hipertensi portal merupakan gabungan antara penurunan aliran darah
porta dan peningkatan resistensi vena portal. Hipertensi portal dapat terjadi jika
tekanan dalam sistem vena porta meningkat di atas 10-12 mmHg. Nilai normal
tergantung dari cara pengukuran, terapi umumnya sekitar 7 mmHg. Peningkatan
tekanan vena porta biasanya disebabkan oleh adanya hambatan aliran vena
porta atau peningkatan aliran darah ke dalam vena splenikus. Obstruksi
aliran darah dalam sistem portal dapat terjadi oleh karena obstruksi vena porta
atau cabang-cabang selanjutnya (ekstra hepatik), peningkatan tahanan vaskuler
dalam hati yang terjadi dengan atau tanpa pengkerutan (intra hepatik) yang
dapat terjadi presinusoid, parasinusoid atau postsinusoid dan obstruksi aliran
keluar vena hepatik (supra hepatik).10,11
Penyebab lain sirosis adalah hubungan yang terganggu antara sel-sel
hati
dan saluran-saluran
melalui
empedu.
abnormal dan hubungan antara sel-sel hati canaliculi hancur/rusak, tepat seperti
hubungan antara sel- sel hati dan darah dalam sinusoid-sinusoid. Sebagai
akibatnya,
hati
tidak
KLASIFIKASI
Sesuai dengan consensus baveno IV, sirosis hepatis dapat diklasifikasikan
menjadi empat stadium klinis berdasarkan ada tidaknya varises, ascites, dan
perdarahan varises, yaitu:
a. Stadium I: tidak ada varises dan ascites.
b. Stadium II: varises tanpa ascites.
c. Stadium III: ascites dengan atau tanpa varises.
d. Stadium IV: perdarahan dengan atau tanpa scites.
Stadium I dan II, dikategorikan sebagai kelompok sirosis hepatis kompensata,
sedangkan stadium III dan IV, dikategorikan sebagai kelompok sirosis hepatis
dekompensata.9
17
MANIFESTASI KLINIS
a. Gejala
Gejala sirosis hati mirip dengan hepatitis, karena terjadi samasama di liver yang mulai rusak fungsinya, yaitu: kelelahan, hilang
nafsu
mata
terjadi ketika liver sakit dan tidak bisa menyerap bilirubin. Ikterus dapat
18
timbul
setelah
timbulnya
Ascites
sebagai
akibat
dari
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium
1) Urine
Dalam urine terdapat urobilnogen juga terdapat bilirubin bila penderita
ada ikterus. Pada penderita dengan Ascites, maka ekskresi Na dalam urine
berkurang (urine kurang dari 4 meq/l)
ikterus,
19
gastro
grading dari varises yang terjadi serta ada tidaknya red sign dari
varises, selain itu dapat juga mendeteksi lokasi perdarahan spesifik pada
saluran cerna bagian atas. Di samping untuk menegakkan diagnosis, EGD
juga dapat digunakan sebagai manajemen perdarahan varises akut yaitu
dengan skleroterapi atau
kasus
ini,
ditemukan
varises
esophagus
dan
gastropati
diagnosis
sirosis
hepatis
didasarkan
pada
anamnesis,
kadar estrogen
Palmar eritema, warna merah pada thenar dan hipothenar telapak tangan.
Ginekomastia, dikaitkan dengan peningkatan estrogen dalam darah.
Atrofi testis hipogonadisme
Hepatomegali, biasanya ditemukan pada sirosis hepatis dengan komplikasi
hepatoma
21
Hepatoseluler
o Sklera ikterik
o Spider nevi (teleangiektasis)
o Ginecomastia
o Atropi testis
o Palmar erithem
Hipertensi portal
o Varices oesophagus
o Splenomegali
o Kolateral dinding perut
o Ascites
o Hemoroid (Hermawan, 2006)
Penegakkan diagnosis menurut kriteria Soebandiri yaitu jika terdapat 5
daripada SGPT.
Alkali fosfatase meningkat kurang dari 2-3 kali batas normal.
Peningkatan gamma-GT
Bilirubin meningkat atau normal
Penurunan kadar albumin
Peningkatan kadar globulin
22
IX.
memanjang
Kelainan hematologi anemia
PENATALAKSANAAN
Pengobatan sirosis hati pada prinsipnya berupa:1,3,9
a. Simptomatis
b. Supportif
1) Istirahat yang cukup
2) Pengaturan makanan yang cukup dan seimbang; misalnya : cukup kalori,
protein 1gr/kgBB/hari dan vitamin
3) Pengobatan berdasarkan etiologi. Misalnya
infeksi
virus
dapat
dicoba
pada
sirosis
dengan interferon.
hati
Sekarang
akibat
telah
X.
KOMPLIKASI
a. Edema dan Ascites
Ketika sirosis hati sudah berat, tanda-tanda dikirim ke ginjal-ginjal
untuk menahan garam dan air didalam tubuh. Kelebihan garam dan air
berakumulasi dalam jaringan dibawah kulit pergelangan-pergelangan kaki
dan kaki- kaki karena efek gaya berat ketika berdiri atau duduk.
Akumulasi cairan ini disebut edema atau pitting edema. Pitting edema
23
merujuk pada fakta bahwa menekan sebuah ujung jari dengan kuat pada suatu
pergelangan atau kaki dengan edema menyebabkan suatu lekukan pada kulit
yang berlangsung untuk beberapa waktu setelah pelepasan dari tekanan.
Ketika sirosis memburuk dan lebih banyak garam dan air yang tertahan, cairan
juga mungkin berakumulasi dalam rongga perut antara dinding perut dan
organ-organ perut. Akumulasi cairan ini (disebut ascites) menyebabkan
pembengkakkan perut, ketidaknyamanan perut, dan berat badan yang
meningkat.10
b. Spontaneus Bacterial Peritonitis (SBP)
Cairan dalam rongga perut (ascites) adalah tempat yang sempurna untuk
bakteri-bakteri berkembang. Secara normal, rongga perut mengandung suatu
jumlah yang sangat kecil cairan yang mampu melawan infeksi dengan baik,
dan bakteri-bakteri yang masuk ke perut (biasanya dari usus) dibunuh atau
menemukan jalan mereka kedalam vena portal dan ke hati dimana mereka
dibunuh. Pada sirosis, cairan yang mengumpul didalam perut tidak mampu
untuk melawan infeksi secara normal.9
Sebagai tambahan, lebih banyak bakteri-bakteri menemukan jalan
mereka dari usus kedalam ascites. Oleh karenanya, infeksi didalam perut
dan ascites, dirujuk sebagai spontaneous bacterial peritonitis atau SBP,
kemungkinan terjadi. SBP adalah suatu komplikasi yang mengancam
nyawa. Beberapa pasien-pasien dengan SBP tdak mempunyai gejala-gejala,
dimana yang lainnya mempunyai demam, kedinginan, sakit perut dan nyeri
tekan perut, diare, dan memburuknya ascites.13
c. Varises Esofagus
Pada sirosis hepatis, jaringan parut menghalangi aliran darah yang
kembali ke jantung dari usus-usus dan meningkatkan tekanan dalam vena
portal (hipertensi portal). Ketika tekanan dalam vena portal menjadi cukup
tinggi, ia menyebabkan darah mengalir di sekitar hati melalui vena-vena
dengan tekanan yang lebih rendah untuk mencapai jantung. Vena-vena
yang paling umum yang dilalui darah untuk membypass hati adalah vena-vena
24
yang melapisi bagian bawah dari kerongkongan (esophagus) dan bagian atas
dari lambung.1
Sebagai suatu akibat dari aliran darah yang meningkat dan
peningkatan tekanan yang diakibatkannya, vena-vena pada
kerongkongan
yang lebih bawah dan lambung bagian atas mengembang dan mereka
dirujuk sebagai esophageal dan gastric varices; lebih tinggi tekanan portal,
lebih besar varices-varices dan lebih mungkin seorang pasien mendapat
perdarahan dari varices-varices kedalam kerongkongan (esophagus) atau
lambung.2
Perdarahan juga mungkin terjadi dari varices-varices yang terbentuk
dimana saja didalam usus-usus, contohnya, usus besar (kolon), namun ini
adalah jarang. Untuk sebab-sebab yang belum diketahui, pasien-pasien
yang diopname karena perdarahan yang secara aktif dari varices-varices
kerongkongan
mempunyai
suatu
risiko
dalam
makanan
yang
terlepas
dari
normal hadir dalam usus. Ketika menggunakan protein untuk tujuantujuan mereka sendiri, bakteri-bakteri membuat unsur-unsur yang mereka
lepaskan kedalam usus. Unsur-unsur ini kemudian dapat diserap kedalam
tubuh. Beberapa
dari
unsur-unsur
ini,
contohnya,
ammonia, dapat
fungsi
encephalopathy. Tidur waktu siang hari daripada pada malam hari (kebalikkan
dari pola tidur yang normal) adalah diantara gejala-gejala paling dini dari
hepatic encephalopathy.4
Gejala-gejala lain termasuk sifat mudah marah, ketidakmampuan untuk
konsentrasi atau melakukan perhitungan- perhitungan, kehilangan memori,
25
perubahan-perubahan
membersihkan
unsur-unsur
dari
darah
dan
penting
lain
dari
ginjal-ginjal,
seperti
penahanan
garam,
dipelihara/dipertahankan.13
f.
Hepatopulmonary Syndrome
Beberapa
pasien-pasien
dapat mengembangkan
dapat
dengan
hepatopulmonary
sirosis
syndrome.
yang
berlanjut
Pasien-pasien
ini
26
portal naik pada sirosis, ia bertambah menghalangi aliran darah dari limpa.
Darah tersendat dan berakumulasi dalam limpa, dan limpa membengkak
dalam ukurannya, suatu kondisi yang dirujuk sebagai splenomegaly.
Adakalanya, limpa begitu bengkaknya sehingga ia menyebabkan sakit perut.
Ketika limpa membesar, ia menyaring keluar lebih banyak dan lebih
banyak sel-sel darah dan platelet-platelet hingga jumlah-jumlah mereka
dalam darah berkurang.3,5
Splenomegali adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
kondisi ini, dan itu behubungan dengan suatu jumlah sel darah merah yang
rendah (anemia), jumlah sel darah putih yang rendah (leucopenia), dan/atau
suatu
jumlah
platelet
menyebabkan kelemahan,
yang
PREVENTIF
a. Primer
Sirosis paling sering disebabkan oleh minuman keras (alkohol), hepatitis
B dan C. Cara untuk mencegah terjadinya sirosis dengan tidak konsumsi
alkohol, menghindari risiko infeksi hepatitis C dan B.40 Menghindari obatobatan yang diketahui berefek samping merusak hati. Vaksinasi merupakan
pencegahan efektif untuk mencegah hepatitis B.14
b. Sekunder
Penyebab primernya dihilangkan, maka dilakukan pengobatan hepatitis
dan pemberian
imunosupresif
pada
autoimun.
Pengobatan
sirosis
yang
cukup
dan
makanan yang adekuat dan seimbang. Protein diberikan dengan jumlah 11 g/kg berat badan. Lemak antara 30 %- 40%. Infeksi yang terjadi
memerlukan pemberian antibiotik yang sesuai. Ascites dan edema
27
PROGNOSIS
Penentuan prognosis penyakit sirosis hepatis menurut skoring Child Pugh,
yaitu:19
Penilaian
Total bilirubin (mg/dl)
Serum albumin (g/dl)
Prothrombin Time (PT)
Ascites
Hepatic encephalopathy
1 point
<2
>3.5
<1.7
Tidak ada
Tidak ada
2 point
2-3
2.8-3.5
1.71-2.30
Ringan
Derajat I-II
3 point
>3
2.8
>2.30
Sedang-Berat
Derajat III-IV
(85%)
Kelas B: point 7-9, bertahan hidup 1 tahun (81%), bertahan hidup 2 tahun
(57%)
Kelas C: point 10-15, bertahan hidup 1 tahun (45%), bertahan hidup 2 tahun
(35%)
BAB IV
ANALISA KASUS
Sirosis hepatis adalah suatu keadaan disorganisasi yang difuse dari struktur hati
yang normal akibat nodul regeneratif yang dikelilingi jaringanfibrosis. Penegakan
diagnosis sirosis hepatis dekompensata bila ada 5 dari 7 tanda berikut menurut
Soebandiri, yaitu spider naevi, eritema palmar, kolateral vein, ascites, splenomegali,
inverted ratioalbumin : globulin, dan hematemesis melena.
Seorang laki-laki berusia 37 tahun datang ke IGD RSUD dr. H. M. Rabain Muara
Enim dengan keluhan perut terasa semakin membesar. Dari anamnesis didapatkan sejak
1 bulan SMRS pasien mengeluh perut terasa membesar, terasa penuh, nyeri ulu hati
(+), BAK frekuensi 4-5x sehari, warna kuning seperti teh (+), darah (-). BAB tidak ada
28
keluhan. Pasien berobat ke Mantri di dekat rumahnya dan diberi obat yang pasien lupa
namanya tapi tidak ada perbaikan. 2 minggu SMRS pasien mengeluh perut terasa
membesar. Mual (+) muntah (+) frekuensi 2 kali sebanyak setengah gelas belimbing
tiap kali muntah, isi apa yang dimakan, perut terasa penuh (+), nyeri ulu hati (+), badan
terasa lemas (+), nafsu makan menurun (+), mudah merasa lelah (+), BAK frekuensi 4x
sehari, warna kuning tua seperti teh (+), BAB cair hitam (+). 3 hari SMRS pasien
mengeluh perut semakin membesar. Mual (+), nyeri perut (+) kanan atas dan bawah,
nyeri ulu hati (+), badan berwarna kuning (+), badan terasa lemas (+), nafsu makan
menurun, mudah merasa lelah (+), kaki terasa semakin bengkak (+). BAK frekuensi 23x sehari, warna kuning tua seperti teh (+). BAB cair hitam (+).
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan badan tampak sedikit kuning, konjungtiva
pucat, sklera ikterik. Pada regio thorax ditemukan spider naevi. Pada regio abdomen
ditemukan shifting dullness (+). Pada ekstremitas ditemukan palmar pucat dan edema
pretibia minimal. Pemeriksaan lain dalam batas normal.
Berdasarkan keluhan pasien, harus difikirkan beberapa kemungkinan penyebab
perut membesar, yaitu adanya udara, massa, atau cairan dalam abdomen. Pada
pembesaran perut akibat akumulasi udara misalnya ileus obstruktif, pembesaran akan
terjadi secara akut. Sedangkan pada pasien ini perut terasa semakin membesar sejak 2
minggu yang lalu, sehingga kemungkinan perut membesar karena adanya udara bisa
disingkirkan. Selain itu, perut membesar karena adanya udara juga biasanya disertai
dengan nyeri perut yang terjadi mendadak, sedangkan pada pasien ini nyeri perut tidak
terjadi mendadak hebat. Perut membesar akibat adanya massa umumnya terjadi secara
perlahan dan tidak simetris, bergantung lokasi massa. Pada pasien ini pembesaran perut
sama kiri dan kanan, sehingga kemungkinan pembesaran perut karena adanya massa
dapat disingkirkan.
Perut membesar akibat adanya cairan di cavum peritoneum atau yang dikenal
dengan ascites, umumnya terjadi secara perlahan dan simetris. Ascites dapat disebabkan
oleh adanya gangguan pada jantung, ginjal, hati, dan malnutrisi. Ascites terjadi akibat
adanya perpindahan cairan dari intravaskuler ke interstisial dengan berbagai mekanisme
yang mendasarinya bergantung penyakit yang diderita pasien.
29
dekompensata dapat ditegakkan bila ada 5 dari 7 tanda berikut, yaitu spider naevi,
eritema palmar, kolateral vein, ascites, splenomegali, inverted ratio albumin : globulin,
dan hematemesis melena.
Dari anamnesis diketahui bahwa pasien mengalami pembesaran perut, BAK
berwarna kuning tua seperti teh, BAB cair hitam. Dari pemeriksaan fisik ditemukan
adanya sklera ikterik, spider naevi di regio thoraks, shifting dullness di regio abdomen.
Anamnesis dan pemeriksaan fisik pada penderita mendukung diagnosis sirosis hepatis.
Untuk membantu penegakkan diagnosis sirosis hepatis pada penderita diperlukan
beberapa pemeriksaan penunjang, yaitu pemeriksaan laboratorium (hemoglobin,
leukosit, trombosit, LED, bilirubin total, bilirubin direk, bilirubin indirek, AST, ALT,
alkaline fosfatase, albumin, globulin, PT, apTT), pemeriksaan USG abdomen dan
endoskopi. Pemeriksaan endoskopi dilakukan untuk melihat apakah melena yang
dialami penderita disebabkan oleh pecahnya varises esofagus.
Dari pemeriksaan laboratorium, didapatkan penurunan kadar hemoglobin dan
trombosit. Penurunan kadar hemoglobin dan trombosit mungkin disebabkan oleh salah
satu gangguan fungsi hati, yaitu fungsi untuk produksi sel-sel darah terganggu. Penanda
lain yang menunjukkan adanya gangguan pada fungsi hati adalah peningkatan AST,
ALT, bilirubin direk, bilirubin indirek, bilirubin total, dan alkaline phosphatase.
Penurunan kadar albumin dengan peningkatan kadar globulin (inverted albumin
globulin ratio) ditemukan pada penderita sirosis hepatis. HbSAg positif menunjukkan
bahwa penderita mengalami Hepatitis B kronis yang merupakan etiologi sirosis hepatis
pada penderita. Pada USG abdomen penderita didapatkan kesan sirosis hepatis.
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang (pemeriksaan
laboratorium dan USG abdomen) dapat ditegakkan diagnosis Sirosis Hepatis
Dekompensata et causa Hepatitis B pada penderita.
Tatalaksana pada pasien ini terbagi menjadi non-farmakologis dan farmakologis.
Tatalaksana non-farmakologis, meliputi istirahat, diet hati III, edukasi, dan balans cairan
negatif. Balans cairan negatif dimaksudkan untuk mengurangi asupan agar ascites tidak
bertambah. Tatalaksana farmakologis meliputi cairan IVFD RL:D5, anti hipertensi
golongan beta-blocker, spironolakton, curcuma. Cairan IVFD D5 gtt X/menit diberikan
dengan pertimbangan pada penderita dengan sirosis hepatis, fungsi hati untuk
31
DAFTAR PUSTAKA
1. Kusumobroto O Hernomo, Sirosis Hati, dalam buku ajar Ilmu Penyakit Hati, edisi
I, Jakarta, Jayabadi, 2007, hal 335-45.
2. Petrides AS, Stanley T, Matthews
DE
Vogt
32
Rockey, Scott L.
Friedman.
http://www.eu.elsevierhealth.com/media/us/samplechapters/9781416032588/97814
16032588.pdf . Diakses pada tanggal 29 Maret 2015.
33