Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KASUS

SEORANG WANITA 51 TAHUN


DENGAN DIABETES MELLITUS TIPE 2

Penyusun:
dr. Muhammad Suhardi
Pembimbing:
dr. Alexander Bramukhaer
PROGRAM DOKTER INTERNSHIP
RUMAH SAKIT ISLAM KENDAL
KABUPATEN KENDAL
2015

Topik

: Diabetes Mellitus Tipe 2

Tanggal (Kasus)

: 13-2-2015

Presentan

: dr. Muhammad Suhardi

Tanggal Presentasi :
Pendamping

: dr. Alexander Bramukhaer

Tempat presentasi

: Rumah Sakit Islam Kendal

Obyektif presentasi :
-

Keilmuan
Diagnostik dan Manajemen
Dewasa
Deskripsi: Wanita, 51 tahun, badan lemes, kaki dan tangan sering kesemutan.
Tujuan: mendiagnosis dan memberikan penanganan yang tepat pada pasien dengan
Diabetes Mellitus Tipe 2.

Bahan Bahasan: Tinjauan Pustaka


Cara Membahas: Presentasi Dan Diskusi
A. DATA PASIEN
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Alamat
No. RM
Tanggal Periksa

: Ny. S.
: 51 Tahun
: Perempuan
: Penyangkringan
: 159135
: 15 Februari 2015

B. SUBYEKTIF ANAMNESIS
Keluhan Utama: Nyeri Perut
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RSI Weleri tanggal 12 Februari 2015 melalui IGD dengan
keluhan badan terasa lemes, telapak kaki dan tangan sering kesemutan. Pasien juga
mengeluh sering pipis terutama malam hari, cepat merasa lapar dan haus. Dilakukan
pemeriksaan tekanan darah didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg. Oleh dokter
yang memeriksa, pasien dianjurkan untuk dirawat.
Pasien sudah pernah mengalami keluhan yang sama dan sempat dirawat inap
di RSI Kendal dan dinyatakan membaik.

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat Hipertensi
Riwayat DM
Riwayat Gastritis
Riwayat Sakit Jantung

: (-)
: (+)
: (-)
: (-)

C. OBJEKTIF
1. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum: tampak sesak, komposmentis
Vital Sign: Tensi: 120/80
Respiratory Rate: 20x/menit
Nadi: 80 x/menit
Suhu : 35,8o C
Kepala
Mata
Leher
Thorak
Cor

: Bentuk mesocephal
: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
: JVP tidak meningkat, trachea di tengah
: Retraksi(-)
:I
: iktus kordis tidak tampak
Pal : Iktus kordis tidak kuat angkat
Per : batas jantung terkesan normal
A
:bunyi jantung i-ii intensitas normal,reguler,
bising (-)
Pulmo
:I
: Pengembangan dada kanan= kiri
Pal : fremitus raba kanan = kiri
Per : sonor/sonor
A
: SDV (+/+), Ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen
:I
: Datar
A
: bising usus (+)
Pal : Nyeri tekan (-)
Per : Timpani
Ekstremitas: Akral dingin
Pitting oedem - - 2. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tanggal 13 Februari 2015
Hb
: 13,5 gr/Dl
Hematokrit : 39 %
Trombosit
: 242.000/mm3
Leukosit
: 9.100/mm3
Eritrosit
: 4,55 juta/mm3
GDS
: 284
Ureum
: 30
Creatinin
: 0,7
SGPT
: 25
SGOT
: 25
3. PEMERIKSAAN EKG
Tidak Dilakukan
D. ASSESMENT

Penatalaksanaan yang diberikan kepada pasien ini terdiri dari dua komponen
yaitu farmakologi dan nonfarmakologi.Terapi non farmakologi pada pasien ini adalah
edukasi tentang definisi, faktor resiko, gejala klinis, penatalaksanaan dan komplikasi dari
DM tipe 2. Edukasi untuk mengubah gaya hidup (makan teratur, olahraga teratur dan
berhenti merokok). Pemberian perencanaan diet sesuai dengan kebutuhan kalori dimana
pada pasien ini adalah 1425 kalori per hari.Edukasi untuk melakukan olahraga 3-4 per
minggu dengan setiap kali olahraga tidak kurang dari 30 menit (dianjurkan untuk jalan
sehat).

E. PLAN
Assesment: Diabetes Mellitus Tipe 2
Pengobatan:
- Bedrest
- Infus Ringer Lactat 20 tpm
- Injeksi Ranitidin 2 x 50 mg
- Antasyd Tab 3 x1
- Glikazid 1-0-1
- Metformin 3 x 500 mg
Edukasi: dilakukan kepada pasien dan keluarganya untuk membantu proses
penyembuhan dan pemulihan. Pasien harus minum obat dan kontrol secara teratur.
Jangan melakukan aktifitas yang berat dan dapat memperberat penyakit. Jika gejala
kambuh, segera dibawa ke dokter atau rumah sakit.
Konsultasi: dijelaskan secara rasional perlunya konsultasi dengan spesialis penyakit
dalam untuk pemeriksaan lebih lanjut dan pengobatan yang lebih intensif.

Follow Up
Tanggal/Jam

Perjalanan Penyakit

Rencana Pengobatan

12-02-2015
Jam 06:30

S: Badan lemes, kaki dan tangan Advis:


kesemutan
- Infus Ringer Lactat
TD: 120/80
RR: 20 x /menit
20 tpm
- Injeksi Ranitidin 2 x
HR: 80 x/menit t: 35,8
50 mg
Konsul dr. Hidayat Santosa, Sp.PD
- Glikazid 1-0-1
- Metformin 3 x 500
- Cek Darah Lengkap

13-02-2015
Jam: 07:00

14-02-2015
Jam: 06:00

S: Badan lemes, kaki dan tangan


kesemutan
TD: 120/80
RR: 24 x /menit
HR: 80 x/menit t: 36

S: TD: 120/80
RR: 20 x /menit
HR: 80 x/menit t: 36

TINJAUAN PUSTAKA

Infus Ringer Lactat


20 tpm
Injeksi Ranitidin 2 x
50 mg
Glikazid 1-0-1
Metformin 3 x 500
Cek Darah Lengkap

Infus Ringer Lactat


20 tpm
Injeksi Ranitidin 2 x
50 mg
Glikazid 1-0-1
Metformin 3 x 500
Cek Darah Lengkap

DIABETES MELLITUS
A. Definisi
Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit gangguan metabolic yang
ditandai oleh peningkatankadar glukosa darah melebihi normal. Terdapat beberapa tipe
diabetes yang diketahui dan umumnya disebabkan oleh suatu interaksi yang kompleks antara
faktor genetik, lingkungan dan gaya hidup. Pada umumnya dikenal 2 tipe diabetes, yaitu
diabetes tipe 1 (tergantung insulin), dan diabetes tipe 2 (tidak tergantung insulin). Diabetes
tipe 1 biasanya dimulai pada usia anak-anak sedangkan diabetes tipe 2 dimulai pada usia
dewasa. Bila hal ini dibiarkan tidak terkendali dapat terjadi komplikasi metabolik akut
maupun komplikasi vaskuler jangka panjang, baik mikroangiopati maupun makroangiopati.
Jumlah penderita diabetes di Indonesia setiap tahun meningkat. Berbagai penelitian
epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan angka insidensi dan
prevalensi DM tipe 2 di berbagai penjuru dunia. World Health Organization (WHO)
memprediksi adanya peningkatan jumlah penyandang diabetes yang cukup besar pada tahuntahun mendatang. WHO memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 8,4
juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Senada dengan WHO,
International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2009, memprediksi kenaikan jumlah
penyandang DM dari 7 juta pada tahun 2009 menjadi 12 juta pada tahun 2030. Meskipun
terdapat perbedaan angka prevalensi, laporan keduanya menunjukkan adanya jumlah
peningkatan penyandang DM sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2030.
Klasifikasi terbaru tahun 1999 oleh American Diabetes Association / World
Health Organization (ADA / WHO) lebih menekankan penggolongan berdasarkan
penyebab dan proses penyakit.
Ada 4 jenis DM berdasarkan klasifikasi terbaru, yaitu :
1. DM type 1 : IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus)
Ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pancreas, kombinasi faktor genetik imonologi
dan mungkin pula lingkungan (virus) diperkirakan turut menimbulkan distraksi sel
beta.

2. DM type 2 NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus)

Disebabkan oleh resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin


3. DM type Spesifik Lain
Disebabkan oleh berbagai kelainan genetik spesifik (kerusakan genetik sel beta
pankreas dan kerja insulin). Penyakit pada pankreas, gangguan endokrin lain, obatobatan atau bahan kimia, infeksi (rubela kongenital dan Cito Megalo Virus (CMV))
4. Diabetes Kehamilan
DM yang hanya muncul pada kehamilan.
B. Etiologi
1. DM type I : IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus)
Pada tipe ini insulin tidak diproduksi. Hal ini disebabkan dengan timbulnya reaksi
autoimun oleh karena adanya peradangan pada sel beta insulitis. Kecenderungan ini
ditemukan pada individu yang memiliki antigen HLA (Human Leucocyte Antigen).
a. Faktor imunologi : Respon abnormal dimana Ab terarah pada jaringan normal
tubuh dengan cara bereaksi dengan jaringan tersebut sebagai jaringan asing.
b. Faktor lingkungan : virus / toksin tertentu dapat memacu proses yang dapat
menimbulkan distruksi sel beta.
2. DM type 2 NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus)
Etiologi biasanya dikaitkan dengan faktor obesitas. Hereditas atau lingkungan
penurunan produksi insulin endogen atau peningkatan resistensi insulin
3. DM type Spesifik Lain
Awitan selama kehamilan, disebabkan oleh hormon yang diekskresikan plasenta dan
mengganggu kerja insulin. (Brunner & Suddarth, 2002)
C. Faktor Resiko
Penyakit DM bukan merupakan penyakit menular, namun penyakit yang
diturunkan. Namun, bukan berarti mutlak bahwa bila orang tua terkena DM, pasti
anaknya terkena penyakit DM juga. Walaupun kedua orang tua terkena DM kadangkadang anaknya tidak terkena DM. namun, bila dibandingkan dengan kedua orang tua
yang normal (tidak ada riwayat DM), penderita DM lebih cenderung memiliki anak yang
akan menderita DM juga. Resiko resiko bagi seseorang yang kemungkinan menderita

DM bila ditemukan kondisi-kondisi berikut ini :


1. Riwayat kedua orangtua yang mengidap DM
2. Riwayat salah satu orang tua atau saudara kandung terkena penyakit DM
3. Riwayat salah satu anggota keluarga (nenek, kakek, paman, bibi, sepupu) mengidap
penyakit DM
4. Seorangyang gemuk / obesitas (> 20 %, BB ideal) atau indeks masa tubuh (IMT) > 27
kg/m2
5. Umur diatas 40 tahun dengan fakroe yang disebutkan diatas
6. Seseorang dengan tekanan darah tinggi (> 140/90)
7. Seorang dengan kelainan profil lipid darah (dislifidema) yaitu kolesterol HDL < 35
mg/dl, dan / atau trigliserida > 250 mg/dl
8. Seseorang yang sebelumnya dinyatakan sebagai toleransi glukosa terganggu (TGT)
atau gula darah puasa (terganggu) (GDPT)
9. Wanita yang sebelumnya mengalami diabetes kehamilan
10. Wanita yang melahirkan bayi > 4.000 gr
11. Semua wanita hamil 24 28 minggu
12. Riwayat menggunakan obat-obatan oral atau suntikan dalam jangka waktu lama, obat
golongan kortikosteroid (untuk pengobatan asma, kulit, rematik dan lainnya)
13. Riwayat terkena infeksi tertentu antara lain virus yang menyerang kelenjar air liur
(penyakit gondongan), virus morbili. Infeksi virus ini sering dijumpai pada anak-anak
dan penderita yang masih hidup harus setiap hari disuntik insulin
14. Teori baru The Foetal Origins of Disease yang dikemukakan oleh professor David
Barker dan kawan-kawan berdasarkan kajian studi di Inggris tahun 1980 merumuskan
bahwa bayi yang lahir kurang dari 2,5 kg atau berat badan lahir rendah memiliki
risiko lebih tinggi terkena penyakit degeneratif antara lain diabetes (kencing manis)
pada usia dewasa dibandingkan dengan bayi dengan Berat Badan Lahir (BBL) yang
normal. (Karyadi, Elvina, 2002)
D. Patofisiologi
Diabetes

Mellitus

mengalami

defisiensi insulin, menyebabkan glikogen

meningkat, sehingga terjadi proses pemecahan gula baru (glukoneugenesis) yang


menyebabkan metabolisme lemak meningkat. Kemudian terjadi proses pembentukan
keton (ketogenesis). Terjadinya peningkatan keton didalam plasma akan menyebabkan

ketonurea (keton dalam urin) dan kadar natrium menurun serta pH serum menurun yang
menyebabkan asidosis.
Defisiensi insulin menyebabkan penggunaan glukosa oleh sel menjadi menurun,
sehingga kadar gula dalam plasma tinggi (Hiperglikemia). Jika hiperglikemia ini parah
dan melebihi ambang ginjal maka akan timbul Glukosuria. Glukosuria ini akan
menyebabkan diuresis osmotik yang meningkatkan pengeluaran kemih (poliuri) dan
timbul rasa haus (polidipsi) sehingga terjadi dehidrasi.
Glukosuria mengakibatkan keseimbangan kalori negatif sehingga menimbulkan
rasa lapar yang tinggi (polipagi).
Penggunaan glukosa oleh sel menurun mengakibatkan produksi metabolisme
energi menjadi menurun, sehingga tubuh menjadi lemah
Hiperglikemia dapat mempengaruhi pembuluh darah kecil, arteri kecil sehingga
suplai makanan dan oksigen ke perifer menjadi berkurang, yang akan menyebabkan luka
tidak cepat sembuh, karena suplai makanan dan oksigen tidak adekuat akan menyebabkan
terjadinya infeksi dan terjadinya gangguan.
Gangguan pembuluh darah akan menyebabkan aliran darah ke retina menurun,
sehingga suplai makanan dan oksigen ke retina berkurang, akibatnya pandangan menjadi
kabur
Salah satu akibat utama dari perubahan mikrovaskuler adalah perubahan pada
struktur dan fungsi ginjal, sehingga terjadi nefropati
Diabetes mempengaruhi syaraf-syaraf perifer, sistem syaraf otonom dan sistem
syaraf pusat sehingga mengakibatkan neuropati.
E. Manifestasi Klinik
Penyakit Diabtes Mellitus ini pada awalnya sering tidak dirasakan dan tidak
disadari oleh penderita. Gejala-gejala muncul tiba-tiba pada anak atau orang dewasa
muda. Sedangkan pada orang dewasa > 40 tahun, kadang-kadang gejala dirasakan ringan
sehingga mereka menganggap tidak perlu berkonsultasi ke dokter. Penyakit DM diketahui
secara kebetulan ketika penderita menjalani pemeriksaan umum (general medikal checkup). Biasanya mereka baru datang berobat, bila gejala-gejala yang lebih spesifik timbul

misalnya penglihatan mata kabur, gangguan kulit dan syaraf, impotensi. Pada saat itu,
mereka baru menyadari bahwa dirinya menderita DM.
Secara umum gejala-gejala dan tanda-tanda yang ditemui meliputi ;
1. Gejala dan tanda awal
a. Penurunan berat badan (BB) dan rasa lemah
Penurunan berat badan dalam waktu relatif singkat, merupakan gejala awal yang
sering dijumpai, selain itu rasa lemah dan cepat capek kerap di rasakan
b. Banyak kecing (poliuria)
Gejala yang sering dirasakan penderita adalah sering kencing dengan volume
urine yang banyak kencing yang sering pada malam hari terkadang sangat
mengganggu penderita
c. Banyak minum (polidipsia)
Rasa haus dan ingin minum terus. Kadang hal ini sering ditafsirkan karena udara
yang panas dan banyak kerja berat, padahal tanda-tanda ini muncul sebagai awal
gejala penyakit DM
d. Banyak makan (polifagia)
Penderita sering makan (banyak makan) dan kadar glukosa darah semakin tinggi,
namun tidak dapat seluruhnya dimanfaatkan untuk masuk ke dalam sel
2. Gejala Kronis
a. Gangguan penglihatan
Pada mulanya penderita DM ini sering mengeluh penglihatannya kabur, sehingga
sering mengganti kaca mata untuk dapat melihat dengan baik.
b. Gangguan syaraf tepi / kesemutan
Pada malam hari, penderita sering mengeluh sakit dan rasa kesemutan terutama
pada kaki
c. Gatal-gatal / bisul
Keluhan gatal sering dirasakan penderita, biasanya gatal di daerah kemaluan, atau
daerah lipatan kulit seperti ketiak, paha atau dibawah payudara, kadang sering
timbul bisul dan luka yang lama sembuhnya akibat sepele seperti luka lecet
terkena sepatu atau tergores jarum.

d. Rasa tebal di kulit


Penderita DM sering mengalami rasa tebal dikulit, terutama bila benjolan terasa
seperti diatas bantal atau kasur. Hal ini juga menyebabkan penderita lupa
menggunakan sandal / sepatu karena rasa tebal tersebut.
e. Gangguan fungsi seksual
Gangguan ereksi / disfungsi seksual / impotensi sering dijumpai pada penderita
laki-laki yang terkena DM, namun pasien DM sering menyembunyikan masalah
ini karena terkadang malu menceritakannya pada dokter.
f. Keputihan
Pada penderita DM wanita, keputihan dan gatal merupakan gejala yang sering
dikeluhkan, bahkan merupakan satu-satunya gejala yang dirasakan. Hal ini terjadi
karena daya tahan penderita DM kurang, sehingga mudah terkena infeksi antara
lain karena jamur.
F. Komplikasi
Komplikasi DM terbagi menjadi 2 yaitu komplikasi akut dan komplikasi kronik
1. Kompliksi akut, adalah komplikasi akut pada DM yang penting dan berhubungan
dengan keseimbangan kadar glukosa darah dalam jangka waktu pendek, ketiga
komplikasi tersebut adalah :
a. Diabetes Ketoasidosis (DKA)
Ketoasidosis diabetik merupakan defisiensi insulin berat dan akut dari suatu
pengalaman penyakit DM. Diabetik katoasidosis disebabkan oleh tidak adanya
insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata.
b. Koma Hiperosmolar Non Ketotik (KHN)
Koma hiperosmolar non ketotik merupakan keadaan

yang didominasi oleh

hiperosmolaritas dan hiperglikemia dan disertai perubahan tingkat kesadaran.


Salah satu perubahan utamanya dengan DKA adalah tidak tepatnya ketosik dan
asidosis pada KHN.

c. Angiopati Diabetik
Diabetes Mellitus pada dasarnya terjadi pada semua pembuluh darah di seluruh
bagian tubuh (Angiopati Diabetik) dibagi menjadi 2:
1) Mikrovaskuler
a) Penyakit ginjal
Salah satu akibat utama dari perubahan perubahan mikrovaskuler adalah
perubahan pada struktural dan fungsi ginjal, bila kadar glukosa dalam
darah meningkat, maka mekanisme filtrasi ginjal akan mengalami stress
yang menyebabkan kebocoran protein darah dalam urine.
b) Penyakit mata
Penderita DM akan mengalami gejala penglihatan sampai kebutaan,
keluhan penglihatan kabur tidak selalu disebabkan neuropati.
Katarak

disebabkan

karena

hiperglikemia

yang

berkepanjangan,

menyebabkan pembengkakan lensa dan kerusakan lensa.


c) Neuropati
Diabetes dapat mempengaruhi saraf-saraf perifer, sistem saraf otonom
medulla spinallis atau sistem saraf pusat. Akumulasi sorbitol dan
perubahan-perubahan metabolik lain dalam sintesa fungsi myalin yang
dikaitkan dengan hiperglikemia dapat menimbulkan perubahan kondisi
saraf
2) Makrovaskuler
a) Penyakit jantung koroner
Akibat kelainan fungsi pada jantung akibat diabetes maka terjadi
penurunan kerja jantung untuk memompakan darahnya ke seluruh tubuh
sehingga tekanan darah akan naik. Lemak yang menumpuk dalam
pembuluh darah menyebabkan mengerasnya arteri (arteriosclerosis)
dengan resiko penderita penyakit jantung koroner atau stroke.
b) Pembuluh darah kaki
Timbul karena adanya anesthesis fungsi saraf-saraf sensorik, keadaan ini
menyebabkan gangren infeksi dimulai dari celah-celah kulit yang

mengalami hipertropi, pada sel-sel kuku kaki yang menebal dan halus
demikian juga pada daerah-daerah yang terkena trauma.
c) Pembuluh darah ke otak
Pada pembuluh darah otak dapat terjadi penyumbatan sehingga suplai
darah ke otak menurun.
B. Penatalaksanaan
Pengobatan bertujuan untuk mengurangi gejala-gejala, mengusahakan keadaan
gizi dimana berat badan ideal dan mencegah terjadinya komplikasi.
Secara garis besar pengobatannya dilakukan dengan :
1. Diet
Disesuaikan dengan keadaan penderita
Prinsip umum : diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari
penatalaksanaan diabetes. Penatalaksanaan nutrisi pada penderita diabetes diarahkan
untuk mencapai tujuan berikut ini :
a. Memberikan semua unsur makanan esensial (misal : vitamin dan mineral)
b. Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai
c. Memenuhi kebutuhan energi
d. Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan mengupayakan
kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara-cara yang aman dan praktis
e. Menurunkan makan pada penderita DM
Pencernaan makan pada penderita DM
1) Kebutuhan kalori
Tujuan yang paling penting adalah pengendalian asupan kalori total untuk
mencapai atau mempertahankan berat badan yang sesuai dan pengendalian
kadar glukosa darah.
Rencana makan bagi penyandang diabetes juga memfokuskan presentase
kalori yang berasal dari karbohidrat, protein dan lemak
Ada 2 tipe karbohidrat yang utama, yaitu :
a) Karbohidrat kompleks (seperti : roti, sereal, nasi dan pasta)

b) Karbohidrat sederhana (seperti : buah yang manis dan gula)


Jumlah kalori diperhitungkan sebagai berikut :
a) BB ideal = (TB cm 100) kg 10 % . pada waktu istirahat, diperlukan 25
kkal/kg BB ideal
b) Kemudian diperhitungkan pula
Aktivitas, kerja ringan : ditambah 10 20 %, kerja sedang ditambah 30
%, kerja berat ditambah 50 % dan kerja berat sekali ditambah 20 30 %)
Stress : ditambah 20 30 %, hamil trimester 2 3 ditambah 400 kal dan
laktasi ditambah 600 kal.
2) Karbohidrat
Tujuan diet ini adalah meningkatkan konsumsi karbohidrat kompleks
(khususnya yang berserat tinggi) seperti roti, gandum utuh, nasi beras tumbuk,
sereal dan pasta / mie yang berasal dari gandum yang masih mengandung
bekatul.
Karbohidrat sederhana tetap harus dikonsumsi dalam jumlah yang tidak
berlebihan dan lebih baik jika dicampur ke dalam sayuran atau makanan lain
daripada dikonsumsi secara terpisah.
3) Lemak
Pembatasan asupan total kolesterol dari makanan hingga < 300 mg / hr untuk
membantu mengurangi faktor resiko, seperti kenaikan kadar kolesterol serum
yang berhubungan dengan proses terjadinya penyakit koroner yang
menyebabkan kematian pada penderita diabetes.
4) Protein
Makanan sumber protein nabati (misal : kacang-kacangan dan biji-bijian yang
utuh) dapat membantu mengurangi asupan kolesterol serta lemak jenuh.
2. Olah raga / latihan
Sangat penting dalam penatalaksanaan DM karena afeknya dapat menurunkan
kadar glukosa darah dan mengurangi faktor resiko kardiovaskuler. Latihan akan

menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh


otot dan memperbaiki pemakaian insulin, sirkulasi darah dan tonus otot.
Latihan ini sangat bermanfaat pada pendrita diabetes karena dapat
menurunkan BB, mengurangi rasa stress dan mempertahankan kesegaran tubuh.
Mengubah kadar lemak darah yaitu meningkatkan kadar High Density Lipoprotein
(HDL)-kolesterol dan menurunkan kadar kolesterol total serta trigliserida.
Meskipun demikian penderita diabetes dengan kadar glukosa >250 mg/dl (14
mmol/dL) dan menunjukkan adanya keton dalam urine tidak boleh melakukan latihan
sebelum pemeriksaan keton urine memperlihatkan hasil negatif dan kadar glukosa
darah telah mendekati normal.
Latihan dengan kadar glukosa darah yang tinggi akan meningkatkan sekresi
glukogen, Growth Hormone (GH) dan katekolamin. Peningkatan hormon ini
membuat hati melepas lebih banyak glukosa sehingga terjadi kenaikan kadar glukosa
darah.
3. Obat-obatan
Obat antidiabetik oral, dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
a. Golongan sulfonilurea
1) Cara kerja :
a) Merangsang sel beta pancreas untuk mengeluarkan insulin, jadi hanya
bekerja bila sel-sel beta utuh
b) Menghalangi pengikatan insulin
c) Mempertinggi kepekaan jaringan terhadap insulin
d) Menekan pengeluaran glukogen
2) Indikasi
a) Bila BB ideal 10% dan BB ideal
b) Bila kebutuhan insulin < 40 u/hr
c) Bila tidak ada stress akut, misal: infeksi berat / operasi
d) Dipakai pada diabetes dewasa, baru dan tidak pernah ketoasidosis
sebelumnya
3) Efek samping

a) Mual, muntah, sakit kepala, vertigo dan demam


b) Dermatitis, pruritus
c) Lekopeni, trombositopeni, anemia
4) Kontra indikasi
Penyakit hati, ginjal dan thyroid
b. Golongan biguanid
Tidak sama dengan sulfonilurea, karena tidak merangsang sekresi insulin.
1) Menurunkan kadar GD menjadi normal dan istimewanya tidak menyebabkan
hipoglikemia
2) Cara kerja belum diketahui secara pasti, tetapi jelas terdapat:
a) Gangguan absorbsi glukosa dalam usus
b) Peningkatan kecepatan ambalan glukosa dalam otot
4. Penurunan glukoneogenesis dalam hepar
Efek samping :
a. Nausea
b. Muntah
c. Diare
Insulin
1) Indikasi
a) Semua penderita DM dari setiap umur (baik IDDM / NIDDM) dalam keadaan
ketoasidosis
b) Diabetes yang masuk dalam klasifikasi IDDM yaitu juvenile diabetes
c) Penderita yang kurus
d) Bila dengan obat oral tidak berhasil
e) Kehamilan
f) Bila ada komplikasi mikroangiopati, misal: retinopati / nefropati
2) Jenis insulin
a) Yang kerjanya cepat: reguler insulin (RI) masa kerja 2-4 jam
b) Yang kerjanya sedang : NPH dengan masa kerja 6-12 jam
c) Yang kerjanya lambat : protamine zinc insulin (PZI) monotard ultralente (MC)
masa kerja 18-24 jam

3) Efek samping
a) Lipodistrofi : atrofi jaringan subkutan pada tempat penyuntikan
b) Hipoglikemia : dosis insulin berlebih atau kebutuhan insulin yang berkurang
c) Reaksi alergi
d) Resistensi terhadap insulin

RINGKASAN
Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit gangguan metabolic yang
ditandai oleh peningkatan kadar glukosa darah melebihi normal. Terdapat beberapa tipe
diabetes yang diketahui dan umumnya disebabkan oleh suatu interaksi yang kompleks antara
faktor genetik, lingkungan dan gaya hidup. Pada umumnya dikenal 2 tipe diabetes, yaitu
diabetes tipe 1 (tergantung insulin), dan diabetes tipe 2 (tidak tergantung insulin). Diabetes
tipe 1 biasanya dimulai pada usia anak-anak sedangkan diabetes tipe 2 dimulai pada usia
dewasa. Bila hal ini dibiarkan tidak terkendali dapat terjadi komplikasi metabolik akut
maupun komplikasi vaskuler jangka panjang, baik mikroangiopati maupun makroangiopati.

DAFTAR PUSTAKA
Adam, J., 2005. Komplikasi Kronik Diabetik Masalah, Utama Penderita Diabetes dan Upaya
Pencegahan Diabetes. Available fromhttp://www.akademik.unsri.ac.id/on 25 July 2013
American

Diabetes

Association.

2013.

Diabetes

Basic.

Available

from

http://www.diabetes.org/on 25 July 2013


Andrew, JN, Boulton, 2005. Management of Diabetic Peripheral Neurophaty. Clinical
Diabetes volume 23 no 1:pp 9-15
Baghaei, Parvaneh et al. 2010. Comparison of Pulmonary TB Patiens with and without
Diabetes Mellitus Type 2.Tannafos 2010 volume 9 no 2.13-20 p.
Barrett AM, et al. 2007. Epidemiology, public health burden, and treatment of diabetic
peripheral neuropathic pain. Pain Med. 2007 volume 8 no 2: pp 50-62
Gustaviani R, 2007. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus dalam Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, Edisi ke-4. Jakarta: Pusat penerbitan FKUI: Hlm 1857-1858
Lindsay, Tammy J. et al. 2010. Treating Diabetic Peripheral Neurophatic Pain. American
Family Physician volume 82 no 2: pp 151-158
Notoatmodjo S, 2007.Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta:
Hlm 30
PB PAPDI, 2009. Panduan Pelayanan Medik. Jakarta: Interna Publishing: Hlm 9-15
PERKENI, 2011. Konsensus Pengendalian dan Pencegahan DM Tipe 2 di Indonesia. Jakarta:
Hlm 1-7 & 14-30 Soebardi S, Yunir E, 2007. Terapi Non Farmakologis Pada
DiabetesMelitus dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi ke-4. Jakarta: Pusat
penerbitan FKUI: Hlm 1864-1867

Anda mungkin juga menyukai