Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN KASUS

GANGGUAN HIPOKONDRIK

Pembimbing: dr. Abdullah Sahab, Sp.KJ


DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN JIWA
RSJ ERNALDI BAHAR FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
PALEMBANG 2015

ANGGOTA KELOMPOK:
Lastri Ronauli Sitompul
04054811416086
Byanka Fitria
04054811416083
Retno Susilowati
04054811416088
Djodie Depati Singalaga
04084811416077
Inne Fia Mariety
04054821517005

PENDAHULUAN

Pendahuluan
Kemajuan teknologi informasi

meningkatkan kecemasan dan ketakutan


seseorang

contohnya adalah hipokondriasis, ditandai


oleh fokus gejala yang lebih ringan
daripada kepercayaan pasien bahwa ia
menderita penyakit tertentu.
4

Pendahuluan (cont)
Hipokondriasis
gangguan
somatoform (DSMIV)

Membutuhkan
perencanaan terapi
yang kreatif, kaya, dan
bersifat biopsikososial
menciptakan strategi
penatalaksanaan yang
holistik

Dihubungkan dengan
pengalaman gejala fisik
yang dirasakan oleh
penderitanya, dimana
gangguan somatoform
lainnya tidak
menunjukkan gejala fisik
di dalam dirinya.

gangguan psikiatri
paling sulit dan
kompleks untuk
diterapi secara
medis

disebabkan dari
interpretasi pasien
yang tidak realistis
dan tidak akurat
terhadap gejala atau
sensasi fisik

menyebabkan
preokupasi dan
ketakutan bahwa
mereka menderita
penyakit yang serius
gangguan fungsi
sosial
5

LAPORAN KASUS

IDENTIFIKASI
Nama
: Tn. S
Tanggal Lahir/Umur : 75 tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Pekerjaan
: Buruh
Pendidikan
: Tamat SMP
Agama
: Islam
Alamat
: Bumi Mas Talang Kelapa
Status Perkawinan : Menikah
Warga Negara : Indonesia

ANAMNESIS
Alloanamnesis

- Ny. M 63 tahun (Istri os)


- Sebab utama: Os selalu mengeluh sakit pada keluarganya walaupun sudah
diobati
- Keluhan Utama: Sakit kepala dan batuk

RPP
3 tahun
yang lalu
os mengeluh sering sakit
kepala dan batuk

os selalu meminta untuk


berobat ke dokter
Setelah diperiksa ke dokter,
hasil pemeriksaan lab,
rontgen, dan rekam jantung
menunjukkan tidak ada
masalah pada tubuh os. kter
Os selalu berpikir bahwa
penyakitnya akan timbul pada
waktu-waktu khusus.

Os sering lupa bahwa ia telah


meminum obat sehingga os
sering minum obat berulang
kali
os selalu mem meminta
disuntik setiap ada keluhan
Os telah beberapa kali
diopname di rumah sakit
tetapi dokter selalu
menyatakan bahwa os tidak
memiliki penyakit setelah
diperiksa dan dirawat
Os makan dan minum seperti
biasa. Nafsu makan os baik.
Os mandi, BAB dan BAK
seperti biasa. Os sudah lama
tidak bekerja karena faktor
usia os yang sudah tua.

10

Anak &
Remaja

Pendiam, pemalu, kurang bergaul

Dewasa

Pendiam, pemalu, kurang bergaul

Lahir normal, cukup bulan, ditolong oleh


dukun

Bayi

RIWAYAT PREMORBID

RIWAYAT PENY DAHULU


Riwayat
Riwayat
Riwayat
Riwayat
Riwayat
Riwayat
Riwayat
Riwayat

trauma kepala
: tidak ada
demam tinggi
: tidak ada
kejang
: tidak ada
darah tinggi dan kencing manis : tidak ada
alergi obat
: tidak ada
asma
: tidak ada
penggunaan NAPZA
: tidak ada
minum alkohol
: tidak ada

11

RIWAYAT PENDIDIKAN

SD
SMP

:
:

Tamat
Tamat

SD
SMP

12

RIWAYAT PEKERJAAN

Pasien bekerja sebagai buruh

13

RIWAYAT PERKAWINAN

Pasien telah menikah sebanyak dua kali

14

STATUS EKONOMI

Keadaan sosial ekonomi menengah ke bawah

15

RIWAYAT KELUARGA

16

AUTOANAMNESIS
Wawancara dan observasi
Jumat, 15 Mei 2015 pukul

dilakukan pada:
10.00 WIB

Di Klinik Jiwa Rumah Sakit Ernaldi Bahar,


Palembang.
Pemeriksaan
dan
pasien
berhadapan
dengan posisi pasien duduk di kursi.
Pasien memakai baju kaos putih dan celana
panjang warna biru.
Wawancara
dilakukan
dengan
menggunakan
bahasa
Indonesia
dan
bahasa Palembang.

17

18

19

20

21

KEADAAN UMUM
Kesadaran/Sensorium
: Compos Mentis
Perhatian
: Baik
Sikap
: Kooperatif
Inisiatif
: Ada
Tingkah Laku Motorik : Normoaktif
Ekspresi Fasial
: Normal
Verbalisasi
: Jelas
Cara Bicara
: Wajar
Kontak Psikis
:
- Kontak Fisik : Ada, adekuat
- Kontak Mata : Ada, adekuat
- Kontak Verbal : Ada, adekuat

22

KEADAAN SPESIFIK
Keadaan Afektif
: Sesuai
Hidup Emosi
Stabilitas
: Stabil
Dalam-dangkal
: Normal
Pengendalian
: Terkendali
Adekuat-Inadekuat
: Adekuat
Keadaan dan Fungsi Intelek
Daya ingat (amnesia, dsb)
: baik
Daya Konsentrasi
: Adekuat
Orientasi
: Baik
Luas Pengetahuan Umum dan Sekolah
: Sesuai
Discriminative Judgement
: Baik
Discriminative Insight
: Baik
Dugaan taraf intelegensi
: IQ rata-rata
Kemunduran intelektual (demensia, dsb)
: Tidak ada

23

KEADAAN SPESIFIK
Kelainan Sensasi dan Persepsi
Ilusi
: Tidak ada
Halusinasi
: Tidak ada
Keadaan Proses Berpikir
Psikomotilitas
: Normal
Mutu proses berpikir
: Baik
Arus Pikiran
Produktivitas
: normal
Kontinuitas
: ada
Hendaya berbahasa
:
Flight of ideas
Inkoherensi
Sirkumstansial
Tangensial
Terhalang
Terhambat
Perseverasi
Verbigerasi

:
:
:
:

: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
: Tidak ada
Tidak ada
24

KEADAAN SPESIFIK
Isi Pikiran
Pola Sentral
: Tidak ada
Waham
: Tidak ada
Ide terfiksir
: Tidak ada
Fobia
: Tidak ada
Hipokondria
: ada
Konfabulasi
: Tidak ada
Perasaan inferior
: Tidak ada
Perasaan berdosa/salah
: Tidak
Rasa permusuhan/dendam
: Tidak
Kecurigaan
: Tidak ada
Lain-lain
: Tidak ada
Pemilikan Pikiran
Obsesi
: ada
Alienasi
: Tidak ada
Bentuk Pikiran
Autistik
: Tidak ada
Dereistik
: Tidak
Simbolik
: Tidak
Paralogik
: Tidak
Simetrik
: Tidak ada
Konkritisasi
: Tidak ada
Lain-lain
: Tidak

ada
ada

ada
ada
ada
ada
25

KEADAAN SPESIFIK
Keadaan Dorongan Instinktual dan Perbuatan
Abulia/Hipobulia
: Tidak ada
Vagabondage
: Tidak ada
Katatonia
: Tidak ada

Kompulsi
: ada
Raptus/Impulsivitas
: Tidak ada
Mannerisme
: Tidak ada
Kegaduhan Umum
: Tidak ada
Autisme
: Tidak ada
Deviasi Seksual
: Tidak ada
Logore
: Tidak ada
Ekolalia
: Tidak ada
Ekopraksi
: Tidak ada
Mutisme
: Tidak ada
Lain-lain
: Tidak ada
Kecemasan (anxiety) yang terlihat secara nyata (overt)
: Tidak ada
Reality Testing Ability
: baik
26

27

Aksis I

F.45.2 Gangguan Hipokondrik

Aksis II

Z.03.2 Tidak Ada Diagnosis Aksis II

Aksis III

Cephalgia

Aksis IV

Stresor tidak diketahui

Aksis V

GAF Scale 80-71

DIAGNOSIS MULTIAKSIAL

DIAGNOSIS DIFERENSIAL

Gangguan
Gangguan

hipokondrik
obsesif kompulsif

28

29

Konseling :
menjelaskan
pada pasien tentang penyakitnya dan
konsul
ke
Spesialis
saraf
untuk
mengetahui penyebab sakit kepalanya.

Clobazam tab 10 mg : - - 1 tab

Psikotera
pi
Psikofarm
aka

TERAPI

30

Fasilitas Orientasi
Memberikan
penjelasan
kepada
keluarga dan orang sekitar tentang
penyakit pasien sehingga tercipta
dukungan sosial dalam lingkungan yang
kondusif sehingga membantu proses
penyembuhan

Sosioter
api

TERAPI

PROGNOSIS

Quo ad vitam
: Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam

31

TINJAUAN PUSTAKA

32

HIPOKONDRIASIS
Definisi suatu keadaan preokupasi atau
kekhawatiran berlebihan menderita suatu penyakit
berbahaya.
Diagnosis hipokondriasis berdasarkan PPDGJ-III adalah:
1. Keyakinan yang menetap akan adanya sekurangkurangnya satu penyakit fisik yang serius yang melandasi
keluhan-keluhannya, meskipun pemeriksaan yang berulangulang tidak menunjang adanya alas an fisik yang memadai,
ataupun adanya preokupasi yang menetap kemungkinan
deformitas atau perubahan bentuk penampakan fisiknya
(tidak sampai waham).
2. Tidak mau menerima nasehat atau dukungan penjelasan
dari beberapa dokter bahwa tidak ditemukan penyakit atau
abnormalitas fisik yang melandasi keluhan-keluhannya.
33

HIPOKONDRIASIS

Sementara itu DSM-IV mendefinisikan hipokondriasis


(F45.2) berdasarkan criteria berikut ini:
1.Preokupasi berupa ketakutan atau pikiran menderita
penyakit serius berdasarakan interpretasi yang keliru
mengenai gejala yang dirasakan.
2.Preokupasi untuk memastikan kondisinya dengan
pemeriksaan medis tertentu.
3.Kepercayaan pada kriteria 1 bukanlah intensitas delusi
(seperti gangguan delusi, tipe somatik) dan tidak terpusat
pada satu kelainan yang tampak (seperti pada gangguan
dismorfik).
4.Preokupasi yang menyebabkan distress yang signifikan
secara klinis atau gangguan dalam hubungan sosial,
pekerjaan, dan area penting lainnya.
5.Durasi gangguan tersebut paling tidak terjadi dalam 6
bulan.
6.Preokupasi tidak dapat diklasifikasikan dalam Generalized
Anxiety Disorder, Obsessive-Compulsive Disorder, gangguan

34

GANGGUAN OBSESIF
KOMPULSIF
Suatuobsesiadalahpikiran,
perasaan,ide,atausensasiyang
mengganggu (intrusif).
Suatu kompulsi adalah pikiran atau
perilaku yang disadari, dibakukan dan
rekuren, seperti menghitung, memeriksa
atau menghindari.
35

GANGGUAN OBSESIF
KOMPULSIF
Obsesif dan kompulsi memiliki ciri tertentu secara umum:
1. Suatu gagasan atau impuls yang memaksakan dirinya secara
bertubi-tubi dan terus-menerus ke dalam kesadaran seseorang.
2. Suatu perasaan ketakutan yang mencemaskan yang
menyertai manifestasi sentral dan seringkali menyebabkan
orang melakukan tindakan kebalikan melawan gagasan atau
impuls awal.
3. Obsesi dan kompulsi adalah asing bagi ego (ego-alien), yaitu
dialami sebagai suatu yang asing bagi pengalaman seseorang
tentang dirinya sendiri sebagai makhluk psikologis.
4. Tidak peduli bagaimana jelas dan memaksanya obsesi atau
kompulsi tersebut, orang biasanya menyadarinya sebagai
mustahil dan tidak masuk akal.
5. Orang yang menderita akibat obsesi dan kompulsi biasanya
merasakan suatu dorongan yang kuat untuk menahannya.
36

ANALISIS KASUS

37

AKSIS I: GANGGUAN
HIPOKONDRIK
didasarkan atas keluhan pasien yang selalu
mengeluhkan sakit kepala dan batuk meski telah
diobati
Berdasarkan teori, gangguan hipokondrik biasanya
tertuju pada satu organ. Sedangkan keluhan
pasien mengarah ke dua organ yaitu kepala dan
paru-paru

Hal ini tidak sesuai dengan karakteristik pasien


dengan gangguan hipokondrik.

38

Berdasarkan teori menurut Maslim, tanda yang paling penting


pada gangguan hipokondrik adalah adanya keyakinan yang
bersifat menetap kurang lebih selama 6 bulan terhadap
sekurangkurangnya satu penyakit fisik yang serius

Pada kasus ini, pasien telah mengeluhkan sakitnya sejak 3


tahun yang lalu Pasien bahkan sudah dilakukan
pemeriksaan dan hasilnya dalam batas normal, tidak terdapat
kelainan

namun pasien masih berkeyakinan bahwa penyakitnya


masih akan timbul pada waktu-waktu khusus. Hal ini
sesuai dengan teori gangguan hipokondrik.

39

pada gangguan hipokondrik pasien biasanya sering melakukan


doctor-shopping. Pasien juga akan sering melakukan
berbagai macam pemeriksaan dan melakukannya
berulang-ulang.
Pada kasus ini pasien sudah berobat ke dokter, dilakukan
pemeriksaan laboratorium, rontgen, dan rekam jantung dan
hasilnya menunjukkan tidak ada masalah pada tubuh pasien. Pasien
juga telah beberapa kali diopname di rumah sakit tetapi dokter
selalu menyatakan bahwa pasien tidak memiliki penyakit setelah
diperiksa dan dirawat.
Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa pasien sering
berkunjung ke berbagai pemeriksaan meski hasil
pemeriksaan pasien tersebut normal.
Hal tersebut sesuai dengan teori pada gangguan hipokondrik.
40

Berdasarkan wawancara dan paparan tersebut, pasien telah


memenuhi kriteria diagnosis hipokondriasis dari PPDGJ-III
yaitu:
1. Keyakinan yang menetap akan adanya sekurangkurangnya satu penyakit fisik yang serius yang melandasi
keluhan-keluhannya, meskipun pemeriksaan yang berulangulang tidak menunjang adanya alasan fisik yang memadai,
ataupun adanya preokupasi yang menetap kemungkinan
deformitas atau perubahan bentuk penampakan fisiknya (tidak
sampai waham).
2. Tidak mau menerima nasehat atau dukungan penjelasan
dari beberapa dokter bahwa tidak ditemukan penyakit atau
abnormalitas fisik yang melandasi keluhan-keluhannya.
41

Keluhan pasien bahwa ia


sering lupa bahwa ia
telah meminum obat
sehingga pasien sering
minum obat berulang
kali dan meminta
disuntik
pasien juga cenderung
pada satu jenis obat
dan mengatakan bahwa
jenis obat lainnya tidak
dapat mengobati
penyakitnya.

Aks
is I

Tindakan
kompulsi
Pikiran Obsesi

F45.2 Gangguan
Hipokondrik

Gangguan
Obsesif Kompulsif
disingkirkan

belum
terdapat bukti
bahwa
gangguan ini
merupakan
sumber
penderitaan,
tidak adanya
kesenangan/ke
puasan setelah
meminum
obat,
dan lain
sebagainya.
Keluhan
tersebut
timbul
berdasarkan
pikiran yang
semata-mata
timbul karena
gangguan
hipokondrik42
tersebut

Aksis II: Z.03.2 Tidak Ada


Diagnosis Aksis II

Hal ini berdasarkan tidak adanya


gangguan pada riwayat premorbid
dan pasien dapat bersosialisai
dengan baik.

43

Aksis III: Belum Ada Diagnosis

Berdasarkan
Salim, Axis III
meliputi
diagnosisdiagnosis klinis
pasien yang
berkaitan dengan
gangguan pada
sistem organ.

Pada kasus ini


dikatakan belum
ada diagnosis
karena pasien
tidak terbukti
mengalami
gangguan sistem
organ.

Hal ini dilihat dari


kebiasaan pasien
yang sering
melakukan
pemeriksaan
berulang-ulang,
namun secara
klinis tidak
ditemukan
gangguan pada
sistem organ

Jadi, dapat
dikatakan
bahwa pasien
tidak memiliki
diagnosis
untuk
penyakit
klinis
tertentu.

44

Aksis IV: Stresor Tidak Diketahui


Pada kasus ini, pasien
tidak memiliki masalah
yang dapat menyebakan
pasien mengalami
keadaan tersebut.

Aksis IV merupakan berbagai


keadaan yang dapat menjadi
faktor penyebab seseorang
mengalami gangguan kejiwaan.

Keadaan-keadaan tersebut
misalnya masalah pada
keluarga, lingkungan sosial,
pendidikan, pekerjaan,
perumahan, ekonomi,
akses ke pelayanan
kesehatan, interaksi
dengan hukum/kriminal,
dan psikososial atau
lingkungan lain.

45

Aksis V: GAF Scale


70-61
Skala 70-61
menunjukkan
keadaan
dengan
beberapa gejala
ringan dan
menetap,
disabilitas
ringan dalam
fungsi, atau
secara umum
masih baik

Pada kasus ini


pasien
tergolong ke
dalam GAF 7061 karena
berdasarkan
teori, gejala
pada pasien
dapat
digolongkan
ringan

gejala pada
pasien sudah
berlangsung
dan menetap
lebih dari 6
bulan

Secara
fungsional
pasien
digolongkan
mengalami
disabilitas
fungsi dengan
derajat ringan
karena secara
umum pasien
masih mampu
mampu
menjalankan
aktivitasnya
dengan baik.
46

47

Psikoterapi pada gangguan hipokondrik


meliputi
pengelolaan
rasa
cemas
dengan dukungan sosial dan interaksi
sosial dari anggota keluarga terdekat
yang bertujuan untuk mengurangi rasa
cemas
Dilakukan konseling untuk menjelaskan
pada pasien tentang penyakitnya
Konsul
ke
Spesialis
saraf
untuk
memastikan penyebab sakit kepalanya.

Clobazam tab 10 mg : - - 1 tab


Obat anticemas golongan
Benzodiazepine
Untuk mengurangi rasa cemas atau
depresi

Psikotera
pi
Psikofarm
aka

TERAPI

48

Fasilitas Orientasi
Dukungan dari keluarga dan orang
sekitar
yang
harus
mendapat
penjelasan sehingga mengerti tentang
penyakit pasien untuk menciptakan
dukungan sosial dalam lingkungan yang
kondusif sehingga membantu proses
penyembuhan.

Sosioter
api

TERAPI

TERIMA

49

Anda mungkin juga menyukai