Anda di halaman 1dari 27

JURNAL READING

Hubungan Distribusi Durasi


Kejang Demam dengan
Perkembangan
Disusun oleh:
Noviana R. G99141177
Sp.A,M.Kes
Putri Ayu W. G99141178

Pembimbing:
dr. Fadhilah Tia Nur,

Abstrak
Tujuan-Menilai distribusi durasi KD dalam kohort dengan
KD pertama, dan hubungan antara durasi KD dan
karakteristik dasar pada anak-anak.
Metode-Penulis menghitung probabilitas kumulatif yang
diamati, S (t), bahwa KD akan berlangsung setidaknya t
menit, S (t) = exp (-t / ). Data dicocokkan menggunakan
model yang diperoleh sebagai jumlah dari dua distribusi
eksponensial [S (t) = exp (t / 1) + (1-) exp (-t / 2)].
Setelah menilai yang paling sesuai, titik potong
menggambarkan KD lama yang ditentukan. Regresi logisitic
digunakan untuk menguji asosiasi antara KD lama dan
karakteristik dasar, perilaku dan perkembangan.

Abstrak
Hasil-Pada 158 anak-anak dengan KD pertama, durasi rata-rata adalah 4.
Durasi KD paling sesuai dengan model eksponensial campuran dua
komponen. Dengan menggunakan model ini, penulis mengidentifikasi
populasi pertama menyumbang 82,3% dari KD dan memiliki durasi ratarata 3.8 (KD singkat) dan populasi kedua menyumbang 17,7% dari KD dan
memiliki durasi rata-rata 39.8 (KD lama). KD lama secara signifikan
berhubungan dengan keterlambatan perkembangan (p = 0.010) dan
keterlambatan dan usia yang lebih muda pada KD pertama (p = 0,048).
Interpretasi-Seperti distribusi durasi kejang demam pada anak-anak,
distribusi durasi KD pertama paling baik diperagakan dengan
mengasumsikan dua populasi. Keterlambatan perkembangan dan usia
muda berhubungan dengan KD berkepanjangan. Data penulis memberikan
dukungan lebih lanjut untuk menentukan 10 menit sebagai batas atas
untuk KD sederhana.
Kata kunci: Kejang demam; Epidemiologi; Anak-anak

Pendahuluan
Kejang demam (KD) anak-anak usia 6 tahun (2-5%) dan
berkaitan dengan peningkatan risiko epilepsi berikutnya.
Epilepsi berulang 2-4% dari anak-anak dengan riwayat
KD, empat kali lebih sering pada anak-anak tanpa riwayat
KD dan risiko sama besar (57%) pada anak-anak dengan
KD fokal, berkepanjangan dan berulang.
KD berkepanjangan kejang yang berlangsung > 10
atau > 15.
Kejang tanpa demam pertama paling sesuai
menggunakan sjumlah dari dua distribusi eksponensial
dengan kejang berlangsung rata-rata 3,6 (76%) dan yang
lainnya berlangsung rata-rata 31 (24%).

Metode
Subjek Penelitian: 6 bulan - 5 tahun
Tindakan Prosedur:
Screening awal informed consent MRI otak (1 minggu dari KD).
Satu bulan kemudian, orang tua diwawancarai tentang dalam
riwayat kesehatan anak, demografi, riwayat keluarga dengan KD
dan epilepsi pada keluarga generasi pertama, dan perilaku anak.
Perilaku adaptif Vineland Scales of Adaptive Behavior untuk
semua anak-anak dan Child Behavior Checklist untuk anak usia
> 24 bulan.
Pemeriksaan neurologis diklasifikasikan sebagai abnormal jika;
hipertonus, hipotonus, atau mikrosefalus.
Tes perkembangan: Bayley Test of Infant Development < 3 tahun
dan Development Indicator for the Assessment of Learning (DIAL3) > 3 tahun.

Analisis Statistik
Menggunakan
Metode
Kaplan-Meier,
memperkirakan probabilitas kumulatif, S (t),
bahwa pasien akan memiliki KD berlangsung
setidaknya t menit.

Analisis Statistik
Asumsi Satu Populasi-Penulis pertama kali
mengasumsikan bahwa sampel penulis berasal
dari satu populasi, terlepas dari durasi KD. Penulis
menyesuaikan
data
dengan
menggunakan
distribusi eksponensial: S (t) = exp (-t/) di mana
adalah rerata durasi KD.

Analisis Statistik
Asumsi Dua Populasi-Grafik yang diamati S (t) terhadap
waktu mengungkapkan bahwa tingkat penurunan tidak
konstan dari waktu ke waktu. Sebuah model yang
dikembangkan oleh Shinnar dan rekan untuk menggambarkan
distribusi kejang tanpa demam antara 407 anak-anak
digunakan untuk menggambarkan dua populasi, dengan
menggunakan model eksponensial dua komponen campuran.
S (t) = exp (-t/ 1)+(1-) exp (-t/ 2)
Model ini melibatkan jumlah dari dua distribusi eksponensial
yang mewakili dua populasi para pasien, yang pertama
dengan rerata durasi kejang 1 , yang menyumbang proporsi
dari kasus, , dan yang kedua dengan rerata durasi kejang 2
yang menyumbang untuk proporsi sisanya dari kasus, (1- ).

Analisis Statistik
Asumsi Dua Populasi: Parameter Demam vs Tanpa
Demam-Penulis menggunakan satu satu uji proporsi
sampel untuk menentukan apakah proporsi yang diperoleh
dalam penelitian penulis untuk asumsi dua populasi
berbeda dari apa yang diamati sebelumnya untuk anakanak dengan kejang tanpa demam pertama.
Korelasi antara Durasi KD Pertama dan KeduaDiantara pasien yang memiliki KD kedua, penulis
menggunakan koefisien korelasi Pearson untuk
memperkirakan hubungan linier antara durasi KD pertama
dan kedua. Penulis menguji apakah parameter populasi, ,
secara statistik signifikan pada tingkat signifikansi 0,05.

Analisis Statistik
Hasil Analisis-Penulis memeriksa apakah anakanak dengan KD lama berbeda dari anak-anak
dengan KD pendek terkait karakteristik dasar.
Chi-squared atau uji Fisher Exact digunakan untuk
menguji perbedaan variabel kategori dan uji T
untuk variabel kontinyu; Wilcoxon Rank Sum Test
digunakan untuk variabel kontinyu yang memiliki
distribusi tidak normal.

Analisis Statistik
Karakteristik Ibu: durasi kehamilan, ibu merokok selama
kehamilan, dan pendapatan rumah tangga (<15K, 15K ke 50K, dan
50K).
Demografi anak dengan KD: usia pada KD pertama, jenis
kelamin, etnis (Hispanik atau Non-Hispanik), dan diagnosis dari
dokter mengenai keterlambatan perkembangan.
Tahapan perkembangan: Anak dianggap terlambat pada suatu
tugas jika mereka menyelesaikan tugas di usia lebih tua dari batas
atas normal. Penilaian tugas mencakup: berguling (2-5 bulan),
tersenyum (2-3 bulan), duduk tanpa bantuan (5-8 bulan), menarik
dirinya ke posisi berdiri (6-10 bulan), berdiri tanpa bantuan (11-14
bulan), mengambil langkah pertama (12-14 bulan), mulai berjalan
tanpa bantuan apapun (12-15 bulan), berlari cukup baik (18-24
bulan), membuat suara seperti "mama" atau "papa" (6.5-11.5
bulan), mengatakan satu kata yang memiliki makna (12-14 bulan),
dan mulai minum menggunakan cangkir (10-17 bulan).

Analisis Statistik
Uji Perkembangan:
< 3 tahun Bayley Test of Infant Development (domain
kognitif&motorik). > 3 tahun DIAL-3 (skor kognitif dan
motorik);
Skor kognitif rerata skor bahasa dan nilai konsep yang
distandardisasi
Vineland Adaptive Behavior Scales komunikasi, kehidupan
sehari-hari, sosialisasi, dan keterampilan motorik.
Penilaian perilaku:
Child Behavior Checklist (CBCL) di awal dan pada satu tahun
berikutnya untuk anak usia 24 bulan.
Skor CBCL internal, eksternal, dan jumlah dianalisis. Semua
analisa statistik dilakukan dengan menggunakan SAS 9.120
dan grafik dibuat dengan menggunakan STATA/SE 9.0.

Hasil

Total terdapat 159 anak dengan KD pertama. Namun,


terdapat satu anak yang tidak ada konsensus tentang
durasi pasti, meskipun kejang diklasifikasikan berlangsung
<10 menit. Anak ini dieksklusi dalam analisis empiris, tetapi
termasuk dalam hasil analisis. Di antara 158 anak dalam
sampel penulis dengan data lengkap tentang durasi kejang
yang pasti, penulis mengamati rerata durasi KD 4 menit.

Hasil
Asumsi Satu Populasi
Dengan mengasumsikan bahwa sampel berasal dari satu
populasi, rata-rata durasi KD, , ditentukan menjadi 10.20 menit.
Oleh karena itu, S (t) dihitung sebagai berikut:
S (t) = exp (-t / 10.20)

Gambar 1 menunjukkan bahwa asumsi satu populasi tidak


cocok dengan perubahan kemiringan pada durasi KD 10 menit.

Hasil
Asumsi Dua Populasi-sampel berasal dari dua populasi.
Menggunakan model ini paling cocok untuk data yang diwakili
oleh:
S(t)=0.823exp (-t/3.82)+(1-0.823)exp(-t/39.82)
Model dua populasi ini menunjukkan pada populasi pertama
memiliki proporsi = 82.3% dengan rerata durasi KD 3.82
menit, dan pada populasi kedua 17.7% dengan rerata durasi KD
39.82 menit.
Sebagai tambahan, asumsi dua populasi memiliki data yang
lebih baik untuk anak-anak tanpa keterlambatan
perkembangan. Pada kelompok ini model populasi pertama
memiliki proporsi = 84.2% pasien dengan rerata durasi KD
3.79 menit dan populasi kedua 15.8% pasien dengan rerata
durasi KD 36.17 menit.

Hasil
Korelasi Antara Durasi KD Pertama dengan KD Kedua
48 anak (30.4%) dengan KD pertama mengalami KD kedua. Untuk
menemukan normalitas bivariat, dibutuhkan korelasi Pearson, baik durasi
KD pertama dan KD kedua dibuat dalam bentuk log (Gambar 2).

Dari hasil tidak dapat ditemukan bukti yang kuat untuk mencari hubungan
linear yang signifikan antara durasi pertama KD dengan kedua (r=0.12,
p=0.40). Analisis tambahan membandingkan resiko KD berulang dengan
durasi yang lama pada anak dengan KD durasi pertama singkat versus
lama, menunjukkan hasil yang konsisten (RR=1.11; 95% CI=0.46-2.66).

Hasil
Perbandingan Hasil antara Anak dengan KD Lama vs
KD Singkat
Karakteristik maternal-Tidak ada perbedaan anak dengan
KD lama vs KD singkat bila dilihat dari riwayat umur
kehamilan (p=0.75), riwayat ibu merokok selama kehamilan
(p=0.13) atau pendapatan rumah tangga (p=0.35, Tabel 1).
Demografi-Anak dengan KD lama sering terjadi pada usia
yang lebih muda saat KD pertama (15 bulan (IQR=12.5-20) vs
19 bulan (IQR=15-24),p=0.048) dan cenderung memiliki
keterlambatan perkembangan daripada anak dengan KD
singkat (14.3% vs 1.6%, p=0.010). Namun, tidak ada
perbedaan angka kejadian yang signifikan berdasarkan jenis
kelamin (p=0.17) atau etnis (p=0.38, Tabel 1) untuk anak
dengan KD singkat vs KD lama.

Hasil
Tabel 1

Hasil
Tahapan Perkembangan-Anak dengan KD lama lebih
cenderung mengalami keterlambatan perkembangan dalam
berguling, duduk tanpa bantuan, menarik dirinya ke posisi
berdiri, dan mengambil langkah pertama dibandingkan
anak dengan KD singkat (Gambar 3). Keterlambatan dalam
berdiri tanpa bantuan dan berjalan tanpa bantuan
merupakan gangguan perkembangan yang lebih sering
terjadi pada anak dengan KD lama daripada anak dengan
KD singkat, namun, temuan ini tidak bermakna secara
statistik. Tidak terdapat perbedaan dalam tugas
perkembangan lainnya seperti tersenyum, berlari dengan
baik, membuat suara seperti mama atau papa,
mengatakan satu kata yang memiliki makna, dan mulai
minum menggunakan cangkir (Gambar 3).

Hasil
Uji Perkembangan di Awal-Awalnya, anak dengan KD
lama memiliki skor motorik yang lebih rendah daripada
anak dengan KD singkat (87.5 18.1 vs 93.5 13.7,
p=0.1), namun perbedaan ini tidak signifikan secara
statistik. Dan dengan cara yang sama, durasi KD tidak
berhubungan dengan skor kognitif (p=0.64) maupun
kemampuan adaptif (komunikasi (p=0.29), kehidupan
sehari-hari (p=0.52), sosialisasi (p= 0.34), dan kemampuan
motorik; p=0.48, Tabel 1).

Hasil

Gambar 3

Diskusi
Durasi kejang paling baik diwakili oleh model yang menggambarkan
dua populasi anak dengan kejang lama dan kejang singkat. Selain
itu, titik potong antara dua distribusi data berada di durasi sekitar 10
menit, yang menguatkan bukti untuk membuat 10 menit tersebut
membagi macam untuk durasi yang berkepanjangan diklasifikasikan
sebagai KD kompleks.
KD yang berkepanjangan terjadi pada subgrup anak dan tampaknya
populasi kedua yang diperkirakan meningkatkan risiko epilepsi
berikutnya menambah pemahaman bahwa otak dengan cara yang
berbeda-beda dipegaruhi oleh KD yang berkepanjangan.
Hasil model dua eksponensial sesuai dengan data pada kedua kasus,
pada anak dengan KD pertama dan kejang pertama tanpa provokasi.
Perbedaan antara KD dan kejang tanpa demam terletak pada
proporsi relatif anak-anak pada kelompok durasi kejang yang singkat
atau lama.

Diskusi
Data dari penelitian Columbia University dan dari penelitian FEBSTAT
menunjukkan bahwa model eksponensial dua komponen campuran
untuk KD pertama sesuai dengan durasi kejang hingga sekitar 60
menit, pada ekor distribusi model eksponensial diasumsikan bahwa
probabilitas kejang berhenti pada waktu t tidak bergantung dari
berapa lama sudah berhenti, tidak lagi dipakai. Meskipun demikian,
model berlaku untuk sebagian besar anak-anak dengan KD pertama.
Penulis gagal menemukan hubungan antara durasi KD pertama dan
durasi KD kedua, sedangkan korelasi signifikan secara statistik
diamati antara durasi dari kejang tanpa demam yang pertama
maupun kedua.
Kejang tanpa demam tanpa provokasi, menyiratkan bahwa proses
menuju manifestasi klinis kejang dan menentukan durasi yang stabil
dari waktu ke waktu, KD muncul dari interaksi yang mendasari yang
disebabkan oleh febris ilness dan memberikan kerentanan pada anak.

Diskusi
Kerentanan untuk mengalami KD berubah dari waktu ke
waktu karena KD merupakan fenomena terkait usia dan
kerentanan mungkin berbeda pada usia 12 bulan dan 36
bulan. Penyakit yang mendasari juga dapat berperan seperti
interaksi fungsional antara interleukin-1, asam Aminobutyric dan glutamat yang memprovokasi demam.
Anak-anak dengan keterlambatan perkembangan lebih
mungkin untuk mengalami kejang berkepanjangan di
kelompok KD pertama
Keterlambatan perkembangan memiliki hubungan dengan
KD berkepanjangan dalam SED.
20% dari anak-anak memiliki keterlambatan perkembangan
sebelumnya, merupakan faktor risiko untuk epilepsi
berikutnya dan status demam berulang.

Diskusi
KD
berkepanjangan
lebih
mungkin
menyebabkan
abnormalitas secara neurologis daripada anak-anak dengan
KD non-fokal. Sehingga menjelaskan bahwa peningkatan
risiko keterlambatan motorik dasar yang diamati pada anak
dengan KD panjang.
Data hewan coba terbaru menunjukkan bahwa kejang
demam yang sangat lama tidak hanya menyebabkan
cedera hipokampus dan epilepsi lobus temporalis
berikutnya tetapi juga dapat menyebabkan gangguan
belajar dan memori.

Kesimpulan
Distribusi KD pertama paling baik dengan menggunakan
model dua jenis populasi, yaitu kelompok kejang lama dan
kejang singkat. Terdapat dua populasi yang berbeda pada
perkembangan dan faktor lainnya. Durasi SED mungkin
tidak dapat diterapkan pada jenis model yang sama. Dari
penelitian ini, data yang didapat serupa dengan distribusi
durasi kejang pada anak dengan kejang pertama tanpa
provokasi. Penelitian ini menggunakan dasar 10 menit
sebagai batas atas dari kejang demam sederhana.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai