Anda di halaman 1dari 6

Volume 5 No.

2 Tahun 2006

KOORDINASI RELE OVER CURRENT (OCR) PADA JARINGAN


DISTRIBUSI PRIMER 20KV BANDA ACEH

Ramdhan Halid Siregar


Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

2.

ABSTRAK
Perhitungan arus gangguan hubung singkat pada
jaringan distribusi primer 20 kV Banda Aceh dengan
menggunakan bantuan software ETAP powerstation 4.0
dan perhitungan koordinasi rele over current ( OCR )
dengan bantuan software Microsoft Excel Macro yang
dilakukan pada koordinasi rele yang dipasang di
penyulang lubuk ( rele C ) yang berada di hilir dan di
suplai melalui GI-2 ( rele A ) yang berada di hulu serta
melalui GH lambaro ( rele B ). Setting yang digunakan
pada rele C adalah 0,08s/225A, rele B adalah
0,5s/16000A dan rele A adalah 5s/20000A, maka akan
diperoleh hasil perhitungan koordinasi rele over current
yang berupa kurva karakteristik waktu inverse. Jika
gangguan hubung singkatnya terjadi di P. Lubuk maka
rele C yang akan bekerja terlebih dahulu, kemudian rele
B dan yang terakhir rele A.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Koordinasi Alat Perlindungan


Koordinasi pada dasarnya adalah memilih alat
pelindung dan menentukan setelan waktu guna
menentukan daerah perlindungannya terhadap gangguan
sementara dan mengkoordinasikan alat-alat perlindungan,
untuk itu secara umum sarjana teknik yang
berkecimpung dalam distribusi harus mempersiapkan
data-data berikut:
1.
2.
3.
4.
5.

Kata Kunci : Koordinasi, setting rele dan OCR.

Peta jaringan dengan skala.


Menentukan tempat-tempat alat pelindung yang
telah dipasang.
Kurva karakteristik waktu arus dari alat-alat
perlindungan.
Arus tenaga (keadaan normal dan darurat).
Arus gangguan pada setiap titik dimana alat
pelindung dipasang.

2.2 Mamfaat Koordinasi Alat Perlindungan


1.

PENDAHULUAN
1.

Sistem proteksi merupakan salah satu komponen


penting dalam sistem tenaga listrik secara keseluruhan.
Tanpa adanya pengaman, tenaga listrik yang dihasilkan
tidak dapat ditransmisikan dan didistribusikan kepada
konsumen dengan tingkat kehandalan atau kualitas yang
tinggi.
Sistem proteksi tenaga listrik merupakan sistem
pengamanan
terhadap
peralatan-peralatan
yang
terpasang pada sistem tenaga listrik, seperti generator,
bus bar, transformator, saluran udara tegangan tinggi,
saluran kabel bawah tanah, dan sebagainya terhadap
kondisi tidak normal operasi sistem tenaga listrik
tersebut. [6]
Perhitungan koordinasi rele arus lebih (OCR)
sangat diperlukan dalam meminimalkan pemadaman
akibat arus gangguan hubung singkat, sehingga hanya
pada jaringan yang terganggu saja yang dipadamkan,
sedangkan untuk jaringan yang lain tetap dalam kondisi
normal.

28

2.

3.

Menghilangkan pemadaman akibat gangguan


sementara.
Meminimumkan daerah/bagian yang terganggu agar
dapat mengurangi jumlah pelanggan yang
mengalami pemadaman akibat gangguan tersebut.
Menentukan tempat terjadinya gangguan, dengan
demikian lamanya waktu pemadaman dapat
dipersingkat (minimum).

2.3 Jenis-Jenis Gangguan Hubung Singkat


Macam gangguan yang mungkin terjadi pada
sistem distribusi tenaga listrik adalah:
1. Gangguan tiga fasa dengan atau tanpa ke tanah.
2. Gangguan fasa ke fasa.
3. Gangguan satu fasa ke tanah.
4. Gangguan fasa ke fasa dan ke tanah.
Bila dilihat dari frekuensi gangguan yang terjadi,
maka urutannya adalah sebagai berikut:
1. Gangguan satu fasa ke tanah = 70%
2. Gangguan dua fasa
= 15%
3. Gangguan dua fasa ke tanah = 10%
4. Gangguan tiga fasa
= 5% [3]

Jurnal Rekayasa Elektrika

Volume 5 No.2 Tahun 2006

2.4 Setting Over Current Relay (OCR)


Pada umumnya rele yang digunakan pada
jaringan distribusi primer Banda Aceh merupakan jenis
rele ABB tipe SPAJ-140 C dan tipe Sepam (Merlin
Gerin), pada penelitian ini yang di analisis adalah rele
tipe SPAJ-140 C.
Setting yang digunakan dalam analisa ini adalah
karakteristik waktu normal inverse, hubungan antara
arus dan waktu dapat dinyatakan dalam persamaan
berikut:

t[ s ] =

4.1 Perhitungan Arus Gangguan Hubung Singkat


Tiga Fasa

If

1
>
I

Dimana :
t(s)
k
If
I>

= waktu operasi dalam detik


= pengali waktu
= nilai arus gangguan
= nilai arus kerja

= 0,02
= 0,14

3.

METODE PENELITIAN

3.1 Bahan Penelitian


Bahan atau materi dalam penelitian ini adalah :
1.

2.

3.
4.

Observasi langsung ke lapangan, untuk melihat


lebih jelas tentang alat yang akan di analisa yaitu
rele ABB tipe SPAJ-140 C.
Melakukan tanya jawab dengan pembimbing
lapangan tentang semua yang berhubungan dengan
karya ilmiah ini.
Buku teks dan makalah sebagai acuan yang ada
kaitannya dengan penelitian ini.
Data jaringan distribusi primer Banda Aceh.

3.2 Alat Penelitian


Alat yang akan digunakan dalam penelitian ini
berupa satu unit komputer pribadi (PC) untuk menguji
program komputer dengan spesifikasi prosesor PII 450
MHz dan memori 64 MB, dan program aplikasi ETAP
Power Station 4.0 dan program Excel Macro.

4.

HASIL PENELITIAN

Perhitungan arus gangguan hubung singkat pada


jaringan setengah siklus untuk jaringan distribusi primer
sistem Banda Aceh, dengan asumsi impedansi gangguan
sama dengan nol (Zf = 0), dan semua bus terganggu.
Perhitungan arus gangguan hubung singkat dihitung
dengan bantuan simulasi software ETAP PowerStation
29

4.0 dimana data yang diperlukan di inputkan, sehingga


diperoleh arus gangguan hubung singkat tiga fasa, satu
fasa ke tanah, fasa ke fasa dan dua fasa ke tanah.
Selanjutnya untuk menghitung koordinasi rele
Over Current (OCR), penulis menggunakan bantuan
Microsoft Excel Macro yang digunakan PLN Banda
Aceh dalam melakukan perhitungan koordinasi rele
OCR pada sisi hulu dan hilir dari tiap jaringan.
Kemudian hasil yang ditampilkan berupa kurva/grafik
karakteristik Inverse Time.

One-line diagram sistem distribusi primer Banda


Aceh dapat dilihat pada lembar lampiran Karya Ilmiah
ini. Dari gambar tersebut dapat dilihat sistem distribusi
Banda Aceh.
Jika dilihat dari frekuensi gangguan, maka
gangguan tiga fasa ini adalah gangguan yang paling
jarang terjadi (kira-kira 5%) dari total gangguan yang
terjadi. [3]
Pada karya ilmiah ini penulis hanya menampilkan
arus gangguan tiga fasa dan fasa ke fasa yang berupa
kesimpulan (summary) saja.
Tabel 1. Arus gangguan hubung singkat tiga fasa untuk
tiap bus yang terganggu
Ratin Gangguan Tiga
No
Nama Bus
g
Fasa
(kV)
( kA (rms))
1 Bus TVRI
20
2,292
2
Bus Ulee Kareng
20
2,298
3
Bus Ulee Lheue
20
3,083
4
Bus Unsyiah
20
1,289
5
GH Ajun-1
20
5,055
6 GH Ajun-2
20
5,055
7
GH Jantho
20
0,889
8
GH L. Bata 1
20
9,696
9
GH L. Bata 2
20
9,696
10 GH Lambaro 1
20
8,429
11 GH Lambaro 2
20
8,429
12 GH Merduati 1
20
8,146
13 GH Merduati 2
20
8,146
14 GI 2
20
9,154
15 GI 1
20
9,154
16 Indrapuri
20
1,257
17 Ktr. Gubernur-1
20
2,795
18 Ktr. Gubernur-2
20
2,795
19 Lingke
20
4,409
20 PDAM
20
7,411
21 T.Abee
20
0,682
22 Bus 2
150
0,698
23 Bus 3
150
0,698
24 Bus 5
6,3
38,109
25 Bus 7
6,3
408,999
26 Bus 9
0,40
3,121
27 Bus 37
0,40
3,252
28 Bus Blg Bintang
20
1,600
Jurnal Rekayasa Elektrika

Volume 5 No.2 Tahun 2006

29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56

Bus Blg Padang


Bus DPRD
Bus Jantho
Bus Kota 1
Bus Kota 2
Bus L.Bata .1
Bus L.Bata. 2
Bus lampenerut
Bus Lamteuba
Bus Lamtemen
Bus Lhoknga
Bus Lubuk
Bus Mata IE
Bus Mibo. 1
Bus Mibo. 2
Bus Mesjid Raya
Bus Neusu
Bus Pendopo
Bus Pagar Air
Bus Peukan Bada
Bus PLN Wil .2
Bus PLN Wil. 1
Bus Prada
Bus Saree
Bus setui
Bus Smpg Rima
Bus Syiah Kuala
Bus Tungkop

20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20

2,757
3,335
0,611
4,747
3,335
10,128
10,128
5,760
0,533
2,717
0,718
1,692
2,292
4,934
4,934
4,077
3,335
5,435
5,014
2,994
2,768
2,430
4,409
0,533
1,987
2,994
1,959
1,057

Tabel 1 di atas memperlihatkan kondisi semua


bus penyulang pada jaringan distribusi Banda Aceh yang
terjadi gangguan hubung singkat dalam kA rms,
gangguan ini terjadi pada kondisi normal.
4.2 Perhitungan Arus Gangguan Hubung
Fasa Ke Fasa

Singkat

Adapun bus penyulang yang dalam kondisi


gangguan hubung singkat fasa ke fasa ditampilkan
dalam Tabel 2 berikut.
Tabel 2. Arus gangguan hubung singkat fasa ke fasa
untuk tiap bus yang terganggu
Ratin Gangguan Fasa
No
Nama Bus
g
Ke Fasa
(kV)
( kA (rms))
1 Bus TVRI
20
1,985
2
Bus Ulee Kareng
20
1,990
3
Bus Ulee Lheue
20
2,670
4
Bus Unsyiah
20
1,117
5
GH Ajun-1
20
4,378
6 GH Ajun-2
20
4,378
7
GH Jantho
20
0,770
8
GH L. Bata 1
20
8,397
9
GH L. Bata 2
20
8,397
10 GH Lambaro 1
20
7,299
11 GH Lambaro 2
20
7,299
12 GH Merduati 1
20
7,054
30

13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56

GH Merduati 2
GI 2
GI 1
Indrapuri
Ktr. Gubernur-1
Ktr. Gubernur-2
Lingke
PDAM
T.Abee
Bus 2
Bus 3
Bus 5
Bus 7
Bus 9
Bus 37
Bus Blg Bintang
Bus Blg Padang
Bus DPRD
Bus Jantho
Bus Kota 1
Bus Kota 2
Bus L.Bata .1
Bus L.Bata. 2
Bus lampenerut
Bus Lamteuba
Bus Lamtemen
Bus Lhoknga
Bus Lubuk
Bus Mata IE
Bus Mibo. 1
Bus Mibo. 2
Bus Mesjid Raya
Bus Neusu
Bus Pendopo
Bus Pagar Air
Bus Peukan Bada
Bus PLN Wil .2
Bus PLN Wil. 1
Bus Prada
Bus Saree
Bus setui
Bus Smpg Rima
Bus Syiah Kuala
Bus Tungkop

20
20
20
20
20
20
20
20
20
150
150
6,3
6,3
0,40
0,40
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20

7,054
7,928
7,928
1,089
2,420
2,420
3,818
6,418
0,591
0,604
0,604
33,004
354,203
2,703
2,816
1,386
2,388
2,888
0,529
4,111
2,888
8,771
8,771
4,988
0,479
2,353
0,622
1,466
1,985
4,273
4,273
3,530
2,888
4,707
4,343
2,593
2,398
2,104
3,818
0,479
1,721
2,593
1,697
0,915

Dari Tabel 2 di atas dapat dilihat kondisi bus-bus


penyulang pada jaringan distribusi primer Banda Aceh
yang mengalami gangguan hubung singkat fasa ke
fasa.Disamping dapat menampilkan data mengenai arus
gangguan hubung singkat tiga fasa dan fasa ke fasa,
program ETAP Power Station 4.0 ini juga dapat
menampilkan data arus gangguan hubung singkat satu
fasa ke tanah dan dua fasa ke tanah, selain itu program
ini juga menampilkan tegangan tiap fasanya (Va, Vb dan
Vc) pada sistem distribusi primer Banda Aceh, namun
pada Karya Ilmiah ini, penulis membatasi analisa data
hanya pada kondisi gangguan hubung singkat tiga fasa
dan gangguan hubung singkat fasa ke fasa saja.
Jurnal Rekayasa Elektrika

Volume 5 No.2 Tahun 2006

4.3 Perhitungan Koordinasi Rele OCR

10

100

1.000 I (Ampere)10.000

10000

Rele arus lebih (over current relay) atau dikenal


dengan OCR dikoordinasikan berdasarkan hasil
perhitungan untuk jenis gangguan tiga fasa dan fasa ke
fasa pada jaringan setengah siklus setelah gangguan,
pada makalah ini penulis memilih rele jenis ABB tipe
SPAJ 140-C. sebagai contoh, koordinasi untuk
penyulang lubuk.

A:OCR

t (detik)

B:OCR
C:OCR

1000

A:GFR
B:GFR
C:GFR

100

10

GI-2

Inc.lambaroP.Lubuk
B
C

Exp.Lambaro
GH.Lambaro

0,1

Gambar 1. Diagram satu garis penyulang lubuk


0,01

Kemudian data setting tiap rele yang diperoleh dari


lapangan kita masukkan ke dalam Tabel 3 di bawah ini:
Gambar 2. Grafik koordinasi rele OCR dari penyulang
lubuk hingga ke gardu induk.

Tabel 3. Tabel data setting rele


SPAJ

RELE-A

RELE-B

RELE-C

140 C

SET

I (A)

SET

I (A)

SET

I (A)

I>

0,60

500

0,70

312

0,50

56

t>

4,00

I>>

4,00

t>>

5,00

0,25
20.000

3,00

0,08
16.000

0,50
120

0,30

80

4,00

OCR

0,30

I (Amp)
1.692
8.429
9.154
1.466
7.299
7.921

0,30

to>

4,00

Io>>

1,25

to>>

5,00

0,50

0,08

SGF

99

99

99

SGR

128

128

128

SGB

171

171

171

CT

400

0,25

/5A

1,50

400

23

0,08
4000

/5A

Tabel 4. Tabel pembacaan grafik

225

0,08

Io>

5000

Dari grafik karakteristik diatas maka bisa


ditentukan waktu bekerjanya rele A, B dan C. sesuai
dengan besarnya arus gangguan hubung singkat tiga fasa
dan fasa ke fasanya.

0,80

75

60

/5A

DAYA MAKSIMUM YANG BISA DISALURKAN


500 A

312 A

56 A

13,8MW

8,65MW

1,55MW

t (detik)
A
5,00
5,00
5,00
15,19
5,00
5,00

B
0,50
0,50
0,50
0,50
0,50
0,50

C
0,08
0,08
0,08
0,08
0,08
0,08

Rele SPAJ 140-C merupakan gabungan antara


rele arus lebih (OCR) dan rele gangguan tanah (GFR).
Karena penelitian ini dibatasi hanya untuk gangguan
hubung singkat tiga fasa dan fasa ke fasa pada jaringan
setengah siklus setelah gangguan, sehingga rele yang
bekerja adalah rele arus lebih (OCR) saja, sehingga
untuk rele gangguan tanah di OFF kan (1 = ON, 0 =
OFF). seperti dalam Tabel 5 berikut.
Tabel 5. Tabel pembacaan grafik

Diasumsikan Cos =0.8


1/0

Dengan menggunakan bantuan software excel


macro yang digunakan PLN dalam menghitung
koordinasi rele OCR, diperolehlah grafik karakteristik
inverse time seperti Gambar 2 berikut ini.

31

KETERANGAN KARAKTERISTIK

A : OCR

Normal Inverse

B : OCR

Normal Inverse

C : OCR

Normal Inverse

A : GFR

<< OFF >>

B : GFR

<< OFF >>

C : GFR

<< OFF >>

Jurnal Rekayasa Elektrika

Volume 5 No.2 Tahun 2006

singkat paling rendahnya terjadi pada Bus Lamteuba dan


Saree yang besarnya 0,479 kA.

4.4 Perhitungan Setting Waktu


Langkah awal yang harus dilakukan adalah
menentukan nilai konstanta k dengan menggunakan
persamaan 1, dengan waktu kerja rele yang paling hilir
hingga ke hulu seperti pada Tabel 3 di atas.
Untuk nilai arus gangguan hubung singkat tiga
fasa, bisa dilihat pada Tabel 6, sehingga nilai konstanta k
bisa ditentukan.
Tabel 6. Arus gangguan hubung singkat tiga fasa
Penyulang/Bus
P. lubuk (rele C)
Inc.Lambaro (rele
B)
Gardu induk (rele
A)

Beban
(kW)
1,55
8,65

If
(A)
1692
8429

I>/t>
(A/S)
56/0,08
100/0,08

K
0,04
0,1

13,8

9154

312/0,25

0,2

Dengan menggunakan langkah yang sama dengan


yang di atas, maka untuk gangguan hubung singkat fasa
ke fasa juga bisa ditentukan konstanta k nya.
Tabel 7. Arus gangguan hubung singkat fasa ke fasa
Penyulang/Bus
P. lubuk (rele C)
Inc.Lambaro (rele
B)
Gardu induk (rele
A)

Beban
(kW)
1,55
8,65

If
(A)
1466
7299

I>/t>
(A/S)
56/0,08
100/0,08

K
0,039
0,102

13,8

7928

312/0,25

0,195

Jika waktu setting yang ditentukan terlalu dekat


atau terlalu jauh untuk tiap seksinya maka kita dapat
memperbesar atau memperkecil nilai dari konstanta k
dengan mengubah waktu.

5. ANALISA DATA
5.1 Gangguan Hubung Singkat Tiga Fasa
Pada perhitungan arus gangguan hubung singkat
tiga fasa dengan menggunakan bantuan program aplikasi
ETAP powerstation 4.0, hasil perhitungannya seperti
pada Tabel 1, arus gangguan hubung singkat tiga fasa
yang paling besar terjadi pada Bus 7 ( 408,999 kA ), dan
yang paling rendahnya terjadi pada Bus Lamteuba dan
Saree yang besarnya 0,533 kA.
5.2 Gangguan Hubung Singkat Fasa Ke Fasa
Pada gangguan ini metode yang digunakan sama
seperti pada perhitungan arus gangguan hubung singkat
tiga fasa. Hasil perhitungannya seperti pada Tabel 2,
arus gangguan hubung singkat yang paling besar terjadi
pada Bus 7 (354,203 kA) dan arus gangguan hubung

32

5.3 Koordinasi Rele OCR


Perhitungan
koordinasi
dihitung
dengan
menggunakan bantuan Software Excel Macro yang
dilakukan pada rele jenis SPAJ 140-C, dengan
mengambil salah satu contoh yaitu koordinasi antara rele
A ( gardu induk ), rele B ( incoming lambaro ) dan rele C
( penyulang lubuk ) dengan memasukkan data setting
arus dan waktu sesuai dengan yang ada di lapangan
( Tabel 3 ). Maka diperoleh grafik karakteristik Inverse
time dan yang ditampilkan hanya grafik rele OCR,
sedangkan rele GFR nya di non-aktifkan.
Pada Tabel 4 bisa dilihat waktu kerja dari rele A,
B dan C sesuai dengan arus gangguan yang terjadi pada
tiap-tiap bus dan penyulang yang di analisa. Dari tabel
jelas terlihat bahwa rele yang bekerja telebih dahulu
adalah rele C ( P. lubuk ) yang bekerja pada 0,08 detik,
kemudian rele B ( Inc. lambaro ) yang bekerja pada 0,5
detik dan terakhir adalah rele A ( gardu induk ) pada 5
detik setelah gangguan hubung singkat terjadi.
Dalam menentukan besarnya nilai konstanta K
dengan menggunakan persamaan 1, maka diperoleh nilai
rata-rata ( pembulatan desimal ) sebesar 0,04 untuk rele
C, 0,1 untuk rele B dan 0,2 untuk rele A.

6.

KESIMPULAN

Dari analisa data pada Karya Ilmiah ini dapat


diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut
1. Bus-bus yang letaknya langsung berhubungan
dengan sumber pembangkit (Bus 7) mengalami
arus gangguan hubung singkat paling besar, dan
sebaliknya (Bus Saree dan Lamteuba) mengalami
arus gangguan yang paling kecil sehingga
diperlukan perhitungan koordinasi rele yang lebih
teliti.
2. Perhitungan arus gangguan hubung singkat pada
jaringan 1,5-4 siklus setelah gangguan (transient)
dapat digunakan dalam menentukan tingkat
kehandalan, selektifitas dan sensitifitas dari rele
yang digunakan dalam menghitung penkoordinasian
rele yang dipasang di hulu dan hilir dari jaringan
distribusi primer.
3. Perhitungan koordinasi rele yang diteliti dari satu
contoh, yaitu koordinasi rele yang dipasang di
Gardu Induk dengan GH lambaro telah sesuai
menurut aturan yang berlaku, artinya rele yang di
sisi hilir (Rele C) yang lebih dulu bekerja.
4. Jika setting waktu yang ditentukan terlalu dekat atau
terlalu jauh untuk tiap seksinya maka kita dapat
memperbesar atau memperkecil nilai dari konstanta
k dengan mengubah waktu.

Jurnal Rekayasa Elektrika

Volume 5 No.2 Tahun 2006

7. REFERENSI
[1] ABB Automation Inc, 2006, SPAJ 140 C
Overcurrent
and
earth
faulth
relay,
http://www.abb.com/global/seitp328.nsf/
[2] Amri, K 2003, Analisa Hubung Singkat Jaringan
Distribusi 20 kV Terhadap Performansi Peralatan
Proteksi PT. PLN (persero) Wilayah NAD Cabang
Banda Aceh, Banda Aceh.
[3] Basri, H 1997, Sistem Distribusi Daya Listrik, ISTN,
Jakarta Selatan.
[4] Kadarisman, P 2001, Makalah koordinasi rele arus
lebih & rele gangguan tanah, Jakarta.
[5] PT. PLN (persero) Wil NANGGROE ACEH
DARUSSALAM Cabang Banda Aceh 2006, Data
Beban Penyulang Sistem Banda Aceh, Banda Aceh.
[6] Supriyadi, E., 1999, Sistem Pengaman Tenaga
Listrik, Adicita, Yogyakarta.

33

Jurnal Rekayasa Elektrika

Anda mungkin juga menyukai