Anda di halaman 1dari 2

Jerawat merupakan penyakit umum yang biasanya dapat sembuh dengan sendirinya yang

dapat disebabkan oleh banyak faktor. Jerawat melibatkan adanya inflamasi pada folikel kelenjar
minyak (sebaseus) yang terdapat pada wajah ataupun tubuh bagian atas (Sukandar, 2011).
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya jerawat adalah peningkatan produksi sebum,
keratinisasi yang abnormal pada kanal pilosebaseus, kolonisasi bakteri dan inflamasi. Selain itu,
terdapat beberapa faktor eksogen yang juga dapat memicu bahkan memperparah jerawat
antara lain rendahnya kebersihan diri, premenstruasi, penggunaan kosmetik yang berbasis
minyak, berkeringat adanya paparan siar ultraviolet dan iritasi (Koda-Kimble, 2009). Jerawat
biasanya diawali dengan lesi primer atau biasa disebut komede yang merupakan akibat dari
penyumbatan folikel pilosebaseus. Kanal folikular melebar dan produksi sel meningkat. Sebum
akan bercampur dengan kelebihan pengelupasan sel pada kanal folikular lalu membentuk
sumbatan keratinosit atau komedo. Apbila dinding folikular pecah atau rusak, maka isi folikel
akan menonjol keluar pada lapisan dermis yang biasa disebut pustula. Inflamasi yang terjadi
pada jerawat disebabkan oleh Propionibacterium acnes . Bakteri P. Acnes merupakan
mikroorganisme anaerob yang dapat berkembang di lingkungan yang merupakan campran
sebum dan keratinosit. Bakteri P.acnes bersifat antigenik dan dapat meningkatkan pembentukan
antibodi yang akan menimbulkan respon inflamasi (Sukandar, 2011).
Saat ini, jerawat diklasifikasikan menjadi 3 kategori. Jerawat tingkat rendah terdiri dari
komedo <20, papula <15, lesi total <30 dan biasanya tidak disertai dengan nodul. Jerawat
tingkat sedang terdapat 20-100 komedo, lesi inflamasi 15-50, lesi total 30-125 dan biasanya
terdapat nodul. Sedangkan jerawat tingkat berat terdapat komedo >100, lesi inflamas >50, lesi
total >125 dan nodul >5 (Koda-Kimble, 2009). Tanda dan gejala jerawat pada seseorang adalah
terdapatnya komedo, pustula, papula, nodul dan kista baik pada wajah, punggung ataupun
dada. Selain itu, terdapat lesi infalamasi ataupun noninflamasi, bekas luka serta hiperpigmentasi
(Dipiro, 2005).
Pengobatan jerawat bertujuan untuk mencegah pembentukan lesi jerawat yang baru,
menyembuhkan lesi yang ada serta mencegah atau meminimalkan bekas luka (Sukandar, 2011).
Pengobatan jerawat sedapat mungkin menggunakan antijerawat nonantibiotika. Hindari
pengobatan bersama dengan antibiotik oral yang berbeda dengan atibiotik topikal. Selain itu,
prinsip pengobatan jerawat adalah apabila suatu antibiotik efektif untuk mengobati jerawat,
maka dapat digunakan kembali utnuk pengobatan ulang. Pengobatan dengan menggunakan
antibiotik biasanya tidak lebih dari 6 buan (Sukandar,2011).
Terapi farmakologi untuk penderita jerawat didasarkan pada jenis jerawat. Adapun terapi
pengobatannya adalah (Sukandar, 2011):
Komedo
Ringan
Terapi
utama

Topikal
Retinoid

Papular
Pustular Ringan
Topikal Retinoid
+ Topikal
antibiotik

Papular
Pustular
Sedang
Antibiotik oral
+ Topikal
Retinoid
Benzil
Peroksida
Antibiotik oral
+ Topikal
Retinoid
Benzil
Peroksida

Nodular Sedang

Nodular Parah

Antibiotik Oral
Oral
+ Topikal
Isotretinoin
Retinoid
Benzil
Peroksida
Alterna Topikal
Topikal
Oral
Antibiotik Oral
tif
Retnoid/ Asam Antibiotik +
Isotretinoin
+ Topikal
Salisilat/ Asam Topikal Retinoid
atau Antibiotik
Retinoid +
azelaik
/ Asam Azelaik
Oral + Topikal
Benzil
Retinoid
Peroksida
Benzil
Peroksida/
Asam azelaik
Benzil peroksida merupakan agen antibakteri nonantibiotik yang bersifat bakteriostatik
terhadap P.acnes. Tretinoin yang merupakan topikal retinoid merupakan komedolitik yang
bekerja dengannmeningkatkan pergantian dinding sel folikel sehingga menyebabkan
pengeluaran komedo dan menghambat pembentukan komedo baru. Selain itu, tretinoin juga
dapat mengurangi lesi inflamasi (Dipiro, 2005). Asam azelaik berfungsi untuk menormalkan
keratinisasi dan mengurangi peradangan denga menekan aktivitas P.acnes. senyawa ini juga

dapat menghambat tirosinase yang akan menghambat produksi melanin sehingga bermanfaat
untuk mengobati pasien yang mengalami hiperpigmentasi (Kode-Kimble, 2009).
Selain terapi obat, beberapa hal dapat dilakukan oleh penderita jerawat untuk membantu
pengobatan seperti mencuci wajah 2 kali sehari dengan air hangat atau pencuci wajah yang
rinagn. Jangan menggosok wajah dengan kuat ataupun menggunakan pembersih wajah yang
bersifat abrasif. Hindari obat obatan dan kosmetik basis lemak yang dapat memicu jerawat.
Selain itu, jangan mengelupaskan jerawat dengan menggunakan tangan agak tidak
memperparah jerawat (Kode-Kimble, 2009).

Anda mungkin juga menyukai