Anda di halaman 1dari 22

Prinsip-prinsip Johannesburg

Posted on Maret 15, 2012 by Subkom PP Komnas HAM


Prinsip-prinsip Johannesburg tentang Keamanan Nasional, Kebebasan Berekspresi, dan Akses terhadap
Informasi, Kebebasan Berekspresi dan Akses terhadap Informasi,
U.N. Doc. E/CN.4/1996/39 (1996)

PENGANTAR
Prinsip-prinsip ini diadopsi pada 1 Oktober 1995 oleh sekelompok ahli hukum internasional, keamanan
nasional, dan hak asasi manusia yang berkumpul bersama berdasarkan PASAL 19, International Centre
Against Censorship, bekerja sama dengan Centre for Applied Legal Studies Universitas Witwatersrand, di
Johannesburg.

Prinsip-prinsip ini didasarkan pada hukum dan standar-standar internasional dan regional yang
berkaitan dengan perlindungan hak asasi manusia, perkembangan praktik-praktik Negara (sebagaimana
dicerminkan, antara lain, dalam keputusan-keputusan pengadilan nasional), dan prinsip-prinsip umum
hukum yang diakui oleh masyarakat bangsa-bangsa.

Prinsip-prinsip ini mengakui penerapan jangka panjang Prinsip-prinsip Siracusa tentang Ketentuanketentuan Pembatasan dan Derogasi terhadap Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik dan
Standar Minimum Paris tentang Norma-norma Hak Asasi Manusia dalam Kondisi Darurat Negara.

MUKADIMAH
Peserta-peserta yang terlibat dalam perancangan Prinsip-prinsip ini:
Mempertimbangkan bahwa, sesuai dengan prinsip-prinsip yang dideklarasikan dalam Piagam
Perserikatan Bangsa-Bangsa, pengakuan terhadap martabat yang melekat dan terhadap hak-hak yang
setara dan tidak dapat dicabut semua anggota keluarga manusia adalah dasar dari kebebasan, keadilan,
dan perdamaian di dunia;
Mempercayai bahwa adalah penting agar hak asasi manusia harus dilindungi dengan aturan hukum, jika
orang-orang tidak mempunyai pilihan untuk menentang tirani dan opresi sebagai upaya terakhir;

Menegaskan kembali kepercayaan mereka bahwa kebebasan berekspresi dan kebebasan terhadap
informasi adalah sangat penting bagi masyarakat demokratis dan diperlukan bagi perkembangan dan
kesejahteraannya, serta bagi penikmatan hak asasi manusia dan kebebasan dasar lainnya;
Mempertimbangkan ketentuan-ketentuan yang relevan dari Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia,
Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik, Konvensi Hak Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa,
Prinsip-prinsip Dasar Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Kemandirian Kehakiman, Piagam Afrika
tentang Hak-hak Manusia dan Orang-orang, Konvensi Hak Asasi Manusia Amerika, dan Konvensi Hak
Asasi Manusia Eropa;
Menyadari bahwa beberapa dari pelanggaran hak asasi manusia dan pelanggaran terhadap kebebasan
dasar yang paling serius telah dijustifikasi oleh pemerintah-pemerintah sebagai sebagai suatu hal yang
diperlukan untuk melindungi keamanan nasional;
Mengingat bahwa adalah penting sekali bagi orang-orang untuk memiliki akses terhadap informasi yang
dimiliki oleh pemerintah, sehingga mereka dapat memonitor perilaku pemerintahnya dan berpartisipasi
penuh dalam masyarakat demokratis;
Menginginkan adanya pemajuan akan pengakuan yang jelas terhadap ruang lingkup pembatasan atas
kebebasan berekspresi dan kebebasan atas informasi yang boleh diterapkan untuk kepentingan
keamanan nasional, untuk mencegah pemerintah-pemerintah menggunakan alasan keamanan nasional
dalam menjustifikasi pembatasan pelaksanaan kebebasan-kebebasan tersebut;
Mengakui pentingnya perlindungan hukum terhadap kebebasan-kebebasan tersebut dengan
pengundangan hukum yang dibuat secara hati-hati dan teliti, serta yang menjamin persyaratanpersyaratan utama dalam aturan hukum; dan
Menyatakan kembali kebutuhan akan perlindungan yuridis terhadap kebebasan-kebebasan tersebut
oleh pengadilan-pengadilan yang independen;
Menyepakati Prinsip-prinsip berikut ini, dan merekomendasikan agar badan-badan yang berwenang di
tingkat nasional, regional, dan internasional mengambil langkah-langkah untuk memajukan diseminasi,
penerimaan, dan implementasinya secara meluas:

I. PRINSIP-PRINSIPI UMUM
1. Kebebasan Berpendapat, Berekspresi, dan Informasi
1.1. Ditentukan oleh hukum
1.2. Perlindungan terhadap Kepentingan Keamanan Nasional yang sah
1.3. Kebutuhan dalam Masyarakat Demokratis
2. Kepentingan Keamanan Nasional yang Sah

3. Keadaan Darurat
4. Pelarangan terhadap Diskriminasi
II. PEMBATASAN TERHADAP KEBEBASAN BEREKSPRESI
5. Perlindungan atas Hak Berpendapat
6. Ekspresi yang Dapat Mengancam Keamanan Nasional
7. Ekspresi yang Dilindungi
8. Publikasi Aktivitas yang Dapat Mengancam Keamanan Nasional
9. Penggunaan Bahasa Minoritas atau Lainnya
10. Intervensi Terhadap Ekspresi Pihak Ketiga yang Bertentangan dengan Hukum
III. PEMBATASAN TERHADAP KEBEBASAN INFORMASI
11. Peraturan Umum Akses terhadap Informasi
12. Penunjukkan yang Sempit untuk Pengecualian dengan Alasan Keamanan
13. Kepentingan Publik Dalam Hal Pengungkapan
14. Hak atas Peninjauan Penolakan terhadap Informasi yang Independen
15. Peraturan Umum tentang Pengungkapan Informasi Rahasia
16. Informasi yang Diperoleh Melalui Pelayanan Publik
17. Informasi dalam Wilayah Publik
18. Perlindungan terhadap Sumber-sumber Jurnalis
19. Akses terhadap Wilayah-wilayah Terlarang
IV. ATURAN HUKUM DAN HAL-HAL LAIN
20. Peraturan Umum tentang Perlindungan Hukum
21. Perbaikan
22. Hak atas Pengadilan oleh Pengadilan yang Independen
23. Sensor
24. Penghukuman yang Tidak Sepadan

25. Hubungan antara Prinsip-Prinsip ini dengan Standar-Standar Lain

I. PRINSIP-PRINSIP UMUM
Prinsip 1: Kebebasan Berpendapat, Berekspresi, dan Informasi
(a)

Setiap orang berhak untuk mempunyai pendapat tanpa intervensi.

(b)
Setiap orang berhak atas kebebasan berekspresi, termasuk kebebasan untuk mencari,
menerima, dan memberikan informasi dan berbagai ide, apa pun batasannya, baik secara lisan, tulisan,
maupun tercetak, dalam bentuk seni atau melalui media lain yang dipilihnya.
(c)
Pelaksanaan hak-hak yang diatur di ayat (b) dapat dibatasi dengan alasan-alasan khusus
sebagaimana diatur dalam hukum internasional, termasuk untuk melindungi keamanan nasional.
(d)
Tidak satupun pembatasan terhadap kebebasan berekspresi atau informasi dengan alasan
keamanan nasional dapat diterapkan kecuali jika pemerintah dapat menunjukkan bahwa pembatasan
tersebut sesuai dengan ketentuan hukum dan diperlukan dalam masyarakat demokratis untuk
melindungi kepentingan keamanan nasional yang sah. Pemerintah harus menunjukkan validitas dari
pembatasan tersebut.
Prinsip 1.1: Ditentukan oleh Hukum
(a)
Pembatasan apa pun terhadap ekspresi dan informasi harus ditentukan oleh hukum. Hukum
tersebut harus dapat diakses, tidak bersifat ambigu, dan dibuat secara hati-hati dan teliti, yang
memungkinkan setiap individual untuk melihat apakah suatu tindakan bertentangan dengan hukum
atau tidak.
(b)
Hukum tersebut harus menyediakan jaminan keamanan yang layak terhadap pelanggaran,
termasuk pemeriksaan yudisial yang cepat, penuh, dan efektif mengenai validitas pembatasan tersebut
oleh pengadilan yang independen.

Prinsip 1.2: Perlindungan terhadap Kepentingan Keamanan Nasional yang Sah


Pembatasan apa pun terhadap ekspresi dan informasi yang dijustifikasi oleh pemerintah berdasarkan
alasan keamanan nasional harus memiliki tujuan yang sesungguhnya dan harus menunjukkan dampak
melindungi kepentingan keamanan nasional yang sah tersebut.

Prinsip 1.3: Kebutuhan Masyarakat Demokratis

Untuk membuat suatu pembatasan terhadap kebebasan berekspresi atau informasi dibutuhkan untuk
melindungi kepentingan keamanan nasional yang sah, pemerintah harus dapat menunjukkan bahwa:
(a)
ekspresi atau informasi yang bersangkutan merupakan ancaman yang serius terhadap
kepentingan keamanan nasional yang sah;
(b)
pembatasan yang dilakukan adalah sarana pembatasan yang serendah mungkin untuk
melindungi kepentingan tersebut; dan
(c)

pembatasan tersebut berkesesuaian dengan prinsip-prinsip demokrasi.

Prinsip 2: Kepentingan Keamanan Nasional yang Sah


(a)
Suatu pembatasan yang dijustifikasi dengan alasan keamanan nasional tidak sah jika tujuan yang
sesungguhnya dan dampak yang dihasilkannya adalah untuk melindungi keberadaan suatu negara atau
integritas teritorialnya dari penggunaan atau ancaman kekerasan, atau kapasitasnya untuk bereaksi
terhadap penggunaan atau ancaman kekerasan, baik yang berasal dari sumber eksternal seperti
ancaman militer, maupun dari sumber internal seperti provokasi penggulingan pemerintah dengan cara
kekerasan.
(b)
Khususnya, pembatasan yang dijustifikasi dengan alasan keamanan nasional tidak sah jika
tujuan yang sesungguhnya atau dampak yang dihasilkannya adalah untuk melindungi kepentingankepentingan yang tidak berhubungan dengan keamanan nasional, termasuk misalnya untuk melindungi
suatu pemerintahan dari rasa malu akibat kesalahan yang dilakukan atau pengungkapan kesalahan yang
dilakukan, atau untuk menutup-nutupi informasi tentang pelaksanaan fungsi institusi-institusi publiknya,
atau untuk menanamkan suatu ideologi tertentu, atau untuk menekan kerusuhan industrial.

Prinsip 3: Keadaan Darurat


Pada saat keadaan darurat publik yang mengancam kehidupan bangsa dan keberadaannya, yang
dinyatakan secara resmi dan sesuai dengan hukum nasional dan internasional, suatu negara dapat
menerapkan pembatasan terhadap kebebasan berekspresi dan informasi tetapi hanya sampai pada
batasan sebagaimana dibutuhkan oleh situasi tersebut dan hanya ketika hal tersebut tidak bertentangan
dengan kewajiban pemerintah berdasarkan hukum internasional.

Prinsip 4: Pelarangan terhadap Diskriminasi


Diskriminasi yang berdasarkan pada ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, pendapat politik
atau lainnya, asal usul bangsa atau sosial, kebangsaan, kepemilikan, status kelahiran atau lainnya tidak

boleh menjadi dasar pembatasan terhadap kebebasan berekspresi atau informasi, termasuk dengan
alasan keamanan nasional.

II. PEMBATASAN TERHADAP KEBEBASAN BEREKSPRESI


Prinsip 5: Perlindungan terhadap Pendapat
Tidak seorang pun boleh menjadi subyek pembatasan dan sanksi, serta dirugikan karena pendapat atau
kepercayaannya.

Prinsip 6: Ekspresi yang Dapat Mengancam Keamanan Nasional


Berdasarkan Prinsip 15 dan 16, ekspresi dapat dihukum sebagai ancaman terhadap keamanan nasional
hanya ketika suatu pemerintahan dapat menunjukkan bahwa:
(a)

ekspresi tersebut ditujukan untuk memotivasi kekerasan yang akan terjadi;

(b)

ekspresi tersebut dapat memotivasi terjadinya kekerasan semacam itu;

(c)
ada hubungan langsung dan dekat antara ekspresi tersebut dengan kemungkinan terjadinya
atau kejadian kekerasan semacam itu.

Prinsip 7: Perlindungan terhadap Ekspresi


(a)
Berdasarkan Prinsip 15 dan 16, pelaksanaan secara damai hak atas kebebasan berekspresi tidak
boleh dianggap sebagai ancaman terhadap keamanan nasional atau menjadi subyek pembatasan atau
penghukuman apa pun. Ekspresi yang tidak mengandung ancaman terhadap keamanan nasional adalah,
namun tidak terbatas pada, ekspresi yang:
(i).
mengadvokasi perubahan yang bersifat nonkekerasan dari kebijakan pemerintah atau
pemerintah itu sendiri;
(ii).
mengandung kritik terhadap, atau penghinaan terhadap, bangsa, negara, atau simbolsimbolnya, agen-agennya, atau pejabat-pejabat publik 3, atau bangsa asing, negara asing, atau simbolsimbolnya, agen-agennya, atau pejabat-pejabat publiknya;
(iii).
mengandung keberatan, atau advokasi keberatan tersebut, berdasarkan agama, kepercayaan,
terhadap mobilisasi atau pelayanan militer, konflik tertentu, atau ancaman atau penggunaan kekerasan
untuk menyelesaikan perselisihan internasional;
(iv).
ditujukan untuk mengkomunikasikan informasi tentang tuduhan pelanggaran terhadap standarstandar hak asasi manusia internasional atau hukum humaniter internasional.

(b)
Tidak seorang pun boleh dihukum karena mengkritisi atau menghina bangsa, negara, atau
simbol-simbolnya, pemerintah, agen-agennya, atau pejabat-pejabat publik, atau bangsa asing, negara
asing, atau simbol-simbolnya, pemerintahnya, agen-agennya.
Ekspresi, baik secara tertulis maupun lisan, tidak pernah boleh dilarang berdasarkan alasan bahwa
ekspresi tersebut dilakukan dalam bahasa tertentu, khususnya bahasa minoritas nasional.

Prinsip 10: Intervensi terhadap Ekspresi oleh Pihak Ketiga yang Tidak Sesuai Dengan Hukum
Pemerintah-pemerintah harus mengambil langkah-langkah yang selayaknya untuk mencegah kelompok
atau individu swasta mengintervensi pelaksanaan secara damai kebebasan berekspresi yang merupakan
pelanggaran hukum, bahkan ketika ekspresi tersebut bersifat kritis terhadap pemerintah atau kebijakankebijakannya. Khususnya, pemerintah-pemerintah berkewajiban untuk mengutuk tindakan-tindakan
yang bertentangan dengan hukum yang ditujukan untuk membungkam kebebasan berekspresi, serta
harus melakukan investigasi dan mengadili mereka yang bertanggung jawab.

III. PEMBATASAN TERHADAP KEBEBASAN ATAS INFORMASI


Prinsip 11: Peraturan Umum tentang Akses terhadap Informasi
Setiap orang memiliki hak untuk memperoleh informasi dari pihak berwenang publik, termasuk
informasi yang berkaitan dengan keamanan nasional. Pembatasan apa pun terhadap hak ini tidak boleh
dilakukan berdasarkan alasan keamanan nasional kecuali jika pemerintah dapat menunjukkan bahwa
pembatasan tersebut ditentukan oleh hukum dan dibutuhkan dalam masyarakat demokratis untuk
melindungi kepentingan keamanan nasional yang sah.

Prinsip 12: Penunjukan yang Sempit untuk Pengecualian Dengan Alasan Keamanan
Suatu negara dapat saja tidak dianggap serta-merta menolak akses terhadap semua informasi yang
berkaitan dengan keamanan nasional, tetapi harus menyatakan dalam hukumnya kategori-kategori yang
spesifik dan sempit dari informasi tersebut dan bahwa informasi tersebut perlu ditahan untuk
melindungi kepentingan keamanan nasional yang sah.
Prinsip 13: Kepentingan Publik Dalam Hal Pengungkapan
Kepentingan publik untuk mengetahui informasi harus menjadi pertimbangan utama dalam semua
hukum dan keputusan yang berkaitan dengan hak untuk memperoleh informasi.

Prinsip 14: Hak atas Peninjauan terhadap Penolakan Akses terhadap Informasi yang Independen

Negara berkewajiban untuk mengadopsi langkah-langkah yang selayaknya untuk memberikan dampak
positif terhadap hak untuk memperoleh informasi. Langkah-langkah ini menuntut pihak yang berwenang
untuk menjelaskan secara spesifik dan sesegera mungkin alasan mereka menolak permintaan akan
informasi; serta harus menyediakan hak atas peninjauan mengenai manfaat dan validitas penolakan
tersebut oleh pihak berwenang yang independen, termasuk semacam peninjauan yudisial mengenai
legalitas dari penolakan tersebut. Pihak berwenang yang melakukan peninjauan harus memiliki hak
untuk memeriksa informasi yang ditahan.

Prinsip 15: Peraturan Umum tentang Pengungkapan Informasi Rahasia


Tidak seorang pun dapat dihukum dengan alasan keamanan nasional karena pengungkapan suatu
informasi jika (1) pengungkapan tersebut tidak benar-benar membahayakan dan berkemungkinan kecil
membahayakan kepentingan keamanan nasional yang sah; atau (2) kepentingan publik untuk
mengetahui informasi tersebut lebih besar daripada bahaya yang ditimbulkan oleh pengungkapannya.

Prinsip 16: Informasi yang Diperoleh Melalui Pelayanan Publik


Tidak seorang pun boleh dirugikan dengan alasan keamanan nasional karena memberikan informasi
yang ia dapatkan dari pelayanan pemerintahan jika kepentingan publik untuk mengetahui informasi
tersebut lebih besar daripada bahaya yang ditimbulkan karena pengungkapannya.

Prinsip 17: Informasi dalam Wilayah Publik


Justifikasi apa pun yang mencoba untuk menghentikan publikasi atas informasi yang telah disediakan
untuk umum harus ditentukan oleh hak publik untuk mengetahui informasi tersebut, ketika informasi
tersebut telah disediakan untuk umum, dan diperoleh dengan cara apa pun, baik sah secara hukum
maupun tidak.

Prinsip 18: Perlindungan terhadap Sumber-Sumber Jurnalis


Perlindungan terhadap keamanan nasional tidak boleh digunakan sebagai alasan untuk memaksa
jurnalis mengungkapkan sumber-sumber rahasianya.

Prinsip 19: Akses terhadap Wilayah-wilayah Terlarang


Pembatasan terhadap kebebasan arus informasi tidak boleh mencegah tujuan hak asasi manusia dan
hukum humaniter. Khususnya, pemerintah-pemerintah tidak boleh mencegah jurnalis atau perwakilan

organisasi-organisasi antarpemerintah atau nonpemerintah yang memiliki mandat untuk memonitor


ketaatan terhadap standar-standar hak asasi manusia atau humaniter dari memasuki wilayah-wilayah
yang memiliki alasan kuat untuk percaya bahwa di wilayah-wilayah tersebut telah terjadi, atau mungkin
terjadi, pelanggaran hak asasi manusia atau hukum humaniter. Pemerintah-pemerintah tidak boleh
melarang jurnalis atau perwakilan organisasi-organisasi semacam itu dari wilayah-wilayah yang sedang
mengalami kekerasan atau konflik bersenjata kecuali jika kehadiran mereka mengandung resiko
keamanan bagi pihak lainnya.
.
IV. ATURAN HUKUM DAN HAL-HAL LAIN
Prinsip 20: Peraturan Umum mengenai Perlindungan Hukum
Setiap orang yang dituduh akan kejahatan berkaitan dengan keamanan sehubungan dengan ekspresi
atau informasi berhak atas semua peraturan mengenai perlindungan hukum yang menjadi bagian dari
hukum internasional. Hal ini termasuk, tetapi tidak terbatas pada, hak-hak berikut ini:
(a)

hak untuk diasumsikan tidak bersalah;

(b)

hak untuk tidak ditahan secara sewenang-wenang;

(c)
hak untuk diberikan informasi dengan cepat dalam bahasa yang dimengertinya mengenai
tuduhan dan bukti-bukti yang memperberat dirinya;
(d)

hak atas akses yang cepat terhadap penasihat hukum yang dipilihnya;

(e)

hak atas pengadilan dalam jangka waktu yang selayaknya;

(f)

hak atas waktu yang cukup untuk menyiapkan pembelaannya;

(g)

hak atas pengadilan publik yang adil oleh pengadilan yang independen dan imparsial;

(h)

hak untuk memeriksa saksi-saksi jaksa penuntut;

(i)
hak untuk tidak mendapatkan bukti saat pengadilan kecuali jika bukti tersebut telah
diberitahukan kepada tertuduh dan ia memiliki kesempatan untuk menyangkalnya; dan
(j)
hak untuk naik banding ke pengadilan yang independen dengan kewenangan untuk melakukan
peninjauan terhadap keputusan hukum dan fakta-fakta.
Prinsip 21: Perbaikan-perbaikan
Semua perbaikan (remedies), termasuk yang khusus seperti habeas corpus atau amparo, harus
disediakan kepada orang-orang yang dituduh akan kejahatan yang berhubungan dengan keamanan,
termasuk selama kondisi darurat publik yang mengancam kehidupan berbangsa, sebagaimana
dinyatakan di Prinsip 3.

Prinsip 22: Hak untuk Diadili oleh Pengadilan yang Independen


(a)
Berdasarkan pilihan tertuduh, penuntutan pidana atas kejahatan yang berkaitan dengan
persoalan keamanan harus diadili oleh hakim-hakim jika institusinya ada atau oleh hakim-hakim yang
independen. Pengadilan terhadap orang-orang yang dituduh dengan kejahatan yang berkaitan dengan
persoalan keamanan oleh hakim-hakim tanpa jaminan keamanan merupakan pelanggaran terhadap hak
untuk diadili oleh pengadilan yang independen.
(b)
Seorang sipil tidak boleh diadili atas kejahatan yang berkaitan dengan persoalan keamanan oleh
pengadilan militer.
(c)
Seorang sipil atau anggota militer tidak boleh diadili oleh pengadilan nasional yang bersifat ad
hoc atau yang dibentuk secara khusus.

Prinsip 23: Sensor


Ekspresi tidak boleh menjadi subyek sensor dengan alasan untuk melindungi keamanan nasional, kecuali
dalam kondisi darurat publik yang mengancam kehidupan berbangsa berdasarkan kondisi-kondisi yang
dinyatakan di Prinsip 3.

Prinsip 24: Penghukuman yang Tidak Sepadan


Seseorang, saluran media, organisasi politik, atau lainnya tidak boleh menjadi subyek sanksi,
pembatasan, atau penghukuman atas kejahatan yang berkaitan dengan persoalan keamanan yang
melibatkan kebebasan berekspresi atau informasi yang tidak sepadan dengan keseriusan kejahatan yang
sebenarnya.

Prinsip 25: Hubungan Prinsip-prinsip Ini Dengan Standar-standar Lainnya


Tidak satu pun dalam Prinsip-prinsip ini yang dapat diartikan sebagai pemabtasan terhadap hak asasi
manusia atau kebebasan yang diakui dalam hukum atau standar-standar internasional, regional, atau
nasional.

Prinsip Pembangunan Deklarasi Rio

Konferensi PBB tentang Lingkungan dan Pembangunan,

Setelah bertemu di Rio de Janeiro dari 03-14 Juni 1992,

Menegaskan kembali Deklarasi Konferensi PBB tentang Lingkungan Hidup Manusia, yang diadopsi di
Stockholm pada tanggal 16 Juni 1972, / 1 dan berusaha membangun di atasnya,

Dengan tujuan membangun kemitraan global yang baru dan merata melalui penciptaan tingkat baru
kerjasama antara Negara, sektor-sektor kunci masyarakat dan orang-orang,

Bekerja menuju kesepakatan internasional yang menghargai kepentingan semua dan melindungi
integritas dari sistem lingkungan dan pembangunan global,

Mengenali sifat integral dan saling bergantung dari Bumi, rumah kita,

Menyatakan bahwa:

Prinsip 1

Manusia berada di pusat perhatian untuk pembangunan berkelanjutan. Mereka berhak mendapatkan
kehidupan yang sehat dan produktif dalam harmoni dengan alam.

Prinsip 2

Negara memiliki, sesuai dengan Piagam PBB dan prinsip-prinsip hukum internasional, hak berdaulat
untuk mengeksploitasi sumber daya mereka sendiri sesuai dengan kebijakan mereka sendiri lingkungan
dan pembangunan, dan tanggung jawab untuk memastikan bahwa kegiatan-kegiatan dalam yurisdiksi
mereka atau kontrol tidak menyebabkan kerusakan terhadap lingkungan negara lain atau kawasan di
luar batas yurisdiksi nasional.

Prinsip 3

Hak untuk pembangunan harus dipenuhi sehingga untuk memenuhi kebutuhan perkembangan secara
adil dan lingkungan dari generasi sekarang dan mendatang.

Prinsip 4

Dalam rangka mencapai pembangunan berkelanjutan, perlindungan lingkungan harus merupakan


bagian integral dari proses pembangunan dan tidak dapat dianggap terpisah dari itu.

Prinsip 5

Semua Negara dan semua orang akan bekerja sama dalam tugas penting dari pemberantasan
kemiskinan sebagai kebutuhan yang mutlak bagi pembangunan berkelanjutan, dalam rangka
mengurangi kesenjangan dalam standar hidup dan lebih baik memenuhi kebutuhan mayoritas
masyarakat dunia.

Prinsip 6

Situasi khusus dan kebutuhan negara-negara berkembang, khususnya yang paling berkembang dan
mereka yang paling rentan lingkungan, harus diberikan prioritas khusus. Tindakan internasional di
bidang lingkungan dan pembangunan juga harus membahas kepentingan dan kebutuhan dari semua
negara.

Prinsip 7

Negara-negara harus bekerja sama dalam semangat kemitraan global untuk melestarikan, melindungi
dan memulihkan kesehatan dan keutuhan ekosistem bumi. Mengingat kontribusi yang berbeda untuk
degradasi lingkungan global, negara memiliki tanggung jawab bersama yang dibedakan. Negara-negara
maju mengakui tanggung jawab mereka dalam upaya internasional pembangunan berkelanjutan,
mengingat tekanan yang mereka timbulkan pada lingkungan global dan teknologi dan sumber daya
keuangan yang mereka perintah.

Prinsip 8

Untuk mencapai pembangunan berkelanjutan dan kualitas kehidupan yang lebih tinggi bagi semua
orang, Negara harus mengurangi dan menghilangkan pola-pola yang tidak berkelanjutan dari produksi
dan konsumsi dan mempromosikan kebijakan demografis yang sesuai.

Prinsip 9

Negara harus bekerjasama untuk memperkuat kapasitas endogen untuk pembangunan berkelanjutan
dengan meningkatkan pemahaman ilmiah melalui pertukaran pengetahuan ilmiah dan teknologi, dan
peningkatan pengembangan, adaptasi, difusi dan transfer teknologi, termasuk teknologi baru dan
inovatif.

Prinsip 10

Isu lingkungan yang terbaik ditangani dengan partisipasi semua warga negara yang bersangkutan, pada
tingkat yang relevan. Pada tingkat nasional, setiap individu harus memiliki akses yang tepat untuk
informasi mengenai lingkungan yang dipegang oleh otoritas publik, termasuk informasi mengenai bahan
berbahaya dan kegiatan dalam komunitas mereka, dan kesempatan untuk berpartisipasi dalam proses
pengambilan keputusan. Negara harus memfasilitasi dan mendorong kesadaran masyarakat dan

partisipasi dengan membuat informasi tersedia secara luas. Akses yang efektif terhadap proses
peradilan dan administratif, termasuk ganti rugi dan obat, harus disediakan.

Prinsip 11

Negara-negara harus memberlakukan undang-undang lingkungan yang efektif. Standar lingkungan,


tujuan pengelolaan dan prioritas harus mencerminkan konteks lingkungan dan pembangunan yang
mereka terapkan. Standar yang diterapkan oleh beberapa negara mungkin tidak sesuai dan biaya
ekonomi dan sosial negara-negara lain, di negara berkembang tertentu.

Prinsip 12

Negara-negara harus bekerjasama untuk meningkatkan sistem yang mendukung dan membuka ekonomi
internasional yang akan mengakibatkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan berkelanjutan di
semua negara, untuk lebih baik mengatasi masalah degradasi lingkungan. Langkah-langkah kebijakan
perdagangan untuk tujuan lingkungan tidak harus merupakan sarana diskriminasi sewenang-wenang
atau pembatasan terselubung terhadap perdagangan internasional. Tindakan sepihak untuk
menghadapi tantangan lingkungan hidup di luar yurisdiksi negara pengimpor harus dihindari. Langkahlangkah lingkungan menangani masalah lingkungan lintas batas atau global harus, sejauh mungkin,
didasarkan pada konsensus internasional.

Prinsip 13

Negara-negara harus mengembangkan hukum nasional tentang tanggung jawab dan kompensasi bagi
korban pencemaran dan kerusakan lingkungan lainnya. Negara-negara juga harus bekerjasama dalam
cara yang cepat dan lebih bertekad untuk mengembangkan lebih lanjut hukum internasional tentang
tanggung jawab dan kompensasi untuk efek samping kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh
kegiatan dalam yurisdiksi mereka atau kontrol untuk kawasan di luar yurisdiksi mereka.

Prinsip 14

Negara-negara harus bekerja sama secara efektif untuk mencegah atau mencegah relokasi dan transfer
ke Negara lain dari setiap kegiatan dan zat yang menyebabkan degradasi lingkungan yang parah atau
ditemukan berbahaya bagi kesehatan manusia.

Prinsip 15

Dalam rangka untuk melindungi lingkungan, pendekatan kehati-hatian harus diterapkan secara luas oleh
Negara sesuai dengan kemampuan mereka. Dimana ada ancaman kerusakan serius atau ireversibel,
kurangnya kepastian ilmiah tidak boleh digunakan sebagai alasan untuk menunda biaya-efektif langkahlangkah untuk mencegah degradasi lingkungan.

Prinsip 16

Otoritas nasional harus berusaha mempromosikan internalisasi biaya lingkungan dan penggunaan
instrumen ekonomi, dengan mempertimbangkan pendekatan yang pencemar harus, pada prinsipnya,
menanggung biaya pencemaran, dengan memperhatikan kepentingan umum dan tanpa mendistorsi
perdagangan internasional dan investasi.
Prinsip 17

Penilaian dampak lingkungan, sebagai instrumen nasional, harus dilakukan untuk kegiatan yang
diusulkan yang mungkin memiliki dampak buruk yang signifikan pada lingkungan dan tunduk pada
keputusan dari otoritas nasional kompeten.

Prinsip 18

Amerika segera memberitahukan kepada Negara lain dari setiap bencana alam atau keadaan darurat
lainnya yang mungkin untuk menghasilkan efek yang berbahaya tiba-tiba di lingkungan orang-orang
Amerika. Setiap upaya harus dilakukan oleh masyarakat internasional untuk membantu negara-negara
sangat menderita.

Prinsip 19

Negara-negara harus memberikan pemberitahuan sebelumnya dan tepat waktu dan informasi yang
relevan kepada Negara yang berpotensi terkena dampak pada kegiatan yang mungkin memiliki efek
yang signifikan merugikan lingkungan lintas batas dan harus berkonsultasi dengan Negara-negara pada
tahap awal dan dengan itikad baik.

Prinsip 20

Perempuan memiliki peran penting dalam pengelolaan lingkungan dan pembangunan. Partisipasi penuh
mereka Oleh karena itu penting untuk mencapai pembangunan berkelanjutan.

Prinsip 21

Kreativitas, cita-cita dan keberanian kaum muda dunia harus dimobilisasi untuk menempa kemitraan
global dalam rangka mencapai pembangunan berkelanjutan dan memastikan masa depan yang lebih
baik bagi semua.

Prinsip 22

Penduduk asli dan komunitas mereka dan masyarakat lokal lainnya memiliki peran penting dalam
pengelolaan lingkungan dan pembangunan karena pengetahuan dan praktek-praktek tradisional. Negara
harus mengakui dan mendukung identitas mereka sebagaimana mestinya, budaya dan kepentingan dan
memungkinkan partisipasi efektif mereka dalam pencapaian pembangunan berkelanjutan.

Prinsip 23

Lingkungan dan sumber daya alam dari orang di bawah penindasan, dominasi dan pendudukan harus
dilindungi.

Prinsip 24

Perang membawa kehancuran pembangunan berkelanjutan. Karena itu, Negara harus menghormati
hukum internasional menyediakan perlindungan untuk lingkungan pada saat konflik bersenjata dan
bekerja sama dalam pengembangan lebih lanjut, sebagaimana diperlukan.

Prinsip 25

Perdamaian, pembangunan dan perlindungan lingkungan saling bergantung dan tak terpisahkan.

Prinsip 26

Negara-negara harus menyelesaikan semua sengketa lingkungan mereka secara damai dan dengan cara
yang tepat sesuai dengan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Prinsip 27

Negara dan rakyat harus bekerja sama dengan itikad baik dan dalam semangat kemitraan dalam
pemenuhan prinsip-prinsip dalam Deklarasi ini dan dalam pengembangan lebih lanjut dari hukum
internasional di bidang pembangunan berkelanjutan.

Prinsip-prinsip dasar
Menyatakan keyakinan umum sebagai berikut :
Prinsip 1
Manusia mempunyai hak asasi terhadap kebebasan, kesetaraan dan kondisi-kondisi kehidupan yang
memadai, dalam suatu lingkungan berkualitas yang memungkinkan kehidupan yang bermartabat dan
sejahtera, dan ia memegang tanggung jawab suci untuk melindungi dan memperbaiki lingkungan untuk
generasi sekarang dan mendatang. Dalam hal ini, kebijakan mempromosikan atau mengabadikan
apartheid, segregasi rasial, diskriminasi, kolonial dan bentuk lain dari penindasan dan pendudukan asing
dikutuk dan harus dihilangkan.
Prinsip 2
Sumber daya alam bumi, termasuk udara, air, tanah, flora dan fauna dan khususnya contoh perwakilan
dari ekosistem alam, harus dijaga untuk kepentingan generasi sekarang dan masa depan melalui
perencanaan dan manajemen yang hati-hati, yang sesuai.
Prinsip 3
Kapasitas bumi untuk menghasilkan sumber daya vital yang dapat diperbarui harus dipertahankan dan,
dimanapun dilaksanakan, dipulihkan atau ditingkatkan.
Prinsip 4
Manusia mempunyai tanggung jawab khusus untuk menjaga dan secara bijaksana mengelola warisan
satwa liar dan habitatnya, yang sekarang benar-benar terancam punah oleh kombinasi faktor-faktor
yang merugikan. Konservasi alam, termasuk satwa liar, harus menerima untuk itu pentingnya dalam
perencanaan untuk pembangunan ekonomi.
Prinsip 5
Sumber daya bumi yang tidak dapat diperbarui harus digunakan sedemikian rupa untuk menjaga dari
bahaya kelelahan masa depan mereka dan untuk memastikan bahwa manfaat dari pekerjaan semacam
itu juga dimiliki oleh seluruh umat manusia.
Prinsip 6
Pembuangan zat-zat beracun atau bahan lain dan pelepasan panas, dalam jumlah besar atau
konsentrasi yang melebihi kapasitas lingkungan yang aman dan tidak berbahaya, harus dihentikan dalam
rangka untuk memastikan bahwa kerusakan yang tidak dapat diperbaiki lagi tidak berdampak pada
ekosistem. Perjuangan seluruh umat manusia dari negara yang rawan pencemaran harus didukung.
Prinsip 7

Negara sebaiknya mengambil semua langkah yang memungkinkan untuk mencegah pencemaran laut
oleh zat-zat yang bertanggung jawab membahayakan kesehatan manusia,hidup dan kehidupan laut,
fasilitas merusak atau yang bertentangan dengan pemanfaatan laut yang sah lainnya.
Prinsip 8
Pembangunan ekonomi dan sosial sangat penting untuk menjamin sebuah kehidupan yang baik dan
lingkungan kerja bagi manusia dan untuk menciptakan kondisi di bumi yang diperlukan bagi peningkatan
kualitas hidup.
Prinsip 9
Defisiansi lingkungan yang diakibatkan oleh kondisi-kondisi akibat pengembangan dan bencana alam
menimbulkan masalah yang mematikan dan paling baik dapat diatasi dengan percepatan pembangunan
melalui transfer keuangan dan bantuan teknologi dalam jumlah besar sebagai pelengkap upaya dalam
negeri negara-negara berkembang dan semacam bantuan tepat waktu sejauh diperlukan.
Prinsip 10
Untuk negara-negara berkembang, kestabilan harga dan pendapatan yang memadai untuk komoditas
primer dan bahan baku sangat penting untuk pengelolaan lingkungan hidup, karena itu faktor-faktor
ekonomi serta proses-proses ekologis harus diperhitungkan
Prinsip 11
Kebijakan lingkungan dari semua Negara harus meningkatkan dan tidak akan merugikan potensi
pembangunan sekarang atau masa depan negara-negara berkembang, juga tidak boleh menghambat
adanya pencapaian kondisi kehidupan yang lebih baik untuk semua, dan langkah-langkah tepat harus
diambil oleh negara-negara dan organisasi internasional dengan maksud untuk mencapai kesepakatan
mengenai kemungkinan pertemuan nasional dan menghasilkan konsekuensi ekonomi internasional
sebagai akibat penerapan langkah-langkah lingkungan.
Prinsip 12
Sumber daya harus dibuat tersedia untuk melestarikan dan memperbaiki lingkungan, dengan
memperhitungkan keadaan dan persyaratan khusus negara-negara berkembang dan biaya apapun yang
mungkin berasal-dari mereka yang menggabungkan perlindungan lingkungan ke dalam perencanaan
pembangunan dan kebutuhan akan persediaan bagi mereka, setelah permintaan mereka, penambahan
bantuan internasional dalam keuangan dan teknis untuk tujuan ini.
Prinsip 13
Dalam rangka mencapai pengelolaan yang lebih rasional dan dengan demikian sumber daya untuk
memperbaiki lingkungan, negara harus mengadopsi pendekatan terpadu dan terkoordinasi untuk
perencanaan pembangunan mereka untuk memastikan bahwa pembangunan tersebut kompatibel
dengan kebutuhan untuk melindungi dan memperbaiki lingkungan untuk kepentingan populasi mereka.

Prinsip 14
Perencanaan rasional merupakan alat penting untuk mendamaikan setiap konflik antara kebutuhan
pembangunan dan kebutuhan untuk melindungi dan memperbaiki lingkungan.
Prinsip 15
Perencanaan harus diterapkan pada pemukiman manusia dan urbanisasi dengan tujuan untuk
menghindari dampak buruk terhadap lingkungan dan memperoleh manfaat sosial, ekonomi dan
lingkungan yang maksimal untuk semua. Dalam hal ini proyek-proyek yang dirancang melengkung untuk
kolonialis dan dominasi rasis harus ditinggalkan.
Prinsip 16
Demografis kebijakan yang tanpa prasangka terhadap hak asasi manusia dan yang dianggap tepat oleh
Pemerintah yang bersangkutan harus diterapkan di daerah-daerah di mana laju pertumbuhan penduduk
atau konsentrasi penduduk yang berlebihan cenderung memiliki dampak yang merugikan lingkungan
hidup manusia dan menghambat pembangunan.
Prinsip 17
Lembaga-lembaga nasional yang tepat harus dipercayakan dengan tugas perencanaan, mengelola atau
mengendalikan 9 sumber daya lingkungan negara-negara dengan maksud untuk meningkatkan kualitas
lingkungan.
Prinsip 18
Ilmu pengetahuan dan teknologi, sebagai bagian dari sumbangan mereka kepada pembangunan
ekonomi dan sosial, harus diterapkan pada identifikasi, penghindaran dan pengawasan risiko lingkungan
dan pemecahan masalah lingkungan dan untuk kebaikan bersama umat manusia.
Prinsip 19
Pendidikan dalam masalah lingkungan hidup, untuk generasi muda dan juga orang dewasa, memberikan
pertimbangan kepada kaum miskin, adalah penting untuk memperluas basis untuk pencerahan
pendapat dan bertanggung jawab melaksanakan bagi individu, perusahaan dan masyarakat dalam
melindungi dan meningkatkan lingkungan dalam dimensi penuh manusia ini..Hal ini juga penting bahwa
komunikasi media massa berkontribusi untuk menghindari kerusakan lingkungan, tetapi, sebaliknya,
menyebarkan informasi dari alam pendidikan pada kebutuhan untuk proyek dan meningkatkan
lingkungan dalam rangka untuk memungkinkan mal untuk berkembang dalam semua hal.
Prinsip 20
Penelitian ilmiah dan pengembangan dalam konteks masalah lingkungan, baik nasional maupun
multinasional, harus dipromosikan di semua negara, terutama negara-negara berkembang.Dalam
hubungan ini, arus bebas dari informasi ilmiah yang mengikuti perkembangan jaman dan transfer

pengalaman harus didukung dan dibantu, untuk memfasilitasi penyelesaian masalah lingkungan;
teknologi lingkungan harus dibuat tersedia bagi negara-negara berkembang dalam hal-hal yang akan
mendorong penyebar luasannya tanpa mernjadi beban ekonomi di negara-negara berkembang.
Prinsip 21
Negara-negara telah sesuai dengan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa dan prinsip-prinsip hukum
internasional, hak berdaulat untuk mengeksploitasi sumber daya mereka sendiri sesuai dengan
kebijakan lingkungan mereka sendiri, dan tanggung jawab untuk memastikan bahwa aktivitas dalam
yurisdiksi atau kontrol mereka tidak menyebabkan kerusakan untuk lingkungan Negara-negara lainnya
atau kawasan di luar batas yurisdiksi nasional.
Prinsip 22
Negara-negara akan bekerja sama untuk mengembangkan lebih lanjut hukum internasional tentang
tanggung jawab dan kompensasi untuk korban pencemaran dan kerusakan lingkungan lainnya yang
disebabkan oleh kegiatan dalam yurisdiksi atau pengawasan Negara-negara tersebut untuk kawasan di
luar yurisdiksi mereka.
Prinsip 23
Tanpa berprasangka terhadap kriteria tersebut dapat disepakati oleh masyarakat internasional, atau
dengan standar-standar yang harus ditentukan secara nasional, ini akan menjadi hal penting dalam
semua kasus untuk mempertimbangkan sistem nilai-nilai yang berlaku di setiap negara, dan sejauh
mana penerapan standar yang berlaku untuk negara-negara yang paling maju, tetapi yang mungkin
menjadi beban sosial tidak tepat dan tidak beralasan untuk negara-negara berkembang.
Prinsip 24
Masalah internasional mengenai perlindungan dan perbaikan lingkungan harus ditangani dalam
semangat kerjasama oleh semua negara, besar dan kecil, pada pijakan yang sama.
Kerjasama multilateral atau bilateral melalui pengaturan atau sarana lain yang tepat sangat penting
untuk mengendalikan, mencegah, mengurangi dan menghilangkan secara efektif dampak merugikan
lingkungan akibat kegiatan yang dilakukan di semua bidang, sedemikian rupa yang berdampak pada nilai
yang diambil dari kedaulatan dan kepentingan semua Serikat.
Prinsip 25
Negara-negara harus memastikan bahwa organisasi-organisasi internasional menjalankan peran yang
terkoordinasi, efisien dan dinamis untuk perlindungan dan perbaikan lingkungan.
Prinsip 26

Manusia dan lingkungan harus terhindar dari efek senjata nuklir dan semua jenis pemusnah massal.
Negara harus berusaha untuk mendesak tercapainya kesepakatan , dalam organ-organ internasional
yang relevan, tentang penghapusan dan pelengkapan penghancuran senjata tersebut.

Anda mungkin juga menyukai