PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Usia yang telah lanjut atau lebih popular dengan istilah lansia, adalah masa
transisi kehidupan terakhir yang dijalani manusia. Masa ini sebetulnya adalah masa
yang sangat istimewa karena tidak semua manusia mendapatkan kesempatan untuk
melewati masa ini. Lansia mempunyai definisi yang beragam diantaranya :
1.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui, menganalisa dan mendeskripsikan hasil asesmen geriarti
pada salah satu pasien di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu.
1.4 Manfaat
1.4.1
Pasien dan keluarga dapat mengetahui tentang penyakit yang diderita pasien,
cara merawat diri sendiri maupun orang lain yang sehubungan dengan penyakit
tersebut serta memberikan masukan dan saran agar meningkatkan kualitas kesehatan
pasien.
1.4.3
Manfaat asesmen geriarti bagi mahasiswa yaitu sebagai syarat untuk mengikuti
ujian serta sebagai sarana untuk menimba ilmu, keterampilan dan pengalaman dalam
upaya pelayanan kesehatan dasar dengan segala bentuk keterbatasannya sehingga
mahasiswa mengetahui serta memahami kegiatan-kegiatan puskesmas baik dalam
segi pelayanan, manajemen, administrative dan karakter perilaku masyarakat dalam
pandangannya terhadap kesehatan khususnya dalam bidang ilmu kedokteran
keluarga.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
HERPES ZOSTER
2.1.1
Definisi
Herpes zoster merupakan sebuah manifestasi oleh reaktivasi virus Varisela-
zoster laten dari saraf pusat dorsal atau kranial. Virus varicella zoster bertanggung
jawab untuk dua infeksi klinis utama pada manusia yaitu varisela atau chickenpox
(cacar air) dan Herpes zoster. Varisela merupakan infeksi primer yang terjadi pertama
kali pada individu yang berkontak dengan virus varicella zoster. Virus varisela zoster
dapat mengalami reaktivasi, menyebabkan infeksi rekuren yang dikenal dengan nama
Herpes zoster atau Shingles. Pada usia di bawah 45 tahun, insidens herpes zoster
adalah 1 dari 1000, semakin meningkat pada usia lebih tua.1
2.1.2
Epidemiologi
orang imunokompeten, dan serangan ketiga sangat jarang. Orang yang menderita
lebih dari satu episode mungkin immunocompromised. Pasien imunokompeten
menderita beberapa episode seperti penyakit herpes zoster yang mungkin menderita
infeksi virus herpes simpleks zosteriform (HSV) yang berulang.2
Pasien dengan herpes zoster kurang menular dibandingkan pasien dengan
varisela. Virus dapat diisolasi dari vesikel dan pustula pada herpes zoster tanpa
komplikasi sampai 7 hari setelah munculnya ruam, dan untuk waktu yang lebih lama
pada individu immunocompromised. Pasien dengan zoster tanpa komplikasi
dermatomal muncul untuk menyebarkan infeksi melalui kontak langsung dengan lesi
mereka. Pasien dengan herpes zoster dapat disebarluaskan, di samping itu,
menularkan infeksi pada aerosol, sehingga tindakan pencegahan udara, serta
pencegahan kontak diperlukan untuk pasien tersebut.
2.1.3
Patogenesis
Herpes zoster disebabkan oleh reaktivasi virus varicella zoster yang laten di
dalam ganglion posterior atau ganglion intrakranial. Virus dibawa ke tepi ganglion
spinal atau ganglion trigeminal, kemudian menjadi laten. Varicella zoster merupakan
virus rantai ganda DNA, anggota famili virus herpes yang tergolong virus neuropatik
atau neurodermatotropik. Reaktivasi virus varicella zoster dapat dipicu oleh berbagai
faktor seperti pembedahan, penyinaran, lanjut usia, dan keadaan tubuh yang lemah
meliputi malnutrisi, seseorang yang sedang dalam pengobatan imunosupresan jangka
panjang, atau menderita penyakit sistemik. Jika virus ini menyerang ganglion
anterior, maka menimbulkan gejala gangguan motoric.3
2.1.4
Gejala Klinis
Varisela biasanya dimulai dengan demam prodromal virus, nyeri otot, dan
kelelahan selama 1 sampai 2 hari sebelum erupsi kulit. Inisial lesi kutaneus sangat
gatal, makula dan papula eritematosa pruritus yang dimulai pada wajah dan menyebar
ke bawah. Papula ini kemudian berkembang cepat menjadi vesikel kecil yang
dikelilingi oleh halo eritematosa, yang dikenal sebagai tetesan embun pada kelopak
mawar ( dew drop on rose petal ). Setelah vesikel matang, pecah membentuk
krusta. Lesi pada beberapa tahapan evolusi merupakan karakteristik dari varisela.5
Manifestasi dari herpes zoster biasanya ditandai dengan rasa sakit yang sangat
dan pruritus selama beberapa hari sebelum mengembangkan karakteristik erupsi kulit
dari vesikel berkelompok pada dasar yang eritematosa.
Gejala prodormal biasanya nyeri, disestesia, parestesia, nyeri tekan intermiten
atau terus menerus, nyeri dapat dangkal atau dalam terlokalisir, beberapa dermatom
atau difus. Nyeri prodormal tidak lazim terjadi pada penderita imunokompeten
kurang dari usia 30 tahun, tetapi muncul pada penderita mayoritas diatas usia 60
tahun. Nyeri prodormal : lamanya kira kira 2 3 hari, namun dapat lebih lama.
Gejala lain dapat berupa rasa terbakar dangkal, malaise, demam, nyeri kepala,
dan limfadenopati, gatal, tingling. Lebih dari 80% pasien biasanya diawali dengan
prodormal, gejala tersebut umumnya berlangsung beberapa hari sampai 3 minggu
sebelum muncul lesi kulit
Nyeri preeruptif dari herpes zoster (preherpetic neuralgia) dapat menstimulasi
migrain, nyeri pleura, infark miokardial, ulkus duodenum, kolesistitis, kolik renal dan
bilier, apendisitis, prolaps diskus intervertebral, atau glaucoma dini, dan mungkin
mengacu pada intervensi misdiagnosis yang serius.
Lesi kulit yang paling sering dijumpai adalah vesikel dengan eritema di
sekitarnya herpetiformis berkelompok dengan distribusi segmental unilateral Erupsi
diawali dengan plak eritematosa terlokalisir atau difus kemudian makulopapuler
muncul secara dermatomal.
Lesi baru timbul selama 3-5 hari. Bentuk vesikel dalam waktu 12 sampai 24
jam dan berubah menjadi pustule pada hari ketiga. Pecahnya vesikel serta pemisahan
terjadi dalam 2 4 minggu. Krusta yang mongering pada 7 sampai 10 hari. Pada
umumnya krusta bertahan dari 2 sampai 3 minggu. Pada orang yang normal, lesi
lesi baru bermunculan pada 1 sampai 4 hari ( biasanya sampai selama 7 hari). Rash
lebih berat dan bertahan lama pada orang yang lebih tua., dan lebih ringan dan
berdurasi pendek pada anak anak.4
Dermatom yang terlibat : biasanya tunggal dermatom dorsolumbal merupakan
lokasi yang paling sering terlibat (50%), diikuti oleh trigeminal oftalmika, kemudian
servikal dan sakral. Ekstremitas merupakan lokasi yang paling jarang terkena.
Keterlibatan saraf kranial ke 5 berhubungan dengan kornea Pasien seperti ini
harus dievaluasi oleh optalmologi. Varian lain adalah herpes zoster yang melibatkan
telinga atau mangkuk konkhal sindrom Ramsay-Hunt. Sindrom ini harus
dipertimbangkan pada pasien dengan kelumpuhan nervus fasialis, hilangnya rasa
pengecapan, dan mulut kering dan sebagai tambahan lesi zosteriform di telinga.
Secara klasik, erupsi terlokalisir ke dermatom tunggal, namun keterlibatan dermatom
yang berdekatan dapat terjadi, seperti lesi meluas dalam kasus zoster-diseminata.
Zoster bilateral jarang terjadi, dan harus meningkatkan
kecurigaan pada
Hari ke-2
Hari ke-5
Hari ke-6
2.1.5
Diagnosa 4
Diagnosa herpes zoster berdasarkan klinis.
bervariasi.
Biopsi kulit berupa lesi intraepidermal pada pertengahan sampai epidermis
bagian atas, degenerasi balon dan / degenerasi reticular dari sel, sel
akantolisis, sel virus raksasa multinuklear, intranuklear inklusi mungkin
2.1.6
Diagnosa Banding 4
genital.
Selulitis.
Erisipelas.
10
dermatomal klasik.
Molluscum contagiosum dengan papul putih atau kuning dengan
umbilikasi sentral yang disebabkan oleh pox virus. Lesinya lebih lunak
2.1.7
Komplikasi
Staphylococcus aureus.
Okular: pada herpes zoster oftalmikus dapat terjadi komplikasi
diantaranya ptosis paralitik, skleritis, korioretinitis, neuritis optik,
konjungtivitis, keratitis, uveitis, nekrosis retina, parut kelopak mata.
Herpes zoster oftalmikus (HZO) dapat muncul di kemudian hari dan
11
Komplikasi SSP :
Pleiositosis limfositik CSS asimtomatik dengan protein meningkat ringan
serta kadar glukosa normal sering terjadi. Meningoensefalitis, mielitis,
dan hemiplegia kontralateral akibat angitis granulomatosa jarang terjadi.
Neuralgia pascaherpes :
Komplikasi paling sering, keadaan yang dirasakan paling menganggu
pada herpes zoster dirasakan sebagai nyeri dermatomal yang menetap
setelah penyembuhan walau lesi sudah hilang. Insidensi keseluruhan
adalah 9-15%, 10 15 % >40 tahun, mencapai 50% pada usia > 60
tahun. nyeri biasanya menghilang dalam 3 -6 bulan namun pada beberapa
pasien nyeri hebat ini bisa menetap selama 6 bulan. Neuralgia ini
bervariasi dalam hal keparahan, tipe, dan kualitasnya.
12
Infeksi juga dapat menjalar ke alat dalam, misalnya paru, hepar dan
otak.
Banyak reaksi kutaneus yang berkembang selama masa penyembuhan
lesi Herpes zoster. Granuloma annulare (GA) dilaporkan pada beberapa
2.1.8
Penatalaksanaan 1
Tujuan dari pengobatan adalah menekan inflamasi, nyeri dan infeksi.
13
14
lebih sederhana. Dosis awal 2 x 75 mg sehari, setelah 3 7 hari bila responnya kurang
dapat dinaikkan menjadi 2 x 150 mg sehari. Dosis maksimum 600 g sehari. Efek
sampingnya berupa dizziness, dan somnolen yang akan menghilang sendiri, jadi obat
tidak perlu dihentikan.
Terapi topikal seperti krim EMLA, lidokain patches, dan krim capsaicin dapat
digunakan untuk neuralgia paska herpes. Solutio Burrow dapat digunakan untuk
kompres basah. Kompres diletakkan selama 20 menit beberapa kali sehari, untuk
maserasi dari vesikel, membersihkan serum dan krusta, dan menekan pertumbuhan
bakteri. Solutio Povidone- iodine sangat membantu membersihkan krusta dan serum
yang muncul pada erupsi berat dari orang tua. Acyclovir topikal ointment diberikan 4
kali sehari selama 10 hari untuk pasien imunokompromised yang memerlukan waktu
penyembuhan jangka pendek.
2.2.
DIABETES MELLITUS
2.2.1
Definisi
Diabetes adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh kadar glukosa yang
sangat tinggi di dalam darah. Diabetes terjadi ketika tubuh tidak membuat cukup
insulin atau ketika sel tidak dapat menggunakan insulin yang tersedia. Seorang
penderita diabetes mempunyai beberapa ciri-ciri awal, yaitu: nafsu makan besar
namun berat badan menurun, sering merasa haus setiap waktu, dan juga sering sekali
buang air kecil.6
2.2.2
15
Penyakit ini jarang terjadi, hanya sekitar 10% dari jumlah pendrita diabetes
dan gejalanya timbul pada usia < 30 tahun. Penderita tipe ini membutuhkan
suntikan insulin untuk bertahan hidup. Pada diabetes tipe 1 terjadi kerusakan
sel yang memproduksi insulin. Insulin diproduksi oleh sel beta di pankreas.
Gambaran klinis: pada umumnya penderita terlihat kurus, penurunan berat
badan, cepat lelah, dan terdapat infeksi (abses, infeksi jamur, misalnya
kandidiasis). Ketoasidosis dapat terjadi, disertai gejala mual, muntah,
mengantuk, dan takipnea. Penderita membutuhkan insulin.
2. Tipe 2 (diabetes melitus tidak tergantung insulin)
Penyakit ini sering ditemukan pada usia menengah dan manula. Penyakit ini
terutama disebabkan oleh resistensi terhadap kerja insulin di jaringan perifer.
Walaupun pada tahap lanjut defisiensi insulin dapat terjadi, namun tidak
ditemukan defisiensi absolut insulin. Penyakit ini juga dipengaruhi faktor
genetik. Pada kembar identik tingkat kesamaannya adalah 90%, namun tidak
ada kaitannya dengan antigen leukosit manusia (human leukocyte antigen
[HLA]). Gambaran klinis: 80% kelebihan berat badan; 20% datang dengan
komplikasi (penyakit jantung iskemik, penyakit serebrovaskular, gagal ginjal,
ulkus pada kaki, gangguan penglihatan). Penderita dapat juga mengalami
poliuria dan polidipsia yang timbul perlahan-lahan. Banyak penderita yang
dapat ditangani dengan pengaturan diet dan obat hipoglikemik oral, walaupun
beberapa membutuhkan insulin.
3. Bentuk lain diabetes adalah:
a. Kegagalan pankreas eksokrin: pankreatitis, pankreatektomi, kerusakan
(karsinoma, fibrosis kistik, hemokromatosis).
16
melitus
akibat
malnutrisi:
ditemukan
pada
negara
berkembang.
e. Penyebab genetik: semuanya jarang ditemukan. Diabetes pada usia
muda (maturity onset diabetes of the young [MODY]) berkaitan
dengan gangguan fungsi sel pankreas, misalnya MODY 1faktor
nukleus hepatosit abnormal HNF-4; MODY 2 defek glukokinase;
MODY 3HNF-1 abnormal.
2.2.3
untuk
mencari
kerusakan
end-organ
setiap
6-12
17
18
2.2.4
Komplilasi 6,7
Komplikasi diabetes terjadi akibat gangguan metabolik akut (hipo- atau
hiperglikemia) atau pada tahap lanjut, akibat kerusakan mikro- dan makrovaskular, di
mana risikonya tergantung pada kontrol terhadap kadar glukosa dan faktor risiko
vaskular konvensional.7 Komplikasi makrovaskuler dan mikrovaskular pada diabetes
Komplikasi makrovaskuler adalah komplikasi yang mengenai pembuluh darah
arteri
yang
lebih
besar,
sehingga
menyebabkan
atherosklerosis.
Akibat
atherosklerosis antara lain timbul penyakit jantung koroner, hipertensi, stroke, dan
gangren pada kaki. Penyakit pembuluh darah kecil merupakan tanda utama diabetes
melitus dan membutuhkan waktu 10 tahun atau lebih untuk dapat terjadi. Komplikasi
mikrovaskular pada diabetes antara lain:
1. Penyakit mata (retinopati)
19
Retinopati
terjadi
akibat
penebalan
membran
basal
kapiler,
yang
20
BAB III
METODE
3.1 Desain
Penulisan ini menggunakan metode deskriptif untuk mencapai tujuan
penulisan. Metode deskriptif adalah suatu metode yang dilakukan dengan tujuan
21
utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif.
Metode deskriptif digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang
sedang dihadapi pada situasi sekarang. Metode penulisan ini memiliki beberapa
tahapan yaitu pengumpulan data, pengolahan/analisis data, membuat kesimpulan dan
laporan. Adapun langkah-langkah pengumpulan data sebagai berikut :
1. Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data melalui pengamatan langsung
atau peninjauan secara cermat dan langsung di lapangan.
2. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan tanya
jawab secara langsung kepada pasien.
3. Studi Literatur
Studi Literatur adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengumpulkan
literatur yang berkaitan dengan permasalah yang diambil.
22
dirasakan pasien. Pemeriksaan Fisik adalah upaya untuk mencari tanda yaitu hasil
pengamatan objektif kesehatan terhadap keluhan pasien. Pemeriksaan penunjang
adalah upaya untuk menegakan diagnosis dengan pemeriksaan laboratorium atau alat
lain. Alat-alat yang digunakan antara lain stetoskop, termometer, spignomanometer,
pulse oximeter dan alat tes gula darah.
3.4 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan terdiri
23
BAB IV
ASSESMENT GERIATRI
4.1 Identitas Pasien
Nama
: Tn. S
Gender : Pria
Alamat
: Jl. Poltangan II No 45 RT 01 / RW 10
Kel. Pejaten Timur, Kec. Pasar Minggu
Riwayat Pekerjaan
: Ny. P (istri)
Jumlah Anak
Jumlah Cicit
: Belum ada
Pembiayaan Kesehatan
: Jaminan
Pendidikan Terakhir
: SMA
Sumber pendapatan
Total pendapatan
Jenis
: BPJS
24
Jenis Operasi
Tidak ada riwayat operasi
sebelumnya
Rumah Sakit
Diagnosis / Penyakit
25
di rumah sakit
di rumah sakit
sebelumnya
sebelumnya
Puskesmas
Riwayat alergi
Pasien tidak mempunyai riwayat alergi
9. Kebiasaan
o Merokok
Apakah anda merokok? Tidak
Apakah dulu anda merokok ? Tidak
Apakah orang terdekat atau disekitar anda merokok? Ya
o Minum Alkohol
Apakah anda minum minuman beralkohol? Tidak
Olahraga
Apakah anda melakukan olah raga? Ya, pasien memiliki kebiasaan
bersepeda keliling daerah rumahnya pada pagi hari + 30 menit.
26
o Minum kopi
Apakah anda mengkonsumsi kopi ? Tidak
10. Obat obatan yang dikonsumsi saat ini
Dengan resep dokter
Metformin
Prednison
3x/hari 1 tablet, 5 mg
Parasetamol
BComplex
3x/hari 1 tablet, 10 mg
Acyclovir
Tanpa resep dokter
-
Serin
Waktu g
Sekali
Kadan
Jaran
Tidak
Pernah
kadang
Sekali
kesehatan
anda
merasa gugup?
c. Berapa seringkah bulan lalu anda
merasa tenang dan damai?
27
merasa bahagia?
f. Berapa seringkah bulan lalu anda
merasa begitu sedih sampai serasa
lalu,
berapa
merasa
tak
diperhatikan
keluarga?
j. Berapa sering selama bulan lalu
anda merasa ingin menangisi apa
saja?
k. Selama bulan lalu, berapa sering
anda merasa bahwa hidup ini sudah
Mandi
Berjalan/bergerak
Bisa sendiri
Perlu bantuan
Tergantung orang
sepenuhnya
seseorang
lain sepenuhnya
28
Berpakaian
Berdandan
BAB / BAK
Makan
Sediakan makan
Atur keuangan
Atur
minum
obat
obatan
Bertelepon
<3 bulan
Tak terbatasi
29
Baring
130/90 mmHg
Duduk
130/80 mmHg
Berdiri
130/80 mmHg
88x/menit
24x/menit
90x/menit
24x/menit
90x/menit
24 x/menit
2 bulan yll
1 bulan yll
Saat ini
57 kg
153 cm
24,3
58 kg
153 cm
24,7
60 kg
153 cm
25,6
Bercak kemerahan
Dekubitus
: ada / tidak
Lokasi
Dada kanan dan tengkuk
Ukuran (cm)
Multiple, makula eritema, irregular, ukuran 2x1 cm
leher
30
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
- Kanan
- Kiri
Dapatan
Funduskopi:
Kanan
Normal
Abnormal
Tak terlihat
31
Kiri
5. Mulut
Buruk
Baik
Tidak
Higiene mulut
Ada
Gigi palsu
Terpasang
Lecet di bawah gigi palsu
Lesi yang lain (kalau ada
jelaskan)
6. Leher
Derajat gerak
Kel. Tiroid
Bekas luka pada tiroid
Normal
: Tidak ada
Masa lain
: Tidak ada
Kelenjar limfe
: Tidak membesar
Abnormal (jelaskan)
7. Dada
Massa teraba / tidak
Kelainan lain: Tidak ditemukan adanya kelainan
8. Paru paru
Perkusi
Auskultasi:
- suara dasar
- suara tambahan
Kiri
Sonor
Kanan
Sonor
SN vesikuler
Rh (-) / wh (-)
SN vesikuler
Rh (-) / wh (-)
Regular
Ireguler
9. Kardiovaskuler
a. Jantung
- Irama
32
- Bising
Ya
- Gallop
Ada
Tidak
Tidak
Ada
Tidak
Tidak
Ada
Tak ada
+1
+2
+3
+4
d. Edema
- Pedal
- Tibial
- Sakral
10. Abdomen
Hati
: tidak membesar
: tidak ada
Cairan asites
: tidak ada
Nyeri tekan
: tidak ada
Limpa
: tidak membesar
33
11. Rektum/anus
Ada
Tonus sphincter ani
Pembesaran prostat
Jelaskan kalau ada
Massa di rectum
Impaksi fekal
Tidak
12. Genital/pelvis
: Tidak dilakukan pemeriksaan
13. Muskuloskeletal
Tak ada
Tl.blkg
Bahu
Siku Tangan
Pinggu
Lutut
Kaki
l
Deformitas
Gerak terbatas
Nyeri
Benjolan/
peradangan
Terganggu
Orientasi
Baik
Terganggu
Orang
34
Waktu
Tempat
Situasi
Daya ingat
Sangat lampau
Baru terjadi
Salah
35
Jumlah kesalahan
0-2
kesalahan : baik
3-4
5-7
7-10
Abnormal (jelaskan)
Syaraf otak
Normal
Abnormal (jelaskan)
Motorik : - kekuatan
- tonus
36
Sensorik: - tajam
- raba
- getaran
Refleks
- Romberg
Gerak langkah
Tidak
Rigiditas cogwebell
Bradikinesia
Tremor intense
37
Refleks patologis
Darah Lengkap
Jenis Pemeriksaan
HGB
HCT
WBC
PLT
Gula Darah Puasa
Hasil
14,0 g/dL
40,3 %
10,170 uL
288.000 uL
121 mg/dL
Urin Lengkap
Jenis Pemeriksaan
pH
Berat Jenis
Protein
Glukosa
Gula Darah Puasa
Eritrosit
Lekosit
Hasil
Kuning/Agak keruh
5,0
1025
+
Neg (-)
5-10 /LPB
0-2 / LPB
38
Problem / diagnostik
Nyeri Pasca Herpes
Rencana
Memberi
kepada
pasien
pasien
informasi
Diabetes Mellitus
Perasaan Cemas
39
pasien
Memberi saran kepada pasien untuk
melakukan kegiatan-kegiatan lain yang
dapat menghilangkan perasaan cemas
pemeriksaan status
40
Masalah
Nyeri Pasca Herpes
12 Juni
2015
Kegiatan
Anamnesis, pemeriksaan
fisik,
Diabetes Mellitus
Tempat
Kediaman
dan
pasien
identifikasi
pasien
Edukasi
mengenai
dapat ditimbulkan
Edukasi untuk selalu
rutin berobat, mengatur
diet
dan
aktivitas
dilakukan
Memotivasi pasien untuk
tidak
memikirkan
dan
menyarankan
kegiatan
yang
dilakukan
sehingga
mencari
dapat
pasien
tidak
terlalu
memikirkan penyakitnya.
18 Juni
2015
Diabetes Mellitus
Perasaan Cemas
Kediaman
Pemantauan
yang
keadaan
pasien
sudah
41
diterapkan
dari
penjelasan kemarin
Tetap memotivasi agar
pasien mau berobat ke
puskesmas
maupun
diet
aktivitas
dan
fisik/olahraga
terus
dirasa
bisa
dihilangkan
24 Juni
Kediaman
2015
saja
Diabetes Mellitus
Perasaan Cemas
sudah
diterapkan
dari
penjelasan kemarin
Pemantauan
dan
diet
pasien
dan
fisik/olahraga
42
terus
dirasa
dihilangkan
Memberi
bisa
informasi
Kediaman
2015
saja
Diabetes Mellitus
Perasaan Cemas
sudah
diterapkan
dari
penjelasan kemarin
Pemantauan
dan
diet
pasien
dan
fisik/olahraga
terus
dirasa
bisa
43
dihilangkan
Memberi
informasi
dari
DM,
untuk
melakukan pemeriksaan
mata, perawatan kaki dll.
4.9 Follow Up
II. Kunjungan kedua dilakukan pada hari Kamis, 18 Juni 2015. Saat
kunjungan pasien masih merasakan nyeri dan pegal yang belum berkurang dab
keluhan ini masih mengganggu tidur pasien dan aktivitas sehari-hari. Rasa cemas
yang dirasakan masih dirasakan. Pasien juga masih rutin kontrol ke puskesmas ketika
obat sudah habis, obat-obatan yang diberikan diminum dengan teratur.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 130/80 mmHg. Daerah
kulit bekas herpes zoster masih terlihat merah, pada pemeriksaan GDP didapatkan
hasil 130 mg/dL.
III. Kunjungan ketiga dilakukan pada hari Rabu, 24 Juni 2015. Saat
kunjungan didapatkan perbaikan keadaan pasien dimana rasa nyeri dan pegal sudah
mulai berkurang walaupun keluhan ini masih mengganggu tidur pasien dan aktivitas
sehari-hari. Rasa cemas yang dirasakan juga sudah berkurang dan pasien sudah
berusaha untuk tidak memikirkan penyakitnya terus menerus. Pasien sudah mulai
menerapkan pengaturan pola diet DM dan mulai mencoba beraktivitas kembali.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 130/80 mmHg. Daerah
kulit bekas herpes zoster mulai terlihat membaik, pada pemeriksaan GDP didapatkan
hasil 90 mg/dL.
44
IV. Kunjungan keempat dilakukan pada hari Kamis, 2 Juli 2015. Saat
kunjungan didapatkan keadaan pasien masih mengeluhkan nyeri dan pegal pada
daerah bekas herpes zoster. Rasa cemas sudah mulai berkurang karena pasien
berusaha tidak memikirkan penyakitnya terus menerus.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 130/80 mmHg. Daerah
kulit bekas herpes zoster sudah membaik, pada pemeriksaan GDP didapatkan hasil
108 mg/dL.
Pada pemeriksaan fisik (summary)
Berdasarkan pemeriksaan fisik, tekanan darah pasien masih dalam batas
normal yaitu 130/80 mmHg. Status generalis lainnya dalam batas normal, kecuali
pada bekas herpes zoster yaitu daerah dada kanan dan tengkuk leher terlihat multiple,
makula eritema, irregular, ukuran 2x1 cm sampai 5x5 cm, batas tegas. Pada
pemeriksaan gula darah puasa di dapatkan hasil yaitu pemeriksaan pada kunjungan II,
130 mg/dL. Pemeriksaan pada kunjungan III, 90 mg/dL dan pemeriksaan pada
kunjungan IV, 108 mg/dL.
Pada assesment geriatric (summary)
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik di puskesmas maupun di
kediaman pasien, pasien menderita diabetes mellitus tipe II, nyeri pasca herpes dan
gangguan cemas. Keluhan utama yang dialami pasien, yakni nyeri dan pegal pada
daerah dada dan leher sebelah kanan sejak 1 minggu yang lalu didasari oleh penyakit
herpes zoster yang diderita sebelumnya. Karena rasa nyeri yang sangat mengganggu
dan lama hilang pasien menjadi terus memikirkan penyakitnya dan mempunyai
perasaan cemas. Pasien juga mengeluhkan sulit tidur karena rasa nyeri tersebut.
Menurut pengakuan pasien, ia juga rutin mengkonsumsi obat anti-diabetes dan makan
seperti biasa. Pada status fungsional pasien masih tergolong mandiri. Pada status
mental pasien baik. Pemantauan kadar gula darah pasien tergolong baik karena pasien
juga rutin mengkonsumi obat anti diabetes dan control ke puskesmas.
45
4.10
persediaannya.
Kontrol kesehatan ke puskesmas untuk mendapatkan pengobatan secara
rutin dan pemantauan yang baik serta mendapatkan terapi untuk keluhan
DAFTAR PUSTAKA
1. James WD, Berger T, Elston D. Andrews diseases of the skin. Philadelphia:
Elsevier Saunders; 2011.
2. Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ.
Varicella and Herpes Zoster. In : Fitzpatrick. Dermatology in General
Medicine. 7 thed. New York : McGraw Hill Company.2008.p. 1885-1898.
3. Marks James G Jr, Miller Jeffrey. Herpes Zoster. In: J Lookingbill and Marks
Principles of Dermatology. 4th ed. Philadelphia : Elseiver Saunders. 2006
.p.145-148.
46
Walter Kluwer
Lampiran
47