Petir adalah suatu cahaya terang berderang yang dihasilkan oleh tenaga
listrik awan yang terjadi awan- keawan atau awan ke tanah. Sering kali
terjadi bila cuaca mendung atau terjadi suatu badai. Terdapat tiga syarat
untuk timbulnya petir yaitu adanya udara naik, kelembaban dan partikel
bebas atau aerosol. Udara naik ada karena sebagai pergerakan udara
keatas, dengan adanya kelembaban, Udara yang naik menjadi basah dan
menghasilkan awan, partikel bebas tidak akan kekurangan di Indonesia
karena sebagai Negara kepulauan bias disuplai dari air laut atau idustri
sebagai pabrik. Akan tetapi Indonesia belum menyadari betapa
berbahayanya petir bagi umat manusia. Petir membuat kerugian yang besar
sekali, bahkan setiap tahunnya meningkat terus, statistic kerusakan akibat
sambaran petir jauh diatas bencana alam lainnya. Tentu saja petir tidak bias
dianggap sebagai pembawa musibah, Karena petir merupakan bagian dari
sirkuit global. “ bumi mirip kapasitor”, antara ionosfer dan bumi, jika langit
cerah, ada arus listrik yang berasal dari ionosfer ( bermuatan positif ) ke
bumi yang bermuatan negative.Arus ini mengalir terus, awan sebagai
penyeimbang, karena bermuatan positif dan negative, positif turun kebumi
dan yang negative naik. Selain itu, petir merupakan suatu proses alam
penyebab fiksasi yang menghasilkan suatu unsure. Unsur yang sangat
penting artinya bagi pertumbuhan dan mengisi sekitar 4/5 atsmosfer dan
setiap tahunnya menyumbang 10 juta ton unsure.
Petir terjadi karena pelepasan muatam listrik dari satu awan ke awan
lainnya, atau dari sebuah awan langsung ke bumi. Yang terakhir inilah yang
menimbulkan malapetaka. Muatan yang dibawahnya sebesar 100 juta volt.
Selain mengalirkan impulnya ketanah, petir juga memancarkan energi
berupa gelombang elektromagnetik sejauh 2 km. Pancaran ini berupa radiasi
dan induksi yang dapat mengancam peralatan- peralatan listrik.
Sementara itu pada bagian bawah awan ditempati oleh muatan negative.
Sambaran akan diawali oleh kanal bermuatan negatif, menuju terjadi
umumnya adalah sambaran muatan negative dari tanah. Polaritas awan
tidak hanya berpengaruh terhadap arah sambaran, tetapi juga berpengaruh
pada besar arus sambaran. Aliran muatan listrik yang terjadi antara awan
dengan tanah disebabkan adanya kuat medan lisrik, antara muatan awan
dengan muatan induksi di permukaan tanah yang polaritasnya berlawanan.
Semakin besar muatan yang terdapat diawan, semakin besar pula medan
listrik yang terjadi . Apabila kuat medan ini melebihi kuat medan tembus
udara, maka terjadilah
Aliran mutan dari awan ke tanah. Peritiwa aliran ini disebut kilat atau petir.
Setiap sambaran petir diawali dengan muatan awan bercahaya lemah yang
disebut dengan aliran perintis ( pilot streamer ). Aliran perintis ini
menentukan arah perambatan muatan awan keudarah. Kejadian ini
disebabkan adanya tembus listrik local didalam awan, akibat kuat medan
yang dibentuk oleh muatan mayoritas negatig dengan muatan minoritas
positif dibagian bawah awan petir. Arus yang berhubungan dengan aliran
perintis ini kecil yang hanya mencapai beberapa amper. Tembus local
memberi kesempatan kepada muatan untuk bergerak dan bergesekan
dengan uap air bertemperatur tinggi, sehingga akan meninggkatkan
kosentrasi muatan negative didalam awan.
Langkah dari perintis selalu diikuti oleh titik –titik cahaya yang bergerak
turun kebumi dan melompat-lompat lurus, dengan arah lompatan yang
berubah, sehingga keseluruhan jalannya tidak lurus dan patah-patah.
Parameter Petir
1. Arus puncak petir; arus puncak atau Imaks yang diukur dalam satuan
amper, Paremeter ini memberikan pengaruh pada kenaikan tegangan
Umaks pada benda yang disambarnya, karena benda tersebut
mempunyai resistansi atau R, yang diukur dalam satuan Ω.
2. Muatan arus petir ; muatan arus petir atau Q dalah sejumlah energi
yang diberikan pada metal atau objek yang disambar, menimbulkan
bunga api dan meleburkan metal pada titik sambaran tersebut.
Mempunyai satruan amper detik ( As). Energi bunga api yang diberikan
tergantung pada tegangan dititik sambaran.
3. Energi spesifik Arus petir , sering disebut impulse force, yang dapat
menyebabkan kerusakan akibat pemanasan sebagai akibat pengaruh
elektodinamik pada metal atau objek, diukur dengan satuan Newton
detik, atau kilogram.
4. Kecuraman arus petir; di/dt, dalam satuan kA/µdetik, adalah besaran
yang berpengaruh pada induksi elektromgnetik pada metal atau
instalasi yang mempunyai induktivitas dan terletak dekat titik
sambaran, seperti hantaran melingkar, loop, gulungan dan lain-lain.
Merupakan sambaran petir pada kawat tanah ataupun sambaran petir pada
kawat fasa . Sambaran petir yang mengenai kawat tanah, dibedakan pula
menjadi tiga keloimpok berdasarkan titik sambarannya, yaitu:
Sambaran yang terjadi pada kawat tanah tepat pada puncak menara atau
yang berjarak relative dekat dengan menara.
Sambaran yang mengenai kawat tanh pada jarak seperempat dari panjang
gawang antara dua menara yang berdekatan.
Menurut para peneliti , perbandingan sambaran petir pada kawat tanah yang
mengenai menara adalah 60% dari sambaran petir dari jumlah seluruh
sambaran, sedangkan 30% merupakan sambaran pada seperempat jarak
antara kedua menara berdekatan dan 10% merupakan sambaran pada
pertengahan gawang.
20
1 kawat tanah
10
2 kawat tanah
Dimana :
ϕ = Hasil bagi dari jumlah petir yang mengenai kawat fasa dan jumlah
petir yang mengenai saluran transmisi
= Sudut perisai pada menara (derajat)
= Tinggi kawat tanah pada menara (meter)
Persamaan tersebut diatas dapat ditunjukkan melalui gambar dibawah ini.
Kawat tanah
ϕ
Kawat fasa
Gambar 2. Sudut perisai ϕ dari kawat tanah
θ ht
0 Log ϕ = -4
90 ht = 40 m
0,14 ht = 30 m
0,12 ht = 50 m
0,10
0,08
0,06
0,04
0,02
0
10˚ 20˚ 30˚ 40˚ 50˚
Sudut proteksi = 0
Gambar 3. Kemungkinan kegagalan perlindungan kawat tanah.
Dengan demikian kegagalan perisai dapat dinyatakan dengan hubungan
sebagai berikut :
SF = ϕ . L . η gangguan/l00 km/tahun
Dimana :
η = 0,85 untuk SUTT sampai dengan 230 kV
η = 1,0 untuk SUTET dan SUTUT
L = Jumlah sambaran petir yang mungkin terjadi pada saluran
transmisi dalam satuan (petir/100 km/tahun)
D= x IKL petir/m²/tahun
Dimana :
S = Jarak antara dua menara (meter)
A = Luas daerah yang dilindungi (m²)
D = Kepadatan rata-rata kawat tanah (m)
= Tinggi rata-rata kawat tanah (m)
-Untuk tanah datar, = – 2/3
-Untuk tanah bergelombang
-Untuk tanah bergunung
= Tinggi kawat tanah pada menara (m)
IKL = Jumlah hari guruh rata-rata/tahun
= Andongan kawat tanah (m)
Kawat tanah atau kawat perisaiaan ( shielding wire) adalah kawat- kawat
pada saluran transmisi yang ditempatkan diatas kawat-kawat fasa. Mulanya
kawat tanah ini dimaksudkan sebagai perlindungan terhadap sambaran
induksi petir disekitar kawat transmisi, jadi sambaran kilat tak langsung.
Akan tetapi ternyata dari hasil-hasil pengalaman maupun teori, sebab utama
yang menimbulkan gangguan saluran transmisi tegangan tinggi 70 KV atau
lebih adalah sambaran kilat langsung. Jadi pada saluran transmisi tegangan
tinggi 70 KV atau lebih hanya akibat dari sambaran petir langsung sasja
yang diperhatikan .
1. Jarak kawat tanah diatas kawat fasa diatur sedemikian rupa agar
dapat mencegah sambaran langsung pada kawat-kawat fasa.
2. Pada tengah gawang(mid span) kawat tanah harus mempunyai jarak
yang cukup atas kaat fasa untuk mencegah terjadinya lompatan api
samping (side flashover) selama waktu yang diperlukan untuk
gelombang pantulan negative dari menara kembali ketengah gawang,
dan ini akan mengurangi tegangan pada tengah gawang.
3. Tahanan kakai menara harus cukup rendah untuk membatasi
tegangan pada isolator agar tidak terjadi lompatan api pada isolator
4. Pada perisaian terhadap gardu induk kawat tanah harus cukup
panjang sehingga surja yang masuk dapat diredam samapai harga
yang tidak berbahaya sewaktu mencapai gardu induk.
Jika tegangan yang diakibatkan oleh oleh petir melebihi dari tegangan level
isolasi, maka akan terjadi flashover.Bila flashover terjadi pada isolator maka
arus mengalir kebumi melewati isolator tadi sampai energi petir habis.
Gambar 4.
Dimana,
V1 = Z1 . Is/2
Muatan yang dilepas oleh petir pada konduktor fasa mengalir didua sisi dari
titik sambaran yaitu arah kiri dan kanan dari titik sambaran dalam bentuk
gelombang berjalan. Sambaran langsung ke kawat fasa dapat juga
menyebabkan timbulnya tegangan lebih pada fasa lainnya sebagai akibat
adanya kopling magnetis. Dari sistem transmisi tegangan ini dapat juga
menyebabkan terjadinya terjadi Flashover pada isolator jaringan transmisi.
Pada saat petir menyambar kawat tanah, arus petir akan mengalir kekiri dan
kekanan dari titik sambar besarnya aaarus sambaran petir itu adalah:
Is = Ig1 + Ig2
Tegangan yang timbul pada saat petir menyambar kawat tanah adalah :
Vm = Zg . Is/2
Dimana,
Pada kawat fasa timbul tegangan sebesar Kcg. Vm, sehingga tegangan yang
ditahan isolasi antara kawat tanah dan kawat fasa yang timbul dalam hal ini
adalah udara.
Vv = ( 1- Kcg ) Vm
Dimana;
Supaya tidak terjadi suatu flashover, maka kekuatan isolasi antara kawat
tanah dan kawat fasa , yang dalam hal ini adalah udara harus besar dari
tegangan yang ditahan oleh isolasi antara kawat tanah dan kawat fasa.
Sedangkan pada menara akan terjadi suatu peristiwa pemantulan
gelombang, sehingga tegangan puncak pada menara adalah :
= ½ Ig. Zg
Dengan demikian tegangan yang ditahan isolator akibat arus pada kawat
tanah dan pada menara adalah:
V1 = ( 1 – Kcg ) . ½ Ig. Zg
Jumlah sambaran petir kebumi adalah sebanding dengan jumlah hari guruh
pertahun (IKL) ditempat itu. Banyak peneliti telaah memberikan perhatiaan
kearah ini dan mengemukakan rumus yang berlainan, Seperti table dibawah
ini
Untuk daerah sekitar katulistiwa dengan iklim tropis Indonesia dengan IKL
berkisar 60 sampai 150. Menurut T.S. Hutauruk, Jumlah sambaran petir per
km2 pertahun dinyaatakan: N =0,15 IKL
Atau
Dalam studi tegaangan lebih akibat petir perlu diketaahui jumlah sambaran
yang mengenai saluran transmisi, karena dapat merupakan suatu gangguan
tenaga listrik.
Semakin kecil nilai ganguan dari suaatu saluran transmisi, semakin baik
unjuk kerja ( lightning performance ) dan sebaliknya.
Dimana :
P = Potensial gradien rata-rata yang ditimbulkan oleh awan yang
bermuatan diantara kawat dan tanah.
= Konstanta
...............................................................
Dimana:
= Tinggi kawat tanah
= Konstanta dielektrik udara
= Konstanta
Dimana:
= Jarak kawat tanah dan kawat fasa yang
a΄ = Jarak kawat fasa dengan bayangan
kawat tanah
= Tinggi kawat fasa dalam meter a΄
Kawat tanah
Kawat fasa