Anda di halaman 1dari 4

4.1.

5 Penetapan Prioritas Masalah


Ditemukannya lebih dari satu masalah maka harus ditentukan prioritas masalah karena
adanya keterbatasan dana dan sumber daya. Penetapan prioritas masalah dilakukan dengan
menggunakan kriteria matriks seperti table dibawah.
Prioritas masalah ditetapkan dalam sistem skoring dan akan dinilai beberapa kriteria :
a) Pentingnya masalah (importancy) yang terdiri dari :
Besarnya masalah (Prevalence = P)
Akibat yang ditimbulkan masalah (severity = S)
Kenaikan besarnya masalah (rate of increase = RI)
Keuntungan social karena selesainya masalah (social benefit = SB)
Derajat keinginan masyarakat tidak terpenuhi (degree of unmeet needs = DU)
Rasa prihatin masyarakat terhadap masalah (public concern = PB)
Suasana politik (political climate = PC)
b) Kelayakan teknologi (technical feasibility = T)
c) Sumber daya yang tersedia (Resources avaibility = R)
Untuk setiap kriteria diberikan nilai dalam rentang 1 (tidak penting) hingga 5 (sangat
penting). Masalah yang menjadi prioritas utama ialah masalah dengan nilai tertinggi.
Tabel 4.7 Prioritas Masalah
Jumlah
Importance
T
R
No
Daftar Masalah
P
=
IxTxR
P S RI DU SB PB PC
Rendahnya angka penjaringan
1.
4
3
3
5
5
2
3
3
3
225
suspek
Proporsi pasien TB paru positif
2. diantara semua pasien TB paru
3
2
2
4
5
2
3
3
3
189
tercatat / diobati
Rendahnya angka penemuan
3. kasus (Case Detection Rate =
5
4
5
5
5
2
3
3
3
261
CDR)
Dari penetapan prioritas berdasarkan teknik kriteria matriks diatas maka prioritas masalah
yang dipilih adalah Rendahnya angka penemuan kasus. Adapun urutan prioritas masalah yang
berhasil ditetapkan adalah sebagai berikut :
1. Rendahnya angka penemuan kasus
2. Rendahnya angka penjaringan suspek
3. Proporsi pasien TB paru positif diantara semua pasien TB paru tercatat / diobati
Rendahnya angka penemuan kasus merupakan masalah yang menjadi prioritas. Angka
penemuan menggambarkan jumlah pasien baru BTA positif yang ditemukan dan diobati dalam
wilayah puskesmas. Rendahnya angka penemuan kasus berarti banyaknya kasus suspek TB yang
tidak diperiksa lebih lanjut ataupun karena jumlah suspek/penderitanya yang sedikit, ataupun
dikarenakan kesalahan pemeriksaan laboratorium, terjaring dan kurangnya keaktifan puskesmas
dalam upaya penjariangan suspek TB. Berdasarkan alasan-alasan diatas, akibat ditimbulkan
(severity) oleh rendahnya angka penemuan kasus diberikan nilai paling besar.
Angka penjaringan suspek TB berarti angka penemuan suspek TB yang dahaknya diperiksa
pada wilayah puskesmas dengan memperhatikan kecenderungannya dari waktu ke waktu.

Rendahnya angka penjaringan suspek TB ini bias dikarenakan banyak hal seperti kurang upaya
puskesmas dalam menjaring suspek TB, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang TB, kurangnya
pengetahuan masyarakat tentang TB, kkurangnya sumber daya untuk melakukan penyuluhan dan
penjaringan masyarakat. Puskesmas sebagai sentra layanan kesehatan primer seharusnya menjadi lini
pertama kasus suspek TB. Diharapkan kasus-kasus suspek yang ada dijaring oleh puskesmas
sehingga dapat diperiksa dengan pemeriksaan BTA sehingga dapat diobati. Selain memberikan
pelayanan TB berupa pemeriksaan dan pengobatan, puskesmas juga diharapkan mampu melakukan
pencegahan TB, salah satunya dengan mengadakan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan,
sikap, dan perilaku masyarakat. Kurangnya angka kunjungan penderita TB ke puskesmas, dapat
diartikan masih banyak kasus diare yang tidak teridentifikasi sehingga tindak lanjut berupa
penyuluhan pencegahan TB tidak sampai pada penderita dan keluarga. Kurangnya pengetahuan
penderita dan keluarga mengenai pencegahan TB dapat meningkatkan risiko penularan ke keluarga
dan bahkan ke masyarakat sekitar, terlebih lagi jika kegiatan penyuluhan ke masyarakat tidak
berjalan. Atas alasan-alasan diatas, karena itulah masalah tersebut diberikan nilai severity menengah.
Proporsi pasien TB BTA positif diantara semua pasien TB paru yang ditemukan atau diobati
menggambarkan mutu dari proses penemuan sampai diagnosis pasien, serta kepekaan menetapkan
kriteria suspek. Angka dari proporsi pasien TB BTA positif sedikit dibawah standar yang ditetapkan
jadi oleh karena itu severitynya dimasukkan kedalam derajat rendah.
Kenaikan besar masalah (Rate of Increase) untuk angka penemuan kasus pada tahun 2012
adalah 20% dari nilai idealnya sebesar 70% berarti ada kesenjangan sebesar 50%. Akan tetapi dari
evaluasi pada tahun 2011, angka pencapaian hanya 14% dengan tolak ukur yang sama sebesar 70%.
Jika dikaitkan dengan evaluasi pada tahun 2011, menunjukkan adanya perbaikan dalam program
penemuan kasus baru dan meningkat sebesar 6% sehingga Rate of Increase cakupan pelayanan
diberikan nilai yang lebih rendah dari masalah yang lain. Masalah rendahnya penjaringan suspek TB
memiliki nilai pada tahun 2011 sebesar 713/100.000 penduduk menurun menjadi 696/100.000
penduduk, ini dipikirkan akibat kecenderungan tidak ada perbaikan masalah dari tahun ke tahun.
Sedangkan untuk proporsi pasien TB BTA positif diantara semua pasien TB paru yang ditemukan
atau diobati terjadi peningkatan yang signifikan dari tahun 2011 dan 2012 yaitu sebesar 25% menjadi
64%.
Derajat keinginan masyarakat yang tidak terpenuhi (Degree of unmeet need) untuk masalah
rendahnya angka penemuan kasus baru, penjaringan suspek TB, dan proporsi pasien TB BTA positif
diantara semua pasien TB paru yang ditemukan atau diobati. Kesembuhan merupakan harapan utama
dari seorang penderita, oleh karena itu dibutuhkan tindakan penjaringan suspek TB. Masyarakat juga
menginginkan penularan TB dapat diminimalisasi. Untuk mewujudkannya, tidak cukup dengan
pelayanan TB dalam puskesmas saja, tetapi juga dibutuhkan peran serta masyarakat baik dalam
berbagai aspek (pelayanan, penyuluhan, dan pencegahan), dengan salah satu bentuk nyata seperti
pelayanan oleh kader.
Keuntungan sosial (social benefit) yang diperoleh jika masalah rendahnya angka penemuan
kasus baru dan penjaringan suspek TB dapat diselesaikan sampai mendapat nilai terbesar. Adanya
penyelesaian terhadap kedua masalah tersebut diharapkan dapat memutus rantai penularan TB karena
kasus-kasus TB yang ada dapat teridentifikasi dan mendapat penanganan yang tepat dan tindak lanjut
berupa penyuluhan tentang pencegahan penularan TB.

Perhatian masyarakat (public concern) terhadap permasalahan TB secara umum masih


kurang. Pasien banyak yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita TB dan berobat ke
puskesmas. Cakupan penjaringan dan penemuan kasus TB hal ini adalah keadaan yang
mempengaruhi kesadaran masyarakat untuk mencegah penularan dan berobat ke puskesmas.
Pemerintah telah membentuk program pengobatan gratis untuk semua penderita TB, oleh
karena itu ketiga masalah mendapat nilai PC (political climate) yang sama, sebagai bagian dari
program pengobatan gratis untuk semua penderita TB.
Dari penilaian teknis (technical feasibility), tidak data mngenai angka kesalahan
laboratorium, karena hal ini memang tidak dilakukan pencatatan oleh puskesmas. Untuk pencatatan
dan pelaporan yang lain dicatat dan dilaporkan dengan baik.
Untuk ketersediaan sumber daya (resources availability), kurangnya penjaringan dan
penemuan kasus suspek TB, karena puskesmas sebenarnya memiliku kader, namun karena tugas
promosi kesehatan lainnya juga banyak, sementara untuk penambahan kader khusus untuk TB masih
tidak ada.
4.1.6 Alternatif Penyelesaian Masalah
Tabel 4.8 Alternatif Prioritas Masalah
No. Penyebab Masalah
Alternatif Penyelesaian Masalah
1. Masukan
Tenaga :
- Jumlah pelaksana
- Menambah tenaga pelaksana program
program yang
- Mengadakan pelatihan bagi kader
tidak memadai
- Pembagian tugas yang jelas
Metode :
- Frekuensi
penyuluhan yang
kurang

2.

Dana :
- Alokasi dana yang
kurang untuk
program
pencegahan dan
penanggulangan
TB
Proses
Monitoring
- Pencatatan dan
manajemen data
yang kurang

Prioritas

Menambah tenaga
pelaksana program

Pelatihan kader untuk melakukan


penyuluhan rutin

Pelatihan para kader


untuk melakukan
penyuluhan kelompok
pada masyarakat

Penambahan alokasi dana untuk


program pencegahan dan
penanggulangan TB

Penambahan alokasi
dana untuk program
pencegahan dan
penanggulangan TB

Melakukan pencatatan dan pelaporan


yang lengkap

Melakukan pencatatan
dan pelaporan yang
lengkap

3.

4.

lengkap
Lingkungan
- Tingkat pendidikan
dan pengetahuan
masyarakat yang
masih rendah.
- Tingkat
sosioekonomi
masyarakat yang
rendah
Umpan Balik
- Pencatatan dan
pelaporan data
yang kurang
lengkap.
- Indikator angka
kesalahan
laboratorium yang
belum bersedia

Penyuluhan kelompok oleh kader


Memperbanyak kader kesehatan sebagai
perpanjangan tangan Puskesmas

Melakukan pencatatan dan pelaporan


yang lengkap
Penambahan indicator angka kesalahan
laboratorium untuk menggambarkan
kualitas pembacaan slide secara
mikroskopis langsung

Melakukan evaluasi
program pencegahan
dan penanggulangan
TB secara berkala

Tabel 4.9 prioritas Penyelesaian Masalah


Prioritas Jalan Keluar :
Alternatif jalan keluar

C
P=(MxIxV)/C

Menambah tenaga pelaksana program

Pelatihan para kader untuk melakukan penyuluhan


kelompok pada masyarakat

Penambahan alokasi dana untuk program


pencegahan dan penanggulangan TB

Melakukan pencatatan dan pelaporan

33,6
12
16
12

Anda mungkin juga menyukai