TINJAUAN PUSTAKA
dan
memaksimalkan
tingkat
penggunaan
serta
biaya
pelaksanaan. Bentuk, ukuran dan ruang jalan dapat dikatakan baik, jika
memberikan rasa nyaman dan aman pada pengguna jalan. Dalam hal ini
yaitu perusahaan.
Geometri jalan angkut yang harus diperhatikan sama seperti pada
jalan raya umumnya, yaitu: (1) lebar jalan angkut, (2) jari-jari tikungan dan
super- elevasi, kemiringan jalan, dan cross slope. Dalam tambang alat
thumb atau angka perkiraan seperti terlihat pada Tabel 1, dengan pengertian
bahwa lebar alat angkut sama dengan lebar lajur.
Tabel 2.1
Lebar Jalan Angkut Minimum
Jumlah Jalur
Faktor Pengali Lebar
Truck
Jalan Angkut Minimum
1
2,00
2
3,50
3
5,00
4
6,50
(Sumber : Awang Suwandhi, 2004)
Dari kolom perhitungan pada Tabel 2.1 dapat ditetapkan rumus lebar
jalan angkut minimum pada jalan lurus. Seandainya lebar kendaraan dan
jumlah lajur yang direncanakan masing-masing adalah Wt dan n, maka lebar
jalan angkut pada jalan lurus dapat dirumuskan sebagai berikut:
Dimana :
Wmin
Fa
Fb
A. Jari-jari tikungan
10
f = Friction factor
V = Kecepatan rencana kendaraan (km/jam)
R = Jari-jari belokan, m
Jari-jari tikungan jalan angkut (R) adalah jari-jari yang
besarnya dihitung dari pusat tikungan sampai perpotongan garis-garis
yang ditarik dari titik di mana jalan mulai membelok, sampai akhir
belokan.
Semakin besar jari-jari tikungan untuk sudut tikungan yang
sama maka jari-jari tikungan yang lebih besar akan lebih memberikan
rasa aman bagi pengemudi karena kendaraan tidak perlu mengurangi
kecepatannya seperti pada jari-jari tikungan yang lebih kecil. Ini
berarti besarnya radius tikungan minimum dipengaruhi oleh nilai
superelevasi (e) dan koefisien gesekan melintang maksimum,
sehingga terdapat nilai radius tikungan minimum untuk nilai
superelevasi maksimum dan koefisien gesekan melintang maksimum.
PI
11
T
E
ST
TS
1/2
1/2
Tabel 2.2
Batas Tikungan Bentuk FC
12
VR
km/jam
Rmin , m
120
100
80
60
50
40
30
20
70
0
40
0
30
0
13
0
60
2.1.3. Superelevasi
Superelevasi merupakan kemiringan jalan pada tikungan yang
terbentuk oleh batas antara tepi jalan terluar dengan tepi jalan terdalam
karena perbedaan ketinggian. Fungsi superelevasi untuk mengatasi gaya
sentrifugal kendaraan pada saat membelok.
Berdasarkan teori T. Atkinson D.I.C pada kondisi jalan kering, nilai
superelevasi merupakan maksimum 60 mm/m sedangkan pada kondisi jalan
yang penuh lumpur atau licin superlelevasi terbesar 90 mm/m.
13
jalan atau superelevasi yaitu perbedaan ketinggian tepi jalan terluar dengan
tepi jalan bagian dalam pada suatu tikungan.
Yang dimaksud dengan superelevasi adalah kemiringan melintang
pada belokan jalan. Untuk menghitung besarnya superelevasi dapat
menggunakan rumus sebagai berikut :
e+f=
V2
127 R
Dimana :
e = Superelevasi, m/m
f = Koefisien gesekan melintang maksimum
V = Kecepatan kendaraan (km/jam)
R = Jari-jari tikungan, m
2.1.4. Kemringan Jalan Angkut
Kemiringan jalan angkut berhubungan langsung dengan kemampuan
alat angkut baik dalam pengereman ataupun dalam mengatasi tanjakan.
Kemiringan jalan umumnya dinyatakan dalam persen (%). Kemiringan jalan
maksimum yang dapat dilalui dengan baik oleh alat angkut khususnya dump
truk, berkisar antara 10% - 15% atau sekitar 6o-8,50o. Sedangkan untuk jalan
naik maupun jalan turun pada daerah perbukitan lebih aman pada
kemiringan jalan 8% (=4,50o). Secara teoritis kemiringan maksimum jalan
angkut yang dapat diatasi truk dapat diketahui berdasarkan jumlah rimpull
yang tersedia dan jumlah rimpull yang dibutuhkan untuk mengatasi tahanan
gulir (rolling resistance) dan tanjakan (grade resistance). Agar kendaraan
14
15
air yang ada pada permukaan jalan akan segera mengalir ke tepi jalan
angkut, tidak berhenti dan mengumpul pada permukaan jalan. Hal ini
penting karena air yang menggenang pada permukaan jalan angkut akan
membahayakan kendaraan yang lewat dan mempercepat kerusakan jalan.
16
17