DVI Menkes
DVI Menkes
Kesehatan
dan
Kapolri
No.
1087/Menkes/SKB/IX/2004
dan
No.
Pol
DVI
adalah
team
work
yang
berbeda
yang
yang
post
mortem
diperoleh
dari
tubuh
jenazah
pada
masa
mendatang
sehingga
penanganan
DVI
Saat ini berdasarkan standar Interpol untuk proses identifikasi pada DVI telah
ditentukan metode identifikasi yang dipakai yaitu :
a. metode identifikasi primer:
1) sidik jari;
2) gigi geligi;
3) DNA.
b. metode identifikasi sekunder:
1) medik;
2) properti.
Metode visual tidak dipakai di dalam metode identifikasi untuk DVI saat ini
karena metode ini tidak dapat diterapkan bila mayat telah busuk, terbakar,
mutilasi serta tidak dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah oleh karena
melibatkan faktor psikologi keluarga yang melakukannya (sedang berduka,
stress, sedih dll).
Gigi merupakan suatu sarana identifikasi yang dapat dipercaya, khususnya bila
rekam dan foto gigi pada waktu masih hidup yang pernah dibuat masih
tersimpan dengan baik. Pemeriksaan gigi ini menjadi amat penting apabila mayat
sudah dalam keadaan membusuk atau rusak, seperti halnya kebakaran.
Adapun dalam melaksanakan identifikasi manusia melalui gigi, kita dapatkan 2
kemungkinan:
a. memperoleh informasi melalui data gigi dan mulut untuk membatasi
atau menyempitkan identifikasi;Informasi ini dapat diperoleh antara lain
mengenai umur, jenis kelamin, ras, golongan darah, bentuk wajah dan
salah satu sampel DNA. Dengan adanya informasi mengenai
perkiraan batas-batas umur korban misalnya, maka pencarian dapat
dibatasi pada data-data orang hilang yang berada di sekitar umur
korban. Dengan demikian penyidikan akan menjadi lebih terarah.
b. mencari ciri-ciri yang merupakan tanda khusus pada korban
tersebut; Disini dicatat ciri-ciri yang diharapkan dapat menentukan
identifikasi secara lebih akurat dari pada sekedar mencari informasi
tentang umur atau jenis kelamin. Ciri-ciri demikian antara lain : misalnya
adanya gigi yang dibungkus logam, gigi yang ompong atau patah,
lubang pada bagian depan biasanya dapatlebih mudah dikenali oleh
kenalan atau teman dekat atau keluarga korban. Disamping ciri-ciri di
atas, juga dapat dilakukan pencocokan antara tengkorak korban dengan
foto korban semasa hidupnya. Tehnik yang digunakan dikenal sebagai
Superimpossed Technique yaitu untuk membandingkan antara
tengkorak korban dengan foto semasa hidupnya
PRINSIP IDENTIFIKASI
Prinsip
dari
proses
identifikasi
adalah
mudah
yaitu
dengan
misalnya)
dapat
melihat,
me-review
kasusnya,
sehingga
untuk korban mati dengan dugaan tidak wajar/man made disaster (seperti
kasus-kasus teroris, kerusuhan massal, dll), pemindahan jenazah
dalam pengawalan petugas keamanan.