Anda di halaman 1dari 106

RENCANA

PEMBANGUNAN LIMA
TAHUN
KEEMPAT

1984/85-1988/89

REPUBLIK
INDONESIA

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 21 TAHUN 1984
TENTANG
RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEEMPAT
(REPELITA IV)
1984/85 - 1988/89
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa pelaksanaan Pembangunan Lima Tahun Ketiga (REPELITA III) telah menunjukkan hasil-hasil
yang

cukup

memadai

sehingga

dapat

dijadikan

landasan yang kuat untuk tahap pembangunan selanjutnya;


b. bahwa dengan memperhatikan hasil-hasil yang
telah

dicapai serta

kemampuan-kemampuan yang

telah dapat dikembangkan dalam REPELITA III,


dianggap

perlu

untuk

menetapkan

REPELITA

IV

yang merupakan kelanjutan dan peningkatan dari


REPELITA III;

c.

bahwa

berdasarkan

pertimbangan-pertimbangan

tersebut di atas, serta dengan mendengar dan


memperhatikan secara sungguh-sungguh saran-saran

dari

Fraksi-fraksi

di

Dewan

Perwakilan

Rakyat, organisasi-organisasi serta masyarakat


pada umumnya, maka sesuai dengan tugas yang
diberikan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat
seperti yang tercantum dalam Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Nomor II/MPR/1983 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara, dipandang
perlu

untuk

mengeluarkan

Keputusan

Presiden

yang menetapkan Rencana Pembangunan Lima Tahun


Keempat (1984/85 - 1988/89).
Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945;
2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor
II/MPR/1983

tentang

Garis-Garis

Besar

Haluan

Negara;
3. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor
VII/MPR/1983 tentang Pelimpahan Tugas dan Wewenang Kepada Presiden/Mandataris Majelis Permusyawaratan

Rakyat

dalam

rangka

Pensuksesan

dan Pengamanan Pembangunan Nasional;


4. Keputusan Presiden Nomor 7 Tahun 1979 tentang
Rencana

Pembangunan

Lima

Tahun

Ketiga

(REPE-

LITA III) 1979/80 - 1983/84;


5. Keputusan Presiden Nomor 45/M Tahun 1983 ten-tang
Pembentukan Kabinet Pembangunan IV.

M E M U T U S K A N
Menetapkan

: KEPUTUSAN

PRESIDEN REPUBLIK

INDONESIA TENTANG

RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEEMPAT (REPELITA IV) 1984/85 - 1988/89.


Pasal 1
Rencana Pembangunan Lima Tahun Keempat 1984/85
-

1988/89 sebagaimana

termuat dalam

lampiran

Keputusan Presiden ini merupakan bagian daripada

Pola

Dasar

Pembangunan

Nasional,

Pola

Umum Pembangunan Jangka Panjang, dan Pola Umum


Pembangunan

Lima Tahun

Keempat sesuai

dengan

Garis-Garis Besar Haluan Negara yang telah ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat.
Pasal 2
Rencana Pembangunan Lima Tahun Keempat tersebut dalam Pasal 1, menjadi landasan dan pedoman bagi Pemerintah dalam melaksanakan Pembangunan Lima Tahun Keempat.
Pasal 3
Kebijaksanaan-kebijaksanaan

dari

pada

Rencana

Pembangunan Lima Tahun Keempat, dituangkan dalam Rencana Tahunan yang tercermin dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara serta kebijaksanaan-kebijaksanaan Pemerintah lainnya.

Pasal 4
Penuangan
dimaksud

dalam
dalam

memperhatikan

Rencana
Pasal

3,

Tahunan

sebagaimana

dilaksanakan

dengan

kemungkinan-kemungkinan

peru-

bahan dan perkembangan keadaan yang memerlukan


langkah-langkah

penyesuaian

terhadap

Rencana

Pembangunan Lima Tahun Keempat.


Pasal 5
Keputusan

Presiden

ini

mulai

berlaku

tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 19 Maret 1984

SOEHARTO

pada

RENCANA PEMBANGUNAN LIMA


TAHUN
KEEMPAT
1984/85 - 1988/89

LAMPIRAN
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Nomor 21 TAHUN 1984
tentang
RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEEMPAT
(REPELITA IV)

I
R E P U B L I K INDONESIA

RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEEMPAT


1984/85 1988/89
DAFTAR
BUKU

ISI
I

Bab

1. Tujuan dan Sasaran-sasaran Pokok Pembangunan

Bab
Bab

2. Kerangka Rencana dan Pembiayaan Pembangunan


3. Keuangan Negara

Bab

4. Kebijaksanaan Moneter dan Perkreditan

Bab

5. Neraca Pembayaran Internasional

Bab

6. Perluasan Kesempatan Kerja

Bab

7. Pengembangan Dunia Usaha

Bab

8. Pengelolaan Sumber Alam dan Lingkungan Hidup

Bab

9. Pertanian dan Pengairan

Bab

10. Pangan dan Perbaikan Gizi


BUKU II

Bab

11. Industri

Bab

12. Pertambangan dan Energi

Bab

13. Perhubungan dan Pariwisata

Bab

14. Perdagangan

Bab

15. Koperasi

Bab

16. Tenaga Kerja

Bab

17. Transmigrasi

Bab

18. Perumahan dan Pemukiman

Bab

19. Agama

Bab

20. Pendidikan dan Generasi Muda

BUKU

III

Bab

21. Kebudayaan Nasional dan Kepercayaan Terhadap


Tuhan Yang Maha Esa

Bab

22. Ilmu Pengetahuan, Teknologi

Bab

23. Kesehatan

Bab
Bab

24. Kesejahteraan Sosial dan Peranan Wanita


25. Kependudukan dan Keluarga Berencana

Bab

26. Pembangunan Daerah

Bab

27. H u k u m
28. Pertahanan Keamanan
29. Penerangan, Pers dan Komunikasi Sosial
30. Aparatur Pemerintah

Bab
Bab
Bab

BUKU IV
1.

Daerah Istimewa Aceh

2.

Sumatera Utara

3.

Sumatera Barat

4.

R i a u

5.

J a m b i

6.

Sumatera Selatan

7.

B e n g k u 1 u

8.

L a m p u n g

9.

DKI Jakarta

10. Jawa Barat


11. Jawa Tengah
12. Daerah Istimewa Yogyakarta
13. Jawa Timur
10

dan Penelitian

14. Kalimantan Barat


15. Kalimantan Tengah
16. Kalimantan Selatan
17. Kalimantan Timur
18. Sulawesi Utara
19. Sulawesi Tengah
20. Sulawesi Tenggara
21. Sulawesi Selatan
22. B a 1 i
23. Nusa Tenggara Barat
24. Nusa Tenggara Timur
25. M a 1 u k u
26. Irian Jaya
27. Timor Timur

11

RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEEMPAT


1984/85 1988/89

DAFTAR ISI BUKU I

Bab

1. Tujuan dan Sasaran-sasaran Pokok Pembangunan ........17

Bab

2. Kerangka Rencana dan Pembiayaan Pembangunan ........107

Bab

3. Keuangan Negara..................................149

Bab

4. Kebijaksanaan Moneter dan Perkreditan..............187

Bab

5. Neraca Pembayaran Internasional....................213

Bab

6. Perluasan Kesempatan Kerja........................259

Bab

7. Pengembangan Dunia Usaha..........................295

Bab

8. Pengelolaan Sumber Alam dan Lingkungan Hidup.......333

Bab

9. Pertanian dan Pengairan...........................395

Bab 10. Pangan dan Perbaikan Gizi.........................497

13

BAB 1
TUJUAN DAN SASARAN-SASARAN POKOK
PEMBANGUNAN

BAB 1
TUJUAN DAN SASARAN-SASARAN POKOK PEMBANGUNAN

Sebagaimana ditetapkan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) tujuan pembangunan Repelita IV ialah : Pertama,
meningkatkan taraf hidup, kecerdasan, dan kesejahteraan seluruh rakyat yang semakin merata dan adil; dan

Kedua, mele-

takkan landasan yang kuat untuk tahap pembangunan berikutnya.


Dalam Repelita III bangsa Indonesia telah mencapai hasilhasil yang positif sehingga terciptalah suasana yang mantap
untuk melanjutkan pembangunan dalam Repelita IV, sebagai pelaksanaan tahap keempat Pola Umum Pembangunan Jangka Panjang.
Berdasarkan

hasil-hasil

pembangunan

dalam

Repelita

III

serta belajar dari pengalaman berharga selama Repelita I, II


dan III yang sudah dilaksanakan sampai sekarang, maka bangsa
Indonesia telah bertekad untuk mempercepat tercapainya sasaran utama pembangunan jangka panjang yaitu terciptanya landaan yang kuat bagi Bangsa Indonesia untuk tumbuh dan berkembang atas kekuatannya sendiri menuju masyarakat yang adil dan
makmur berdasarkan Pancasila. Landasan yang kuat tersebut meliputi bidang Ekonomi, Agama dan Kepercayaan Terhadap Tuhan
Yang Maha Esa; Sosial Budaya, Politik, dan Pertahanan Keamanan, sebagaimana ditetapkan di dalam Garis-garis Besar Haluan
Negara.

Oleh

karena

itu

dalam

Repelita

IV

akan

diusahakan

terciptanya kerangka landasan untuk tumbuh dan berkembang terus agar kemudian dapat dimantapkan terus dalam Repelita V,
sehingga dalam Repelita VI nanti bangsa Indonesia sudah benar-benar dapat tinggal landas untuk memacu pembangunan menuju

terwujudnya

masyarakat

yang

adil

dan

makmur

berdasar-

kan Pancasila.
17

Untuk menciptakan kerangka landasan sebagaimana diamanatkan GBHN tersebut perlu diusahakan terciptanya kondisi nasional yang memberikan rangsangan serta peluang seluas-luasnya
bagi semua potensi pembangunan untuk berpartisipasi dan berprestasi dalam usaha pembangunan nasional dengan mengusahakan
keseimbangan dan keserasian pembangunan di pelbagai bidang,
sektor, daerah, pemanfaatan dan pengembangan sumber dana dan
daya, pengembangan pelbagai keahlian dan kelembagaan, pelbagai

usaha

peningkatan

dan

pengembangan

pendapatan

berbagai

kelompok masyarakat dan lain-lain, sehingga bangsa Indonesia


bisa secara terus menerus tumbuh dan berkembang secara wajar
atas kekuatan sendiri, menuju masyarakat yang adil dan makmur
berdasarkan Pancasila. Dalam Repelita IV, berbagai kebijaksanaan dan program-program yang telah dirintis sejak Repelita I
ke arah tujuan tersebut akan disempurnakan dan lebih ditingkatkan pelaksanaannya, sehingga kerangka landasan seperti yang
diamanatkan oleh GBHN akan benar-benar bisa terwujud.
Adapun sasaran pembangunan Repelita IV sesuai dengan Pola
Umum Pembangunan Jangka Panjang diletakkan pada pembangunan
bidang ekonomi dengan titik berat pada sektor pertanian untuk
melanjutkan usaha-usaha memantapkan swasembada pangan dan meningkatkan industri yang dapat menghasilkan mesin-mesin industri sendiri, baik industri berat maupun ringan yang akan
terus dikembangkan dalam Repelita-Repelita selanjutnya. Sejalan dengan prioritas pada pembangunan ekonomi tersebut, maka
pembangunan dalam bidang politik, sosial budaya, pertahanan
keamanan dan lain-lain akan semakin ditingkatkan sepadan dan
agar saling menunjang dengan kemajuan-kemajuan yang dicapai
oleh pembangunan di bidang ekonomi.
Dalam
l8

Repelita

IV

yang merupakan kelanjutan dan peningka-

tan

dari

Repelita

III,

akan

semakin

ditingkatkan

langkah-

langkah dan kebijaksanaan-kebijaksanaan untuk memperbaiki kesejahteraan rakyat baik lahir maupun batin, mendorong pembagian hasil-hasil pembangunan yang makin merata dan makin memperluas

kesempatan

kerja.

Bersamaan

dengan

langkah-langkah

ini juga akan ditingkatkan usaha untuk memecahkan masalah-masalah yang dalam Repelita III telah ditangani tetapi belum
dapat sepenuhnya dipecahkan, seperti masalah peningkatan laju
pembangunan

di

daerah-daerah

tertentu,

peningkatan

produksi

pangan dan kebutuhan pokok lainnya, peningkatan kemampuan golongan ekonomi lemah, Koperasi, Kependudukan, pemilikan dan
penggunaan tanah, transmigrasi, perumahan, perluasan fasilitas dan peningkatan mutu pendidikan, pelayanan kesehatan dan
gizi,

pembinaan

hukum,

ketertiban

masyarakat,

kelestarian

lingkungan hidup serta masalah-masalah lain di berbagai bidang pembangunan.


Dalam Repelita IV akan dilanjutkan dan ditingkatkan kebijaksanaan pembangunan yang berlandaskan pada Trilogi Pembangunan, yaitu pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya yang
menuju pada terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat,
pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan stabilitas nasional
yang sehat dan dinamis. Ketiga unsur Trilogi Pembangunan tersebut saling kait-mengkait dan perlu tetap dikembangkan secara serasi agar saling memperkuat. Dalam rangka pelaksanaan
unsur

pertama

Trilogi

Pembangunan,

yaitu

pemerataan

pemba-

ngunan dan hasil-hasilnya, akan dilanjutkan dan makin diperluas

pelaksanaan

keseluruhan

Delapan

keadilan

Jalur

sosial

Pemerataan,

akan

mendapat

sehingga
perhatian

secara
yang

lebih besar dalam Repelita IV.

19

Kedelapan Jalur Pemerataan tersebut adalah :


1.

Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat banyak, khususnya pangan, sandang dan perumahan.

2.

Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan


kesehatan.

3.

Pemerataan pembagian pendapatan.

4.

Pemerataan kesempatan kerja.

5.
6.

Pemerataan kesempatan berusaha.


Pemerataan kesempatan berpartisipasi

dalam

pembangunan,

khususnya bagi generasi muda dan kaum wanita.


7.

Pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh wilayah tanah air.

8.

Pemerataan kesempatan memperoleh keadilan.


Pelaksanaan

sama

dengan

pembangunan
pembinaan

nasional

dan

harus

pemeliharaan

berjalan

bersama-

stabilitas

nasional

yang sehat dan dinamis, baik di bidang politik maupun di bidang sosial, ekonomi dan lain-lain, karena kegoncangan-kegoncangan

dalam

masyarakat

dan

kegoncangan-kegoncangan

ekonomi

akan menghambat pembangunan. Dengan demikian terjalin hubungan yang sangat erat antara pembangunan dan stabilitas nasional. Stabilitas nasional memperlancar pembangunan nasional
dan pembangunan nasional memperkuat stabilitas nasional. Ini
berarti

bahwa

stabilitas

nasional

merupakan

syarat

mutlak

bagi kelangsungan dan berhasilnya pelaksanaan pembangunan nasional. Oleh karena itu dalam Repelita IV akan tetap diusahakan untuk memelihara dan mengembangkan stabilitas nasional
yang sehat dan dinamis baik stabilitas di bidang politik,
maupun stabilitas di bidang ekonomi.

20

Untuk memantapkan stabilitas di bidang politik akan diusahakan


makin

makin

kokohnya

tegak-tumbuhnya

persatuan
kehidupan

dan
yang

kesatuan

bangsa

serta

konstitusional,

demo-

kratis dan berdasarkan hukum yang berlandaskan Undang-undang


Dasar 1945. Dalam rangka ini dan demi kelestarian serta pengamalan Pancasila, maka organisasi-organisasi sosial politik
serta organisasi kemasyarakatan lainnya perlu hanya menggunakan Pancasila sebagai satu-satunya asas organisasi. Di samping itu akan terus diperluas usaha memasyarakatkan Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) yang dalam Repelita
III telah dilaksanakan dengan hasil-hasil yang positif. Dengan

peningkatan

dan

perluasan

pemasyarakatan

P4,

akan

me-

ningkat pula kesadaran politik masyarakat, kesadaran politik


setiap warganegara, kesadaran partai Politik dan Golkar, dan
organisasi kemasyarakatan, bahkan seluruh tubuh pemerintahan.
Peningkatan kesadaran politik oleh seluruh masyarakat merupakan salah satu kunci pokok bagi pemantapan stabilitas politik.
Dengan meningkatnya kesadaran politik masyarakat yang berlandaskan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, maka
akan

berkembang

pula

pelaksanaan

demokrasi

Pancasila

serta

kehidupan berkonstitusi dan berdasarkan Hukum.


Dalam hubungan ini salah satu tugas dan kewajiban Nasional
yang akan dilaksanakan sebaik-baiknya dalam rangka melaksanakan salah satu sendi kehidupan berbangsa dan bernegara ialah
kedaulatan

rakyat

adalah

pelaksanaan

Pemilu

yang

Langsung,

Umum, Bebas dan rahasia dalam tahun 1987.


Sejalan dengan itu sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang
ditetapkan dalam GBHN dan ketetapan-ketetapan MPR basil sidang

Umum

MPR

1983

perlu diadakan penyempurnaan berbagai Un-

21

dang-undang yang berlaku seperti : Undang-undang Partai Politik dan Golongan Karya, Undang-undang tentang Pemilihan Umum,
Undang-undang tentang kedudukan dan Susunan MPR dan DPR/DPRD.
Disamping itu juga perlu disusun Rancangan Undang-undang tentang

Organisasi

Kemasyarakatan

dan

Rancangan.

Undang-undang

tentang Referendum.
Langkah-langkah seperti yang disebutkan di atas merupakan
bagian dari usaha pembangunan di bidang Politik.
Di samping itu dalam Repelita IV akan ditingkatkan pula
usaha untuk memelihara ketertiban dan kepastian hukum yang
mampu mengayomi masyarakat, sebagai salah satu syarat bagi
terciptanya stabilitas nasional yang mantap. Dalam rangka ini
akan dilanjutkan dan ditingkatkan langkah-langkah untuk membina dan mengembangkan kemampuan dan kewibawaan aparatur pemerintah pada umumnya dan aparatur penegak hukum pada khususnya, di samping memperluas usaha pembinaan kesadaran hukum
dikalangan masyarakat pada umumnya. Usaha-usaha ini sekaligus
dimaksudkan

untuk

mendorong

makin

berkembangnya

kreativitas

masyarakat, meningkatkan gairah hidup dan memperluas partisipasi1rakyat dalam pelaksanaan pembangunan.
Untuk menjamin terpeliharanya stabilitas nasional dan kelancaran pelaksanaan pembangunan akan terus ditingkatkan usaha-usaha untuk memelihara keamanan dan ketertiban umum. Dalam
hubungan

ini

akan

makin

ditingkatkan

kesiapan,

kewaspadaan

dan keterampilan ABRI sebagai kekuatan pertahanan dan keamanan dan sebagai kekuatan sosial. Sejalan dengan usaha-usaha
tersebut juga akan terus dibina dan ditumbuhkan kesadaran dan
rasa

tanggungjawab

tiban.

22

Oleh

karena

masyarakat
itu

akan

terhadap

keamanan

dilanjutkan

usaha

dan

keter-

modernisasi

ABRI serta akan terus dikembangkan doktrin perlawananan rakyat semesta dalam rangka bela negara yang dilaksanakan dengan
sistem pertahanan keamanan rakyat semesta untuk mempertahankan kedaulatan dan kemerdekaan negara yang berdasarkan Pancasila

dan

Undang-Undang

Dasar

1945,

dan

untuk

memelihara

serta mempertahankan integritas wilayah nasional. Semua usaha


dan kegiatan ini merupakan pembangunan di bidang pertahanan
keamanan yang merupakan bagian integral dari pembangunan nasional.
Pemeliharaan

dan

peningkatan

stabilitas

nasional

khusus-

nya stabilitas politik tidak dapat dipisahkan dan sangat erat


hubungannya dengan politik luar negeri. Dalam pada itu Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan kepada kita untuk ikut
bertanggungjawab

menciptakan

perdamaian

dunia

yang

berperi-

kemanusiaan dan ber keadilan. Demikian pula Garis-garis Besar


Haluan Negara menentukan bahwa politik luar negeri yang bebas
aktif harus dilaksanakan secara konsekwen dan diabdikan untuk
kepentingan

nasional

terutama

untuk

kepentingan

pembangunan

di segala bidang. Oleh karena itu, maka dalam Repelita IV sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya, bangsa Indonesia akan
meningkatkan usahanya dalam turut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial melalui forum-forum kerjasama bilateral, regional dan internasional seperti organisasi-organisasi negara-negara non-blok, Organisasi Konperensi Islam, Perserikatan
Bangsa-Bangsa dan sebagainya. Dalam rangka ini dan demi terwujudnya tatanan dunia baru, terutama Tata Ekonomi Dunia Baru, akan makin ditingkatkan usaha-usaha untuk menggalang dan
memupuk

solidaritas

kerjasama

di

antara

dan

kesatuan

sikap

negara - negara

serta

meningkatkan

yang sedang berkembang.


23

Khususnya di wilayah Asia Tenggara, kerjasama antara negaranegara anggota ASEAN akan diperluas dan ditingkatkan dalam
rangka memperkuat ketahanan regional menuju terwujudnya kawasan Asia Tenggara yang damai, bebas, netral dan sejahtera.
Dalam

rangka

mengamankan

dan

mensukseskan

pelaksanaan

pembangunan nasional akan terus diikuti secara saksama setiap


perkembangan

kemungkinan

gejolak

dunia

baik

politik

maupun

ekonomi. Hal ini dimaksudkan agar dapat diketahui pada waktunya kemungkinan-kemungkinan
litas

nasional

dan

yang dapat mempengaruhi stabi-

menghambat

pelaksanaan

pembangunan,

se-

hingga dengan demikian dapat diambil langkah-langkah yang tepat untuk mengamankan jalannya pembangunan nasional. Adapun
perkembangan dunia yang mengandung kesempatan untuk mempercepat pelaksanaan pembangunan akan dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kepentingan nasional.
Kemantapan di bidang stabilitas ekonomi merupakan prasyarat bagi kelancaran dan keberhasilan pelaksanaan pembangunan
nasional. Oleh karena itu dalam Repelita IV akan dilanjutkan
dan ditingkatkan kebijaksanaan ekonomi yang selama ini telah
berhasil baik seperti anggaran belanja yang berimbang dan dinamis, tersedianya barang-barang kebutuhan pokok sehari-hari
yang cukup tersebar dan merata dengan harga yang stabil dan
terjangkau oleh rakyat banyak, keseimbangan moneter dan lainlain, yang kesemuanya itu akan disempurnakan dan dipadukan
dengan usaha-usaha yang mendorong pemerataan dan laju pembangunan pada umumnya. Sejalan dengan itu akan ditingkatkan kebijaksanaan yang serasi di berbagai bidang seperti anggaran
negara, perpajakan, moneter, perkreditan, perdagangan, harga,
upah dan sebagainya. Dalam rangka memantapkan stabilitas di
bidang
24

ekonomi,

dalam

Repelita

IV

akan

diusahakan

mengendali-

kan tingkat laju inflasi dengan perkiraan laju inflasi ratarata sekitar 8% per tahun.
Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi merupakan unsur
kedua Trilogi Pembangunan serta merupakan prasyarat bagi tercapainya

pelaksanaan

pemerataan

pembangunan

dan

hasil-hasil-

nnnya ke arah keadilan sosial yang makin merata. Pertumbuhan


ekonomi yang cukup tinggi ini akan dicapai melalui kenaikan
produksi dan jasa di berbagai sektor meliputi sektor pertanian,

industri,

pertambangan,

energi,

perhubungan,

perdaga-

ngan dan lain-lain dengan tetap berorientasi pada perluasan


kesempatan kerja.
Laju pertumbuhan ekonomi dalam kurun waktu 5 tahun mendatang sangat dipengaruhi oleh pengembangan sumber-sumber alam
yang ada, serta adanya tenaga terdidik, barang-barang modal
dan dana-dana yang tersedia, serta perkembangan perekonomian
dunia.

Berdasarkan

perkiraan

mengenai

faktor-faktor

tersebut

di atas, serta perkembangan di berbagai sektor dan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang akan dijalankan, maka laju pertumbuhan ekonomi dalam arti nyata selama Repelita IV diperkirakan
akan dapat dicapai sekitar rata-rata 5% setahun. Laju pertumbuhan

ini

bagi

Indonesia

diperkirakan

cukup

memadai

untuk

memenuhi unsur kedua Trilogi Pembangunan dan sekaligus mampu


menghasilkan dana-dana yang dibutuhkan untuk menunjang pelaksanaan seluruh program pembangunan.
Dalam rangka usaha mencapai pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi tersebut, dalam Repelita IV diusahakan untuk mengerahkan dan lebih memanfaatkan segala sumber daya serta kemampuan yang kita miliki. Dalam rangka ini sebanyak mungkin
barang

dan

jasa

yang

kita perlukan diusahakan untuk dipenuhi

25

dengan hasil produksi dalam negeri. Dengan demikian dapat dikembangkan kemampuan untuk membangun dengan kekuatan sendiri
dan sekaligus menghemat pemakaian devisa. Selain daripada itu
sikap mengutamakan barang buatan bangsa sendiri merupakan salah

satu

perwujudan

daripada

sikap

menghargai

hasil

usaha

bangsa sendiri.
Secara sektoral laju pertumbuhan di berbagai sektor penting selama Repelita IV adalah sebagai berikut : sektor pertanian

diperkirakan

tumbuh

dengan

rata-rata

sekitar

3%

dan

sektor pertambangan dengan 2,4% per tahun, sedangkan sektorsektor lainnya berkembang dengan laju relatif lebih tinggi,
antara

lain

angkutan

dan

sektor

industri

komunikasi

berkembang

dengan

5,2%,

dengan

serta

9,5%,

sektor

sektor

bangunan

dengan 5%. Berdasarkan laju pertumbuhan sektor-sektor tersebut, maka peranan sektor pertanian akan turun dari 29,2% dalam tahun 1983/84 menjadi 26,4% dalam tahun 1988/89, sedangkan

peranan

sektor-sektor

di

luar

pertanian

akan

meningkat

dari 70,8% menjadi 73,6%. Dengan demikian berarti bahwa bangsa Indonesia akan melangkah lebih maju lagi ke arah tercapainya suatu struktur perekonomian yang makin seimbang.
Salah satu faktor yang besar peranannya dalam pembangunan
adalah

laju

pertumbuhan

penduduk,

penyebaran,

dan

struktur

umur penduduk. Jumlah penduduk selama 5 tahun mendatang sangat ditentukan oleh usaha-usaha di masa yang lampau maupun
di masa datang, khususnya usaha untuk menurunkan tingkat kelahiran melalui program keluarga berencana.
Berkat ditingkatkannya program keluarga berencana di masa
lampau, laju pertumbuhan penduduk diharapkan akan dapat turun
dari
seki26

rata - rata 2,3%

setahun selama Repelita III menjadi

tar 2% setahun selama Repelita IV, sehingga jumlah penduduk


yang dewasa ini sekitar 158,1 juta orang diperkirakan akan
mencapai 175,6 juta orang pada akhir Repelita IV. Dengan demikian nampak bahwa walaupun laju pertumbuhan penduduk diperkirakan

akan

menurun,

namun

jumlah

penduduk

Indonesia

pada

akhir Repelita IV akan bertambah sekitar 17,5 juta orang. Dalam rangka ini diperkirakan bahwa jumlah penduduk di pulau
Jawa akan meningkat dengan rata-rata sekitar 1,8% setahun dari 96,9 juta orang menjadi 106 juta orang, dan di pulau-pulau
lainnya dengan rata-rata sekitar 2,6 % setahun dari 61,2 juta
orang menjadi 69,6 juta orang.
Laju pertumbuhan penduduk tersebut pada dasarnya ditentukan oleh tingkat kelahiran dan kematian. Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat sebagaimana diamanatkan GBHN, dalam Repelita IV akan diusahakan untuk menurunkan tingkat kelahiran kasar, yakni tingkat kelahiran per 1.000 penduduk, dari 33,5 pada akhir Repelita III
menjadi 31,0 pada akhir Repelita IV. Selanjutnya angka kematian kasar, yakni angka kematian per 1.000 penduduk, akan diusahakan untuk dapat diturunkan dari 11,7 pada akhir Repelita
III menjadi 10,1 pada akhir Repelita IV. Sehubungan dengan
penurunan angka kematian kasar tersebut, akan dilakukan usaha
untuk menurunkan tingkat kematian bayi, yakni jumlah kematian
bayi (0 - 12 bulan) per 1.000 kelahiran hidup, dari 90,3 pada
akhir Repelita III menjadi 70,0 pada akhir Repelita IV. Demikian pula tingkat kematian anak balita, yakni jumlah kematian
anak balita (1 - 4 tahun) per 1.000 anak balita, akan diusahakan untuk dapat diturunkan dari 17,8 pada akhir Repelita
III menjadi 14,0 pada akhir Repelita IV. Dengan menurunnya
tingkat

kematian

tersebut,

maka

harapan hidup rata-rata, yak27

ni rata-rata umur penduduk, diharapkan akan naik dari 56 tahun pada akhir Repelita III menjadi 59 tahun pada akhir Repelita IV.
Usaha peningkatan kesejahteraan rakyat tersebut disertai
dengan usaha peningkatan kecerdasan rakyat. Dalam rangka ini,
maka jumlah murid tingkat Sekolah Dasar (SD) yang pada akhir
Repelita III berjumlah 28,9 juta, akan ditingkatkan menjadi
29,4 juta pada akhir Repelita IV. Dalam pada itu jumlah anak
berusia 7 - 12 tahun pada akhir Repelita III adalah 23,8 juta, meningkat menjadi 26,0 juta pada akhir Repelita IV. Dalam
hubungan ini, akan diusahakan agar anak usia 7 - 12 tahun
tersebut dapat ditingkatkan penampungannya pada Sekolah Dasar
dari 23,2 juta pada akhir Repelita III menjadi 26,0 juta pada
akhir Repelita IV.
Demikian pula jumlah murid baru Sekolah Menengah Tingkat
Pertama (SMTP) akan ditingkatkan dari 1,8 juta pada akhir Repelita III menjadi 2,7 juta pada akhir Repelita IV. Sementara
itu jumlah lulusan SD pada akhir Repelita III adalah 2,9 juta, meningkat menjadi 3,5 juta pada akhir Repelita IV. Apabila jumlah murid baru pada SMTP tersebut dibandingkan dengan
jumlah lulusan SD, maka nampaklah bahwa pada akhir Repelita
III 71% lulusan SD dapat ditampung pada SMTP, kemudian meningkat menjadi 78% pada akhir Repelita IV.
Bersamaan dengan usaha meningkatkan kesejahteraan dan kecerdasan rakyat, dalam Repelita IV dilakukan pula usaha untuk
meningkatkan taraf hidup melalui pengembangan lapangan kerja
untuk menampung peningkatan angkatan kerja. Di dalam tahun
1983 angkatan kerja berjumlah 63,5 juta. Dalam jumlah ini sebagian

28

besar mempunyai pekerjaan dan selebihnya tidak bekerja

(menganggur). Di antara yang bekerja ada yang bekerja penuh


dan ada yang bekerja tidak penuh (bekerja musiman atau bekerja sambilan).
Pada akhir Repelita IV (1988) angkatan kerja diperkirakan
berjumlah 72,8 juta orang. Jadi selama Repelita IV angkatan
kerja akan bertambah dengan 9,3 juta orang.
Apabila selama Repelita IV dapat dicapai pertumbuhan ekonomi rata-rata sebesar 5% setahun dan pola investasi diarahkan kepada kegiatan yang banyak menyerap tenaga kerja, maka
diperkirakan akan dapat diciptakan lapangan kerja untuk sekitar 9 juta orang.
Lapangan kerja untuk sekitar 9 juta orang tersebut hanya
akan

tercapai

diarahkan

apabila

kepada

dana

investasi

kegiatan-kegiatan

yang

yang

ada

secara

banyak

sadar

menciptakan

lapangan kerja, dan apabila di dalam pembangunan setiap proyek

benar-benar

nyak

dipergunakan

menggunakan

gunaan

biaya

tenaga

pembangunan

cara-cara

kerja.

Dengan

dengan

pelaksanaan
demikian

sungguh-sungguh

yang

pola

bapeng-

diarahkan

agar menghasilkan lapangan kerja sebesar mungkin.


Apabila pertumbuhan ekonomi rata-rata selama Repelita IV
berhasil mencapai lebih dari 5% dan penggunaan biaya pembangunan benar-benar diarahkan untuk menciptakan lapangan kerja
sebesar mungkin, maka selama Repelita IV akan dapat tersedia
tambahan lapangan kerja untuk sekitar 9,5 juta orang.
Berdasarkan laju pertumbuhan penduduk sekitar 2,0% setabun, maka produksi nasional nyata per kapita akan meningkat
dengan sekitar 15,6% selama 5 tahun mendatang. Di samping itu
dapat dikemukakan bahwa dengan laju pertumbuhan ekonomi sebesar

5%

setahun

itu

diperkirakan juga akan meningkatkan kesem29

patan dan kemampuan kita untuk mencapai sasaran peningkatan


kesejahteraan rakyat secara menyeluruh.
Tujuan pembangunan jangka panjang di bidang ekonomi adalah untuk merubah struktur perekonomian Indonesia agar menjadi lebih seimbang. Keseimbangan struktur yang lebih sehat ini
sangat diperlukan agar dapat diletakkan landasan yang lebih
kuat dan lebih luas bagi pertumbuhan selanjutnya dan juga untuk makin memperkuat ketahanan ekonomi. Oleh karena itu, maka
diusahakan agar laju pertumbuhan sektor-sektor di luar pertanian

adalah

sedangkan

lebih

sektor

besar

dari

pertanian

pertumbuhan

sendiri

laju

sektor

pertanian,

pertumbuhannya

juga

akan terus ditingkatkan dengan tujuan antara lain untuk memantapkan swasembada pangan.
Untuk pelaksanaan Repelita IV dengan sasaran laju pertumbuhan ekonomi sebesar rata-rata 5% setahun serta berbagai sasaran pembangunan lainnya diperlukan dukungan investasi yang
memadai. Untuk itu investasi akan ditingkatkan dengan ratarata 19,1% setahun. Hal ini berarti bahwa jumlah investasi
yang dalam tahun 1983/84 diperkirakan sekitar 16.678 milyar
rupiah

diperkirakan

akan

meningkat

menjadi

sekitar

40.027

milyar rupiah dalam tahun 1988/89. Sebagai persentase terhadap produksi nasional, investasi selama Repelita IV akan mencapai rata-rata sekitar 26,3%. Pembiayaan investasi tersebut
terutama

bersumber

dari

kemampuan

dalam

negeri,

sedangkan

sumber-sumber luar negeri merupakan pelengkap. Oleh sebab itu


sebagian besar dana investasi ini akan dikerahkan dari dalam
negeri,

yaitu

sebesar

sekitar

22,1%

dari

produksi

nasional

atau 84,1% dari seluruh jumlah investasi, sedangkan sisanya


dari luar negeri.

30

Dalam Repelita IV akan diambil langkah-langkah kebijaksanaan investasi yang dapat lebih meningkatkan efisiensi investasi dengan menggunakan cara-cara yang tidak memerlukan biaya
besar,

menghilangkan

pemborosan,

memperlancar

pelaksanaan

proyek, menggunakan kapasitas produksi yang ada secara optimal,

dan

menghapuskan

hambatan-hambatan

serta

beban-beban

yang berakibat peningkatan biaya investasi, termasuk penghapusan peraturan-peraturan dan perizinan-perizinan yang dapat
menghambat kelancaran kegiatan ekonomi serta merupakan beban
bagi dunia usaha. Sejalan dengan itu dalam pelaksanaan Repelita IV akan dilanjutkan pula penelitian yang cermat atas investasi

dan

pemilihan

teknologi

yang

tepat

hingga

produksi

nasional dapat meningkat dengan biaya investasi yang sekecil


mungkin demi tercapainya sasaran-sasaran pembangunan lainnya
termasuk
dan

perluasan

pemantapan

dilanjutkan
yang

stabilitas

dan

diarahkan

kesempatan

makin
untuk

kerja,

ekonomi.

Dalam

ditingkatkan
lebih

pemerataan

mendorong

pembangunan

hubungan

kebijaksanaan

ini

akan

investasi

kegiatan-kegiatan

yang

banyak menyerap tenaga kerja serta kegiatan-kegiatan pengolahan dalam rangka meningkatkan nilai tambah dari bahan yang
telah diolah.
Pembiayaan

investasi

yang

bersumber

dari

dalam

negeri

berasal dari dana tabungan dalam negeri. Dana tabungan dalam


negeri berasal dari tabungan Pemerintah dan tabungan masyarakat. Selama Repelita IV tabungan Pemerintah diperkirakan mencapai sebesar 10,9% dari produksi nasional, sedangkan tabungan
masyarakat mencapai 11,2% dari produksi nasional.
Tabungan pemerintah (bruto) adalah selisih antara penerimaan dalam negeri dengan pengeluaran rutin. Dalam usaha untuk
meningkatkan

peranan

tabungan Pemerintah didalam anggaran pem31

bangunan negara, maka pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja negara terus disempurnakan agar penerimaan negara makin
meningkat, sedangkan pengeluaran negara makin terkendali dan
terarah. Untuk meningkatkan penerimaan negara terutama dari
sumber di luar minyak dan gas bumi, sistem perpajakan terus
disempurnakan,

pemungutan

pajak

diintensifkan,

dan

aparat

perpajakan diusahakan agar menjadi semakin bersih dan meningkat kemampuannya. Semuanya itu diarahkan agar kemampuan negara dan masyarakat untuk membiayai pembangunan dari sumbersumber dalam negeri makin meningkat, pembagian beban pembangunan antara golongan yang berpendapatan tinggi dan golongan
yang berpendapatan rendah makin sesuai dengan rasa keadilan
masyarakat, pembangunan akan semakin merata, dan pola hidup
sederhana akan semakin dihayati dan terlaksana dengan baik
sehingga

solidaritas

sosial

semakin

kokoh.

Di

samping

itu

sistem perpajakan juga diarahkan untuk merangsang pemanfaatan


sumber-sumber alam secara optimal, mendorong ekspor dan mengembangkan kegiatan ekonomi pada umumnya. Segala jenis pajak
harus didasarkan atas peraturan perundang-undangan.
Dalam hubungan ini pada akhir tahun 1983/84 telah diadakan perombakan yang sangat mendasar mengenai sistem perpajakan melalui undang-undang perpajakan yang baru, yang sekaligus juga merupakan salah satu unsur untuk menciptakan keranka landasan sebagaimana diamanatkan oleh GBHN. Undang-undang
perpajakan yang baru tersebut mencakup bidang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan, Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai Atas Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang

Mewah.

Perubahan

sistem

perpajakan

tersebut

ditujukan

untuk memperbesar penerimaan negara dan sekaligus digunakan


pula
32

untuk

meratakan

beban pembangunan yang sesuai dengan ra-

sa keadilan sosial. Sistem perpajakan yang baru telah mampu


menciptakan

sistem

pajak

yang

sederhana,

mudah

dimengerti

oleh setiap orang dan yang memberikan kepastian bagi setiap


wajib pajak. Pelaksanaan undang-undang perpajakan barn tersebut akan dimantapkan dan makin dikembangkan dalam Repelita IV.
Dana pembangunan dari dalam negeri yang lebih besar justru diharapkan berasal dari tabungan masyarakat sendiri. Dalam hubungan ini pengerahan dana-dana tabungan masyarakat melalui

lembaga-lembaga

keuangan,

termasuk

lembaga

perbankan,

lembaga keuangan bukan bank dan pasar modal, akan makin ditingkatkan dalam bentuk deposito, penerbitan surat berharga
dan jenis tabungan lainnya, sehingga peranannya sebagai sumber
dana

pembangunan

makin

meningkat.

Pengembangan

pasar

mo-

dal akan ditingkatkan agar tercapai pemerataan pemilikan usaha di samping sebagai sumber pembiayaan dalam negeri. Selanjutnya akan ditingkatkan pula efektivitas dan efisiensi lembaga-lembaga keuangan.
Sehubungan dengan itu dalam tahun kelima. Repelita III telah ditetapkan suatu kebijaksanaan moneter-perbankan yang sifatnya

mendasar.

Kebijaksanaan

tersebut

mencakup

pemberian

tanggungjawab yang lebih besar kepada bank-bank pemerintah dalam menentukan tingkat bunga tabungan dan tingkat bunga pinjaman,

dengan

beberapa

pengecualian.

Kebijaksanaan

tersebut

diharapkan akan meningkatkan kemampuan perbankan untuk memobilisasi dana masyarakat dan menyalurkannya untuk kegiatankegiatan produktif. Di samping itu pinjaman-pinjaman kepada
masyarakat yang tetap dianggap sebagai kredit prioritas, akan
tetap memperoleh syarat-syarat yang ringan. Dalam Repelita IV
langkah-langkah moneter-perbankan ini akan makin dimantapkan.

33

Dengan langkah-langkah di bidang kebijaksanaan fiskal dan


moneter tersebut di atas, maka dalam Repelita IV diperkirakan
bahwa

tabungan

dalam

negeri,

sebagai

persentase

pendapatan

nasional akan meningkat dari 16,3% pada tahun 1983/84, menjadi 26,0% pada akhir Repelita IV (1988/89), sedangkan tabungan masyarakat akan meningkat dari 7,4% menjadi 13,5% dan tabungan pemerintah dari 8,9% menjadi 12,5%.
Dengan

dimantapkannya

pelaksanaan

kebijaksanaan

moneter

perbankan di atas antara lain melalui gerakan tabungan nasional dengan mendorong kegiatan menabung melalui Tabanas dan
Deposito, serta melalui pengembangan pasar modal, maka dalam
Repelita IV diharapkan akan terbuka kesempatan yang makin luas bagi investasi oleh sektor swasta dan Koperasi. Dalam pada
itu

investasi

yang

akan

dilakukan

oleh

Pemerintah

melalui

anggaran pembangunan akan lebih ditingkatkan. Dengan demikian


keseimbangan dan keserasian peranan sektor swasta, Koperasi
dan Pemerintah dalam pembangunan akan semakin mantap.
Demi tetap terpeliharanya keseimbangan moneter dan stabilitas nasional di bidang ekonomi, anggaran belanja yang seimbang dan dinamis tetap dilanjutkan. Pengeluaran negara tetap
dipertahankan tidak melebihi penerimaan negara. Dalam kaitan
ini, di samping usaha peningkatan penerimaan negara khususnya
penerimaan negara di luar minyak dan gas bumi, perlu adanya
peningkatan efisiensi pengeluaran keuangan negara.
Kebijaksanaan

pengeluaran

rutin

terutama

diarahkan

untuk

meningkatkan dana-dana tabungan Pemerintah. Peningkatan tabungan ini akan dicapai baik dengan peningkatan di dalam penerimaan maupun dengan penghematan dan penggunaan terarah dari
pengeluaran rutin termasuk pengurangan

34

secara

bertahap

segala

jenis subsidi. Melalui kebijaksanaan belanja barang dan belanja pegawai, kebijaksanaan pengeluaran rutin juga diarahkan
untuk

membantu

pengembangan

kedudukan

pengusaha/pedagang

go-

longan ekonomi lemah, memperluas kesempatan kerja serta mendorong

produksi

dalam

negeri,

meningkatkan

jumlah

dan

mutu

pelayanan Pemerintah kepada masyarakat, dan mengamankan kekayaan negara yang diperoleh sebagai basil dari pembangunan itu
sendiri.
Kebijaksanaan

pengeluaran

pembangunan,

diarahkan

untuk

mengusahakan terwujudnya pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya melalui 8 jalur pemerataan yang telah ditetapkan dalam
Repelita III dan yang akan dilanjutkan dalam Repelita IV, mengusahakan perluasan fasilitas sosial dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat, membangun prasarana dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi terutama di sektor
pertanian khususnya pangan dan di sektor industri yang mengolah bahan mentah menjadi bahan baku dan barang jadi, mendorong perkembangan industri mesin ringan maupun berat, serta
mendorong penciptaan lapangan kerja dalam rangka menciptakan
struktur ekonomi yang makin kokoh dan seimbang.
Selama Repelita IV penerimaan dalam negeri diperkirakan
akan meningkat dengan rata-rata 20,9% setahun. Penerimaan minyak dan gas alam cair meningkat dengan rata-rata 18,4%, sedangkan penerimaan diluar minyak bumi dan gas alam cair meningkat dengan rata-rata 24,9% setahun. Pengeluaran rutin diperkirakan naik dengan rata-rata 24,2% setahun. Dengan demikian tabungan Pemerintah akan naik dengan rata-rata 16,6 %
setahun.

Tabungan

Pemerintah

(netto)

tersebut

bersama-sama

dengan dana bantuan luar negeri membentuk dana anggaran pembangunan

yang

diperkirakan

akan

meningkat

dengan

rata-rata
35

18,1 % setahun dan mencapai 78.609,5 milyar rupiah selama Repelita IV atau sekitar 2,4 kali anggaran pembangunan Repelita
III.
Dibidang

moneter

dan

perkreditan,

kebijaksanaan-kebijak-

sanaan yang telah membawa hasil-hasil yang positif selama Repelita III akan terus dilanjutkan. Dalam kaitannya dengan tujuan pemerataan, akan dilanjutkan dan disempurnakan kebijaksanaan penyediaan kredit yang telah dilaksanakan dalam Repelita III untuk mendorong golongan ekonomi lemah pada khususnya dan dunia usaha pada umumnya dalam rangka mendorong kegiatan pembangunan, pemerataan kesempatan berusaha dan pemerataan pendapatan masyarakat, seperti Kredit Bimas, Kredit Investasi Kecil (KIK)/ Kredit Modal Kerja Permanen (KMKP), Kredit Candak Kulak (KCK) dan kredit kelayakan lainnya.
Dalam

kaitannya

dengan

stabilitas

nasional

yang

sehat

dan dinamis, kebijaksanaan moneter diarahkan pada tetap terpeliharanya

keseimbangan

antara

jumlah

uang

beredar

dengan

jumlah barang dan jasa yang tersedia. Seperti disebutkan di


muka, dalam Repelita IV laju inflasi akan diusahakan sekitar
rata-rata 8 % setahun.
Pembangunan

tidak

hanya

membutuhkan

juga dana devisa. Dalam hubungan


sanaan

yang

menyangkut

dana

rupiah

tetapi

ini, kebijaksanaan-kebijak-

perdagangan

luar

negeri

dan

neraca

pembayaran akan dikaitkan dan diserasikan dengan kebijaksanaan-kebijaksanaan pembangunan lainnya demi tercapainya sasaransasaran

pembangunan.

Langkah-langkah

untuk

mendorong

ekspor

barang dan jasa di luar minyak dan gas bumi serta pengembangan

pariwisata

akan

ditingkatkan,

untuk

menambah

penerimaan

devisa yang sangat diperlukan guna mengimpor barang dan jasa


yang belum dapat atau belum cukup dihasilkan dalam negeri.
36

Untuk

itu

akan

diusahakan

langkah-langkah

untuk

memperluas

pasaran dan untuk meningkatkan daya saing barang-barang ekspor Indonesia di luar negeri dengan jalan meningkatkan efisiensi produksi, memperbaiki mutu barang, memperlancar angkutan,

menyediakan

fasilitas

perkreditan

dengan

syarat-syarat

yang memadai dan sebagainya.


Selama

Repelita

IV

penerimaan

ekspor

diperkirakan

me-

ningkat dengan rata-rata sekitar 10%, yang terdiri dari kenaikan ekspor diluar minyak bumi dan gas alam cair sebesar
rata-rata 15,8% setahun dan kenaikan ekspor minyak bumi dan
gas

alam

cair

sebesar

rata-rata

7,6%

setahun.

Pada

segi

pengeluaran, impor diluar minyak dan gas alam cair diperkirakan meningkat dengan rata-rata 8,4% setahun selama Repelita
IV.
Kebijaksanaan

neraca

pembayaran

juga

menyangkut

aspek

aliran modal luar negeri. Dalam rangka memperlancar pelaksanaan pembangunan, maka pinjaman luar negeri dapat diterima
sepanjang

pinjaman-pinjaman

tersebut

tidak

dikaitkan

dengan

ikatan-ikatan politik, syarat-syaratnya tidak memberatkan dan


dalam batas kemampuan untuk pembayaran kembali. Dalam pada
itu penggunaan pinjaman tersebut tetap diarahkan pada proyekproyek produktif yang bermanfaat bagi negara dan masyarakat.
Penanaman modal dalam negeri akan terus di dorong dan ditingkatkan
di

peranannya.

sektor-sektor

Penanaman

tertentu

yang

modal

asing

menghasilkan

dimungkinkan
barang-barang

yang sangat kita perlukan, dapat memperluas ekspor, memerlukan

modal

investasi

yang

besar

dan

teknologi

yang

cukup

tinggi, serta tidak akan membahayakan kepentingan ekonomi dan


keamanan nasional dan

tidak

akan

menghambat

perkembangan

pe-

37

rusahaan nasional. Penanaman modal asing dilaksanakan dalam


bentuk usaha patungan dan disertai dengan syarat-syarat untuk
membuka kesempatan kerja yang cukup besar, memungkinkan pengalihan secepatnya keterampilan dan teknologi kepada bangsa
Indonesia, dan memelihara keseimbangan mutu dan. tata lingkungan. Penanaman modal asing juga diarahkan untuk memperkuat
tumbuhnya ekonomi nasional dalam rangka mendukung tercapainya
tujuan pembangunan. Usaha-usaha untuk mendorong pengembangan
penanaman modal ini diarahkan agar dapat mewujudkan pengerahan modal yang diperlukan bagi pelaksanaan pembangunan.
Di bidang pembangunan ekonomi titik berat diletakkan pada sektor pertanian. Dalam Repelita IV pembangunan pertanian
dalam arti luas terus ditingkatkan dengan tujuan meningkatkan
produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan kebutuhan industri dalam negeri serta meningkatkan ekspor, meningkatkan pendapatan petani, memperluas kesempatan kerja, mendorong

pemerataan

kesempatan

berusaha,

mendukung

pembangunan

daerah, serta meningkatkan kegiatan transmigrasi. Dengan demikian sektor pertanian akan makin kuat guna mendukung perkembangan industri dalam rangka mencapai keseimbangan ekonomi.
Untuk mencapai sasaran pembangunan pertanian akan dilakukan usaha-usaha intensifikasi, ekstensifikasi, diversifikasi dan rehabilitasi secara terpadu, serasi dan merata dengan
tetap memelihara kelestarian sumber alam dan lingkungan hidup.
Dalam
dilakukan

Repelita
melalui

IV

usaha

peningkatan

memantapkan

swasembada

intensifikasi,

pangan

diversifikasi

dan ekstensifikasi, baik dilahan basah maupun dilahan kering


pada padi, palawija, hortikultura, perkebunan dan peternakan
serta perikanan.

38

Dalam

usaha

memperbaiki

mutu

makanan akan

dilakukan intensifikasi pemanfaatan lahan pekarangan.


Dalam

rangka

usaha

memperluas

ekspor,

subtitusi

impor

dan pengembangan industri dalam negeri, akan ditingkatkan peranserta

petani,

perusahaan-perusahaan

kecil,

menengah

dan

besar disektor pertanian, industri pengolahan dalam penanganan

pasca

panen,

serta

perusahaan-perusahaan

jasa

perdaga-

ngan, pengangkutan dan perbankan.


Usaha ekstensifikasi di bidang ini meliputi usaha perluasan

perkebunan

yang

dilaksanakan

terutama

melalui

sistem

Perkebunan Inti Rakyat (PIR) sedangkan usaha peremajaan melalui unit pelaksana proyek (UPP) terutama untuk budidaya tanaman karet, kelapa sawit, kelapa (hybrida dan kelapa dalam),
tebu dan kapas.
Kegiatan reboisasi dan penghijauan selain merupakan sebahagian dari upaya penyelamatan hutan, tanah dan air untuk
melindungi investasi dan hasil-hasil pembangunan terhadap bahaya kerusakan karena banjir, kekeringan dan pelumpuran, juga
untuk memperbaiki penyediaan sumberdaya air bagi berbagai keperluan dan memperbaiki kesuburan tanah yang makin berkurang
karena erosi dan pemiskinan hara.
Perluasan areal pertanian di luar Jawa akan lebih ditingkatkan lagi balk di tanah kering, maupun tanah basah. Kegiatan-kegiatan ini dikaitkan dengan usaha pembinaan transmigrasi dan pemukiman kembali penduduk. Di samping itu dalam
rangka perluasan dan peremajaan tanah perkebunan serta peningkatan

produktivitasnya

akan

dilaksanakan

diversifikasi

tanaman pangan dan peternakan.


Peningkatan produksi perikanan dari basil tambak dan perairan

pantai

dilaksanakan dalam rangka memperbaiki kehidupan


39

nelayan dan memajukan desa pantai. Untuk itu kegiatan bimbingan

dan

latihan-latihan

keterampilan

para

nelayan

akan

terus ditingkatkan dan dilaksanakan secara terpadu dengan kegiatan

perkreditan

dan

perbaikan

pemasarannya.

Dalam

usaha

budi daya perikanan tambak dan kolam maka pembangunan sarana


dan prasarananya akan ditingkatkan antara lain berupa pembangunan dan rehabilitasi balai-balai benih ikan/udang dan saluran-saluran irigasi. Usaha perluasan pertambakan di antaranya akan dilakukan melalui Tambak Inti Rakyat di daerah-daerah yang memiliki potensi untuk itu. Pengembangan perikanan
lepas

pantai

diarahkan

pada

perusahaan-perusahaan

perikanan

dengan kapal-kapal penangkapan ikan ukuran besar, dalam rangka memanfaatkan Zona Ekonomi Eksklusif.
Areal Hak Pengusahaan Hutan (HPH) akan dikembangkan menjadi unit-unit pengusahaan hutan dengan pengelolaan intensif
melalui perencanaan pengusahaan yang mantap. Selain itu akan
dikembangkan pula Hak Pengusahaan Hutan Tanaman meliputi hak
dan kewajiban membangun hutan tanaman, memelihara dan memungut hasilnya.
Penggunaan

tanah

akan

dikendalikan

secara

efektif

se-

hingga sesuai dengan daya dukung dari sumber daya alamnya.


Penggunaan tanah pertanian dengan prasarana irigasi untuk tujuan-tujuan non pertanian akan dibatasi. Penguasaan dan pemilikan tanah yang digunakan tidak secara produktif dan tidak
dipelihara akan lebih ditertibkan lagi. Pemilikan tanah dan
pengalihan hak atas tanah yang mengarah pada perluasan pemilikan yang melebihi ketentuan yang berlaku atau pembagian tanah yang sangat kecil akan dicegah. Demikian pula pengalihan
hak atas tanah untuk tujuan-tujuan spekulatif akan ditertibkan.
40

Dalam mengusahakan keseimbangan dan keserasian guna memenuhi kebutuhan air untuk berbagai sektor pembangunan, baik
untuk pertanian maupun non pertanian, dalam keterbatasan penyediaan dan potensi sumber-sumber air, maka pemanfaatan sumber

air

akan

dilaksanakan

berdasarkan

prioritas

kebutuhan.

Untuk daerah pemukiman dan kota-kota besar serta wilayah industri, pengembangan sumber-sumber air diutamakan bagi penyediaan air baku kebutuhan rumah tangga dan industri, sedangkan
di daerah-daerah atau pusat-pusat pengembangan pertanian akan
diarahkan untuk meningkatkan penyediaan air irigasi.
Erat kaitannya dengan usaha peningkatan produksi pangan
adalah penyediaan air irigasi. Dalam hubungan ini akan diutamakan penyediaan dan perbaikan irigasi yang diharapkan dapat
meningkatkan intensitas tanam dan perluasan areal tanam. Perluasan irigasi dan reklamasi rawa akan diutamakan kepada areal-areal kecil yang dapat segera berproduksi serta mendukung
perluasan lahan pertanian terutama di luar Jawa yang dapat
menjangkau dan menyebar ke daerah-daerah terpencil.
Untuk menjamin pemanfaatan prasarana pengairan yang sebaik-baiknya, maka usaha perluasan irigasi dan reklamasi rawa
akan

diarahkan

kepada

lahan-lahan

pertanian

yang

petaninya

sudah biasa dan ber hasrat ber sawah, dan lokasi-lokasi tersebut memiliki prasarana penunjang seperti jalan yang memadai
untuk jaminan peningkatan produksi serta pemasaran hasilnya.
Dalam Repelita IV akan dilanjutkan pembangunan dan perbaikan irigasi yang telah dimulai atau dipersiapkan sejak Repelita III maupun sebelumnya. Kegiatan ini meliputi perbaikan
jaringan

irigasi

sekitar

irigasi sekitar 600.000 ha,

360.000
dan

ha,

pembangunan

pembangunan

jaringan

jaringan
tertier

41

sekitar 720.000 ha. Di samping itu akan dilaksanakan pula reklamasi rawa-rawa pasang surut seluas 310.000 ha, dan reklamasi bukan pasang surut seluas 150.000 ha.
Jaringan irigasi yang dilengkapi dengan jaringan sekunder dan tersier tersebut dapat memudahkan pengaturan pembagian air irigasi sesuai dengan kebutuhan dan pola tanam. Di
samping itu, pembangunan jaringan tersier akan diikuti pula
dengan

pembentukan

dan

pembinaan

organisasi

petani

pemakai

air untuk meningkatkan peranserta dan kemampuan para petani


dalam

pengelolaan

dan

pemeliharaan

irigasi

ditingkat

usaha

tani. Demikian pula akan dilaksanakan pembangunan waduk-waduk


dan prasarana pengairan lainnya yang ditujukan untuk menanggulangi kekurangan air pada musim kemarau seperti: kebutuhan
air minum, pertanian, serta penyediaan air industri dan kelistrikan, penggelontoran drainase kota dan pengendalian banjir. Sedangkan usaha pemanfaatan dan pengembangan air tanah
dilaksanakan

di

wilayah-wilayah

pertanian

kering

dan

rawan

yang langka air permukaannya untuk kebutuhan pertanian maupun


penambah penyediaan air keperluan rumah tangga.
Dengan

langkah-langkah

dan

kebijaksanaan

tersebut

diha-

rapkan produksi beras akan meningkat dari 23.462 ribu ton pada tahun 1983, menjadi 28.624 ribu ton pada akhir Repelita
IV, atau dengan laju pertumbuhan produksi beras sebesar ratarata 4 % setiap tahun. Perkiraan tersebut diperoleh dari luas
panen sebesar 9.726 ribu ha, dan basil rata-rata per ha sebesar 2,94 ton beras. Sub sektor tanaman pangan secara keseluruhan diperkirakan meningkat sedikit-dikitnya sama dengan selama Repelita III, yakni kira-kira 3% per tahun. Dalam pada itu
diusahakan

agar

seperti kedelai
42

pertumbuhan
dan

kacang

dari

beberapa

komoditi

palawija

tanah lebih tinggi dari pada selama

Repelita III. Demikian pula beberapa komoditi sayuran dan buah -buahan.
Populasi ternak khususnya sapi dan kerbau diharapkan setiap tahun akan meningkat. Demikian pula ayam bukan ras, ayam
ras dan itik. Dengan perkembangan populasi tersebut diharapkan dapat meningkatkan sub sektor peternakan sedikit-dikitnya
sebesar 2,1% per tahun.
Dalam pada itu selama Repelita IV diharapkan sub sektor
perikanan akan meningkat sedikit-dikitnya 2,4% per tahun.
Perluasan areal intensifikasi dan rehabilitasi perkebunan pada akhir Repelita IV untuk tembakau sebesar 100.000 ha,
tebu 367.000 ha, kapas 175.000 ha, tanaman serat 48.000 ha
dan lada 10.000 ha. Sedangkan perkiraan perluasan areal pada
akhir Repelita IV untuk karet seluas 648.000 ha, kelapa sawit
480.000

ha,

kelapa

346.000

ha,

tebu

115.000

ha

dan

kapas

75.000 ha. Sebagai hasil dari usaha-usaha yang telah dilaksanakan dalam Repelita sebelumnya, maka diharapkan selama Repelita IV pertumbuhan sub sektor perkebunan akan lebih tinggi
dari pada selama Repelita III, yakni sedikit-dikitnya sebesar
3,7% per tahun. Peningkatan tersebut terutama akan diperoleh
dari komoditi kelapa sawit, karet dan kelapa.
Selama Repelita IV produksi kayu bulat diharapkan naik
dengan rata-rata sekitar 7,1%, per tahun, sedangkan produksi
hasil

hutan ikutan

diharapkan naik

dengan rata-rata

sekitar

6,6% per tahun.


Di sektor industri, pembangunan akan diarahkan untuk mempercepat

terciptanya

struktur

ekonomi

yang lebih seimbang. Di

43

samping

itu

pembangunan

industri

akan

makin

diarahkan

pada

usaha memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan ekspor hasilbasil

industri

kebutuhan

serta

dalam

meningkatkan

negeri

sehingga

produksi

untuk

mengurangi

memenuhi

ketergantungan

pada impor.
Dalam Repelita IV pembangunan industri diprioritaskan pada industri yang dapat menghasilkan mesin-mesin industri sendiri, baik industri berat maupun industri ringan yang akan
terus dikembangkan

dalam Repelita-Repelita

selanjutnya. Juga

akan dikembangkan industri yang dapat menjamin pengadaan bahan Baku dan bahan penolong dalam rangka menghasilkan nilai
tambah

yang

lebih

besar.

langkah-langkah untuk

Di

samping

itu

akan

mengembangkan penguasaan

ditingkatkan

teknologi dan

keteknikan yang diperlukan oleh industri permesinan. Selanjutnya akan lebih dikembangkan berbagai industri seperti industri maritim, industri penerbangan, industri alat-alat berat, industri elektronika serta industri lainnya yang dapat
menunjang pertahanan keamanan nasional. Demikian pula pembangunan industri yang menunjang sektor pertanian dan mengolah
hasil pertanian akan dilanjutkan dan ditingkatkan.
Dalam

rangka

pembangunan

industri

yang

makin

berkembang

dan mantap, akan dilanjutkan usaha-usaha pengembangan Industri di daerah-daerah yang memiliki potensi sumber alam dan
potensi

pertumbuhan

lainnya.

Berkaitan

dengan

hal

ini,

dan

dalam rangka makin memperkokoh kesatuan ekonomi nasional, maka akan ditingkatkan keterkaitan pengembangan industri antar
daerah. Usaha-usaha pembangunan industri ini dilaksanakan melalui pengembangan dan pemantapan Zona-zona Industri, Kawasan kawasan

44

Industri,

Perkampungan

Industri

Kecil,

Sarana

Usaha Industri Kecil dan Sentra-sentra Industri Kecil sebagai


suatu bagian yang integral dari rencana pembangunan industri
nasional.
Dalam rangka pelaksanaan pembangunan di bidang industri,
selama
untuk

Repelita

IV

akan

ditingkatkan

mengembangkan

usaha

swasta

pula

nasional

langkah-langkah
dan

akan

terus

diusahakan agar tercipta kaitan yang erat antara industri kecil,

industri

menengah

dan

industri

besar

sehingga

pengem-

bangan industri besar dan menengah secara langsung menunjang


pembangunan

industri

kecil.

Pembangunan

industri

diarahkan

untuk lebih meningkatkan peranserta industri kecil dan kerajinan rakyat dalam pembangunan industri nasional sehingga dapat

dengan

segera

ditingkatkan

pertumbuhan

wiraswasta-wira-

swasta nasional yang pada gilirannya akan dapat lebih memperkokoh dunia usaha nasional. Untuk dapat mendukung usaha meningkatkan

pembangunan

kebijaksanaan

yang

industri

dapat

nasional

menciptakan

tersebut,

iklim

berbagai

penanaman

modal

dan iklim berusaha yang lebih sehat dan dinamis akan terus
ditingkatkan.
Tercapainya sasaran pembangunan di bidang industri tersebut akan membantu kemantapan stabilitas nasional yang sehat
dan

dinamis

yang

lebih

sehingga
kokoh

dan

mampu
dinamis

menciptakan
untuk

ketahanan

melanjutkan

nasional

pembangunan

nasional pada Repelita-Repelita selanjutnya.


Sebagaimana

disebutkan

diatas

dalam

Repelita

IV

sektor

industri diperkirakan akan tumbuh dengan laju 9,5 % per tahun, yang merupakan laju pertumbuhan gabungan dari berbagai
kelompok industri. Beberapa proyek industri yang akan dilaksanakan

dalam

Repelita

IV

adalah

sebagai

berikut. Di bidang
45

industri permesinan direncanakan peningkatan kapasitas Industri permesinan yang ada. Di bidang industri alat pertanian
akan ditingkatkan produksi traktor tangan, traktor mini dan
traktor besar. Di bidang industri kereta api akan ditingkatkan produksi gerbong barang dan gerbong penumpang. Di bidang
industri kapal akan ditingkatkan kapasitas galangan kapal dan
kapasitas reparasi. Di bidang industri pesawat terbang akan
ditingkatkan produksi pesawat terbang dan helikopter berbagai
jenis. Dalam industri agrokimia, kapasitas produksi urea dan
ZA ditingkatkan menjadi masing-masing 5,6 juta ton per tahun
dan 650 ribu ton per tahun. Industri selulosa dan serat juga
akan mengalami kenaikan kapasitas produksi dengan diselesaikannya proyek-proyek kertas Leces dan Cilacap. Kelompok aneka
industri diperkirakan tumbuh dengan 6% per tahun dengan kemampuan menyerap tenaga kerja baru sekitar 400 ribu orang.
Industri kecil diperkirakan tumbuh dengan 6% per tahun dan
diperkirakan bisa menyerap tenaga kerja baru sekitar 930.000
orang.
Di sektor pertambangan, akan dilanjutkan dan ditingkatkan usaha-usaha untuk meningkatkan produksi dan ekspor hasil
pertambangan. Di samping itu akan dilanjutkan pula inventarisasi kekayaan alam, baik sumber mineral maupun energi, dengan
memanfaatkan

teknologi

tepatguna.

Pembangunan

pertambangan

juga diarahkan untuk memperluas kesempatan kerja, mengembangkan penyediaan kebutuhan bahan baku bagi industri dalam negeri,

serta

meningkatkan

usaha-usaha

pengolahan

bahan-bahan

tambang di dalam negeri. Di samping itu kebijaksanaan dan kegiatan pembangunan juga diarahkan untuk mengembangkan teknologi pertambangan, meningkatkan usaha pertambangan rakyat melalui
46

antara

lain

penyempurnaan,

pengaturan

dan

pembinaan

usaha

pertambangan,

serta

pengembangan

Koperasi

di

bidang

pertambangan.
Selama Repelita IV minyak dan gas bumi masih menduduki
peranan strategis sebagai sumber penerimaan negara dan devisa
terbesar bagi pembiayaan pembangunan dan sebagai sumber energi utama bagi kebutuhan energi dalam negeri. Pola umum dan
arah serta kebijaksanaan pembangunan dalam bidang minyak dan
gas
yang

bumi

merupakan

telah

kelanjutan

dilaksanakan

dan

dan

peningkatan

hasil-hasil

yang

usaha-usaha

dicapai

dalam

Repelita III.
Produksi minyak bumi akan diusahakan peningkatannya dalam Repelita IV sesuai dengan perkembangan pasaran dunia dan
kebutuhan

BBM

dalam

negeri.

Produksi

gas

bumi

diperkirakan

juga akan semakin meningkat sejalan dengan peningkatan pemanfaatan gas bumi baik sebagai bahan baku pupuk, penggunaan sebagai gas kota maupun pemanfaatannya sebagai komoditi ekspor
dalam bentuk LNG. Dalam tahun pertama Repelita IV produksi
diperkirakan mencapai jumlah 1.766 milyar kaki kubik dan pemanfaatannya sebesar 1.626 milyar kaki kubik. Dalam tahun-tahun selanjutnya diperkirakan akan meningkat terus hingga mencapai jumlah produksi sebesar 1.980 milyar kaki kubik dan pemanfaatan sebesar 1.799 milyar kaki kubik pada akhir Repelita
IV. Produksi gas alam cair (LNG) dalam tahun 1984/85 diperkirakan berjumlah 14,4 juta, sedangkan dalam tahun 1988/89 produksi gas alam cair (LNG) akan mencapai 17,6 juta ton.
Di bidang pertambangan umum, pola umum dan arah serta
kebijaksanaan

pembangunan

kelanjutan

serta

pada

Repelita

masa

dalam

peningkatan
III.

masa

Repelita

hasil-hasil

Produksi

yang

IV

merupakan

telah

dicapai

komoditi tambang untuk eks-

47

por seperti timah, nikel, tembaga dan bauksit akan disesuaikan dengan permintaan pasaran dan akan ditingkatkan apabila
perkembangan keadaan memungkinkan.
Produksi

logam

timah

dalam

tahun

1984/85

diperkirakan

sebesar 25,9 ribu ton dan dalam tahun-tahun selanjutnya diperkirakan akan meningkat terus hingga mencapai jumlah produksi

sebesar

37,2

ribu

ton

pada

tahun

1988/89.

Produksi

bijih nikel juga diperkirakan akan meningkat. Bila pada awal


Repelita IV produksi bijih nikel adalah sebesar 1.550 ribu
ton, maka pada akhir Repelita IV produksi diperkirakan mencapai 2.550 ribu ton.
Dalam

rangka

pelaksanaan

kebijaksanaan

penganekaragaman

sumber energi untuk keperluan dalam negeri, akan dilanjutkan


usaha peningkatan pemanfaatan batubara secara besar-besaran.
Sehubungan dengan itu akan dilanjutkan. proyek pengembangan
tambang batubara baik di Bukit Asam, Sumatera Selatan maupun
di Ombilin, Sumatera Barat. Demikian pula usaha penambangan
haru di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur melalui kontrak

kerjasama

ningkatkan

dengan

produksi

kontraktor-kontraktor

batubara

Indonesia.

asing

Apabila

akan

pada

me-

tahun

1984/85 produksi batu bara hanya sebesar 900 ribu ton, maka
pada

tahun

1988/89

produksi

batubara

diperkirakan

mencapai

9,4 juta ton.


'Di samping itu dalam rangka menunjang pembangunan di bidang pertambangan umum dalam masa Repelita IV akan ditempuh
pula kebijaksanaan dan langkah-langkah sebagai berikut. Pertama, melanjutkan dan meningkatkan kegiatan pemetaan dan penelitian geologi dan vulkanologi, inventarisasi dan eksplorasi

48

sumber

daya

mineral

serta akan mulai dirintis penelitian

dan usaha pengembangan potensi sumber daya wilayah kelautan.


Kedua, meningkatkan usaha pengembangan tambang-tambang swasta
nasional dan pertambangan rakyat dan sejalan dengan itu akan
dirintis usaha pembentukan Koperasi pertambangan. Ketiga, meningkatkan penelitian usaha pengolahan bahan tambang dan teknologi penambangan untuk meningkatkan mutu hasil tambang.
Di
akan

bidang

didasarkan

energi,
pada

pengembangan
kebijaksanaan

dan

pemanfaatan

energi

yang

energi

menyeluruh

serta terpadu. Dalam hal minyak bumi akan dilanjutkan dan ditingkatkan
pengembangan

langkah-langkah
sumber-sumber

penghematan
energi

penggunaannya

lainnya

seperti

serta

batubara,

tenaga air, tenaga panas bumi, tenaga nuklir, tenaga matahari, tenaga biomasa, gambut dan lain-lain. Pembangunan tenaga
listrik akan ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat kota dan desa serta untuk mendorong kegiatan ekonomi, khususnya industri. Sehubungan dengan itu akan ditingkatkan sarana penyediaan listrik serta pemanfaatan dan pengelolaannya agar tersedia tenaga listrik yang cukup dengan mutu
pelayanan yang bail( serta terjangkau masyarakat. Kemungkinan
partisipasi koperasi dan swasta dalam penyediaan tenaga listrik akan dikembangkan, dan usaha listrik masuk desa akan ditingkatkan serta penggunaan sumber energi yang tersedia setempat seperti tenaga air, mikro, tenaga angin, tenaga biogas
dan lain-lain akan ditingkatkan demi penghematan penggunaan
bahan bakar minyak dan mengurangi kerusakan hutan, tanah dan
air.
Selama Repelita IV kebutuhan energi total di dalam negeri diperkirakan meningkat. Kebutuhan energi tersebut sebagian
besar

dipenuhi

dari

minyak bumi.

Karena itu akan dilanjutkan

49

dan ditingkatkan penghematan energi yang bersumber dari minyak bumi.


Di bidang energi bukan listrik, dalam Repelita IV akan
dilaksanakan empat program pokok. Pertama, peningkatan dan
perluasan eksplorasi dan produksi minyak bumi, gas bumi, panas bumi dan kayu bakar serta usaha konservasi yang mengarah
pemakaian

energi

yang

lebih

efisien.

Kedua,

diversifikasi

sumber energi secara luas yaitu dengan meningkatkan pemanfaatan gas bumi, batubara, gambut serta sumber energi lainnya.
Ketiga, konservasi energi disegala bidang yaitu dengan mengutamakan penggunaan alat-alat dengan skala ekonomis. Keempat,
indeksasi yaitu pengembangan dan penerapan cara-cara ilmiah
untuk menentukan proses-proses pada peralatan yang mempergunakan energi.
Peningkatan sarana penyediaan listrik akan dikaitkan dengan kebijaksanaan umum bidang energi, yaitu menunjang usaha
diversifikasi energi untuk menghemat penggunaan minyak di dalam negeri. Dalam hubungan ini akan lebih ditingkatkan pemanfaatan sumber energi bukan minyak, seperti tenaga air, panas
bumi, batubara, gas bumi dan gambut. Selain itu juga akan diusahakan untuk memanfaatkan sisa panas dari pembangkit listrik tenaga

uap yang telah ada, sebagai sumber pembangkit ba-

ru. Pelaksanaan program listrik masuk desa selama Repelita IV


akan lebih ditingkatkan lagi, dan sasaran utamanya adalah menyediakan listrik bagi desa-desa swasembada termasuk sebagian
besar ibukota kecamatan dan desa yang tercakup oleh perkembangan jaringan distribusi, serta desa lain yang memiliki potensi.
Pelaksanaan program listrik masuk desa dalam Repelita
50

IV

direncanakan

akan

dapat

melistriki

sebanyak

7.000

desa

lagi

dengan jumlah pelanggan 1.600.000 konsumen.


Peningkatan sarana penyediaan tenaga listrik dalam Repelita IV direncanakan dengan tambahan daya terpasang pembangkit tenaga listrik sekitar 5.255 MW, yang terdiri dari PLTA
sebesar 1.423 MW, PLTP sebesar 220 MW, PLTU Batubara sebesar
1.830 MW, PLTU Minyak dan Gas Bumi sebesar 630 MW, PLTD sebesar 1.100 MW dan PLTM sebesar 52 MW. Selain pembangunan pusat
pembangkit tenaga listrik tersebut di atas, dalam Repelita IV
juga

akan

mulai

dibangun

sejumlah

pusat

pembangkit

tenaga

listrik yang baru akan selesai pada Repelita berikutnya. Selanjutnya dalam Repelita IV juga akan dilaksanakan pula pembangunan jaringan listrik guna meningkatkan penyaluran tenaga
listrik,

yang

terdiri

atas

jaringan

transmisi

sepanjang

9.329 kms, gardu induk dengan kapasitas transformator sebesar


11.070 MVA, dan jaringan distribusi yang terdiri atas jaringan

tegangan

menengah

sepanjang

48.798

kms,

jaringan

tega-

ngan rendah sepanjang 76.594 kms dan gardu distribusi dengan


jumlah kapasitas transformator 5.186 MVA.
Untuk
listrik

meningkatkan

diharapkan

keandalan

dalam

dan

Repelita

mutu

IV

penyaluran

akan

dapat

tenaga

beroperasi

beberapa Pusat Pengatur Beban, yaitu Pusat Pengatur Beban se


Jawa di Gandul (Jawa Barat), Pusat Pengatur Beban wilayah di
Waru (Jawa Timur), Ungaran (Jawa Tengah), Palembang (Sumatera
Selatan)

dan

Medan

(Sumatera

Utara),

serta

Pusat

Pengatur

Distribusi di Bandung (Jawa Barat).


Pengembangan

tenaga

listrik

selain

dilaksanakan

oleh

PLN, juga dilaksanakan oleh koperasi atas dasar swadaya masyarakat

dan

juga

oleh

swasta

untuk memenuhi kebutuhan

sendi51

ri. Dalam hubungan ini dalam Repelita IV, diperkirakan akan


dilistriki sebanyak 1.250 desa oleh koperasi dengan daya terpasang 50 MW.
Pembangunan di sektor perhubungan diarahkan untuk lebih
memperlancar arus barang dan jasa serta meningkatkan mobilitas manusia ke seluruh wilayah tanah air, terutama daerah pedesaan, daerah perbatasan, daerah-daerah terpencil dan dalam
kota,

sehingga

akan

mempercepat

pencapaian

sasaran-sasaran

pembangunan serta memperkokoh persatuan dan kesatuan nasional


dan perwujudan Wawasan Nusantara. Khususnya untuk daerah-daerah terpencil, peranan angkutan perintis darat, laut dan udara
akan

lebih

ditingkatkan.

Selanjutnya

pembangunan

dan

kebi-

jaksanaan di bidang perhubungan akan makin diarahkan untuk mampu


menunjang

ekspor

hasil/barang

non

minyak

dan

gas

bumi

dalam rangka mengurangi ketergantungan pada ekspor minyak dan


gas bumi. Pembangunan perhubungan juga akan didukung oleh pengembangan dan penerapan teknologi tepat guna termasuk teknologi maju, serta peningkatan pendidikan dan latihan guna mempersiapkan dan menyediakan tenaga yang ahli dan terampil.
Sasaran di bidang jalan dan jembatan dalam Repelita IV
adalah mempertahankan kondisi jalan dan jembatan yang sudah
ditingkatkan,

melakukan

penunjangan

dan

peningkatan

terhadap

ruas-ruas jalan menjadi ruas-ruas jalan yang mantap dan membangun jalan Baru yang diperlukan bagi daerah yang selama ini
belum terjangkau untuk mendorong kegiatan pembangunan. Untuk
itu

akan

dilakukan

pemeliharaan

jalan

sepanjang

97.775

km,

penunjangan jalan sepanjang 79.020 km, peningkatan jalan sepanjang 18.205 km, penggantian jembatan + 50.000 m dan pembangunan

52

jalan

baru

1.280 km.

Melalui

Inpres

DT I dan DT II

direncanakan pula penunjangan jalan

propinsi dan jalan kabu-

paten. Program Inpres Penunjangan Jalan meliputi jalan sepanjang 77.300 km. Pembangunan Jalan Tol diperkirakan sepanjang
198 km. Sejalan dengan itu akan dilakukan penambahan fasilitas keselamatan lalu-lintas dalam usaha meningkatkan keselamatan dan disiplin lalu-lintas, antara lain pembangunan rambu
lalu-lintas sebanyak 72.000 buah, lampu lalu-lintas 213 buah,
marka jalan 1.300 km dan pagar pengaman jalan 122 km.
Di

bidang

angkutan

kereta

api

dilanjutkan

rehabilitasi

sarana dan prasarana kereta api untuk meningkatkan pelayanan


kepada

masyarakat

perusahaan

dan

(PJKA).

sejalan

Sasaran

pula

fisik

dengan
di

usaha

hidang

penyehatan

perkeretaapian

adalah peningkatan jalur kereta api sepanjang 4.020 km, jembatan bawah 423 buah, sinyal dan telekomunikasi 803 unit, penambahan diesel 25 buah, kereta penumpang 210 buah dan gerbong 200 buah. Di samping itu dilakukan pula rehabilitasi sarana meliputi lok diesel 1.223 buah, kereta penumpang 2.000
buah,

gerbong

barang

15.599

buah,

kereta

rel

listrik

127

buah, dan kereta rel diesel 207 buah.


Di bidang angkutan sungai, danau dan penyeberangan, akan
dilanjutkan

usaha

meningkatkan

pelayanan

angkutan,

fasilitas

dermaga, terminal serta rambu pengaman pelayaran. Juga akan


dibuka

lintas

penyeberangan

baru.

Sasaran

fisik

di

bidang

angkutan sungai, danau dan penyeberangan adalah meningkatkan


22 dermaga dan terminal pada 18 lintas penyeberangan, 8 unit
dermaga danau, dan 25 unit dermaga sungai. Rehabilitasi akan
dilakukan pada 22 unit dermaga dan terminal pada 14 lintasan,
5 unit dermaga danau dan 24 unit dermaga sungai.
Salah satu usaha

penting

di

bidang

perhubungan

laut da53

lam Repelita IV adalah meningkatkan integrasi antar jenis pelayaran, jasa pelayaran nusantara, pelayaran lokal, pelayaran
rakyat yang sejalan dengan rencana pemantapan sistem kepelabuhan yang terdiri dari pelabuhan lokal, kolektor dan pelabuhan induk. Sejalan dengan muatan
dilakukan

penambahan

armada

yang

nusantara

terus meningkat akan


sebesar

420.300

DWT,

armada lokal 98.000 DWT, armada rakyat 85.000 DWT dan armada
samudera sebesar 490.500 DWT. Untuk kelancaran dan keselamatan lalu-lintas di laut akan dilakukan pula penambahan sarana
bantuan navigasi, penjagaan laut dan pantai dan penegakan hukum dan peraturan di perairan nusantara.
Di bidang perhubungan udara dalam Repelita IV akan dilakukan peningkatan jasa angkutan udara dalam negeri termasuk
penerbangan perintis dan jalur penerbangan internasional. Pada akhir Repelita IV direncanakan 7 landasan udara dapat didarati pesawat udara jenis B-747, 8 landasan untuk DC-10/A-300, 9 landasan untuk DC-9, 19 landasan untuk F-28, 8 landasan untuk F-27, 10 landasan untuk L-100, dan 18 landasan
untuk C-160/CN-235.
Pada akhir Repelita IV jaringan pos dan giro diperkirakan akan dapat menjangkau 58.029 desa. Di samping itu peningkatan pelayanan pos dan giro terus dilakukan. Di bidang telekomunikasi

direncanakan

penambahan

satuan

sambungan

telepon

sebanyak 750.000 s.s dan telex 16.450 s.s, di samping perluasan pelayanan jasa yang baru seperti STKB, telekomunikasi,
SLJJ dan SLI. Di bidang meteorologi dan geofisika direncanakan peningkatan dan pembangunan baru stasiun-stasiun meteorologi,

klimatologi

dan

geofisika

serta

peningkatan

fasilitas

dan pengolahan data, sehingga mutu ketelitian informasi ramalan akan dapat ditingkatkan dari 70% menjadi 90%.
54

Pembangunan

pariwisata

akan

ditingkatkan

untuk

memper-

luas kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, meningkatkan


devisa

serta

memperkenalkan

alam

dan

kebudayaan

Indonesia,

dengan tetap mempertahankan terpeliharanya kebudayaan dan kepribadian nasional serta kelestarian lingkungan hidup. Pembinaan dan pengembangan pariwisata dalam negeri akan ditingkatkan dengan tujuan lebih mengenalkan alam dan kebudayaan bangsa dalam rangka memupuk cinta tanah air dan mananamkan jiwa,
semangat serta nilai-nilai 1945, di samping untuk memperluas
kesempatan kerja. Dalam rangka pengembangan pariwisata akan
diambil

langkah-langkah

berdasarkan

dan

kebijaksanaan

pengaturan

yang

terpadu.

yang

lebih

Dalam

terarah

Repelita

IV

akan diusahakan agar kunjungan wisatawan asing dan masa tinggalnya meningkat melalui kebijaksanaan pengembangan dan pemasaran pariwisata, peningkatan jumlah, mutu, potensi dan produk wisata, atraksi wisata, obyek wisata, frekuensi dan pendidikan industri pariwisata.
Sektor perdagangan adalah kegiatan yang menjembatani dua
kegiatan utama ekonomi yaitu kegiatan produksi dan kegiatan
konsumsi.

Melalui

kegiatan

perdagangan

produsen

dihubungkan

dengan konsumen, sektor satu dengan sektor lain, pasar dalam


negeri dengan pasar luar negeri. Kelancaran kegiatan perdagangan akan menunjang kegiatan produksi dan kegiatan konsumsi
serta kegiatan pembangunan pada umumnya. Kebijaksanaan perdagangan diarahkan untuk meningkatkan efisiensi perdagangan dalam dan luar negeri dalam rangka lebih memperlancar arus barang

dan

jasa,

sehingga

tercipta

keadaan

dan

perkembangan

harga yang layak dan bersaing dalam rangka menunjang usaha


peningkatan produksi, pemenuhan kebutuhan dalam negeri (konsumsi)

dan

ekspor, perluasan lapangan kerja, peningkatan pen55

dapatan rakyat, serta pemantapan stabilitas ekonomi.


Di bidang perdagangan dalam negeri langkah-langkah kebijaksanaan dalam Repelita IV ditujukan untuk memperlancar penyediaan dan penyaluran barang dan jasa dengan harga yang lebih merata dan lebih terjangkau oleh daya beli rakyat, disamping

meningkatkan

peranan

dan

peranserta

pedagang

golongan

ekonomi lemah.
Di bidang

perdagangan luar

negeri langkah-langkah

kebi-

jaksanaan diarahkan pada peningkatan dan pengembangan ekspor


di luar migas, penyediaan barang-barang kebutuhan pokok yang
masih perlu diimpor melalui impor yang terkendali, serta kebijaksanaan

substitusi

impor.

Program

pengembangan

perdaga-

ngan luar negeri yang mencakup kegiatan-kegiatan penanganan


langsung
unit

terhadap

usahanya,

usaha

yaitu

diversifikasi

komoditi

komoditi-komoditi

kopi,

ekspor

karet,

dan

kelapa

sawit, kopra, teh, coklat, kayu lapis, kayu gergajian, udang,


cakalang, produk tekstil, hasil-hasil industri, dan hasil-hasil pertambangan di luar migas; peningkatan daya saing komoditi ekspor, antara lain dengan cara meningkatkan produktivitas di sektor produksi dan rasionalisasi biaya tata-niaga;
menyederhanakan/penghapusan

perizinan,

menyederhanakan

prose-

dur arus barang; menyempurnakan kebijaksanaan pengapalan barang untuk ekspor dan menyederhanakan prosedur, struktur dan
jenis

perpajakan;

peningkatan

diversifikasi

pasaran

dengan

melakukan misi-misi penjualan, pemberian insentif dengan memperlancar tersedianya kredit yang wajar, kemudahan asuransi
ekspor dan lain-lain.
Usaha-usaha lain untuk mengembangkan ekspor di luar migas
meliputi
an56

kegiatan

untuk

meningkatkan

mutu barang ekspor,

tara lain dengan menetapkan standar mutu barang ekspor; peningkatan kegiatan dan sarana promosi ekspor di luar negeri;
meningkatkan kegiatan pengumpulan dan penyebaran informasi untuk
pengembangan

ekspor,

memperlancar

pengadaan

bahan

baku/-

penolong dan barang yang dapat menunjang perkembangan industri


dan pertumbuhan ekonomi, menunjang pertumbuhan industri dalam
negeri

yang

hasil-hasilnya

dapat

dipasarkan

di

dalam

dan di luar negeri, dan lain-lain. Selanjutnya dalam rangka


menunjang kebijaksanaan peningkatan ekspor di luar migas tersebut akan dilanjutkan kebijaksanaan imbal beli.
Dalam

jangka

panjang

kegiatan

pelaksanaan

pembangunan

akan semakin lebih banyak berada dalam tangan masyarakat sendiri khususnya dunia usaha nasional dan koperasi. Pembinaan
dunia usaha termasuk koperasi diarahkan agar mampu memegang
peranan sebagai tulang punggung perekonomian nasional dalam
rangka pengembangan ekonomi nasional yang sehat yang sekaligus menciptakan pemerataan kesejahteraan rakyat, memperkokoh
persatuan

dan

kesatuan

bangsa

serta

meningkatkan

ketahanan

nasional. Dalam hubungan ini akan diciptakan iklim dan tata


hubungan yang mendorong terciptanya kondisi saling menunjang
antara usaha negara, koperasi dan swasta.
Untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan, maka peranan dunia usaha nasional akan lebih ditingkatkan. Dalam hubungan ini akan dilanjutkan usaha Pemerintah dalam

mengembangkan

dunia

usaha

nasional

dengan

bekerjasama

dengan Kamar Dagang dan Industri Indonesia. Peraturan-peraturan perizinan yang menghambat inisiatif, kelancaran dan efisiensi usaha serta meningkatkan biaya akan ditinjau dan kalau
perlu dihapus.

Di

lain

pihak,

usaha

swasta yang menggunakan

57

secara tidak wajar kekuatan monopolinya atau hak-hak usaha


eksklusifnya yang merugikan badan-badan usaha lain atau masyarakat umum, akan diatur ruang geraknya. Di samping itu
akan di dorong pemerataan kesempatan berusaha serta kerjasama
yang serasi antara usaha negara, koperasi dan usaha swasta.
Kerjasama yang serasi antara usaha besar, menengah dan kecil
serta koperasi akan dikembangkan berdasarkan semangat saling
menunjang dan saling menguntungkan.
Pembinaan

usaha

golongan

ekonomi

lemah

tetap

merupakan

program yang sangat penting dalam Repelita IV. Pembinaan golongan ini akan dilanjutkan dan lebih ditingkatkan antara lain dengan jalan penyuluhan dan bimbingan untuk meningkatkan
kemampuan usaha dan pemasaran dalam rangka mengembangkan kewiraswastaannya. Usaha pembinaan ini dilaksanakan oleh Pemerintah dan oleh usaha besar dan menengah melalui kerjasama
dengan usaha golongan ekonomi lemah, yang akan ditunjang dengan

penyediaan

berbagai

fasilitas

yang

diperlukan

seperti

kredit dengan syarat yang memadai, penyediaan fasilitas pemasaran, perlindungan jenis-jenis usaha tertentu, terutama jenis usaha tradisional yang merupakan bidang usaha golongan
ekonomi lemah.
Kebijaksanaan penyediaan dana perkreditan yang telah dilaksanakan dalam Repelita III akan lebih didayagunakan, disempurnakan dan diperluas, terutama Kredit Investasi Kecil,
Kredit Modal Kerja Permanen, Kredit Mini, dan Kredit Candak
Kulak

yang

mendorong

pemerataan

kegiatan

pembangunan

serta

pemerataan pembagian pendapatan. Di samping itu bank-bank Pemerintah akan lebih aktif lagi mencari dan membina nasabah
pengusaha kecil golongan ekonomi lemah.

58

Lembaga pembiayaan pembangunan khusus bagi perusahaan menengah dan kecil seperti PT Bahana, PT Askrindo, Perum Pengembangan
dapat

Keuangan

melayani

Koperasi,

kebutuhan

akan

golongan

lebih
ekonomi

dikembangkan
lemah.

agar

Khususnya

untuk membantu golongan ekonomi lemah akan makin dikembangkan


cara-cara

pembiayaan

bagi

proyek-proyek

tertentu

yang

ber-

prioritas tinggi seperti pembangunan perumahan rakyat, peremajaan perkebunan rakyat, dan lain-lain yang terjangkau oleh
golongan ekonomi lemah. Tujuan ini akan dilaksanakan dengan
menggunakan dana anggaran untuk memperingan bunga kredit bank
dan untuk memperpanjang jangka waktu kredit.
Demikian pula bantuan pemasaran kepada golongan ekonomi
lemah akan dilanjutkan antara lain dengan memberikan prioritas kepada pengusaha golongan ekonomi lemah untuk memperoleh
tempat ber jualan di pasar-pasar, pusat-pusat pertokoan dan
pariwisata. Khususnya untuk mereka yang tergolong dalam pedagang kecil golongan ekonomi lemah akan terus dibantu dengan
penataran dan konsultasi dan dengan penyediaan kredit dengan
persyaratan ringan. Untuk pemasaran barang-barang yang skala
produksinya telah
nisasi

pemasaran

memadai akan
(trading

dikembangkan organisasi-orga-

house).

Tambahan

pula

jenis-jenis

usaha tertentu, terutama jenis usaha tradisional yang merupakan usaha golongan ekonomi lemah akan mendapat perlindungan.
Kewiraswastaan, keahlian dan kemampuan usaha dari pengusaha

nasional

akan

terus

ditingkatkan,

sehingga

pengalihan

pengelolaan usaha-usaha swasta asing ke swasta nasional dapat


dipercepat. Untuk itu akan diberikan pendidikan dan latihan
yang memberikan kemungkinan untuk mengembangkan kewiraswastaan

dan

secara

lebih

sungguh-sungguh akan ditertibkan kembali

59

perijinan-perijinan bagi kegiatan dunia usaha dengan sasaran


menciptakan iklim yang lebih sehat bagi kegairahan usaha. Demikian pula diusahakan untuk mendorong usaha patungan antara
pengusaha

asing

dan

nasional

melalui

pemberian

perangsang

PMDN dan lain-lain. Undang-undang perpajakan baru yang jauh


lebih sederhana dan yang lebih berprinsip pemerataan diharapkan akan lebih mengembangkan kegiatan usaha swasta.
Usaha pengembangan dunia usaha akan dikaitkan pula dengan
usaha-usaha pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh daerah. Dengan demikian kegiatan pembangunan dunia usaha akan
membantu membangkitkan pembangunan di daerah-daerah. Di daerah-daerah

yang

mempunyai

potensi

pengembangan

jenis-jenis

usaha tertentu akan didirikan pusat-pusat pelayanan. Usahausaha swasta yang menunjang pengembangan daerah-daerah transmigrasi bisa memperoleh fasilitas-fasilitas tertentu.
Koperasi sebagai lembaga ekonomi rakyat yang berwatak sosial akan makin dikembangkan dan diperkuat dalam rangka menumbuhkan demokrasi ekonomi sebagai salah satu landasan bagi
terciptanya masyarakat yang ber keadilan sosial. Peranan koperasi yang telah berhasil dikembangkan, akan lebih di dorong
dan ditingkatkan untuk makin memegang peranan utama di dalam
kehidupan ekonomi di pedesaan, khususnya di sektor pertanian.
Selanjutnya peranan koperasi juga makin dikembangkan di sektor-sektor

lainnya

seperti

industri,

perdagangan,

angkutan

dan lain-lain. Usaha-usaha tersebut akan disertai pembinaan


agar kegiatan koperasi dan peranan anggota koperasi makin meningkat sehingga manfaat koperasi makin dinikmati oleh anggotanya, dan peranan koperasi di dalam meningkatkan kehidupan
sosial ekonomi masyarakat menjadi makin besar. Dalam melaksanakan
60

pembinaan

koperasi

diutamakan

koperasi - koperasi unit

desa dan koperasi primer lainnya. Dalam usaha untuk meningkatkan peranan dan kemampuan koperasi dalam Repelita IV kebijaksanaan akan ditekankan pada usaha untuk meningkatkan aspek
kualitasnya supaya koperasi se segera mungkin dapat tumbuh dan
berkembang atas dasar kekuatan sendiri. Dalam rangka mencapai
tujuan itu

akan ditempuh

langkah-langkah kebijaksanaan

yang

akan dituangkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan bimbingan kelembagaan dan bimbingan usaha.
Langkah-langkah

bimbingan

usaha

koperasi

akan

mencakup

usaha-usaha untuk meningkatkan kemampuan koperasi, khususnya


Koperasi-koperasi
pertanian

Unit

pangan,

Desa,

perkebunan

dalam
rakyat,

usaha

di

bidang-bidang

peternakan,

perikanan,

industri kecil dan kerajinan rakyat, pertambangan rakyat, kelistrikan desa, perkreditan, terutama KCK, serta dalam penyediaan dan penyaluran bahan-bahan kebutuhan produksi dan konsumsi. Selanjutnya akan di dorong pembentukan, pertumbuhan dan
perkembangan unit-unit usaha baru serta pertumbuhan dan perkembangan

jenis-jenis

usaha

yang

sesuai

dengan

kepentingan

dan kegiatan ekonomi para anggotanya dalam koperasi-koperasi


yang telah mampu, di samping pembentukan dan perkembangan koperasi di daerah-daerah yang sampai akhir Repelita III belum
terjangkau oleh koperasi.
Dalam

pelaksanaan

pembinaan

koperasi,

yang

diutamakan

pada koperasi primer, terus dilaksanakan usaha-usaha pembinaan secara horizontal dan vertikal pada tingkat nasional dan
daerah. Dalam hubungan ini akan ditempuh langkah-langkah untuk mendorong organisasi-organisasi perkoperasian di tingkat
daerah dan di tingkat nasional agar mengutamakan kegiatan-kegiatannya dalam bidang-bidang pendidikan, pembinaan, pengendalian dan pengawasan.

Gerakan - gerakan

koperasi termasuk Dewan


61

Koperasi Indonesia, akan dibantu agar semakin mampu berfungsi


dengan berhasilguna. Dengan kebijaksanaan ini diharapkan disatu pihak peranan koperasi-koperasi tingkat daerah dan nasional sebagai pembina koperasi primer akan semakin meningkat, sedang di pihak lain, kemungkinan koperasi-koperasi primer untuk berswakarsa, berswakarya akan terbuka luas, sehingga pertumbuhan demokrasi ekonomi akan semakin terjamin.
Dalam rangka meningkatkan taraf hidup dan memanfaatkan
jumlah penduduk yang besar sebagai kekuatan pembangunan bangsa maka perlu ditingkatkan usaha-usaha pembinaan, pengembangan dan pemanfaatan potensi sumber daya manusia dengan meningkatkan pembangunan di berbagai sektor antara lain dengan mengutamakan

pembangunan

yang

meningkatkan

perluasan

lapangan

kerja, meningkatkan pengadaan pangan dan mutu gizi, memperluas

fasilitas

dan

memperbaiki

mutu

pendidikan

dan

latihan

kerja serta meningkatkan pelayanan kesehatan. Dengan usahausaha tersebut diharapkan dapat tercipta manusia-manusia pembangunan yang tangguh, berbudi luhur, cakap, terampil, percaya pada diri sendiri dan bersemangat membangun.
Perluasan dan pemerataan kesempatan kerja adalah salah
satu unsur penting dalam usaha pemanfaatan sumber days manusia dan merupakan kebutuhan yang makin mendesak. Tugas penciptaan kesempatan kerja mempunyai dimensi nasional, dan bukan hanya sektoral atau regional. Oleh karena itu lebih dimantapkan

dan

ditingkatkan

langkah-langkah

yang

menyeluruh

dan terpadu untuk mendorong perluasan kesempatan kerja, baik


yang bersifat umum, sektoral maupun langkah-langkah yang bersifat khusus. Langkah-langkah yang bersifat umum meliputi kebijaksanaan fiskal, moneter, upah dan sebagainya, sedangkan
yang
62

bersifat

sektoral

antara

lain adalah peningkatan pendi-

dikan yang dapat menciptakan lapangan kerja, pembangunan pertanian, pembangunan industri, pembangunan perhubungan, pembangunan pariwisata dan perdagangan, penentuan skala prioritas
investasi

serta

kah-langkah

pemilihan

yang

bersifat

teknologi
khusus

yang

tepat-guna.

meliputi

Lang-

program-program

bantuan pembangunan, proyek padat karya dan lain-lain. Keseluruhan kebijaksanaan tersebut ditujukan untuk memperluas lapangan kerja baru sepadan dengan pertambahan angkatan kerja
serta mengurangi pengangguran yang ada, dengan lebih mempercepat laju pertambahan lapangan kerja khususnya di luar sektor pertanian. Untuk menunjang sasaran ini dalam Repelita IV
antara lain Proyek-proyek Padat Karya Gaya Baru (PPKGB) akan
dilaksanakan di 8.750 kecamatan dan 50 kota. Selain itu akan
diusahakan

untuk

dikembangkan

sistem

teknologi

padat

karya

sekurang-kurangnya 6 jenis teknologi setiap tahun.


Dalam rangka perluasan kesempatan kerja bagi warga negara Indonesia, maka pelaksanaan pembatasan bagi warga negara
asing pendatang dilanjutkan dan disempurnakan.
Erat kaitannya dengan pemerataan kesempatan kerja adalah
usaha perbaikan penyaluran, penyebaran dan pemanfaatan tenaga
kerja yang lebih baik dengan jalan pembinaan dan peningkatan
keterampilan

terutama

bagi

angkatan

kerja

usia

muda.

Dalam

hubungan ini pengerahan Tenaga Kerja Sukarela - BUTSI yang


merupakan
kerja

usia

latihan
muda

sambil
akan

bekerja

dilanjutkan.

non-formal
Sebanyak

bagi

angkatan

35.000

TKS-Baru

dikerahkan di samping melanjutkan penugasan 79.500 TKS-Lama.


Selain itu melalui kegiatan Antar Kerja Antar Daerah (AKAD)
dan Antar Kerja Antar Negara (AKAN) akan disalurkan masingmasing 500.000 orang dan 225.000 orang selama Repelita IV.

63

Di samping itu juga akan dikembangkan dan disempurnakan


sistem

informasi

ketenagakerjaan.

Perencanaan

Tenaga

Kerja

(PTK) di semua sektor pembangunan pemerintah dan swasta baik


di tingkat nasional, maupun di tingkat daerah akan ditingkatkan. PTK memuat perkiraan penciptaan kesempatan kerja, perkiraan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk pembangunan, dan perkiraan penyediaan tenaga kerja terperinci menurut jenis dan
tingkat pendidikan/keahliannya. Untuk menunjang PTK, analisa
jabatan perlu diselenggarakan di seluruh instansi dan penyusunan Klasifikasi Jabatan Indonesia (KJI), serta penyusunan
kamus jabatan dan spesifikasi jabatan dilanjutkan dan disempurnakan.

Selanjutnya

penyebaran

informasi

ketenagakerjaan

akan dikembangkan dan disempurnakan.


Kebijaksanaan di bidang perlindungan tenaga kerja ditujukan kepada perbaikan upah, syarat kerja, kondisi kerja dan
hubungan kerja, keselamatan dan kesehatan kerja, serta jaminan sosial lainnya di dalam rangka perbaikan kesejahteraan tenaga kerja secara menyeluruh.
Mengenai aspek perbaikan upah di samping memperhatikan
peningkatan produktivitas tenaga kerja dan pertumbuhan produksi,

akan

peningkatan

diarahkan
daya

beli

kepada

peningkatan

golongan

penerima

kesejahteraan
upah

yang

dan

rendah.

Upah minimum di semua sektor ditetapkan atas dasar tingkat


upah tenaga kerja tidak terdidik di daerah tersebut.
Dalam rangka peningkatan produktivitas tenaga kerja akan
dilaksanakan latihan keterampilan yang diarahkan untuk mempersiapkan tenaga kerja baru usia muda yang akan masuk dalam
dunia kerja serta untuk meningkatkan keterampilan serta prestasi

64

tenaga

kerja

yang

sudah bekerja. Sekurang-kurangnya 4,8

juta orang akan di latih melalui Balai-balai Latihan Kerja pemerintah, swasta dan perusahaan-perusahaan. Peranserta masyarakat dalam latihan dilaksanakan melalui pungutan biaya latihan yang wajar bagi peserta latihan yang mampu. Di samping
itu akan dilakukan pembinaan lembaga latihan swasta, baik mengenai kurikulum, fasilitas, maupun instrukturnya. Sistem latihan permagangan dan latihan dalam pekerjaan juga dikembangkan. Kebijaksanaan sistem insentif akan dikembangkan bagi perusahaan yang menyelenggarakan latihan keterampilan. Koordinasi penyelenggaraan latihan oleh berbagai instansi ditingkatkan agar lebih efisien. Sistem modul keterampilan kerja
diterapkan di beberapa Balai Latihan Kerja yang memenuhi syarat. Pengendalian mutu dan kesesuaian basil latihan kerja dengan kebutuhan tenaga terampil dilakukan melalui akreditasi,
pembakuan dan sertifikasi latihan kerja. Bimbingan dan penyuluhan jabatan kepada peserta latihan ditingkatkan untuk mengembangkan

bakat

dan

kemampuannya.

Sehubungan

dengan

itu

akan dibentuk Dewan Latihan Kerja Nasional dan Daerah. Dalam


rangka peranserta masyarakat untuk peningkatan produktivitas
tenaga kerja di galakkan penyuluhan ke cintaan akan kerja, demikian pula Latihan Motivasi Peningkatan Produktivitas (LMPP).
Pembinaan hubungan perburuhan akan terus diarahkan kepada
terciptanya
saha

yang

kerjasama
dijiwai

yang

oleh

serasi

Pancasila

antara
dan

buruh

dan

Undang-Undang

penguDasar

1945, dimana masing-masing pihak saling menghormati, saling


membutuhkan, saling mengerti peranan serta haknya dan melaksanakan kewajiban masing-masing dalam keseluruhan proses produksi, serta dalam usaha meningkatkan partisipasi masyarakat
dalam pembangunan.
Salah

satu

masalah utama yang dihadapi dalam peningkatan


65

pendayagunaan sumber daya manusia adalah kurang seimbangnya


penyebaran penduduk dan angkatan kerja apabila dikaitkan dengan penyebaran potensi alam dan lingkungan hidup. Program
transmigrasi dan pemukiman kembali merupakan suatu upaya untuk menyerasikan penyebaran sumber daya alam dan lingkungan
hidup sehingga mutu kehidupan bisa ditingkatkan di seluruh
wilayah Indonesia dan sumber daya manusia bisa didayagunakan
secara lebih produktif. Untuk itu akan makin diperluas dan
ditingkatkan pelaksanaan transmigrasi, baik transmigrasi umum
maupun transmigrasi swakarsa dan pemukiman kembali penduduk
yang masih hidup secara berpindah-pindah dan terpencar-pencar. Dalam hubungan ini maka di samping langkah-langkah lainnya untuk memperlancar pelaksanaan transmigrasi, akan diberi
perhatian yang lebih besar kepada pembinaan usaha tani transmigrasi dan terhadap penduduk setempat, serta kepada pengembangan usaha industri terutama industri pertanian dan usaha
perdagangan di daerah-daerah transmigrasi.
Selain dimaksudkan untuk meningkatkan penyebaran penduduk dan tenaga kerja, transmigrasi ditujukan pula untuk pembukaan dan pengembangan daerah produksi baru, terutama daerah
pertanian, dalam rangka pembangunan daerah, khususnya di luar
Jawa dan Bali, yang dapat menjamin peningkatan taraf hidup
para

transmigran

dan

masyarakat

disekitarnya.

Pelaksanaan

transmigrasi sekaligus merupakan usaha penataan kembali penggunaan, penguasaan dan pemilikan tanah baik di daerah asal
maupun di daerah tujuan. Dalam keseluruhan pelaksanaan program transmigrasi akan selalu diperhatikan kepentingan pertahanan keamanan nasional.
Pelaksanaan transmigrasi selama Repelita I sampai dengan
Repelita
66

III

telah

memberikan

dampak

yang

tidak kecil baik

dari segi penyebaran penduduk maupun sumbangan dalam rangka


peningkatan produksi. Jumlah transmigran yang di pindahkan terus meningkat yakni sejumlah 46.268 kk dalam Repelita I, sejumlah 82.954 kk dalam Repelita II dan Repelita III sejumlah
500.000 kk.
Berdasarkan

hasil-hasil

tersebut

maka

program

ini

akan

ditingkatkan lagi dan diperkirakan selama Repelita IV akan di


transmigrasikan sekitar 750.000 kepala keluarga dari daerahdaerah yang padat penduduknya khususnya dari Pulau Jawa dan
Bali ke daerah-daerah yang memerlukan tenaga kerja atau yang
kurang padat penduduknya. Jumlah ini mencakup baik transmigran umum maupun transmigran swakarsa, penduduk yang dimukimkan

kembali

dan

transmigrasi

lokal.

Pemukiman

kembali

atau

transmigrasi lokal akan ditingkatkan karena penting peranannya

bagi

daerah-daerah

luar

Jawa

baik

untuk

meningkatkan

produktivitas petani yang masih berpindah-pindah maupun untuk


menjaga kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup.
Peningkatan usaha transmigrasi dalam Repelita IV akan ditujukan

baik

ningkatan

kepada

mutu

jumlah

kehidupan

transmigran

transmigran

maupun

serta

terhadap

masyarakat

pe-

seki-

tarnya. Dalam kaitan ini maka kegiatan-kegiatan dalam rangka


penyelenggaraan

transmigrasi

akan

diusahakan

lebih

terpadu

dan terkoordinasikan terutama pada tahap pemilihan lokasi sehingga tidak terjadi adanya lokasi-lokasi penempatan yang tidak sesuai dengan persyaratan-persyaratan pemukiman.
Dalam

Repelita IV

pembinaan usaha

tani transmigran

dan

penduduk setempat akan lebih ditingkatkan. Kegiatan tersebut


akan dikaitkan dengan usaha untuk lebih meningkatkan partisipasi

swasta, dalam

rangka

peningkatan

dan pengembangan usaha

67

industri, khususnya bagi pengolahan hasil produksi pertanian


di daerah transmigrasi, baik untuk pemasaran dalam negeri maupun

luar

negeri.

Dengan

semakin

meningkatnya

pengembangan

usaha tani transmigran maka akan semakin meningkat pula usaha


perdagangan yang berkaitan dengan usaha tani tersebut. Dalam
hubungan ini makin dikembangkan kehidupan koperasi.
Untuk

menjamin

keberhasilan

pelaksanaan

transmigrasi,

yang direncanakan untuk ditingkatkan jumlahnya, akan ditingkatkan koordinasi dalam penyelenggaraannya, yang meliputi antara

lain

penetapan

daerah

transmigrasi,

usaha

dan

pemukiman,

penyelesaian

masalah

penyediaan

lahan

pemilikan

tanah,

prasarana jalan dan sarana angkutan, sarana produksi serta


prasarana sosial yang dibutuhkan di daerah transmigrasi dan
usaha pengintegrasian transmigrasi dengan penduduk setempat.
Dalam rangka makin memeratakan pembangunan ke seluruh wilayah Indonesia, maka dilanjutkan dan ditingkatkan pembangunan daerah dan pembangunan pedesaan yang lebih diarahkan kepada perluasan kesempatan kerja, pembinaan dan pengembangan
lingkungan pemukiman pedesaan dan perkotaan yang sehat, serta
peningkatan kemampuan penduduk untuk memanfaatkan sumber-sumber kekayaan alam dan menanggulangi masalah-masalah yang mendesak. Dalam hubungan itu berbagai kebijaksanaan dan program
pembangunan

sektoral

akan

lebih

diserasikan

dengan

potensi

dan permasalahan masing-masing daerah, sedang program-program


Inpres

terus

dilanjutkan

pelaksanaannya.

dan

Daerah-daerah

diperluas
minus

dan

serta

disempurnakan

daerah-daerah

yang

padat penduduknya akan tetap mendapat perhatian khusus, antara lain dalam rangka mengurangi laju arus perpindahan penduduk ke kota-kota besar. Demikian pula halnya dengan pengembangan
68

daerah

yang

kurang

padat

penduduk

dan

daerah-daerah

transmigrasi. Sehubungan dengan itu maka pembangunan prasarana ekonomi dan sosial secara lebih merata di seluruh wilayah
tanah air akan dilanjutkan dan makin ditingkatkan.
Usaha penyelarasan pembangunan daerah dengan pembangunan
sektoral akan selalu dilaksanakan agar pembangunan sektoral
yang berlangsung di daerah-daerah benar-benar sesuai dengan
potensi dan prioritas daerah, sedang keseluruhan pembangunan
daerah juga benar-benar merupakan satu kesatuan, demi terbinanya Indonesia sebagai satu kesatuan politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan di dalam mewujudkan tujuan
nasional.
Di samping itu, akan diusahakan keserasian laju pertumbuhan antar daerah dan di dalam masing-masing daerah. Untuk
itu

akan

ditingkatkan

kelancaran

perhubungan

bail

di

satu

daerah atau pulau maupun antar daerah dan antar pulau. Khususnya akan diberikan perhatian yang lebih besar kepada pembangunan daerah-daerah yang relatif terbelakang, daerah-daerah

kepulauan

Dalam

rangka

perencanaan,

yang
itu

terpencil

akan

makin

pelaksanaan

dan

dan

daerah-daerah

ditingkatkan
pengawasan

perbatasan.

kemampuan

aparat

pembangunan

di

daerah-daerah.
Untuk melaksanakan peningkatan pembangunan daerah diperlukan peningkatan kemampuan daerah serta prakarsa dan partisipasi rakyat di daerah. Oleh karena itu dengan memperhatikan
kemampuan daerah, akan ditingkatkan pendapatan daerah, terutama pendapatan asli daerah, baik dengan pemungutan yang lebih intensif, wajar dan tertib terhadap sumber-sumber yang
ada maupun dengan penggalian sumber-sumber keuangan baru yang
tidak

bertentangan

dengan kepentingan nasional dan sesuai de-

69

ngan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam rangka


ini kemampuan serta aparatur pemerintah di daerah akan terus
ditingkatkan

baik

aparatur

otonom

maupun

aparatur

vertikal

guna mengembangkan otonomi daerah secara lebih nyata dan bertanggungjawab.


Dalam melaksanakan pembangunan, masing-masing daerah juga
akan lebih meningkatkan kesadaran dan kemampuan penduduknya
untuk memanfaatkan serta memelihara kelestarian berbagai sumber alam, mengatasi berbagai masalah yang mendesak dan membina lingkungan pemukiman yang sehat. Untuk itu akan ditingkatkan usaha penyuluhan dan peningkatan keterampilan penduduk.
Kerjasama pembangunan antar daerah akan lebih ditingkatkan untuk lebih melancarkan pelaksanaan dan pengawasan seluruh kegiatan pembangunan di daerah. Dalam rangka itu koordinasi

fungsional

perwilayahan

pembangunan

yang

selama

ini

telah berlangsung akan lebih ditingkatkan.


Sebagian besar rakyat Indonesia masih tinggal dan bermata
pencaharian di daerah pedesaan. Oleh karena itu perhatian sebesar-besarnya akan diberikan kepada peningkatan pembangunan
pedesaan

terutama

melalui

peningkatan

prakarsa

dan

swadaya

masyarakat desa serta memanfaatkan secara maksimal dana-dana


yang langsung maupun yang tidak langsung diperuntukkan bagi
pembangunan pedesaan, seperti bantuan-bantuan Inpres dan sebagainya.
Dengan

semakin

meluasnya

daerah

perkotaan,

pembangunan

perkotaan akan dilakukan secara berencana dengan lebih memperhatikan keserasian hubungan antara kota dengan lingkungan
dan antara kota dengan daerah pedesaan sekitarnya, serta keserasian
70

pertumbuhan

di

dalam

kota itu sendiri. Dengan demi-

kian kota-kota akan dapat memberikan fungsi pelayanannya di


bidang-bidang ekonomi, sosial, dan politik untuk lebih mendorong berkembangnya daerah pedesaan sekitarnya.
Dalam rangka peningkatan efisiensi pelaksanaan pembangunan daerah dan peningkatan administrasi Pemerintah Daerah, maka untuk daerah-daerah tertentu akan ditata kembali batas-batas administratif dari daerah-daerah yang bersangkutan.
Sumber alam adalah salah satu modal dasar pembangunan nasional kita. Pada hakekatnya kegiatan pembangunan adalah kegiatan mendayagunakan sumber alam dan lingkungan hidup bagi
peningkatan

kesejahteraan

masyarakat.

Di

lain

pihak,

sema-

kin disadari bahwa sumber alam dan lingkungan hidup bukanlah


sesuatu yang tidak bisa habis atau tidak bisa rusak. Oleh sebab

itu

alam

dalam

dan

manfaat

pelaksanaan

lingkungan

hidup

sebesar-besarnya

pembangunan,
diarahkan

bagi

pengelolaan

agar

dapat

kesejahteraan

sumber

memberikan

rakyat,

dengan

tetap memperhatikan keseimbangan dan kelestariannya, sehingga


akan tetap bermanfaat bagi generasi-generasi mendatang. Usaha
rehabilitasi

serta pengembalian

pada fungsi

yang seharusnya

dari sumber-sumber alam dan lingkungan hidup yang mengalami


kemunduran maupun kerusakan perlu dilanjutkan dan lebih ditingkatkan.
Dalam Repelita IV inventarisasi dan evaluasi sumber alam
terus ditingkatkan dengan tujuan untuk lebih mengetahui dan
dapat memanfaatkan potensi sumber alam baik di darat, laut
maupun

udara

berupa

tanah,

air,

energi,

flora,

fauna

dan

lain-lain yang sangat diperlukan bagi pembangunan. Kegiatankegiatan di bidang ini meliputi dilanjutkannya pemetaan dasar
matra

darat

yang

telah dimulai dalam Repelita III, inventari-

71

sasi hutan lewat pemotretan dari udara, penataan batas hutan


tetap, penatagunaan hutan dan pemetaan kawasan hutan.
Di samping itu, rehabilitasi sumber alam berupa hutan,
tanah dan air yang rusak akan lebih ditingkatkan lagi melalui
pendekatan terpadu daerah aliran sungai dan wilayah. Dalam
hubungan ini program penyelamatan hutan, tanah dan air yang
telah dilaksanakan dalam Repelita III akan dilanjutkan dan
makin disempurnakan untuk mengurangi dan mencegah meluasnya
tanah kritis di 36 daerah aliran sungai yang meliputi kegiatan reboisasi dan penghijauan, pengamanan sungai, penanggulangan bencana alam dan lain-lain.
Dalam Repelita IV juga akan dikembangkan program yang diarahkan untuk menangani masalah konservasi sumber daya alam
dan pengelolaan lingkungan hidup, penetapan baku mutu lingkungan dan bahan buangan, analisis dampak lingkungan, pembinaan
institusi lingkungan hidup, pembinaan tatalaksana lingkungan
hidup, dan pendidikan serta penelitian. Di samping itu akan
dilaksanakan usaha untuk mengendalikan pencemaran sampah di
200 kota, pencegahan pencemaran air dan udara, serta usaha
pengendalian pencemaran dari kegiatan pertambangan, industri
dan kegiatan-kegiatan lainnya. Di bidang pelestarian alam dan
lingkungan hidup akan dilakukan usaha untuk mengembangkan taman nasional, suaka alam dan hutan lindung serta kawasan wisata alam, meningkatkan perlindungan satwa dan flora langka
secara

nasional,

meningkatkan

melaksanakan

pencegahan

dan

monitoring

dampak

penanggulangan

lingkungan,

kerusakan

sumber

daya alam dan lingkungan hidup, membina kawasan lindung khusus seperti Mentawai, Baduy dan lain-lain, di samping mengembangkan lembaga swadaya masyarakat yang dengan secara swadaya
melestarikan lingkungan hidup.
72

Di bidang pendayagunaan daerah pantai, wilayah laut dan


kawasan

udara

akan

dilaksanakan

peningkatan

produktivitas

lingkungan perairan laut melalui usaha pelestarian dan pemanfaatan

laut

dan

Zona

Ekonomi

Eksklusif.

Sebagai

penunjang

usaha-usaha di atas akan dilanjutkan program pengembangan meteorologi dan geofisika untuk menangani pengembangan peramalan cuaca dan iklim, serta sifat fisik lautan, untuk kepetingan

perhubungan,

pertanian,

peramalan

bencana

alam

dan

lain-lain.
Pembangunan di bidang agama ditujukan untuk melanjutkan
usaha tetap terpeliharanya suasana kerukunan hidup beragama
serta pembudayaan Pancasila di kalangan umat beragama sebagai
salah satu syarat untuk tetap terpeliharanya stabilitas nasional dalam rangka mengamankan dan memperlancar pelaksanaan
pembangunan nasional.
Selanjutnya

ditingkatkan

usaha

bimbingan

hidup

beragama

kepada berbagai kelompok masyarakat termasuk generasi muda,


peningkatan

mutu

juru

penerangan

dan

penyuluh

agama

serta

usaha menyempurnakan metode dakwah yang serasi dengan kegiatan pembangunan pada umumnya serta sesuai dengan tingkat kemajuan dan kondisi masyarakat.
Dalam pada itu akan dilanjutkan kegiatan pemberian bantuan dan kemudahan bagi kegiatan lembaga-lembaga keagamaan dalam masyarakat dalam penyediaan prasarana dan sarana kehidupan beragama, sebagai pendorong untuk meningkatkan usaha swadaya masyarakat dalam rangka memenuhi kebutuhan prasarana dan
sarana kehidupan beragama, terutama penyediaan berbagai kitab
suci dan pembangunan tempat peribadatan. Di samping itu juga
dilanjutkan usaha pembinaan tempat tempat

peribadatan sehing-

73

ga dapat berfungsi, baik sebagai pusat kegiatan peribadatan


maupun kegiatan kesejahteraan masyarakat.
Demikian pula akan ditingkatkan keahlian dan jumlah hakim
dan tenaga peradilan agama lainnya serta akan ditingkatkan
pula prasarana dan sarana Balai Sidang Agama.
Pembinaan keluarga sejahtera antara lain akan ditunjang
oleh pembangunan dan pengembangan Balai Nikah dan Penasehat
Perkawinan, peningkatan mutu tenaga pencatat nikah serta peningkatan fungsi Badan Penasehat Perkawinan dan Penyelesaian
Perceraian (BP.4).
Pembinaan zakat, waqaf, sadaqah serta ibadah sosial lainnya ditingkatkan sehingga dapat diarahkan pemanfaatannya kepada kegiatan-kegiatan sosial keagamaan yang lebih produktif
dan meningkatkan kesejahteraan umum.
Begitu

pula

akan

ditingkatkan

pelayanan

dan

fasilitas

perjalanan haji agar pelaksanaan ibadah haji dapat berlangsung dengan mudah, tertib, aman dan memenuhi rukun dan syarat
ibadah haji. Di samping itu dilakukan pula upaya-upaya dalam
rangka menyempurnakan perjalanan umroh sehingga para jemaah
dapat makin lancar melaksanakan ibadahnya.
Pendidikan dan perguruan agama akan diselaraskan dengan
pendidikan umum dari tingkat dasar sampai dengan pendidikan
tinggi serta menciptakan suasana yang mendorong ke arah berkembangnya pikiran-pikiran ilmiah dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.
Pendidikan

tinggi

agama

ditingkatkan

agar

menghasilkan

tenaga ilmiah dan ahli di bidang agama yang mampu menterjemahkan ajaran - ajaran agama dalam kehidupan masyarakat Indone-

74

sia modern yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar


1945.
Sesuai dengan GBHN titik berat pembangunan pendidikan diletakkan pada peningkatan mutu dan perluasan pendidikan dasar
dalam rangka mewujudkan dan memantapkan pelaksanaan wajib belajar. Dalam Repelita IV jumlah murid tingkat sekolah dasar
(Sekolah Dasar

dan Madrasah

Ibtidaiyah) akan

meningkat dari

28,9 juta pada tahun 1983/84 (termasuk di dalamnya 23,2 juta


murid usia 7 - 12 tahun) menjadi 29,4 juta pada tahun 1988/89
termasuk di dalamnya 26,0 juta murid berusia 7 - 12 tahun.
Hal ini berarti bahwa jumlah anak usia 7 - 12 tahun yang
dapat

ditampung

pada

dari

97,2%

pada

pada

akhir

Repelita

dapat

tercapai

tingkat

akhir

Repelita

IV

dalam

sekolah
III

akan

(1983/84)

(1988/89),

tahun

dasar

bahkan

1986/87.

meningkat

menjadi

100%

diharapkan

sudah

demikian

wajib

Dengan

belajar sudah dapat diwujudkan dan dimantapkan dalam Repelita


IV.
Sementara
dan

SMTP

itu

Kejuruan

pendidikan
dan

menengah

Teknologi)

dan

tingkat

pertama

pendidikan

(SMP

menengah

tingkat atas (SMA, SMTA Kejuruan dan Teknologi serta SPG/SGO)


masing-masing diarahkan agar dapat menampung 77,8% lulusan SD
dan 84,4% lulusan SMTP pada akhir Repelita IV. Hal ini berarti bahwa

jumlah murid

pendidikan menengah

tingkat pertama

akan meningkat dengan 64% atau 3,0 juta murid, yaitu dari 4,7
juta pada tahun 1983/84 menjadi 7,7 juta pada tahun 1988/89,
sedangkan jumlah murid pendidikan menengah tingkat atas akan
meningkat dengan 76% atau 1,9 juta murid, yaitu dari 2,5 juta
pada tahun 1983/84 menjadi 4,4 juta pada tahun 1988/89.
Selanjutnya
diperkira-

jumlah

mahasiswa

perguruan

tinggi
75

kan akan meningkat dengan sebesar 100,5% atau sejumlah 809,3


ribu

mahasiswa, yaitu

dari 805,2

ribu mahasiswa

pada tahun

1983/84 menjadi 1.614,5 ribu pada tahun 1988/89. Dengan demikian

diusahakan bahwa

ditampung

pada

penduduk usia

pendidikan

tinggi

19-24 tahun

akan

yang dapat

meningkat

dari

5,1%

pada tahun 1983/84 menjadi 8,2% pada tahun 1988/89. Daya tampung perguruan tinggi sebesar itu dimungkinkan dengan dimulainya Universitas Terbuka pada tahun 1984/85 yang akan mempunyai 150 ribu mahasiswa pada tahun 1988/89.
Sesuai pula dengan pengarahan GBHN maka pada tingkat pendidikan menengah atas diberikan perhatian khusus pada pendidikan kejuruan dan teknologi serta pada pendidikan keterampilan profesional (program diploma, khususnya politeknik) di
tingkat pendidikan tinggi. Dalam Repelita IV khusus bagi SMTA
Kejuruan
100%,

dan

Teknologi

yaitu

1.112,8

ribu

jumlah

murid

akan

meningkat

dengan

pada

tahun

1983/84

menjadi

dari

551,7

ribu

pada

tahun

1988/89.

Sedangkan

pada

pendidikan

politeknik jumlah mahasiswa akan meningkat dengan lebih dari


200%, yaitu dari 6,6 ribu mahasiswa pada tahun 1983/84 menjadi 20 ribu mahasiswa pada tahun 1988/89.
Usaha-usaha
tingkat

dan

perluasan

jenis

kesempatan

pendidikan

belajar

tersebut

di

pada

atas

berbagai

dilaksanakan

antara lain melalui pembangunan gedung-gedung sekolah dan penambahan ruang kelas beserta perlengkapan dan peralatan pendidikan, serta penyediaan guru dan tenaga pendidik lainnya.
Dalam

hubungan

ini

kesejahteraan

guru

dan

tenaga

pendidik

akan ditingkatkan pula.


Untuk
lain
76

akan

pemantapan

wajib

dibangun

sekitar

belajar
100

dalam

ribu

Repelita

IV

antara

ruang kelas baru berupa

gedung

Sekolah

Dasar

dan

tambahan

ruang

kelas

pada

sekolah

yang ada, rehabilitasi terhadap 108,5 ribu gedung sekolah dan


pembangunan 225 ribu rumah kepala sekolah dan perumahan guru.
Selanjutnya
baru

SMP

tingkat

direncanakan
dan

26,3

menengah

pula

ribu

atas

pembangunan

ruang

kelas

direncanakan

3,5

baru.

ribu

Bagi

pembangunan

gedung

pendidikan
750

gedung

baru SMA dan 9,9 ribu tambahan ruang kelas. Bagi SMTA Kejuruan

dan

Teknologi,

gedung sekolah

akan

dikembangkan

dan penyediaan

(rehabilitasi,

peralatan praktek)

perluasan

sekolah-se-

kolah yang ada, diantaranya 145 STM, 23 SMT Pertanian, 277


SMEA dan 115 SMTA Kejuruan dan Teknologi lainnya. Di samping
itu

akan

dilakukan

pembangunan

baru

sejumlah

SMTA

Kejuruan

dan Teknologi, diantaranya 40 STM, 30 SMT Pertanian, 40 SMEA


dan 10 SMTA Kesenian dan Industri Kerajinan.
Dalam rangka menunjang program pengembangan koperasi akan
dihuka jurusan Manajemen Koperasi pada SMEA , di samping pemberian

pelajaran

manajemen

koperasi

pada

SMTA

Kejuruan

dan

Teknologi lainnya.
Pembinaan SMTA Kejuruan dan Teknologi yang mencakup pendidikan
ekonomi

menengah
dan

teknologi

perdagangan

industri,

serta

teknologi

teknologi

pertanian,

kerumahtanggaan

dan

kerajinan dalam Repelita IV diharapkan dapat menghasilkan sekitar 1 juta lulusan yang memenuhi persyaratan kerja. Selanjutnya

pendidikan

politeknik

dikembangkan

dari

politeknik

yang sudah ada menjadi sekitar 34 politeknik yang tersebar di


32 universitas/institut. Demikian pula dalam rangka penyediaan guru dan tenaga pendidik lainnya bagi berbagai tingkat dan
jenis pendidikan akan dikembangkan antara lain 207 SPG, dan
bantuan

terhadap

menghasilkan

352

sekitar

SPG
400

Swasta,
ribu

guru

yang
SD.

keseluruhannya
Sementara

itu

akan
akan
77

ditingkatkan

pendidikan

tinggi

di

bidang

kependidikan

yang

diharapkan dapat menyediakan sebagian besar tenaga guru SMTP


dan
pada

SMTA

sekitar

SMTA

245,1

Kejuruan

ribu

dan

tenaga.

Teknologi

Untuk

akan

penyediaan

ditingkatkan

guru
buah

Fakultas Keguruan Teknik (FKT) di samping 2 buah yang sudah


dikembangkan dalam Repelita III.
Dalam

pada

itu

usaha-usaha

peningkatan

mutu

pendidikan

dalam Repelita IV akan dilanjutkan terutama melalui penyempurnaan kurikulum, penyediaan buku pelajaran dan buku perpustakaan serta peralatan praktek dan laboratorium serta penataran guru dan dosen.
Pembinaan mutu pendidikan dasar dilakukan antara lain melalui penataran sekitar 1,9 juta guru serta penyediaan 96,0
juta buku pelajaran pokok dan 196,2 juta buku bacaan dan perpustakaan.
pertama

Selanjutnya

(khususnya

peningkatan

SMP)

dilakukan

mutu

pendidikan

melalui

menengah

pengadaan

lebih

dari 93,2 juta buku pelajaran pokok, 24,7 juta buku pedoman
guru

dan

alat-alat

55,2

juta

peraga,

buku

perpustakaan

praktek

keterampilan

di

samping
dan

berbagai

laboratorium,

serta penataran 92,8 ribu guru.


Demikian

pula

dalam

rangka

peningkatan

mutu

pendidikan

menengah tingkat atas, bagi SMA antara lain akan disediakan


52,6 juta buku pelajaran, 24,0 juta buku perpustakaan serta
berbagai alat-alat peraga, praktek keterampilan dan laboratorium, di samping penataran 50,3 ribu guru SMA. Bagi SMTA Kejuruan

dan

Teknologi

akan

ditatar

16,0

ribu

guru

terutama

pada pusat-pusat penataran guru teknologi, kejuruan, dan pertanian, di samping penyediaan 3,5 juta buku pedoman guru dan
6,4

78

juta

buku

perpustakaan.

Bagi

SPG akan ditatar 28,0 ribu

guru melalui 28 Balai/Pusat Penataran Guru, dan akan disediakan 11,6 juta buku pelajaran. Demikian pula akan dikembangkan
6 buah Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa (SGPLB) khususnya
dalam rangka penyediaan guru Sekolah Luar Biasa (SLB).
Selanjutnya dalam rangka pembinaan mutu pendidikan tinggi
akan terus ditingkatkan produktivitas, kreativitas, mutu, dan
efisiensi kerja, dengan memberikan prioritas pada bidang ilmu
keguruan, ilmu-ilmu dasar, teknologi, manajemen (termasuk manajemen koperasi), kesehatan, ilmu-ilmu sosial, dan humaniora. Lulusan perguruan tinggi dalam Repelita IV diperkirakan
berjumlah 513,8 ribu terdiri atas 253,3 ribu lulusan diploma
(termasuk lulusan politeknik) dan 260,5 ribu lulusan strata 1
(sarjana).
Dalam rangka memperluas pemerataan kesempatan pendidikan,
terutama bagi siswa dan mahasiswa yang berbakat dan berprestasi yang mengalami hambatan ekonomi, akan disediakan lebih
dari 160 ribu beasiswa/ikatan dinas.
Selanjutnya perluasan dan peningkatan pendidikan masyarakat

akan

diusahakan

menjangkau

17,0

juta

warga

masyarakat

yang terdiri dari 12,3 juta yang buta huruf dan 4,7 juta yang
melalui pendidikan luar sekolah guna memperoleh mata pencaharian, antara lain melalui kelompok Kejar Usaha.
Dalam rangka memasyarakatkan olah raga dan mengolahragakan masyarakat akan ditingkatkan berbagai kegiatan olah raga
baik yang menjangkau masyarakat luas maupun peningkatan prestasi dalam berbagai cabang olah raga, serta penyediaan prasarana dan sarana olah raga.
Pembinaan dan pengembangan generasi muda ditujukan untuk
mewujudkan

kader

penerus

perjuangan

bangsa dan pembangunan


79

nasional yang Pancasilais dan dilaksanakan melalui usaha-usaha meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa; menanamkan

dan

menumbuhkan

kesadaran

berbangsa

dan

bernegara;

mempertebal idealisme, semangat patriotisme dan harga diri;


memperkokoh kepribadian dan disiplin; mempertinggi budi pekerti; memupuk kesegaran jasmani dan daya kreasi; mengembangkan

kepemimpinan,

ilmu,

keterampilan

dan

kepeloporan

serta

mendorong partisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara


di dalam pelaksanaan pembangunan nasional.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dalam Repelita IV
akan dilaksanakan kegiatan-kegiatan dalam berbagai bidang sebagai berikut. Dalam bidang kegiatan sosial akan diusahakan
pembinaan dan pengembangan Karang Taruna sebagai organisasi
sosial masyarakat yang berperan antara lain dalam pencegahan
kenakalan remaja, pembauran bangsa dan mempersiapkan generasi
muda sebagai kader penerus.
Dalam

bidang

agama

pembinaan

ketaqwaan

terhadap

Tuhan

Yang Maha Esa akan dikembangkan melalui paket-paket pembinaan


keagamaan dan kehidupan beragama.
Dalam hidang pertanian pembinaan terhadap taruna tani dan
nelayan sebagai kader pembangunan akan lebih ditingkatkan melalui pelbagai latihan dan kursus serta penyelenggaraan aneka
usaha tani.
Dalam hidang kesehatan akan dilakukan usaha untuk mewujudkan generasi muda yang sehat serta pengembangan partisipasi remaja dalam pembangunan kesehatan, baik di sekolah maupun
di luar sekolah.
Dalam hidang hukum akan dilakukan usaha pembinaan kesadaran
pe80

hukum

di

kalangan

generasi

muda melalui paket-paket

nyuluhan hukum.
Di bidang transmigrasi pembinaan dan pengembangan generasi muda di daerah transmigrasi dilakukan dengan melatih kader-kader generasi muda dengan pembentukan kepemimpinan pemuda dan beragam jenis keterampilan yang sesuai dengan bakat,
situasi, dan potensi alam yang diarahkan kepada pembentukan
usaha-usaha yang ekonomis produktif (wirausaha).
Di bidang koperasi akan dikembangkan usaha pembinaan generasi muda yang ditujukan terutama pada peningkatan mutu ketenagaan dan pengelolaan di samping teknik-teknik perkoperasian.
Di bidang ketenagakerjaan, dalam rangka usaha meningkatkan keterampilan para pemuda di pelbagai bidang kejuruan dan
untuk mendayagunakan kemampuan yang dimilikinya, kepada generasi muda yang belum bekerja atau berpendapatan rendah (di
luar Jawa dan Bali), dilaksanakan alih keterampilan dan pemberian latihan kepemimpinan serta kewiraswastaan.
Di bidang perindustrian akan diselenggarakan latihan-latihan kelompok pemuda di bidang industri agar dihasilkan lulusan yang bermutu, siap berwiraswasta, dan mampu membuka lapangan kerja atau mendapat pekerjaan.
Di bidang perdagangan akan dilakukan pembinaan kepada pengusaha-pengusaha
dan

muda,

peranserta golongan

dalam

upaya

meningkatkan

ekonomi lemah

kemampuan

sebagai calon

pengu-

saha yang bergerak di bidang perdagangan.


Di bidang pendidikan dan kebudayaan akan diselenggarakan
kegiatan - kegiatan

yang

pada

dasarnya

merupakan proses dari

81

segenap usaha yang dilaksanakan dalam program pembinaan dan


pengembangan generasi muda.
Dalam

rangka

pembangunan

kebudayaan

nasional

usaha

pe-

ngembangan kepurbakalaan, kesejarahan dan permuseuman mencakup tujuan-tujuan pemeliharaan dan pemanfaatan warisan budaya. Kegiatan tersebut akan dilakukan dengan jalan pemugaran,
pemeliharaan,

pengamanan,

penggalian,

penelitian

serta

pe-

ngumpulan informasi pelbagai peninggalan sejarah dan purbakala beserta situs-situsnya. Dalam Repelita IV diharapkan dapat
dipugar berbagai bangunan warisan budaya, baik yang tergolong
monumen mati maupun monumen hidup, yaitu yang berupa taman
purbakala, candi-candi, mesjid, gereja, rumah adat, benteng,
pura, puri/istana dan bangunan peninggalan sejarah lainnya.
Untuk mengembangkan kesenian akan dilakukan kegiatan-kegiatan
dan

antara

lain

pemanfaatan

pembinaan,

kesenian

pemeliharaan,

daerah,

termasuk

penyebarluasan

kesenian

daerah

yang hampir punah. Peningkatan apresiasi dan daya kreativitas


akan dilakukan antara lain dengan pameran dan pementasan kesenian, pengiriman duta-duta seni, penyelenggaraan pekan seni
tingkat daerah dan nasional, sayembara dan perlombaan, ceramah seni, studi perbandingan serta penyuluhan. Di samping itu
kesenian daerah akan dikembangkan dan dihidupkan.
Usaha

pengembangan

lenggarakan

antara

kebahasaan

lain

melalui

dan

kesastraan

pembinaan

dan

akan

dise-

pengembangan

bahasa dan sastra Indonesia serta bahasa dan sastra daerah.


Selain

itu

akan

dilanjutkan

pula

perekaman

dan

penyebaran

sastra lisan dan sastra kuno yang bersifat langka.


Pengembangan perpustakaan akan ditingkatkan melalui kerjasama

82

dengan

pemerintah

daerah berupa pengembangan pembinaan

perpustakaan wilayah, perpustakaan umum, perpustakaan kabupaten dan kecamatan, dan desa serta perpustakaan sekolah. Dalam
Repelita IV akan diadakan perintisan unit perpustakaan keliling di tingkat Dati II dan diharapkan perpustakaan keliling
tersebut

dapat

menumbuhkan

kegiatan

perpustakaan

desa

lewat

LKMD (Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa).


Sementara itu inventarisasi kebudayaan antara lain meliputi

inventarisasi

dan

dokumentasi

kebudayaan

daerah

di

27

propinsi. Usaha peningkatan kesadaran bersejarah dan berbangsa akan dilaksanakan melalui penulisan sejarah lokal, penulisan sejarah perlawanan terhadap kolonialisme, pemetaan sejarah nasional, serta penulisan biografi tokoh dan pahlawan
serta hasil pemikiran mereka.
Selain

itu

penelitian

bahasa

dan

sastra

Indonesia

dan

daerah dilaksanakan di 20 propinsi. Penelitian arkeologi yang


meliputi

bidang

prasejarah,

arkeologi

klasik,

arkeologi

Islam, arkeometri, paleoanthropologi dan paleoekologi radiometri, diarahkan untuk menyusun pandangan dan teori baru serta
menjernihkan sejarah.
Usaha pembinaan terhadap penghayatan Kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa akan dilanjutkan terutama melalui kegiatan inventarisasi, dokumentasi, dan penelaahan mengenai Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu, dalam rangka
mempertinggi budi luhur akan dilakukan penyebarluasan informasi melalui media televisi, radio dan media cetak lainnya.
Peningkatan pembangunan kesehatan ditujukan untuk pemberantasan

penyakit

menular

dan

penyakit

rakyat,

peningkatan

keadaan gizi rakyat, peningkatan pengadaan air minum, peningkatan kebersihan

dan

kesehatan

lingkungan,

perlindungan rak-

83

yat terhadap bahaya narkotika dan penggunaan obat, serta penyuluhan kesehatan masyarakat.
Untuk mencapai tujuan tersebut pembangunan kesehatan dalam Repelita IV akan diselenggarakan melalui lima karya kesehatan yaitu peningkatan dan pemantapan upaya kesehatan; pengembangan tenaga kesehatan; pengendalian, pengadaan dan pengawasan obat, makanan dan bahan berbahaya bagi kesehatan;
perbaikan

gizi

dan

peningkatan

kesehatan

lingkungan;

serta

peningkatan dan pemantapan manajemen dan peraturan perundangundangan di bidang kesehatan.


Adapun sasaran-sasaran pokok Repelita IV di bidang kesehatan adalah sebagai berikut :
Menurunkan angka kematian bayi umur 0 sampai 12 bulan dari 90,3 per 1.000 kelahiran hidup pada akhir Repelita III
menjadi 70 per 1.000 kelahiran hidup pada akhir Repelita IV;
kematian anak balita (1 - 4 tahun) dari 17,8 per 1.000 anak
balita pada akhir Repelita III menjadi 14,0 per 1.000 anak
balita pada akhir Repelita IV.
Meningkatkan

umur

harapan

hidup

waktu

lahir

rata-rata

penduduk dari 56 tahun pada akhir Repelita III menjadi sekurang-kurangnya 59 tahun pada akhir Repelita IV.
Meningkatkan pencakupan imunisasi untuk anak-anak dibawah
umur 14 bulan dari 40% pada akhir Repelita III menjadi 65%
pada akhir Repelita IV.
Meningkatkan

pencakupan

pertolongan

persalinan

oleh

te-

naga kesehatan terlatih dari 40% pada akhir Repelita III menjadi 55% pada akhir Repelita IV.
Meningkatkan
84

pencakupan

penyediaan

air

bersih untuk pen-

duduk pedesaan dan perkotaan masing-masing dari 32% dan 60 %


pada akhir Repelita III menjadi 55% dan 65% pada akhir Repelita IV.
Meningkatkan

pencakupan

Usaha

Perbaikan

Gizi

Keluarga

(UPGK) sehingga seluruh desa di Indonesia mampu menjalankan


sebagian atau semua kegiatan UPGK, seperti penimbangan bayi
dan anak Balita, penyuluhan gizi, pemberian paket pertolongan
gizi, pemanfaatan tanaman pekarangan dan sebagainya.
Meningkatkan produksi obat esensial oleh Pemerintah dari
sekitar 5% terhadap nilai yang beredar pada akhir Repelita
III menjadi 15% pada akhir Repelita IV, serta produksi bahan
baku obat esensial di dalam negeri dari sekitar 5% pada akhir
Repelita III menjadi juga 15% pada akhir Repelita IV.
Meningkatkan

peningkatan

sarana

upaya

kesehatan

sehingga

pada akhir Repelita IV sarana kesehatan akan bertambah dengan


500 Puskesmas, 6.000 Puskesmas pembantu, 1.521 Puskesmas Keliling, 168 Puskesmas Perawatan dan 83 Rumah Sakit Pemerintah
dan Swasta. Dengan demikian jumlah tempat tidur Rumah Sakit
dan Puskesmas Perawatan akan bertambah 15% dari 103.505 buah
pada akhir Repelita III menjadi 119.385 buah pada akhir Repelita IV.
Untuk

menunjang

kegiatan-kegiatan

tersebut

jumlah

tenaga

kesehatan akan ditingkatkan dari 162.129 orang pada akhir Repelita III menjadi 283.897 orang pada akhir Repelita IV, termasuk di dalamnya tambahan 691 dokter ahli dan 6.085 dokter
umum dan lebih dari 31.000 tenaga perawat kesehatan.
Di

bidang

kegiatan
jahteraan

kesejahteraan

antara
sosial

lain

sosial

akan

peningkatan

masyarakat

desa,

dilakukan

pembinaan

kegiatan-

potensi

kese-

pengembangan swadaya masya85

rakat dalam bidang perumahan dan lingkungan, pembinaan masyarakat terasing, pengadaan dan pembinaan pekerja sosial masyarakat (PSM) dan pembinaan nilai-nilai kepahlawanan dan keperintisan kemerdekaan.
Kegiatan bantuan penyantunan dan pengentasan sosial akan
dilakukan dalam bentuk penyantunan para lanjut usia, pengentasan

anak-anak

terlantar,

penderita

cacat,

fakir

miskin,

anak nakal dan korban narkotika serta bantuan korban bencana


alam dan pengentasan tuna sosial (yang meliputi gelandangan/
pengemis, tuna susila dan bekas nara pidana).
Pembinaan Karang Taruna akan lebih diarahkan pada upaya
memadukan

kegiatannya

dengan

kegiatan

pembinaan

generasi

muda. Selanjutnya akan ditingkatkan jumlah Karang Taruna baru


dan mengembangkan Karang Taruna yang telah ada agar lebih
berperan dalam penanggulangan permasalahan kesejahteraan sosial pemuda di lingkungannya.
Dalam upaya meningkatkan peranan wanita dalam pembangunan
nasional disegala bidang, ditempuh kebijaksanaan pokok antara
lain sebagai berikut : (1) meningkatkan dan mengembangkan peranan wanita sebagai ibu rumah tangga dalam mewujudkan keluarga sehat dan sejahtera; (2) meningkatkan dan mengembangkan peranan wanita sebagai angkatan kerja melalui perluasan
kesempatan kerja di berbagai bidang pembangunan; (3) meningkatkan dan mengembangkan secara lebih baik peranan wanita di
berbagai

bidang

pembangunan

melalui

usaha-usaha

peningkatan

pendidikan dan keterampilan; (4) meningkatkan kemampuan dan


menumbuhkan iklim sosial budaya yang lebih memungkinkan wanita berperanserta dalam pembangunan; dan (5) meningkatkan dan
mengembangkan

86

peranan

wanita

di

berbagai

bidang pembangunan

dalam rangka ikut serta membangun kerangka landasan yang kuat


pada akhir Repelita IV bagi bangsa Indonesia untuk tumbuh dan
berkembang

atas

kekuatannya

sendiri

menuju

masyarakat

adil,

makmur dan sejahtera.


Peningkatan

kesejahteraan

keluarga

dilaksanakan

melalui

berbagai kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan dan peranan wanita dalam mengembangkan kehidupan keluarga sehat dan
sejahtera, termasuk pembinaan generasi muda, remaja dan anakanak

Balita.

Untuk

itu

pengetahuan

dan

keterampilan

wanita

meliputi masalah kesehatan dan sosial termasuk keluarga berencana dan kesehatan mental, kebersihan lingkungan, perbaikan gizi, dan Program Terpadu Peningkatan Peranan Wanita menuju Keluarga Sehat dan Sejahtera (P2W-KSS) yang telah terpadu di 27 propinsi akan lebih ditingkatkan dan dikembangkan.
Selain itu akan ditingkatkan kegiatan bina keluarga dan
Balita

yang

dimaksudkan

untuk

memperdalam

keterampilan

dan

pengetahuan para ibu dan anggota keluarga lainnya dalam melaksanakan

fungsi

tersebut.

Kegiatan-kegiatan

akan

diperluas

sehingga menjangkau 27 propinsi. Pada akhir Repelita IV diharapkan kegiatan ini sudah dapat dilaksanakan secara swadaya
di semua propinsi.
Di samping itu dilakukan kegiatan-kegiatan untuk menunjang berhasilnya program nasional Keluarga Berencana terutama
dalam usaha lebih mengikutsertakan 70% dari wanita dalam kelompok umur 10 - 49 tahun dengan status menikah, untuk berpartisipasi.
Dalam rangka mewujudkan dan mengembangkan keluarga sehat
dan sejahtera serta peranserta masyarakat, bagi wanita yang
merangkap

tugas

ganda

sebagai

ibu

rumah tangga dan pekerja,


87

maka perusahaan tempat bekerja di dorong untuk menyediakan


fasilitas

penitipan

anak

dan

fasilitas

meningkatkan

peranserta

pelayanan

keluarga

berencana.
Dalam
bangunan,

rangka
akan

makin

dikembangkan

wanita

dalam

kegiatan-kegiatan

pem-

wanita.

Dalam rangka ini maka peranan dan kemampuan PKK akan terus
ditingkatkan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan keluarga.
Dengan demikian kegiatan PKK akan diarahkan untuk dapat mewujudkan peranannya sebagai usaha pembangunan masyarakat dari
bawah yang digerakkan oleh wanita sendiri. Kegiatan-kegiatan
PKK

akan

ditujukan

juga

untuk

mengembangkan

sikap

mental,

pola berpikir dan cara bertindak terutama bagi kaum wanita,


yang mendorong tercapainya usaha pembangunan, khususnya terwujudnya

keluarga

sejahtera.

Pemanfaatan

organisasi

PKK

di

industri-industri kecil akan ditingkatkan guna memberikan keterampilam pengrajin wanita dan motivator wanita dalam bidang
industri.
Dalam sektor perdagangan diselenggarakan berbagai penyuluhan dan konsultasi teknis untuk para wanita pengusaha, demi
peningkatan kemampuan kewiraswastaan serta meningkatkan daya
saingnya.
Diharapkan bahwa dalam kurun waktu Repelita IV tingkat
buta huruf di kalangan wanita khususnya yang berumur 10 tahun
ke atas terutama di pedesaan, dapat dikurangi setidak-tidaknya dengan 50% dibandingkan dengan keadaan tahun 1980.
Dalam rangka pendidikan untuk peningkatan mata pencaharian melalui proyek Kejar Usaha dalam Repelita IV antara lain
akan dilanjutkan kegiatan Kejar Usaha di tingkat pedesaan di
27 propinsi, termasuk Kejar di perusahaan-perusahaan.
88

Kualitas dan kuantitas program PKK termasuk kewiraswastaan akan lebih dikembangkan. Untuk itu akan diperbanyak dan
ditingkatkan jumlah dan kemampuan kader wanita untuk pembangunan desa. Sedangkan di bidang pertanian, direncanakan akan
dilanjutkan latihan kelompok wanita tani dan kelompok wanita
nelayan di 27 propinsi dan tingkat kabupaten/kotamadya.
Kebijaksanaan kependudukan dan keluarga berencana merupakan bagian yang sangat penting dari pembangunan nasional. Masalah-masalah pokok di bidang ini bersumber pada jumlah penduduk

yang

besar,

pertumbuhan

yang

tinggi,

penyebaran

yang

tidak merata, struktur umur yang kurang seimbang dan kualitas


penduduk

yang

perlu

ditingkatkan.

Penyebab

utama

dari

pada

besarnya jumlah penduduk adalah karena masih tingginya angka


pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan penduduk yang tinggi menuntut pemenuhan tambahan kebutuhan dasar khususnya di bidangbidang pangan, lapangan kerja, pendidikan, kesehatan, perumahan dan lain sebagainya.
Segi lain dari masalah kependudukan adalah kenyataan bahwa sebagian besar penduduk berada di pulau Jawa yang merupakan sebagian kecil wilayah Indonesia. Tidak meratanya penyebaran penduduk tersebut menimbulkan hambatan-hambatan di dalam pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya manusia.
Pertumbuhan penduduk yang tinggi dan penyebarannya yang
kurang

seimbang

mempersulit

usaha

untuk

meningkatkan

mutu

sumber daya manusia dan kualitas hidup penduduk.


Pertumbuhan

penduduk

yang

tinggi

menyebabkan

struktur

umur penduduk Indonesia kurang seimbang yakni sebagian besar


terdiri
muda

dari

tersebut

penduduk

berusia

mengakibatkan

muda.

besarnya

Besarnya

kelompok

usia

jumlah tenaga kerja mu89

da. Tenaga kerja muda yang memasuki pasar kerja pada umumnya
mempunyai pendidikan dan pengalaman masih terbatas, sehingga
produktivitas kerja mereka rendah, dan selanjutnya mengakibatkan pendapatan yang rendah pula.
Salah satu kegiatan utama dalam usaha pembangunan kependudukan adalah program keluarga berencana yang telah dilaksanakan sejak Repelita I. Program keluarga berencana bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Usaha langsung program keluarga berencana dalam mengendalikan kelahiran
dilaksanakan melalui penggunaan alat kontrasepsi yang berkelanjutan.
Dalam Repelita I akseptor baru secara kumulatif adalah 4
juta, dalam Repelita II berjumlah 8,8 juta, dan dalam Repelita III sekitar 14,6 juta. Dengan demikian selama tiga Repelita, jumlah akseptor baru secara kumulatif adalah 27,4 juta
orang. Dari jumlah tersebut sekitar 19,5 juta merupakan akseptor lestari. Jumlah akseptor lestari dalam Repelita I adalah 1,7 juta, Repelita II 5,5 juta dan Repelita III sekitar
12,3 juta orang. Dalam Repelita III diperkirakan dapat di cegah 13,9 juta kelahiran.
Dalam

Repelita

IV

akan

dilaksanakan

kebijaksanaan

dan

langkah-langkah di bidang kependudukan dan keluarga berencana


yang terpadu dan menyeluruh sebagai berikut :
Pertama,

mengusahakan

kebijaksanaan

dan

langkah-langkah

yang menyeluruh dan terpadu antara berbagai bidang pembangunan untuk menanggulangi akibat perkembangan penduduk.
Kedua, mengusahakan kebijaksanaan dan langkah-langkah kependudukan
90

untuk

mempengaruhi

dan

mengendalikan

kelahiran,

menurunkan tingkat
anak,

kematian terutama

memperpanjang

harapan

hidup,

tingkat kematian
mengusahakan

anak-

penyebaran

penduduk dan tenaga kerja yang lebih seimbang serta meningkatkan kualitas hidup.
Ketiga, meningkatkan pengetahuan mengenai pengaruh timbal
balik

antara

kependudukan

dan

pembangunan

dalam

rangka

me-

ningkatkan pelaksanaan kebijaksanaan kependudukan yang menyeluruh dan terpadu.


Pada tahun 1983 penduduk Indonesia diperkirakan berjumlah
158,1 juta dan akan meningkat, menjadi 175,6 juta orang pada
tahun 1988. Perkiraan tersebut didasarkan pada anggapan apabila

program

keluarga

berencana

berhasil

menurunkan

tingkat

kelahiran rata-rata 2,0% per tahun, sehingga laju pertumbuhan


penduduk dalam Repelita IV turun menjadi sekitar 2% per tahun
dari 2,3% per tahun selama Repelita III.
Jumlah peserta keluarga berencana baru, yang diperkirakan
dapat dicapai dalam Repelita IV adalah sekitar 24,8 juta. Perincian peserta baru per pulau adalah sebagai berikut: Sumatera
3,2

juta,

Jawa

17,8

juta,

Nusa

Tenggara

1,4

juta,

Kali-

mantan 0,7 juta, Sulawesi 1,3 juta, Maluku dan Irian Jaya 0,3
juta. Dalam pada itu, jumlah peserta keluarga berencana lestari selama Repelita IV diperkirakan mencapai 17,2 juta dengan perincian per pulau Sumatera 2,8 juta, Jawa 12,0 juta,
Nusa Tenggara 0,8 juta, Kalimantan 0,6 juta, Sulawesi 0,9 juta serta Maluku dan Irian Jaya 0,1 juta.
Untuk mendukung sasaran-sasaran program kependudukan dan
keluarga berencana dalam Repelita IV akan ditingkatkan kegiatan di bidang-bidang penerangan dan motivasi, pendidikan dan
latihan,

pelayanan

keluarga

berencana,

perlengkapan dan per91

bekalan, pelaporan dan dokumentasi, serta penelitian dan penilaian. Selanjutnya dalam rangka meningkatkan kualitas hidup
penduduk ditingkatkan usaha-usaha pembangunan di bidang kesehatan, pangan dan gizi, pendidikan, perumahan, industri, pertanian dan lain-lain.
Di bidang penerangan dan motivasi akan ditingkatkan kegiatan untuk memperluas pengetahuan, sikap dan praktek keluarga berencana sehingga tercapai penambahan peserta baru sebanyak mungkin. Sedangkan di bidang pendidikan dan latihan
akan di didik dan di latih sekitar 175.300 tenaga keluarga berencana termasuk tenaga sukarela yang meliputi dokter, bidan,
pembantu bidan, tenaga lapangan, dan lain-lain. Disamping itu
direncanakan pula untuk mendidik dan melatih ulang sejumlah
43.100 tenaga keluarga berencana. Kegiatan di bidang pelayanan

keluarga

berencana

daerah-daerah

pedesaan

akan
dan

ditingkatkan
pemukiman

sehingga

baru.

Dalam

mencakup
hubungan

ini jumlah klinik keluarga berencana akan ditingkatkan dari


7.505 pada tahun pertama menjadi 10.000 pada tahun terakhir
Repelita IV. Sedangkan jumlah Rumah Sakit yang memberi pelayanan

keluarga

berencana

ditingkatkan

dari

465

pada

tahun

pertama menjadi 685 pada tahun terakhir Repelita IV. Di bidang perlengkapan dan perbekalan akan ditingkatkan penyediaan
sarana, fasilitas dan perbekalan dalam jenis dan mutu yang
baik serta benar-benar tersedia pada waktu dan lokasi yang
tepat.
Dalam rangka pembangunan perumahan rakyat akan ditingkatkan mutu perumahan desa melalui pemugaran perumahan desa pada
sekitar 10.000 lokasi desa yang akan dilakukan secara terpadu
dan terkoordinasi. Selanjutnya akan dilaksanakan pula perintisan
92

perbaikan

lingkungan

perumahan

kot yang mencakup seki-

tar 400 kota dengan luas keseluruhan sekitar 15 ribu Ha. Kampung yang diperbaiki mencakup kurang lebih 3 juta penduduk.
Di samping itu di daerah perkotaan akan dilakukan pula pembangunan perumahan rakyat dengan sasaran sekitar 300 ribu unit
rumah, yang terbagi atas 140 ribu unit rumah yang dibangun oleh
PERUM

PERUMNAS

dan

sekitar

160

ribu

unit

rumah

yang

di-

bangun oleh usaha swasta dengan bantuan kredit pemilikan rumah oleh Bank Tabungan Negara, Koperasi dan organisasi-organisasi lainnya yang bergerak di bidang perumahan.
Dalam hal penyediaan air bersih akan dilakukan perluasan
pelayanan air bersih terutama untuk golongan masyarakat berpenghasilan rendah yang mencakup usaha pemanfaatan kapasitas
produksi air bersih yang telah ada disekitar 350 kota dan 600
IKK

(Ibukota

Kecamatan).

Selain

itu

akan

dilaksanakan

pula

pengadaan/peningkatan air bersih bagi sekitar 150 kota kecil


lainnya dan 1.800 ibu kota kecamatan yang belum memiliki penyediaan/pelayanan air bersih. Sistem pengelolaan penyediaan
air bersih akan terus ditingkatkan baik melalui pembinaan keterampilan

teknis

dan

administrasi

maupun

melalui

berbagai

usaha pengelolaan air bersih.


Untuk

penyehatan

lingkungan

pemukiman

akan

dilaksanakan

perintisan pembangunan sistem makro saluran air hujan untuk


10 kota besar dan metropolitan. Di samping itu akan dilakukan
pula perintisan sistem pembuangan sampah dengan prioritas pada kota-kota yang telah mendapatkan perbaikan lingkungan perumahan kota sebelumnya. Sementara itu akan dikembangkan pula
penanganan sistem pembuangan air kotor pada 10 kota besar lainnya.
Pembangunan

di

bidang

penerangan,

pers,

dan

komunikasi

93

sosial ditujukan ke arah peningkatan kegairahan partisipasi


rakyat dalam pembangunan. Untuk itu akan lebih ditingkatkan
efektivitas
kelompok

lembaga-lembaga

siaran

pedesaan,

kemasyarakatan
kelompok

seperti

sosiodrama,

LKMD,

pers,

dan

lain-lain, dengan memanfaatkan pula radio dan televisi umum.


Dengan

pengembangan

kegiatan

komunikasi

timbal

balik,

arus

informasi bukan saja mengalir dari atas ke bawah tetapi juga


dari bawah ke atas dalam bentuk umpan balik.
Disamping itu akan lebih ditingkatkan kesadaran masyarakat akan modal dasar bangsa dan faktor-faktor dominan bangsa,
serta kepercayaan dan keyakinan bangsa akan kebenaran falsafah
Pancasila,

yang

merupakan

sikap

mental

yang

dapat

membawa

Bangsa Indonesia menuju cita-citanya. Kesadaran politik bangsa ditunjang pengembangannya oleh berbagai kegiatan penerangan, antara lain tentang Wawasan Nusantara, yaitu bahwa Bangsa
Indonesia memiliki satu kesatuan politik, satu kesatuan sosial budaya, satu kesatuan ekonomi dan satu kesatuan pertahanan
dan keamanan. Dalam hubungan ini kebijaksanaan di bidang penerangan dan komunikasi sosial diarahkan untuk pemerataan informasi sampai ke desa-desa dengan memanfaatkan sarana penerangan dan komunikasi massa yang ada seperti radio, televisi,
film, Koran Masuk Desa (KMD) dan media massa lainnya, disamping penerangan tatap muka.
Dalam rangka pembangunan

ilmu pengetahuan, teknologi dan

penelitian, maka daya guna dari lembaga-lembaga dan sarana


penelitian serta partisipasi oleh para peneliti akan ditingkatkan

demi

peningkatan

kemampuannya

dalam

ikut

memecahkan

masalah-masalah pembangunan yang mendesak. Hal ini dilakukan


dengan
de94

meningkatkan

kemampuan

untuk mengadakan penelitian

ngan pendekatan interdisipliner, terpadu dan operasional. Sarana-sarana

yang

menunjang

seperti

jaringan

informasi

dan

kepustakaan serta kearsipan dan perstatistikan akan ditingkatkan kemampuannya, terutama dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat ilmu pengetahuan maupun masyarakat di luarnya, demi peningkatan pemanfaatan hasil-hasil penelitian dan
pembangunan.
Peningkatan

efisiensi

serta

pemanfaatan

teknologi

yang

tepat guna, termasuk teknologi tradisional, dilakukan dengan


meneliti secara saksama teknologi yang akan dipilih, sehingga
dapat menunjang usaha peningkatan produksi, perluasan kesempatan kerja dan pemerataan pendapatan, serta pemeliharaan kelestarian sumber alam dan lingkungan hidup.
Dalam kaitan ini dalam Repelita IV akan ditingkatkan pengembangan dan pemanfaatan hasil-hasil yang telah dicapai antara lain dalam bidang industri dengan pengembangan prototip
teknologi

untuk

memungkinkan

perluasan

kesempatan

kerja.

Demikian pula penelitian ditujukan untuk menunjang peningkatan laju pembangunan daerah-daerah, peningkatan produksi pangan dan pemenuhan kebutuhan pokok, peningkatan kemampuan golongan ekonomi lemah, koperasi, masalah kependudukan, pemilikan dan penggunaan tanah, transmigrasi dan perumahan, usaha
untuk lebih mendekatkan pelayanan kesehatan dan gizi kepada
rakyat, pembinaan hukum dan ketertiban masyarakat, kelestarian lingkungan hidup, masalah urbanisasi dan berbagai masalah
pembangunan lainnya.
Penunjang penting dari pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi terutama dalam bidang pengembangan sosial ekonomi
ialah

perstatistikan

yang

diperlukan dalam perumusan kebijak-

95

sanaan pembangunan, perumusan perencanaan dan pengamatan proses

pembangunan itu

sendiri. Karena

itu dalam

Repelita IV

akan terus dikembangkan sistem pendataan dan sistem pemanfaatan tukar-menukar informasi yang mengarah pada sistem perstatistikan nasional terpadu yang mampu menyediakan informasi yang cermat, tepat guna dan tepat waktu untuk menunjang
pembangunan nasional.
Pembangunan di bidang hukum dalam Repelita IV mencakup
antara lain pembinaan hukum dalam rangka pembaharuan hukum,
penegakan hukum dan pembinaan peradilan, pembinaan pemasyarakatan, pelayanan jasa hukum dan keimigrasian, bantuan hukum
dan

penyuluhan

hukum,

serta

pendidikan

dan

latihan

tenaga

hukum.
Dalam rangka pembinaan hukum nasional kegiatan perancangan perundang-undangan akan memberikan prioritas khususnya kepada bidang-bidang hukum yang memantapkan dan/atau mengamankan hasil-hasil pembangunan di berbagai bidang serta mengisi
kerangka landasan dan asas-asas tata hukum nasional.
Demikian

pula

akan

dilanjutkan

berbagai

kegiatan

yang

pada dasarnya merupakan penunjang bagi usaha pembinaan peradilan, antara lain pembangunan, rehabilitasi, dan perluasan
gedung-gedung Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi dan Mahkamah

Agung.

Untuk

memperluas

jangkauan

pelayanan

peradilan

akan dilakukan pembangunan tempat-tempat sidang dalam rangka


pelaksanaan tugas hakim keliling khususnya di kota-kota keci1, sehingga dapat mempercepat penyelesaian perkara secara
terbuka di tempat sengketa terjadi. Usaha-usaha tersebut dimaksudkan
dalam

96

agar

rangka

dapat

meningkatkan

mempercepat

produktivitas

pengadilan

proses penyelesaian perkara, khusus-

nya untuk mengatasi tumpukan perkara yang harus segera diputuskan tanpa mengurangi mutu keputusan yang adil.
Dalam rangka penegakan hukum akan ditingkatkan kegiatan
operasi

yustisi

untuk

mengamankan

hasil-hasil

pembangunan.

Untuk itu akan ditingkatkan usaha penindakan terhadap berbagai bentuk penyelewengan yang mengganggu dan menghambat pelaksanaan

pembangunan,

terutama

tindakan-tindakan

yang

dapat

mempengaruhi penerimaan keuangan Negara. Untuk menunjang usaha-usaha tersebut akan dilanjutkan baik pembangunan/rehabilitasi/perluasan kantor-kantor Kejaksaan maupun kantor-kantor/pos-pos dan asrama tahanan Imigrasi.
Pembinaan
dengan

pemasyarakatan

mengembangkan

akan

usaha-usaha

ditingkatkan
unit

antara

produksi

lain

(kerajinan,

perbengkelan dan pertanian) pada lembaga pemasyarakatan yang


dapat

dijadikan

sarana

pendidikan/latihan

keterampilan

dalam

rangka pembinaan narapidana. Pembinaan anak-anak yang melanggar hukum akan lebih ditingkatkan dan disempurnakan baik di
dalam maupun di luar lembaga, berupa kegiatan-kegiatan pendidikan

umum,

watan

dan

pembinaan
pelayanan

keterampilan,
kesehatan,

bimbingan

sosial,

rekreasi/olahraga,

pera-

keamanan

dan ketertiban.
Untuk menunjang pembinaan pemasyarakatan akan diusahakan
penyelesaian/rehabilitasi
pembangunan

gedung

gedung

Bimbingan

lembaga

pemasyarakatan

Kemasyarakatan

dan

dan

Pengentasan

Anak serta penyediaan kendaraan tahanan/narapidana dan peralatan keamanan. Di samping itu dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana diperlukan

penyesuaian

sejumlah

Lembaga

Pemasyarakatan

menjadi

Rumah Tahanan Negara (RUTAN).

97

Demikian

pula

akan

ditingkatkan

pelayanan

berbagai

jasa

hukum meliputi pemberian kewarganegaraan, perizinan dan pengesahan badan hukum, pendaftaran merk, patent, hak cipta,
serta pelayanan lain-lain kebutuhan hukum dalam masyarakat.
Dalam hubungan ini akan terus dilanjutkan penyederhanaan dan
penyempurnaan
syarakat,
hukum

prosedur,

dengan

dan

mendekatkan

mengusahakan

meningkatkan

pelayanan

desentralisasi

sarana,

kemampuan

kepada

ma-

pelayanan

jasa

dan

keterampilan

aparat serta pengawasannya.


Pelayanan jasa hukum di bidang keimigrasian akan ditingkatkan dengan memberikan kemudahan bagi orang asing yang masuk

dan

keluar

Indonesia,

terutama

yang

melalui

pelabuhan

udara internasional.
Kegiatan

penyuluhan

hukum

akan

dilakukan

secara

lebih

terpadu dan merata, dengan menyiapkan tenaga-tenaga penyuluh


hukum yang memiliki pengetahuan hukum dan peraturan perundang-undangan sesuai dengan makna yang dikehendaki oleh pembuat undang-undang dan program penyuluhan hukum, serta mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi.
Perencanaan, pengelolaan dan pelaksanaan penyuluhan hukum
dilakukan secara lebih terpadu agar merata dan menjangkau lapisan/golongan masyarakat yang lebih luas. Kegiatan bantuan
dan konsultasi hukum baik dalam perkara perdata maupun pidana, dilakukan secara lebih terpadu bersama kegiatan penyuluhan hukum. Dalam hubungan ini, biro-biro bantuan hukum fakultas hukum universitas Negeri dan Swasta akan diikut sertakan
dalam kegiatan konsultasi dan/atau bantuan hukum.
Pendidikan dan latihan tenaga hukum akan lebih disempurnakan
98

untuk

dapat

meningkatkan

kemampuan

dan

keterampilan

para

pembina,

penegak

dan

pelaksana

serta

penyuluh

hukum,

sekaligus membina sikap dan perilaku mereka serta kepekaan


terhadap perkembangan hukum dan rasa keadilan masyarakat.
Selanjutnya
lembaga

akan

penasehat

makin

ditingkatkan

hukum/pengacara

pembinaan

sehingga

terhadap

benar-benar

men-

jadi lembaga yang memiliki profesi yang tangguh, mandiri dan


berdisiplin, serta memiliki dan mentaati kode etik profesi
yang makin mantap.
Dalam pada itu keadaan pertahanan dan keamanan yang mantap

adalah

pembangunan.

prasyarat
Oleh

bagi

karena

keberhasilan

itu

serta

pembangunan

kelangsungan

bidang

pertahanan

keamanan adalah bagian yang tak terpisahkan dari pembangunan


nasional.
Pembangunan

bidang

pertahanan

keamanan

ditujukan

untuk

membangun kemampuan bangsa dalam rangka menghadapi segala macam ancaman dan gangguan baik dari luar maupun dari dalam negeri. Di samping itu pembangunan bidang pertahanan keamanan
juga ditujukan untuk membangun kemampuan bangsa dalam rangka
mendukung pelaksanaan, mengamankan hasil-hasil serta menjamin
kelanjutan pembangunan nasional.
Pembangunan bidang pertahanan dan keamanan sebagai bagian
integral

daripada

pembangunan

nasional

dilaksanakan

secara

bertahap dan disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan bangsa


dan negara. Setiap investasi diusahakan dapat menunjukkan kemanfaatan yang nyata dan waktu kegunaan yang cukup panjang
dan bila mungkin diusahakan kegunaan tambahan.
Prinsip ekonomi tetap dipegang teguh dalam setiap upaya
penyelenggaraan
efektivitas

pertahanan

untuk

keamanan

menghadapi

negara.

Di

samping

itu

keadaan darurat harus tetap ter99

jamin. Dalam keadaan aman dan damai dipelihara kekuatan pertahanan keamanan yang relatif kecil dengan mutu dan mobilitas
tinggi serta mampu digerakkan dalam batasan waktu yang relatif singkat menuju sasaran-sasaran yang ditentukan dan yang
dalam keadaan darurat dapat dikembangkan dengan cepat. Kemampuan pengembangan kekuatan ini akan didukung oleh suatu sistem cadangan, yang mencakup kekuatan lapangan beserta segenap
unsur, sarana dan sumber daya yang diperlukan untuk mendukungnya.
Pertahanan keamanan negara diselenggarakan melalui upaya
pertahanan dan upaya keamanan untuk menjamin tetap tegaknya
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945 dan melindungi bangsa dan negara
terhadap setiap ancaman baik dari luar maupun dari dalam negeri.
Hakikat pertahanan keamanan negara adalah perlawanan rakyat semesta yang dilaksanakan berdasarkan sistem pertahanan
keamanan rakyat semesta, yang mencakup keseluruhan daya mampu
bangsa dan negara yang disusun, disiapkan dan digerakkan secara terpadu dan terpimpin dalam suatu perlawanan bersenjata
maupun bentuk perlawanan lainnya yang didasarkan pada keyakinan akan kekuatan sendiri dan tidak mengenal menyerah. Untuk
itu ideologi Pancasila dan nilai-nilai luhur bangsa serta hakekat kemanunggalan ABRI dengan rakyat harus tertanam dengan
teguh dalam alam pikiran sehingga mewujudkan kekuatan pertahanan keamanan yang ampuh dengan ketahanan mental yang tangguh.
Pembinaan kemampuan penyelenggaraan pertahanan keamanan
negara

100

diusahakan

dengan jalan lebih meningkatkan kemampuan

kekuatan-kekuatan di darat, laut dan udara, kemampuan menegakkan

ketertiban,

perlindungan

dan

penyelamatan

masyarakat

serta unsur-unsur kemampuan lainnya, sehingga ABRI dan komponen pertahanan keamanan lainnya mampu melaksanakan tugas-tugas

pertahanan

keamanan

negara

sesuai

dengan

kebutuhan

dan

tantangan yang dihadapi oleh negara dan bangsa.


Pembinaan keamanan umum dan ketenteraman masyarakat ditujukan kepada usaha untuk mengembangkan sistem keamanan umum
dan

ketenteraman

masyarakat

yang

bersifat

swakarya,

swadaya

dan swasembada, dengan berintikan alat negara sebagai penegak


hukum yang mahir, terampil dan berwibawa. Dalam hal ini lebih
diutamakan

usaha-usaha

pencegahan

dan

penangkalan,

sedangkan

pembinaan kesadaran masyarakat terhadap keamanan umum dan ketertiban

masyarakat

terus

ditingkatkan.

Untuk

itu

kemampuan

POLRI akan terus ditingkatkan.


Dalam

rangka

pendayagunaan

aparatur

pemerintah

disadari

bahwa aparatur Pemerintah memegang peranan penting dalam pembangunan nasional karena peranannya sebagai pelaksana dan pengemban tugas pembangunan. Dalam kaitan ini usaha pendayagunaan aparatur Pemerintah ditujukan pada peningkatan pengabdian dan kesetiaan aparatur Pemerintah sebagai abdi negara dan
abdi masyarakat kepada cita-cita perjuangan Bangsa dan Negara
yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Usaha

pendayagunaan

aparatur

Pemerintah

pada

hakekatnya

adalah tugas segenap aparatur Pemerintah. Kegiatan pendayagunaan itu sendiri mencakup usaha pembinaan, penyempurnaan dan
penertiban aparatur Pemerintah baik di tingkat pusat maupun
daerah, termasuk perusahaan-perusahaan milik negara dan milik
daerah

sebagai

aparatur

perekonomian

negara.

Usaha tersebut
101

dilakukan secara terus menerus, agar aparatur Pemerintah mampu menjadi alat yang efisien, efektif, bersih dan berwibawa,
sehingga dapat melaksanakan tugas-tugas umum Pemerintah maupun untuk menggerakkan pembangunan secara lancar, dengan dilandasi semangat dan sikap pengabdian terhadap masyarakat.
Dalam

rangka

mencapai

tujuan

tersebut

akan

dilanjutkan

dan makin ditingkatkan kebijaksanaan dan langkah-langkah dalam rangka pendayagunaan aparatur Pemerintah meliputi pendayagunaan

kelembagaan,

kepegawaian,

ketatalaksanaan,

aparatur

perekonomian negara, administrasi perencanaan dan pelaksanaan


pembangunan, serta penelitian dan pengembangan sistem administrasi pembangunan. Demikian pula ditingkatkan usaha dalam
menanggulangi

masalah-masalah

korupsi,

penyalahgunaan

wewe-

nang, kebocoran dan pemborosan kekayaan dan keuangan negara,


pemungutan-pemungutan

liar

serta

berbagai

bentuk

penyelewe-

ngan lainnya yang menghambat pelaksanaan pembangunan. Untuk


itu akan ditingkatkan pengawasan dan langkah-langkah penindakan.
Di samping itu akan lebih ditingkatkan hubungan fungsional yang makin mantap dengan lembaga-lembaga perwakilan rakyat, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Dalam
rangka melancarkan pelaksanaan pembangunan yang tersebar di
seluruh pelosok tanah air dan dalam rangka membina kesatuan
bangsa,
Pusat

maka

dan

hubungan

Pemerintah

kerja

yang

Daerah

terus

serasi

antara

dikembangkan

Pemerintah
atas

dasar

keutuhan negara kesatuan.


Untuk

makin

memperlancar

tugas-tugas

pemerintahan

dan

menyerasikan usaha-usaha pembangunan di daerah akan ditingkatkan

102

kemampuan

dan

kerjasama

aparatur

Pemerintah yang ada

di daerah, baik aparatur pusat maupun aparatur daerah. Demikian pula usaha-usaha akan dilanjutkan dan lebih ditingkatkan
untuk memperkuat pemerintahan desa agar makin mampu menggerakkan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan serta menyelenggarakan administrasi desa yang makin meluas dan
efektif.
Pokok-pokok kebijaksanaan dan program-program untuk mencapai tujuan dan sasaran-sasaran Repelita IV sebagaimana diuraikan diatas merupakan Panca Krida Kabinet Pembangunan IV,
yakni

(1)

Meningkatkan

Trilogi

Pembangunan

yang

didukung

oleh Ketahanan Nasional; (2) Meningkatnya pendayagunaan Aparatur Negara menuju terwujudnya Pemerintahan yang bersih dan
berwibawa; (3) Meningkatnya pemasyarakatan ideologi Pancasila
dalam mengembangkan Demokrasi Pancasila dan P4 dalam rangka
memantapkan

persatuan

dan

kesatuan

bangsa;

(4)

Pelaksanaan

politik luar negeri yang bebas aktif untuk kepentingan nasional dan (5) Terlaksananya Pemilihan Umum yang langsung, umum,
bebas dan rahasia dalam tahun 1987.
Demikianlah secara garis besar tujuan dan sasaran-sasaran
pokok Repelita IV. Dengan makin meningkat dan meluasnya pembangunan
meningkat

nasional
dan

sebagai

merata

pula

pengamalan

Pancasila,

kesejahteraan

rakyat.

akan

makin

Diharapkan

dalam Repelita IV akan terwujud kerangka landasan bagi bangsa


Indonesia untuk tumbuh dan berkembang atas kekuatan sendiri.
Hal ini akan makin meningkatkan kemampuan rakyat untuk membangun serta makin memperbesar kesadaran rakyat akan arti dan
manfaat pembangunan, sehingga memperkuat tekad seluruh rakyat
untuk memacu pembangunan menuju terwujudnya cita-cita kemerdekaan ialah masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila.

103

Anda mungkin juga menyukai