Anda di halaman 1dari 46

BAGIAN OBSTETRI GINEKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO


RSUD UNDATA PALU
A. Definisi
Hiperemesis gravidarum (HG) adalah mual dan muntah berlebihan pada
wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena pada umumnya
menjadi buruk karena terjadi dehidrasi.1 Selain itu dapat diartikan hiperemesis
gravidarum adalah muntah-muntah yang cukup berat sehingga menyebabkan
penurunan berat badan, dehidrasi, asidosis akibat kelaparan, alkalosis akibat
keluarnya asam hidroklorida dalam muntahan dan hipokalemia.2

B. Epidemiologi
Pada sebagian besar perempuan, mual dan muntah umum terjadi hingga usia
kehamilan 16 minggu. Pada beberapa perempuan, dapat menjadi berat dan tidak
dapat diperbaiki dengan modifikasi makanan ringan dan antiemetik.1 Insidennya
adalah 1 dari 200 kehamilan (0.5%).2 Sumber lain menyatakan insidennya
bervariasi antara 0.3% hingga 2% dari seluruh kehamilan.11
Mual dan muntah terjadi dalam 50-90% kehamilan. Gejalanya biasanya
dimulai pada gestasi minggu 9-10, memuncak pada minggu 11-13, dan berakhir
pada minggu 12-14. Pada 1-10% kehamilan, gejala dapat berlanjut melewati 20-22
minggu. Hiperemesis berat yang harus dirawat inap terjadi dalam 0,3-2%
kehamilan.3,4

BAGIAN OBSTETRI GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RSUD UNDATA PALU
Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primi gravida dan 40-60% multi
gravida. Dari seluruh kehamilan yang terjadi di Amerika Serikat 0,3-2%
diantaranya mengalami hiperemesis gravidarum atau kurang lebih lima dari 1000
kehamilan. Insiden dikatakan meningkat pada masyarakat barat yang tinggal di
daerah perkotaan dibandingkan dengan pedesaan.4
Di masa kini, hiperemesis gravidarum jarang sekali menyebabkan kematian,
tapi masih berhubungan dengan morbiditas yang signifikan.4 Morbiditas yang
ditimbulkan berupa :
1

Mual dan muntah mengganggu pekerjaan hampir 50% wanita hamil yang

bekerja.
Hiperemesis yang berat dapat menyebabkan dehidrasi. Sekitar seperempat
pasien hiperemesis gravidarum membutuhkan perawatan di rumah sakit lebih

dari sekali.
Wanita dengan hiperemesis gravidarum dengan kenaikan berat badan dalam
kehamilan yang rendah (7 kg) memiliki risiko yang lebih tinggi untuk
melahirkan neonatus dengan berat badan lahir rendah, kecil untuk masa
kehamilan, prematur, dan nilai Apgar 5 menit kurang dari 7.4

C. Etiologi dan Patogenesis

BAGIAN OBSTETRI GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RSUD UNDATA PALU
Muntah merupakan suatu mekanisme dari saluran cerna bagian atas
mengeluarkan isinya bila terjadi iritasi, rangsangan atau tegangan yang berlebihan
pada usus. Muntah termasuk reflex integrative yang kompleks yang terdiri dari 3
komponen utama yakni detektor muntah, mekanisme integrative dan efektor yang
bersifat somatik, dimana rangsangannya dihantarkan melalui saraf vagus dan
aferen simpatis menuju pusat muntah. Selain itu pusat muntah juga menerima
rangsangan dari pusat muntah lain yang lebih tinggi pada serebral dari
chemoreseptor trigger zone (CTZ) pada area postrema dan dari apparatus
vestibular via serebelum. Kalau sinyal tersebut berasal dari perifer maka sinyal
tersebut tidak akan melalui trigger zone tetapi akan mencapai pusat muntah
melalui nucleus traktus solitaries. Pusat muntah ini berdekatan dengan pusat
pernapasan dan pusat vasomotor. Rangsang aferen dari pusat muntah dihantarkan
melalui saraf kranial V, VII, X, XII ke saluran cerna bagian atas dan melalui saraf
spinal ke diapragma, otot iga dan otot abdomen.4
Apabila rangsangan dirasakan sudah mencukupi maka akan mengakibatkan
pernafasan menjadi lebih dalam, terangkatnya tulang hioid dan laring untuk
mendorong sfingter krikoesofagus terbuka, tertutupnya glotis dan akhirnya
terangkatnya palatum mole untuk menutup nares anterior. Akhirnya timbul
kontraksi kuat dari otot abdomen yang mengakibatkan timbulnya tekanan
intragastrik yang tinggi. Dengan tekanan intragastrik yang meninggi dilanjutkan

BAGIAN OBSTETRI GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RSUD UNDATA PALU
dengan relaksasi dari sfingter esofagus, sehingga memungkinkan terjadinya
pengeluaran isi lambung.4
Sampai saat ini patogenesis hiperemesis gravidarum masih kontroversial.
Dengan adanya muntah yang terus menerus mengakibatkan berkurangnya
cadangan energi. Tubuh mulai beradaptasi dengan mengambil jalur lain untuk
memperoleh energi yakni melalui jalur glukoneogenesis dengan mengoksidasi
asam lemak. Oksidasi lemak ini memiliki kerugian yakni meningkatkan kadar
keton dalam urin akibat hasil dari oksidasi tidak sempurna dari asam lemak yakni
tertimbunnya asam aseton asetik, asam hidroksi butirik dan aseton.4
Selain kehilangan cadangan energi, muntah yang berkepanjangan dapat
menyebabkan kehilangan cairan yang cukup tinggi sehingga menyebabkan
timbulnya dehidrasi, sehingga cairan plasma dan ekstravaskuler akan berkurang.
Natrium dan khlorida darah turun, demikian juga dengan khlorida urine. Dampak
lainnya yakni dapat mengakibatkan hemokonsentrasi sehingga aliran darah ke
jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan zat makanan dan oksigen ke jaringan
berkurang dan tertimbunya zat metabolik dan toksik. Kekurangan kalium sebagai
akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal,

meningkatkan

frekuensi muntah yang lebih banyak, merusak hati, sehigga memperberat keadaan
penderita.5

BAGIAN OBSTETRI GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RSUD UNDATA PALU
Apabila intensitas muntahnya sangat berat dapat terjadi robekan pada selaput
lendir esofagus dan lambung, sehingga kadang kala dapat muncul gejala seperti
muntah darah. Gejala ini dikenal dengan nama Mallory-Weiss Syndrome. Pada
umumnya robekan ini ringan dan perdarahan dapat berhenti sendiri.4
Tidak adekuatnya asupan makanan menyebabkan kekurangan glikogen.
Suplai energi, simpanan lemak dipecah. Karena karbohidrat yang rendah, terdapat
oksidasi tidak lengkap dari lemak dan akumulasi badan keton dalam darah.
Aseton biasanya diekskresikan melalui ginjal dan pernapasan. Selain itu, terjadi
pula peningkatan metabolisme protein dari jaringan endogen sehingga terjadi
ekskresi berlebihan dari nitrogen nonprotein dalam urine.
Hilangnya air dan garam melalui muntah menyebabkan penurunan natrium,
kalium, dan klorida plasma. Klorida urine mungkin dibawah normal 5 mg/liter
atau mungkin tidak ada. Disfungsi hepar menyebakan asidosis dan ketosis
sehingga terjadi peningkatan urea darah dan asam urat, hipoglikemia,
hipoproteinemia, hipovitaminosis, dan hiperbilirubinemia.
Dalam sistem sirkulasi, dapat terjadi hemokonsentrasi sehingga terjadi
peningkatan persentase hemoglobin, jumlah sel darah merah dan nilai hematokrit.
Selain itu, terdapat jumlah sel darah putih dengan peningkatan eosinofil. Selain
itu, terjadi pengurangan cairan ekstraseluler.14

BAGIAN OBSTETRI GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RSUD UNDATA PALU
Hiperemesis gravidarum diyakini terjadi akibat adanya interaksi antara
faktor endokrin, imunologi gastrointestinal, enzim metabolik, defisiensi nutrisi,
anatomi dan psikologi. 5
a

Endokrin
1 Human Chorionic Gonadotropin (HCG)
Sampai saat ini HCG dikatakan sebagai penyebab utama dari
hiperemesis gravidarum karena dikaitkan adanya peningkatan signifikan dari
HCG pada ibu dengan hiperemesi gravidarun. 5 mekanisme timbulnya masih
belum jelas namun dikatakan akibat efek stimulasi pada sistem sekresi dari
GIT dan stimulasi dari fungsi tiroid karena memiliki struktur yang mirip
dengan Thyroid Stimulating Hormon (TSH).5
HCG adalah faktor endokrin paling penting untuk terjadinya
hiperemesis gravidarum. Kesimpulan ini berdasarkan hubungan antara
peningkatan produksi HCG (seperti dalam kehamilan mola atau multipel) dan
fakta insiden hiperemesis paling tinggi ketika produksi HCG mencapai
puncaknya selama kehamilan (sekitar 9 minggu). Meskipun demikian, tidak
terdapat bukti mendukung hipotesis tersebut. Beberapa perempuan hamil tidak
mengalami mual dan muntah meskipun terjadi peningkatan kadar HCG. Pasien
yang mengalami koriokarsinoma tidak selalu muntah. Hal tersebut dijelaskan
dengan kemungkinan bahwa terdapat isoform HCG yang berbeda. Sebagai
tambahan, interaksi reseptor-hormon mungkin memodifikasi efek HCG
menyebabkan hiperemesis pada beberapa kasus, tetapi tidak ada konsekuensi

BAGIAN OBSTETRI GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RSUD UNDATA PALU
muntah.12
Penelitian lainnya mengatakan peningkatan HCG bukan merupakan
satu satunya penyebab melainkan ada isoform spesifik dari HCG yang juga
mengakibatkan Hiperemesis gravidarum (HG). Ini ditandai dengan adanya
HCG yang lebih asam (pH <4). Kebanyakan bentuk isoform ini merupakan
2

akibat dari kelainan genetik ataupun hasil adaptasi terhadap lingkungan.5


Progesteron
Aktivitas hormonal pada saat corpus luteum merupakan paling tinggi
pada trimester pertama ketika HG sering terjadi. Penelitian menunjukkan pada
pasien dengan HG memiliki kadar progesteron yang lebih rendah.5
Pada sebuah studi pada 44 perempuan hamil (22 perempuan
hiperemesis, dan 22 perempuan hamil sehat) menunjukkan bahwa perempuan
hiperemesis mempunya kadar progesteron lebih tinggi dibandingkan
perempuan tanpa hiperemesis. Meskipun demikian, terdapat penelitian lain
yang membuktikan sebaliknya. Progesteron mungkin mengurangi motilitas

gastrointestinal selama kehamilan.11


Estrogen
Estrogen memiliki beberapa mekanisme yang dapat mengakibatkan
timbulnya HG. Kadar estrogen yang tinggi dapat mengakibatkan penurunan
waktu transit dari usus dan pengosongan lambung yang dapat mengakibatkan
meningkatnya akumulasi cairan akibat peningkatan hormone steroid.
Perubahan pH pada GIT dapat meningkatkan risiko infeksi Helicobacter Pylori
sehingga dapat mengakibatkan munculnya gejala GIT. 5
Peningkatan kadar estrogen dan estradiol diketahui menyebabkan mual

BAGIAN OBSTETRI GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RSUD UNDATA PALU
dan muntah selama kehamilan. Adanya fetus perempuan berhubungan dengan
mual dan muntah, menjelaskan terjadinya peningkatan konsentrasi estrogen in
4

utero.11
Thyroid Hormones
Kelenjar tiroid secara fisiologis akan meningkatkan sekresinya pada
saat kehamilan mengakibatkan peningkatan sementara tiroksin dalam darah
yang dikenal dengan nama Gestational Transient Thyrotoxicosis (GTT).
Bersamaan dengan HCG, tiroid memiliki peranan penting dalam timbulnya
HG. Mekanisme masih belum jelas, namun kemungkinan karena memiliki
struktur yang mirib dengan HCG.5
Fungsi tiroid secara fisiologis berubah selama kehamilan, termasuk
stimulasi oleh HCG. Hipertiroidisme dengan fT3 dan fT4, tetapi kadar TSH
menurun, mungkin berimplikasi pada hiperemesis gravidarum. THHG
(transient hyperthyroidism of hyperemesis gravidarum) adalah penemuan
berdasarkan skrining pada perempuan dengan peningkatan kadar HCG dan
fT4. THHG mungkin bertahan hingga minggu 18 kehamilan, dan tidak
membutuhkan pengobatan. Kondisi ini mungkin sebagian disebabkan oleh
kadar HCG yang tinggi dan sering dijumpai pada pasien dengan hiperemesis
gravidarum karena HCG dan TSH mempunya struktur protein yang mirip,
sehingga HCG mampu bertindak seperti TRH dan terjadi hiperstimulasi tiroid.
THHG didiagnosis berdasarkan:
a. Serologi patologis selama hiperemesis;
b. Tidak ada riwayat hipertiroid sebelum kehamilan;
c. Tidak adanya antibodi tiroid.13

BAGIAN OBSTETRI GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RSUD UNDATA PALU
5

Leptin
Leptin merupakan hormone yang memliki peranan dalam mengatur
berat badan dan memiliki struktur yang hampir sama dengan sitokin.
Hubungan antara HG dan leptin didapatkan berdasarkan fakta bahwa leptin
sering ditemukan pada jaringan adipose dan fungsi utamanya adalah
mengurangi rasa lapar dan meningkatkan konsumsi energi dengan cara
berinteraksi dengan kortisol, tiroid dan insulin. Kadar leptin sering ditemukan
pada ibu hamil salah satunya dengan HG namun mekanismenya masih belum

jelas.5
Adrenal Cortex
Suatu studi penelitian menyebutkan bahwa terdapat penurunan gejala pada ibu
dengan HG ketika menggunakan terapi kortikosteroid. Kemungkinan
rendahnya kadar kortisol berhubungan dengan timbulnya HG, namun

mekanisme masih belum jelas.5


Growth hormone dan prolactin
Penurunan human Growth Hormone (hGH) dan peningkatan prolaktin
ditemukan pada pasien dengan HG. Kemungkinan ini diakibatkan karena kadar
hGH dan prolaktin kemungkinan mempengaruhi produksi dari hormon

plasenta dan endometrial pada ibu hamil. 5


Placental serum markers
Schwangerschafts protein 1 (SP1) merupakan suatu protein spesifik dari
plasenta yang beredar dalam sirkulasi maternal pada minggu awal kehamilan.

Protein ini diperkirakan berhubungan dengan adanya muntah pada kehamilan.5


Imunologi
Pada ibu hamil terjadi perubahan sistem humoral maupun mediated,

BAGIAN OBSTETRI GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RSUD UNDATA PALU
kemungkinan untuk melindungi janin dari sistem imun ibu. HG dikatakan timbul
akibat dari overaktivasi dari sistem imun yang berhubungan dengan sintesis
hormon kehamilan.5
Dilaporkan, terdapat hubungan antara keparahan hiperemesis dengan
konsentrasi sel-sel bebas DNA fetus. DNA fetus berasal dari destruksi trofoblas
villi yang membatas rongga intervilli diisi dengan darah maternal. DNA fetus
dihancurkan oleh sistem imun maternal yang hiperaktif. Aktivasi fungsional dari
natural killer dan sel T-sitotoksik ditemukan lebih jelas pada perempuan
hiperemesis daripada tanpa hiperemesis. Secara klinis, keparahan hiperemesis
berhubungan dengan peningkatan DNA fetus. Jika sistem imun maternal telah
mentoleransi fetus, miometrium diinvasi oleh pertumbuhan trofoblas, tetapi
adanya interaksi imun antara ibu dan fetus, invasi trofoblas ke miometrium akan
menyebabkan peningkatakan konsentrasi DNA fetus dalam plasma maternal.
Hiperaktivasi sistem imun maternal akan menyebabkan hiperemesis. Lebih lanjut,
kadar TNF-alfa ditemukan lebih tinggi pada pasien dengan hiperemesis, dan dapat
menjadi etiologi. Kadar IL-6 juga ditemukan memperkuat sekresi -hCG dari sel
c

trofoblas.14
Gastro Intestinal
1 Infeksi Helicobacter Pylori
Peningkatan insiden H.pylori pada pasien HG merupakan salah satu
etiologi yang cukup jelas. Secara signifikan ditemukan H.pylori pada bagian
antrum dan corpus dari lambung pasien dengan HG. Jumlah bakteri H.pylori
juga kemungkinan berhubungan dengan derajat keparahan dari HG.5

BAGIAN OBSTETRI GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RSUD UNDATA PALU
Infeksi H.pylori pada ibu hamil kemungkinan disebabkan karena adanya
perubahan keasaman lambung yang berhubungan denga perubahan sistem
imun pada ibu hamil. Perubahan sistem imun baik secara humoral maupun
2

selular meningkatkan risiko ibu terinfeksi H.pylori.5


Motilitas lambung dan usus
Selama hamil sex steroid dapat mengakibatkan aktivitas abnormal dari
lambung dan usus halus mengakibatkan lambatnya waktu transit dan
menghambat waktu pengosongan lambung yang dapat mengakibatkan mual.
Namun ternyata dalam penelitian hal tersebut tidak berpengaruh dalam

patogenesis HG.
Tekanan spingter bawah esophagus
Kebanyakan wanita memiliki gejala gastrointestinal reflux selama
hamil. Gejala ini kemungkinan muncul akibat penurunan tekanan dari spingter
bawah esophagus, yang diakibatkan karena meningkatnya estrogen dan

progesteron. 5
Sekresi cairan di GIT
HG kemungkinan muncul akibat distensi dari GIT bagian atas karena
peningkatan sekresi dan akumulasi cairan dalam lumen lambung. Peningkatan
sekresi cairan merupakan hal yang fisiologis pada ibu hamil, karena

berhubungan dengan sekresi cairan amnion.5


Enzim Metabolik
1 Liver enzim
Kelainan fungsi hati ditemukan pada pasien HG dengan peningkatan
kadar SGOT maupun SGPT. Kelainan ini kemungkinan ditemukan pada pasien
HG tipe late onset, lebih parah sampai ketonuria dan hipertiroidism, namun

BAGIAN OBSTETRI GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RSUD UNDATA PALU
mekanisme secara detail belum jelas. Diperkirakan kelainan

fungsi hati

kemungkinan disebabkan karena efek kombinasi dari hipovolemia, malnutrisi,


2

dan timbulnya asam laktat pada HG.5


Amilase
Adanya peningkatan serum amylase ditemukan pada pasien dengan
HG. Namun peningkatan serum amylase tidak diakibatkan karena peningkatan
enzim amylase dari pancreas, menunjukkan kalau peningkatan tersebut bukan
diakibatkan gangguan dari pankreas melainkan sekresi yang berlebihan dari

kelenjar ludah.5
Defisiensi nutrisi
1 Defisiensi vitamin
Terdapat penurunan jumlah vitamin B1 pada pasien dengan HG,
namun hubungan secara biokimia belum dapat dijelaskan secara detail. Selain
itu juga terdapat defisiensi vitamin lain yakni thiamin dan K yang juga
2

diperkirakan berhubungan dengan peningkatan insiden HG.5


Defisiensi Unsur Mikro
Ada beberapa unsur mikro yang berkaitan dengan pathogenesis HG yakni zinc
dan besi. Plasma zinc ditemukan meningkat sedangkan besi menurun pada
pasien dengan Hg. Zinc merupakan bahan yang penting dalam katalisis enzim
yang berhubungan dengan metabolism, sedangkan kadar besi yang rendah
kemungkunan mengganggu fungsi biokimia, metabolic dan endokrin dari

beberapa organ.5
Anatomi
Ibu hamil berisiko mengalami HG karena adanya beberapa variasi anatomi,
kemungkinan penyebabnya adalah perbedaan sistem vena pada ovarium kanan dan

BAGIAN OBSTETRI GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RSUD UNDATA PALU

kiri menyebabkan tingginya kadar sex steroid pada vena porta. 5


Psikologi
Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini, rumah
tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan,
takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental
yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap
keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup. 5
Suatu studi penelitian berupaya membandingkan gejala psikologis pada wanita
hamil dengan dan tanpa HG selama kehamilan. Subjek dengan gejala HG jauh
lebih tinggi gejala psikologisnya dibandingkan dengan kecemasan dari para wanita
hamil yang tidak

menderita HG. Gejala tersebut antara lain; gejala depresi,

histeria, psychasthenia, skizofrenia, somatisasi dan perilaku obsesif kompulsif.


Penyebab gejala-gejala psikologis tersebut karena trauma dan stress. Dapat
disimpulkan bahwa HG tidak berhubungan dengan gangguan psikologis dan sulit
untuk membuktikan bahwa HG adalah murni psikologis karena banyak wanita
mulai muntah sebelum mereka mengetahui bahwa mereka hamil. 5

BAGIAN OBSTETRI GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RSUD UNDATA PALU

Gambar 1. Interaksi antara faktor faktor pencetus HG.


D. Gejala Klinis
Batasan jelas antara mual yang masih dianggap fisiologis dalam kehamilan
dengan hiperemesis gravidarum tidak ada, tetapi bila keadaan umum penderita
terpengaruh, sebaiknya dianggap sebagai hiperemesis gravidarum. Hiperemesis
gravidarum, menurut berat ringannya gejala dapat dibagi dalam tiga tingkatan,
yaitu1,4 :
1

Tingkat I.

BAGIAN OBSTETRI GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RSUD UNDATA PALU
Muntah yang terus menerus, penderita merasa lemah, timbul intoleransi
terhadap makanan dan minuman, berat badan menurun, nyeri epigastrium,
muntah pertama keluar makanan, lendir dan sedikit cairan empedu, dan yang
terakhir keluar darah. Nadi meningkat sampai 100 kali per menit dan tekanan
darah sistolik menurun. Mata cekung dan lidah kering, turgor kulit berkurang,
dan urin sedikit tetapi masih normal.1,4
2

Tingkat II.
Gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan, haus
hebat, subfebril, nadi cepat dan lebih dari 100-140 kali per menit, tekanan
darah sistolik kurang dari 80 mmHg, apatis, kulit pucat, lidah kotor, kadang
ikterus, aseton, bilirubin dalam urin, dan berat badan cepat menurun.1,4

Tingkat III.
Walaupun kondisi tingkat III sangat jarang, yang mulai terjadi adalah
gangguan kesadaran (delirium-koma), muntah berkurang atau berhenti,
sianosis, gangguan jantung, bilirubin dan proteinuria dalam urin, nadi kecil
dan cepat, suhu meningkat dan tensi menurun. Komplikasi fatal terjadi pada
susunan saraf yang dikenal sebagai Encephalopathy Wernicke dengan gejala
nistagmus, diplopia, dan perubahan mental. Keadaan ini terjadi akibat
defisiensi zat makanan, termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus
menunjukan adanya gangguan hati.1,4

BAGIAN OBSTETRI GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RSUD UNDATA PALU
Parameter
Kondisi umum

Tingkat I
Lemah

Tingkat II
Tingkat II
Lebih lemah dan Lebih buruk

Kesadaran
Nyeri epigastrium
Muntah
Tekanan darah
Nadi
Turgor kulit
Mata
BAK
Keton urin

apatis
Compos mentis
Apatis
+
++
>10 kali
Sering
Menurun
Menurun
>100 x/mnt
Meningkat
Menurun
Menurun
Cekung
Cekung, + ikterus
Normal
Oligouria
-/+
> +2
Tabel 1. Gejala Hiperemesis Gravidarum

Somnolen
++
Berhenti
Menurun
Meningkat
Menurun
Cekung, + ikterus
Oligouria-anuria

E. Diagnosis
Diagnosis hiperemesis gravidarum biasanya tidak sukar. Harus ditentukan
adanya kehamilan muda dan muntah yang terus menerus, sehingga
mempengaruhi keadaan umum. Hiperemesis gravidarum yang terus menerus
dapat

menyebabkan

kekurangan

makanan

yang

dapat

mempengaruhi

perkembangan janin, sehingga pengobatan perlu segera diberikan. Diagnosis


hiperemesis gravidarum ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, serta
pemeriksaan penunjang.5,6J
a

Anamnesis

BAGIAN OBSTETRI GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RSUD UNDATA PALU
Dari anamnesis didapatkan amenorea, tanda kehamilan muda, mual, dan
muntah. Mual dan muntah terjadi terus menerus, dirangsang oleh jenis makanan
tertentu, dan mengganggu aktivitas pasien sehari-hari. Selain itu dari anamnesis
juga dapat diperoleh informasi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan
terjadinya hiperemesis gravidarum seperti stres, lingkungan sosial pasien,
asupan nutrisi dan riwayat penyakit sebelumnya (hipertiroid, gastritis, penyakit
hati, diabetes mellitus, dan tumor serebri).
b

Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperhatikan keadaan umum pasien, tanda-tanda
vital, tanda dehidrasi, dan besarnya kehamilan. Pada pemeriksaan fisik dapat
ditemukan adanya tanda-tanda dehidrasi, kulit pucat, ikterus, sianosis, berat
badan menurun. Pada vaginal toucher dapat ditemukan uterus besar sesuai
besarnya kehamilan, konsistensi lunak, pada pemeriksaan inspekulo serviks
berwarna biru (livide). Selain itu perlu juga dilakukan pemeriksaan tiroid dan
abdominal untuk menyingkirkan diagnosis banding.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis dan
menyingkirkan diagnosis banding. Pemeriksaan yang dilakukan adalah darah
lengkap, urinalisis, gula darah, elektrolit, USG (pemeriksaan penunjang dasar),

BAGIAN OBSTETRI GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RSUD UNDATA PALU
analisis gas darah, tes fungsi hati dan ginjal.2 Pada keadaan tertentu, jika pasien
dicurigai menderita hipertiroid dapat dilakukan pemeriksaan fungsi tiroid
dengan parameter TSH dan T4. Pada kasus hiperemesis gravidarum dengan
hipertiroid 50-60% terjadi penurunan kadar TSH. Jika dicurigai terjadi infeksi
gastrointestinal dapat dilakukan pemeriksaan antibodi Helicobacter pylori.
Pemeriksaan laboratorium umumnya menunjukan kenaikan hemoglobin,
hematokrit, kreatinin, shift to the left, benda keton dan proteinuria, peningkatan
blood urea nitrogen. Pemeriksaan USG penting dilakukan untuk mendeteksi
adanya kehamilan kembar ataupun mola hidatidosa. Pada keluhan hiperemesis
yang berat dan berulang perlu dipikirkan untuk konsultasi psikologi.

F. Diagnosis Banding
Diagnosis hiperemesis gravidarum merupakan diagnosis pereksklusionam,
sehingga perlu menyingkirkan semua diagnosis banding yang mungkin terlebih
dahulu. Penyakit-penyakit yang sering menyertai wanita hamil dan mempunyai
gejala muntah-muntah yang hebat harus dipikirkan, antara lain:
1

Appendisitis akut.

BAGIAN OBSTETRI GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RSUD UNDATA PALU
Pada pasien hamil dengan appendiksitis akut keluhan nyeri tekan pada perut
sangat menonjol sedangkan pada pasien hamil yang tanpa appendiksitis akut
keluhan tersebut sedikit bahkan tidak ada. Tanda-tanda defance musculare,
dan rebound tenderness juga bisa dijadikan petunjuk untuk membedakan
wanita hamil dengan appendiksitis akut dan tanpa appendiksitis akut.3,7,8
2

Ketoasidosis diabetes.
Pasien dicurigai menderita ketoasidosis diabetes jika sebelum hamil
mempunyai riwayat diabetes atau diketahui pertama kali saat hamil apalagi
disertai dengan penurunan kesadaran dan pernafasan Kussmaul. Perlu
dilakukan pemeriksaan keton urine untuk mendapatkan badan keton pada
urine, pemeriksaan gula darah, dan pemeriksaan gas darah. 3,7,8

Gastritis dan ulkus peptikum.


Pasien dicurigai menderita gastritis dan ulkus peptikum jika pasien
mempunyai riwayat makan yang tidak teratur, dan sering menggunakan obatobat analgetik non steroid (NSAID). Keluhan nyeri epigastrium tidak terlalu
dapat membedakan dengan wanita hamil yang tanpa gastritis/ulkus peptikum
karena hampir semua pasien dengan hiperemesis gravidarum mempunyai
keluhan nyeri epigastrium yang hebat. Pemeriksaan endoskopi perlu dihindari
karena berisiko dapat menyebabkan persalinan preterm. Pasien dengan

BAGIAN OBSTETRI GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RSUD UNDATA PALU
gastroenteritis selain menunjukkan gejala muntah-muntah, juga biasanya
diikuti dengan diare. Pasien hiperemesis gravidarum yang murni karena
hormon jarang disertai diare. 3,7,8
4

Hepatitis.
Pasien hepatitis yang menunjukkan gejala mual-muntah yang hebat biasanya
sudah menunjukkan gejala ikterus yang nyata disertai peningkatan SGOT dan
SGPT yang nyata. Kadang-kadang sulit membedakan pasien hiperemesis
gravidarum tingkat III (tanda-tanda kegagalan hati) yang sebelumnya tidak
menderita hepatitis dengan wanita hamil yang sebelumnya memang sudah
menderita hepatitis. 3,7,8

Tumor serebri.
Pasien dengan tumor serebri biasanya selain gejala mual-muntah yang hebat
juga disertai keluhan lain seperti sakit kepala berat yang terjadi hampir setiap
hari, gangguan keseimbangan, dan bisa pula disertai hemiplegi. Pemeriksaan
CT scan kepala pada wanita hamil sebaiknya dihindari karena berbahaya bagi
janin. 3,7,8

G. Penatalaksanaan

BAGIAN OBSTETRI GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RSUD UNDATA PALU
Hiperemesis gravidarum tingkat II dan III harus dirawat inap di rumah sakit.
Indikasi pasien rawat inap di rumah sakit sebagai berikut:
1. Semua yang dimakan dan diminum dimuntahkan, apalagi bila telah
berlangsung lama.
2. Berat badan turun lebih dari 1/10 dari berat badan normal.
3. Dehidrasi, yang ditandai dengan turgor yang kurang dan lidah kering
4. Adanya aseton dalam urine.4
Non Farmakologi
Tata laksana awal dan utama untuk mual dan muntah tanpa komplikasi adalah
istirahat dan menghindari makanan yang merangsang, seperti makanan pedas,
makanan berlemak, atau suplemen besi. Perubahan pola diet yang sederhana,
yaitu mengkonsumsi makanan dan minuman dalam porsi yang kecil namun
sering cukup efektif untuk mengatasi mual dan muntah derajat ringan. 1 Jenis
makanan yang direkomendasikan adalah makanan ringan, kacang-kacangan,
produk susu, kacang panjang, dan biskuit kering. Minuman elektrolit dan
suplemen nutrisi peroral disarankan sebagai tambahan untuk memastikan
terjaganya keseimbangan elektrolit dan pemenuhan kebutuhan kalori. Menu
makanan yang banyak mengandung protein juga memiliki efek positif karena
bersifat eupeptic dan efektif meredakan mual. Manajemen stres juga dapat
berperan dalam menurunkan gejala mual.2

BAGIAN OBSTETRI GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RSUD UNDATA PALU
Diet pada hiperemesis gravidarum bertujuan untuk mengganti persediaan
glikogen tubuh dan mengontrol asidosis secara berangsur memberikan makanan
berenergi dan zat gizi yang cukup. Diet hiperemesis gravidarum memiliki
beberapa syarat, diantaranyanadalah:
a

Karbohidrat tinggi

Lemak rendah

Protein sedang

Makanan diberikan dalam bentuk kering; pemberian cairan disesuaikan


dengan keadaan pasien, yaitu 7-10 gelas per hari

Makanan mudah cerna, tidak merangsang saluran pencernaan, dan diberikan


sering dalam porsi kecil

Bila makan pagi dan siang sulit diterima, pemberian dioptimalkan pada makan
malam dan selingan malam.

Makanan secara berangsur ditingkatkan dalam porsi dan nilai gizi sesuai
dengan keadaan dan kebutuhan gizi pasien
Ada 3 macam diet pada hiperemesis gravidarum, yaitu :

DietbHiperemesisbI
Diet hiperemesis I diberikan kepada pasien dengan hiperemesis gravidarum
berat. Makanan hanya terdiri dari roti kering, singkong bakar atau rebus, ubi
bakar atau rebus, dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan

BAGIAN OBSTETRI GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RSUD UNDATA PALU
tetapi 1-2 jam sesudahnya. Karena pada diet ini zat gizi yang terkandung di
dalamnya kurang, maka tidak diberikan dalam waktu lama.
b

DietbHiperemesisbII
Diet ini diberikan bila rasa mual dan muntah sudah berkurang. Diet diberikan
secara berangsur dan dimulai dengan memberikan bahan makanan yang
bernilai gizi tinggi. Minuman tidak diberikan bersamaan dengan makanan.
Pemilihan bahan makanan yang tepat pada tahap ini dapat memenuhi
kebutuhan gizi kecuali kebutuhan energi.

DietbHiperemesisbIII
Diet hiperemesis III diberikan kepada pasien hiperemesis gravidarum ringan.
Diet diberikan sesuai kesanggupan pasien, dan minuman boleh diberikan
bersama makanan. Makanan pada diet ini mencukupi kebutuhan energi dan
semua zat gizi.

Farmakologi
Pasien hiperemesis gravidarum harus dirawat inap dirumah sakit dan
dilakukan rehidrasi dengan cairan natrium klorida atau ringer laktat, penghentian
pemberian makanan per oral selama 24-48 jam, serta pemberian antiemetik jika
dibutuhkan. Penambahan glukosa, multivitamin, magnesium, pyridoxine, atau
tiamin perlu dipertimbangkan. Cairan dekstrosa dapat menghentikan pemecahan
lemak. Untuk pasien dengan defisiensi vitamin, tiamin 100 mg diberikan

BAGIAN OBSTETRI GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RSUD UNDATA PALU
sebelum pemberian cairan dekstrosa. Penatalaksanaan dilanjutkan sampai pasien
dapat mentoleransi cairan per oral dan didapatkan perbaikan hasil laboratorium.
Resusitasi cairan merupakan prioritas utama, untuk mencegah mekanisme
kompensasi yaitu vasokonstriksi dan gangguan perfusi uterus. Selama terjadi
gangguan hemodinamik, uterus termasuk organ non vital sehingga pasokan darah
berkurang.2 Pada kasus hiperemesis gravidarum, jenis dehidrasi yang terjadi
termasuk dalam dehidrasi karena kehilangan cairan (pure dehidration). Maka
tindakan yang dilakukan adalah rehidrasi yaitu mengganti cairan tubuh yang
hilang ke volume normal, osmolaritas yang efektif dan komposisi cairan yang
tepat untuk keseimbangan asam basa. Pemberian cairan untuk dehidrasi harus
memperhitungkan secara cermat berdasarkan: berapa jumlah cairan yang
diperlukan, defisit natrium, defisit kalium dan ada tidaknya asidosis.2
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat, dan protein
dengan glukosa 5% dalam cairan garam fisiologis sebanyak 2-3 liter sehari. Bila
perlu dapat ditambahkan kalium dan vitamin, terutama vitamin B kompleks dan
vitamin C, dapat diberikan pula asam amino secara intravena apabila terjadi
kekurangan protein.1
Dibuat daftar kontrol cairan yang masuk dan yang dikeluarkan. Urin perlu
diperiksa setiap hari terhadap protein, aseton, klorida, dan bilirubin. Suhu tubuh
dan nadi diperiksa setiap 4 jam dan tekanan darah 3 kali sehari. Dilakukan

BAGIAN OBSTETRI GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RSUD UNDATA PALU
pemeriksaan hematokrit pada permulaan dan seterusnya menurut keperluan. Bila
dalam 24 jam pasien tidak muntah dan keadaan umum membaik dapat dicoba
untuk memberikan minuman, dan lambat laun makanan dapat ditambah dengan
makanan yang tidak cair. Dengan penanganan ini, pada umumnya gejala-gejala
akan berkurang dan keadaan aman bertambah baik. Daldiyono mengemukakan
salah satu cara menghitung kebutuhan cairan untuk rehidrasi inisial berdasarkan
sistem poin. Adapun poin-poin gejala klinis dapat dilihat pada tabel berikut ini.1
No

Gejala klinis

Score

Muntah

Voxs Choleric (Suara Parau)

Apatis

Somnolen, Sopor, Koma

T 90 mmHg (Sistol)

T 60 mmHg (Diastol)

N 120 x/menit

Frekuensi napas > 30x/menit

Turgor Kulit

10

Facies Cholerica (Mata Cowong)

11

Extremitas Dingin

12

Washer Womens Hand

13

Sianosis

BAGIAN OBSTETRI GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RSUD UNDATA PALU
14

Usia 50 60

15

Usia > 60

-1
-2

Tabel 2 Daldiyono score9

Jumlah cairan yang akan diberikan dalam 2 jam, dapat dihitung 9 :


Defisit = Jumlah Poin x 10 % BB x 1 Liter
15
Koreksi 2 jam pertama
Pemberian obat secara intravena dipertimbangkan jika toleransi oral pasien
buruk. Obat-obatan yang digunakan antara lain adalah vitamin B6 (piridoksin),
antihistamin dan agen-agen prokinetik. American College of Obstetricians and
Gynecologists (ACOG) merekomendasikan 10 mg piridoksin ditambah 12,5 mg
doxylamine per oral setiap 8 jam sebagai farmakoterapi lini pertama yang aman
dan efektif. Dalam sebuah randomized trial, kombinasi piridoksin dan
doxylamine terbukti menurunkan 70% mual dan muntah dalam kehamilan.
Suplementasi dengan tiamin dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya
komplikasi berat hiperemesis, yaitu Wernickes encephalopathy. Komplikasi ini
jarang terjadi, tetapi perlu diwaspadai jika terdapat muntah berat yang disertai

BAGIAN OBSTETRI GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RSUD UNDATA PALU
dengan gejala okular, seperti perdarahan retina atau hambatan gerakan
ekstraokular.
Antiemetik konvensional, seperti fenotiazin dan benzamin, telah terbukti
efektif dan aman bagi ibu. Antiemetik seperti proklorperazin, prometazin,
klorpromazin menyembuhkan mual dan muntah dengan cara menghambat
postsynaptic mesolimbic dopamine receptors melalui efek antikolinergik dan
penekanan reticular activating system. Obat-obatan tersebut dikontraindikasikan
terhadap pasien dengan hipersensitivitas terhadap golongan fenotiazin, penyakit
kardiovaskuler berat, penurunan kesadaran berat, depresi sistem saraf pusat,
kejang yang tidak terkendali, dan glaucoma sudut tertutup. Namun, hanya
didapatkan sedikit informasi mengenai efek terapi antiemetik terhadap janin.
Fenotiazin atau metoklopramid diberikan jika pengobatan dengan antihistamin
gagal. Prochlorperazine juga tersedia dalam sediaan tablet bukal dengan efek
samping sedasi yang lebih kecil. Dalam sebuah randomized trial, metoklopramid
dan prometazin intravena memiliki efektivitas yang sama untuk mengatasi
hiperemesis, tetapi metoklopramid memiliki efek samping mengantuk dan pusing
yang lebih ringan. Studi kohort telah menunjukkan bahwa penggunaan
metoklopramid tidak berhubungan dengan malformasi kongenital, berat badan
lahir rendah, persalinan preterm, atau kematian perinatal. Namun, metoklopramid
memiliki efek samping tardive dyskinesia, tergantung durasi pengobatan dan

BAGIAN OBSTETRI GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RSUD UNDATA PALU
total dosis kumulatifnya. Oleh karena itu, penggunaan selama lebih dari 12
minggu harus dihindari.
Antagonis reseptor 5-hydroxytryptamine (5HT3) seperti ondansetron mulai
sering digunakan, tetapi informasi mengenai penggunaannya dalam kehamilan
masih terbatas. Seperti metoklopramid, ondansetron memiliki efektivitas yang
sama dengan prometazin, tetapi efek samping sedasi ondansetron lebih kecil.
Ondansetron tidak meningkatkan risiko malformasi mayor pada penggunaannya
dalam trimester pertama kehamilan. Droperidol efektif untuk mual dan muntah
dalam kehamilan, tetapi sekarang jarang digunakan karena risiko pemanjangan
interval QT dan torsades de pointes. Pemeriksaan elektrokardiografi sebelum,
selama dan tiga jam setelah pemberian droperidol perlu dilakukan.
Untuk kasus-kasus refrakter, metilprednisolon dapat menjadi obat pilihan.
Metilprednisolon lebih efektif daripada promethazine untuk penatalaksanaan
mual dan muntah dalam kehamilan. Efek samping metilprednisolon sebagai
sebuah glukokortikoid juga patut diperhatikan. Dalam sebuah metaanalisis dari
empat studi, penggunaan glukokortikoid sebelum usia gestasi 10 minggu
berhubungan dengan risiko bibir sumbing dan tergantung dosis yang diberikan.
Oleh karena itu, penggunaan glukokortikoid direkomendasikan hanya pada usia
gestasi lebih dari 10 minggu.2

BAGIAN OBSTETRI GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RSUD UNDATA PALU

Gambar 2 Algoritme terapi farmakologi untuk mual dan muntah dalam


kehamilan 2

BAGIAN OBSTETRI GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RSUD UNDATA PALU

Gambar 3 Obat-obatan untuk tatalaksana mual dan muntah dalam kehamilan


Terapi alternatif
Terapi

alternatif

seperti

akupunktur

dan

jahe

telah

diteliti

untuk

penatalaksanaan mual dan muntah dalam kehamilan. Akar jahe (Zingiber officinale
Roscoe) adalah salah satu pilihan nonfarmakologik dengan efek yang cukup baik.
Bahan aktifnya, gingerol, dapat menghambat pertumbuhan seluruh galur H. pylori,
terutama galur Cytotoxin associated gene (Cag) A+ yang sering menyebabkan

BAGIAN OBSTETRI GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RSUD UNDATA PALU
infeksi. Empat randomized trials menunjukkan bahwa ekstrak jahe lebih efektif
daripada plasebo dan efektivitasnya sama dengan vitamin B6. Efek samping berupa
refluks gastroesofageal dilaporkan pada beberapa penelitian, tetapi tidak ditemukan
efek samping signifikan terhadap keluaran kehamilan Dosisnya adalah 250 mg kapsul
akar jahe bubuk per oral, empat kali sehari. Terapi akupunktur untuk meredakan
gejala mual dan muntah masih menjadi kontroversi. Penggunaan acupressure pada
titik akupuntur Neiguan P6 di pergelangan lengan menunjukkan hasil yang tidak
konsisten dan penelitiannya masih terbatas karena kurangnya uji yang tersamar.
Dalam sebuah studi yang besar didapatkan tidak terdapat efek yang menguntungkan
dari penggunaan acupressure, namun The Systematic Cochrane Review mendukung
penggunaan stimulasi akupunktur P6 pada pasien tanpa profilaksis antiemetik.
Stimulasi ini dapat mengurangi risiko mual. Terapi stimulasi saraf tingkat rendah
pada aspek volar pergelangan tangan juga dapat menurunkan mual dan muntah serta
merangsang kenaikan berat badan.2
H. Komplikasi
Penyulit yang perlu diperhatikan adalah Ensephalopati Wernicke. Gejala yang
timbul dikenal sebagai trias klasik yaitu paralisis otot-otot ekstrinsik bola mata
(oftalmoplegia), gerakan yang tidak teratur (ataksia), dan bingung. Penyulit lainnya
yang mungkin timbul adalah neuropati perifer. Pada janin dapat ditemukan kematian

BAGIAN OBSTETRI GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RSUD UNDATA PALU
janin, pertumbuhan janin terhambat, preterm, berat badan lahir rendah, kelainan
kongenital.2,4

Tanggal Pemeriksaan : 4 Juli 2015

Ruangan

: Matahari

BAGIAN OBSTETRI GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RSUD UNDATA PALU
Jam : 21.50 WITA

Rumah Sakit : RSUD Undata Palu

I. IDENTITAS
Nama

: Ny. Nurdiana

Nama Suami : Tn. Armansyah

Umur

: 25 tahun

Umur

: 33 tahun

Alamat

: Jln. Gadjah Mada

Alamat

: Jln. Gadjah Mada

Pekerjaan : Swasta

Pekerjaan

: Swasta

Pendidikan : SMA

Pendidikan

: SMA

II. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama :
Pasien masuk dengan keluhan mual dan muntah.
B. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien masuk rumah sakit rujukan dari dokter Sp.OG dengan usia
kehamilan 10-12 minggu + Hiperemesis Gravidarum + Penyakit Jantung. Saat
masuk pasien mengeluhkan mual dan muntah sebanyak >10 kali mulai dari
tadi pagi. Keluhan ini telah pasien rasakan sejak 1 bulan terakhir namun baru
memberat beberapa hari belakangn. Muntah sering terjadi setelah pasien
makan dan minum, muntah berupa makanan yang dikonsumsi bercampur
lendir yang berwarna kuning terasa pahit, tidak ada darah pada muntah. Pasien
juga mengeluhkan sakit ulu hati, badan terasa lemas, merasa haus dan bibir
kering. Pasien juga mengeluhkan terjadi penurunan nafsu makan sejak 1 bulan
terakhir, berat badan turun yang awalnya 50 kg sekarang menjadi 40 kg.
BABA tidak lancar, BAK berwarna kuning pekat dan jumlahnya hanya
sedikit.
C. Riwayat Penyakit dahulu :

BAGIAN OBSTETRI GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RSUD UNDATA PALU
Pasien menderita sakit maag sebelum hamil, riwayat hipertensi (-), riwayat
penyakit jantung (+), riwayat penyakit DM (-), riwayat asma (-), riwayat penyakit
ginjal (-).
D. Riwayat dalam keluarga :
Menurut pasien, tidak ada keluarga yang pernah mengalami hal serupa dalam
kehamilan.
E. Haid :
Manarche : 15 tahun
Lama haid : 6-7 hari
Siklus : 28-30 hari

HPHT : 2 April 2014


TP
: 9 Januari 2016

F. Perkawinan : Belum Kawin


G. Riwayat Obstetrik :
1. Hamil sekarang
H. Riwayat ANC :
Menurut pasien, pasien suda 3 kali memeriksakan kehamilannya di dokter ahli
kandungan.
I. Riwayat Imunisasi : Tidak pernah
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Generalis
KU
: Sakit sedang
Kesadaran
: Compos mentis
Berat Badan
: 40 Kg
Tinggi Badan
: 155 cm
B. Tanda Vital
Tekanan Darah

: 110/60 mmHg

Nadi

: 100kali/menit

Respirasi

: 22 kali/menit

BAGIAN OBSTETRI GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RSUD UNDATA PALU
Suhu

: 36,7 C

C. Kepala-Lehar :

Konjungtiva Anemis : (-/-)

Sklera Ikterus : (-/-)

Mata cekung : (+/+)

Edema palpebra : (-/-)

Pembesaran KGB : (-)

Pembesaran kelenjar tiroid : (-)

D. Thorax

Inspeksi

: Pergerakan thoraks simetris bilateral, retraksi (-),

sikatrik (-), Ictus cordis tidak tampak (-)

Palpasi

: Pengembangan paru simetris bilateral, Vokal fremitus

(KA=KI), krepitasi (-).

Perkusi

: Sonor pada kedua lapang paru, batas jantung dalam

batas normal.

Auskultasi

: Bunyi pernapasan vesikuler pada semua lapang paru,

Rhonki (-/-). Whezing (-/-), murmur(+).


E. Abdomen :

I : Tampak sedikit cembung, sikatrik (-).

BAGIAN OBSTETRI GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RSUD UNDATA PALU

A : Peristaltik usus kesan normal.

P : Timpani

P : Nyeri tekan (+) pada area epigastrium, organomegali (-).

F. Ekstremitas : Edema pretibial (-), akral hangat.

IV. PEMERIKSAAN OBSTETRI (data diambil dari status pasien)


Abdomen : Kontraksi uterus (-), uterus 3 jari dibawah proses xyphoideus.
Pemeriksaan Luar : Palpasi TFU tidak teraba (-)
Pemeriksaan Dalam : Tidak dilakukan
V. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
HBsAg
: (-)
DL
: RBC : 4,91
WBC : 8,6
HGB : 14,4
HCT : 42,9
PLT : 213
Elektrolit Darah :
Natrium : 127
Kalium :3,4
Clorida : 104
VI.

RESUME :
Pasien rujukan dari dokter Sp.OG dengan usia kehamilan 10-12 minggu +
Hiperemesis Gravidarum + Penyakit Jantung. Nausea dan vomitus sebanyak
>10 kali mulai dari tadi pagi. Keluhan ini telah pasien rasakan sejak 1 bulan
terakhir namun baru memberat beberapa hari belakangan. Vomitus terjadi
setelah pasien makan dan minum, berupa makanan yang dikonsumsi
bercampur lendir yang berwarna kuning terasa pahit, darah (-). Nyeri
epigastrium (+). Dari pemeriksaan fisik di dapatkan : TD : 110/60 MmHg, N :

BAGIAN OBSTETRI GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RSUD UNDATA PALU
100, P : 22x/menit, S : 36,7C. Tanda-tanda dehidrasi (Derajat RinganSedang). Pasien juga mengeluhkan terjadi penurunan nafsu makan sejak 1
bulan terakhir, berat badan turun yang awalnya 50 kg sekarang menjadi 40 kg.
BAB tidak lancar, BAK berwarna kuning pekat dan jumlahnya hanya sedikit.
VII.

DIAGNOSIS
GIPOAO usia kehamilan 10-12 minggu + HEG grade II + Susp. Penyakit

Jantung.
VIII. RENCANA TINDAKAN
A. Non-medikamentosa
Pasien makan makanan diet lunak. Makan tidak terlalu banyak, namun

sesering mungkin.
Menganjurkan pasien untuk tidak mengkonsumsi makanan yang dapat

merangsang terjadinya muntah, seperti makanan yang pedis dan bersantan.


B. Medikamentosa
IVFD D5%.
Drips Ondansentron 1 amp/12 jam.
Pregvomit 3x1.
Antasida Syrup 3x1.
Konsul ahli jantung.
VII. PROGNOSIS
Dubia ad Bonam

FOLLOW UP PASIEN

BAGIAN OBSTETRI GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RSUD UNDATA PALU
1. 5 Juli 2015 (Pukul 07:00)
S : Mual (+), muntah (+) 2 kali, sakit ulu hati (+), badan terasa lemas,
jantung berdebar-debar (+), nafsu makan menurun, BAB dan BAK kurang

lancar.
O : TD :100/60 MmHg
N : 106 x/menit
P : 18x/menit
S : 36,6C
A : GIPOAO usia kehamilan 10-12 minggu + HEG grade I + Susp.

Penyakit Jantung.
P : .
IVFD Dex 5% 28 gtt.
Drips Ondansentron 1 amp/12 jam.
Pregvomit 3x1.
Antasida Syrup 3x1.
Pasien makan makanan diet lunak. Makan tidak terlalu banyak,
namun sesering mungkin.
Menganjurkan pasien untuk tidak mengkonsumsi makanan yang
dapat merangsang terjadinya muntah, seperti makanan yang pedis
2.
3.
4.
5.
6.

dan bersantan.
6 Juli 2015 (Pukul 07:00)
7 Juli 2015 (Pukul 07:00)
8 Juli 2015 (Pukul 07:00)
9 Juli 2015 (Pukul 07:00)
10 Juli 2015 (Pukul 07:00)

BAGIAN OBSTETRI GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RSUD UNDATA PALU

DISKUSI
Kriteria diagnosis pada pasien ini ?
Pada pasien ini di diagnosis dengan GIPOAO usia kehamilan 10-12 minggu +
HEG grade I + Susp. Penyakit Jantung.
Dari anamnesis di dapatkan bahwa HPHT pasien 2 april 2014. Dan dari hasil

Plano Test (+)


Nausea dan vomitus sebanyak >10 kali mulai dari tadi pagi. Keluhan ini telah
pasien rasakan sejak 1 bulan terakhir namun baru memberat beberapa hari
belakangan. Vomitus terjadi setelah pasien makan dan minum, berupa
makanan yang dikonsumsi bercampur lendir yang berwarna kuning terasa

pahit.
Nyeri epigastrium (+).
Dari pemeriksaan fisik di dapatkan : TD : 110/60 MmHg, N : 100, P :

BAGIAN OBSTETRI GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RSUD UNDATA PALU

22x/menit, S : 36,7C.
Tanda-tanda dehidrasi (Derajat Ringan-Sedang). Mata tampak cekung, turgor

kurang.
Penurunan nafsu makan sejak 1 bulan terakhir, berat badan turun yang

awalnya 50 kg sekarang menjadi 40 kg.


BAB tidak lancar dan BAK berwarna kuning pekat dan jumlahnya hanya

sedikit yang menandakan pasien mengalami dehidrasi.


Pada saat dilakukan auskultasi terdengar murmur di SIC 2 linea parasternalis

sinistra.
Seharusnya pada pasien ini juga dilakukan pemeriksaan keton sebagai dampak

dari HEG dimana terjadi metabolism


Apakah penanganan pada kasus ini suda tepat?
Non-medikamentosa

Pasien makan makanan diet lunak. Makan tidak terlalu banyak, namun

sesering mungkin.
Menganjurkan pasien untuk tidak mengkonsumsi makanan yang dapat
merangsang terjadinya muntah, seperti makanan yang pedis dan bersantan.

Medikamentosa

IVFD D5%.
Drips Ondansentron 1 amp/12 jam.
Pregvomit 3x1.
Antasida Syrup 3x1.
Konsul ahli jantung.

Penangana pada kasus ini belum terlalu tepat, seharusnya pasien ini dipuasakan selama

24 jam pertama yang bertujuan untuk mengistirahatkan saluran cerna pasien.


Pemberian makanan akan merangsang saluran cerna untuk mengeluaran asam

BAGIAN OBSTETRI GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RSUD UNDATA PALU
lambung dan mengakibatkan iritasi saluran cerna sehingga muntah bertambah berat.
Kebutuhan cairan dan kalori penderita pada 24 jam pertama hanya didapat dari cairan
infus yang masuk. Setelah 24 jam coba diberikan makanan sesuai dengan diet
hiperemesis I.
Pemberian terapi cairan untuk kasu HEG gr. II yaitu perbaikan elektrolit seperti
Natrium Clorida atau Ringer Laktat. Setelah itu cek elektrolit, dan bisa di lakukan
pemberian Dex 5%. Selain itu perlu dilakuka perhitungan kebutuhan cairan dimana
kita menggunakan Daldiyono Score :
Jumlah Poin X 10% BB X 1 Liter
15

Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) Pada


emesis gravidarum, obat-obatan diberikan apabila perubahan pola makan tidak
mengurangi gejala, sedangkan pada hiperemesis gravidarum, obat-obatan diberikan
setelah rehidrasi dan kondisi hemodinamik stabil. Pemberian obat secara intravena
dipertimbangkan jika toleransi oral pasien buruk. Obat-obatan yang digunakan antara
lain adalah vitamin B6 (piridoksin), antihistamin dan agen-agen prokinetik.
American

College

of

Obstetricians

and

Gynecologists

(ACOG)

merekomendasikan 10 mg piridoksin ditambah 12,5 mg doxylamine per oral setiap 8


jam sebagai farmakoterapi lini pertama yang aman dan efektif. Dalam sebuah
randomized trial, kombinasi piridoksin dan doxylamine terbukti menurunkan 70%
mual dan muntah dalam kehamilan. Suplementasi dengan tiamin dapat dilakukan
untuk mencegah terjadinya komplikasi berat hiperemesis, yaitu Wernickes
encephalopathy. Komplikasi ini jarang terjadi, tetapi perlu diwaspadai jika terdapat
muntah berat yang disertai dengan gejala okular, seperti perdarahan retina atau
hambatan gerakan ekstraokular.

BAGIAN OBSTETRI GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RSUD UNDATA PALU
Pada kasus ini pemberian obat oral langsung di berikan sebelum 24 jam perbaikan
rehidrasi pasien. Pada pasien ini juga seharusnya di lakukan pemasangan kateter,
bertujuan untuk melakukan follow up urin sementara pada kasus ini tidak di lakukan.
3

Pemberian antiemesis pada pasien HEG ?


Pemberian antiemesi yang di anjurkan American College of Obstetricians and
Gynecologists (ACOG) merekomendasikan 10 mg piridoksin ditambah 12,5 mg
doxylamine per oral setiap 8 jam sebagai farmakoterapi lini pertama yang aman
dan efektif. Dalam sebuah randomized trial, kombinasi piridoksin dan doxylamine
terbukti menurunkan 70% mual dan muntah dalam kehamilan. Suplementasi
dengan tiamin dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi berat

hiperemesis, yaitu Wernickes encephalopathy.


Penyebab terjadinya HEG ?
Etiologi dan patogenesis emesis dan hiperemesis gravidarum berkaitan erat
dengan etiologi dan patogenesis mual dan muntah pada kehamilan. Penyebab
pasti mual dan muntah yang dirasakan ibu hamil belum diketahui, tetapi terdapat
beberapa teori yang mengajukan keterlibatan faktor-faktor biologis, sosial dan
psikologis. Faktor biologis yang paling berperan adalah perubahan kadar hormon
selama kehamilan. Menurut teori terbaru, peningkatan kadar human chorionic
gonadotropin (hCG) akan menginduksi ovarium untuk memproduksi estrogen,
yang dapat merangsang mual dan muntah. Perempuan dengan kehamilan ganda
atau molahidatidosa yang diketahui memiliki kadar hCG lebih tinggi daripada
perempuan hamil lain mengalami keluhan mual dan muntah yang lebih berat.

BAGIAN OBSTETRI GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RSUD UNDATA PALU
Progesteron juga diduga menyebabkan mual dan muntah dengan cara
5

menghambat motilitas lambung dan irama kontraksi otot-otot polos lambung.


Penyebab HEG pada pasien ini ?
Pada pasien ini selain di pengaruhi oleh perubahan hormone selama
kehamilan di curigai juga berkaitan dengan faktor psikologis pasien. Dimana dari
hasi anamnesis di dapatkan bahwa pasien tidak mempunyai suami dan
kehamilannya diluar nikah.

DAFTAR PUSTAKA
1

Mochtar, Rustam. Sinopsis Obsetri, Jilid I, 2001.Jakarta; EGC.

BAGIAN OBSTETRI GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RSUD UNDATA PALU
2

Gunawan K, Paul Samuel. Diagnosis dan Tata laksanan Hiperemesis Gravidarum.


FK UI. J Indon Med Assoc:2011.Vol.

Prawirohardjo S, Wiknjosastro H. Hiperemesis Gravidarum. Dalam: Ilmu


Kebidanan; Jakarta; Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; Jakarta;2002;
hal. 275-280.

Ogunyemi DA, Hyperemesis Gravidarum. Emedicine. 2012

Verberg MFG, Gillott DJ dan Grudzinskas JG. 2005. Hyperemesis Gravidarum, a


literature review. Human Reproduction Update.vol 11. No.5. pp. 527-539.

Goldberg D, Szilagyi A, Graves L: Hyperemesis gravidarum and Helicobacter


pylori infection: a systematic review. Obstet Gynecol 2007, 110:695-703.

Sheehan P. Hyperemesis gravidarum assessment and management. Aust Fam


Physician 2007,36:698-701.

Chaterine M, Graham RH and Robson SC. Caring for women with nausea and
vomiting in pregnancy : new approaches. British Journal of Midwifery, May
2008, Vol 16, No. 5.

Asih, Kampono dan Prihartono. Hubungan pajanan infeksi Helicobacter pylori


dengan kejadian hiperemesis gravidarum. Majlah Obstetri Ginekologi Indonesia.
Vol 33, no 3 Juli 2009.

10 Einarson A, Maltepe C, Bukovic R, Koren G. Treatment of nausea and vomiting

BAGIAN OBSTETRI GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RSUD UNDATA PALU
in pregnancy: an updated algorithm. Can Fam Physician 2007, 53 (12):21092111.\
11 Philip B. Hyperemesis Gravidarum: Literature Review. Wisconsin Medical
Journal 2003; 102(3): 46-51.
12 Jueckstock JK, Kaetner R, Mylonas I. Managing hyperemesis gravidarum: a
multimodal challenge. BMC Medicine 2010;8:46.
13 Sonkusare S. Hyperemesis Gravidarum: A Review. Med J Malaysia 2008;63(3).
14 DC. Textbook of Obstetrics. 6th Edition. Calcutta: New Central Book Agency;
2009.

Skor dehidrasi berdasarkan WHO dibawah ini:

Baik

SKOR
2
Lesu/haus

Biasa
Biasa
< 30 x/menit
Baik
< 120 x/menit

Cekung
Kering
30-40 x/menit
Kurang
120-140 x/menit

Yang dinilai
Keadaan umum
Mata
Mulut
Pernapasan
Turgor
Nadi
Interpretasi :

6
7 12
13

: Tanpa dehidrasi
: Dehidrasi ringan-sedang
: Dehidrasi berat

3
Gelisah,
lemas,
mengantuk hingga
syok
Sangat cekung
Sangat kering
> 40 x/menit
Jelek
> 140 x/menit

BAGIAN OBSTETRI GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RSUD UNDATA PALU

Anda mungkin juga menyukai