Bab Iii
Bab Iii
AUTISME
Anak autis bukan anak ajaib atau pembawa hoki (gifted child), seperti
kepercayaan sebagian orang. Jadi jangan mengharapkan keajaiban muncul darinya.
Namun, ia pun bukan bencana. Kehadirannya di tengah keluarga tidak akan
merusak keharmonisan keluarga.
Di tahun 1943 Leo Kanner menemukan 11 kasus anak yang mempunyai
kesulitan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Leo Kanner dalam tulisannya
Autistic Disturbance of Affective Contact, menyebutkan istilah autisme infantile.
Pada saat yang sama Dr. Hans Asperger menggambarkan bentuk yang lebih ringan
dari gangguan ini, yang kemudian dikenal dengan istilah Asperger syndrome. Dalam
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders DSM-IV-TR (edisi ke-empat),
kedua bentuk gangguan ini dikenal sebagai 2 dari 5 bentuk Gangguan
Perkembangan Pervasif.
Kanner
menggambarkan
anak-anak
dengan
gangguan
Autistik
menunjukkan kesepian autistik yang ekstrim, gagal untuk menerima sikap antisipasi,
perkembangan bahasa yang terlambat atau menyimpang dengan ekolalia dan
pemakaian kata sebutan yang terbalik (menggunakan kamu untuk saya),
pengulangan monoton bunyi atau ungkapan verbal, daya ingat jauh yang sangat
baik, keterbatasan rentang dalam berbagai aktivitas spontan, stereotipik dan
manerisme, keinginan yang obsesif untuk mempertahankan kesamaan dan rasa
takut akan perubahan, kontak mata yang buruk dan hubungan yang abnormal
dengan orang dan lebih menyukai gambar dan benda mati. Kanner mencurigai
sindroma tersebut lebih sering terjadi dibandingkan kelihatannya dan menyatakan
bahwa beberapa anak telah keliru diklasifikasikan sebagai retardasi mental atau
skizofrenik.
Untuk mendiagnosis gangguan autisme tidak memerlukan pemeriksaan
yang canggih, seperti brain mapping, CT-Scan,dan MRI. Pemeriksaan-pemeriksaan
itu hanya dilakukan jika ada indikasi tambahan, misalnya jika anak sering kejang,
baru dilakukan brain mapping atau EEG untuk melihat apakah mengidap epilepsi.
World Health Organization (WHO) telah merumusakan kriteria diagnosis autisme.
Rumusan ini dipakai di seluruh dunia, yang dikenal dengan ICD-10 (international
2) Gangguan komunikasi
3) Perilaku stereotipik dan mannerisme yaitu mengulang-ulang suatu
perilaku, minat, atau aktivitas.
4) Terjadi sebelum usia 36 bulan.
Karakteristik fisik
Kanner tertarik oleh kecerdasan anak autistik dan penampilan yang
menarik. Antara usia 2 dan 7 tahun, mereka juga cenderung lebih pendek
dibandingkan populasi normal.
Anak-anak gangguan autistik yang muda memiliki insidensi yang agak
lebih tinggi mengalami infeki saluran pernapasan bagian atas, bersendawa yang
berlebihan, kejang demam, konstipasi, dan gerakan usus yang kendur dibandingkan
kontrol. Banyak anak autistik bereaksi secara berbeda terhadap penyakit
dibandingkan anak-anak normal, yang mungkin mencerminkan sistem saraf otonom
yang abnormal atau imatur. Anak-anak autistik mungkin tidak mengalami
peningkatan temperatur pada penyakit infeksi, mungkin tidak mengeluh sakit secara
verbal atau dengan isyarat, dan mungkin tidak menunjukkan malaise pada anak
yang sakit.
Karakteristik perilaku
Sebenarnya anak autistik sudah menunjukkan perbedaan dengan anak
normal sejak masa bayi (satu tahun pertama), dalam aspek personal sosial yaitu
menunjukkan kontak sosial dengan orang lain dengan sangat terbatas. Misalnya,
tidak tidak tersenyum pada orang lain yang seharusnya dapat dilakukan (usia 3-6
bulan), tidak memberikan respon saat diangkat untuk digendong, tidak membutuhan
perhatian orang lain atau kurang keterikatan dengan orang lain dan menunjukkan
kebutuhan mereka dengan tangisan atau teriakan. Semua anak autistik gagal
menunjukkan keakraban yang lazimnya terhadap orang tua mereka dan orang lain.
Menghindari terjadinya kontak mata atau tidak pernah memandang orang lain
adalah temuan yang sering. Pada masa remaja akhir, orang autistik tersebut yang
paling
berkembang
seringkali
memili
keinginan
untuk
bersahabat.
Tetapi
berbicara, tetapi mereka tidak memiliki kompetensi sosial dan komunikasinya tidak
ditandai dengan pertukaran yang responsif dan timbal balik. Defisit dan
penyimpangan yang jelas dalam perkembangan bahasa seperti keterlambatan
bahasa adalah salah satu kriteria utama untuk mendiagnosis gangguan autistik.
Mereka tidak mempunyai kompetensi sosial, dan percakapan mereka tidak ditandai
oleh saling tukar yang responsif dan timbal balik.
Aktivitas dan permainan anak autistik, jika ada, adalah kaku, berulang,
dan monoton. Fenomena ritualistik dan kompulsif adalah sering ditemukan pada
mada anak-anak awal dan pertengahan. Anak autistik seringkali memutarkan,
membanting, dam membariskan benda-benda dan menjadi terlekat menjadi yang
paling terganggu, menunjukkan berbagai kelainan gerakan. Stereotipik, manerisme,
dan seringai adalah paling sering terlihat jika anak ditinggalkan sendiri dan dapat
menurun pada situasi yang terstruktur.
Beberapa anak dengan gangguan autistik menunjukkan emosional yang
tiba-tiba, dengan ledakan tertawa atau tangisan tanpa terlihat alasan dan tidak
mengekspresikan pikiran yang sesuai dengan afek.
Anak-anak autistik mungkin responsif terhadap stimuli sensorik (sebagai
contohnya, suara dan nyeri). Mereka mungkin secara selektif mengabaikan ucapan
yang diarahkan pada dirinya,
Dan sehingga mereka sering disangka tuli. Tetapi, mereka mungkin menunjukkan
minat yang tidak lazim terhadap bunyi detik jam tangan.
Hiperkinesis adalah masalah perilaku yang sering pada anak autistik yang
muda. Agresivitas dan temper tantrum terlihat, seringkali dengan alasan yang tidak
jelas, atau disebabkan oleh perubahan atau tuntutan. Perilaku melukai diri sendiri
adalah berupa membenturkan kepala, menggigit, mencakar, dan menarik rambut.
Rentang perhatian yang pendek, ketidakmampuan sama sekali untuk memusatkan
pada pekerjaan, insomnia, masalah pemberian makanan dan makan, enuresis, dan
enkopresis juga sering ditemukan.
Fungsi intelektual
Kira-kira 40 persen anak-anak autisme infantil memiliki memiliki nilai
intelegensia (I.Q) di bawah 50 sampai 55 (retardasi mental sedang, berat, atau
sangat berat); 30 persen memiliki nilai 50 sampai kira-kira 70 (retardasi mental
ringan); dan 30 persen memiliki nilai 70 atau lebih. Penelitian epidemiologis dan
klinis menunjukkan bahwa risiko untuk gangguan autistik meningkat saat I.Q.
menurun. Kira-kira sepertiga dari semua anak autistik memiliki kecerdasan
nonverbal yang normal. Nilai I.Q. anak autistik cenderung mncerminkan masalah
dengan keterampilan verbal dan abstraksi, bukannya dengan keterampilan
visuospasial dan daya ingat jauh, yang mengesankan kepentingan defek dalam
fungsi yang berhubungan dengan bahasa.
Kemampuan kognitif atau visuomotorik yang tidak lazim atau lebih cepat
ditemukan pada beberapa anak-anak autistik. Kemungkinan contoh yang paling
jelas adalah sarjana idiot yang memiliki kemampuan daya ingat jauh dan berhitung
yang luar biasa. Kemampuan khusus mereka biasanya tetap di belakang
kemampuan-kemampuan teman sebayanya yang normal. Kemampuan terlalu cepat
lainnya pada anak autistik yang masih kecil adalah hiperleksia, suatu kemampuan
yang dini untuk membaca dengan baik (walaupun mereka tidak dapat mengerti apa
yang
dibacanya),
mengingat
dan
menceritakan,
dan
kemampuan
musikal
terapi
adalah
menurunkan
gejala
perilaku
dan
membantu
ini
dilakukan
dengan
obat-obatan
yang
bertujuan
memperbaiki
1. Autisme Persepsi
2. Autisme Reaksi
3. Autisme yang ditimbulkan kemudian
1. Autisme Persepsi
Autisme persepsi dianggap autisme asli dan disebut juga autisme internal
(endogenous) karena kelainan sudah timbbul sebelum lahir. Gejala yang dapat
diamati, antara lain:
Rangsangan dari luar baik yang kecil maupun yang kuat, akan
menimbulkan kecemasan. Tubuh akan mengadakan mekanisme dan
reaksi pertahanan hingga terlihat timbul pengembangan masalah.
Kebingungan
anaknya
perlahan
berubah
menjadi
Pada kondisi begini, baru orang tua mulai peduli atas kelainan
anaknya, sambil terus menciptakan rangsangan-rangsangan yang
memperberat
kebingungan
anaknya,
mulai
berusaha
mencari
pertolongan.
pengaruh
dalam
keluarga
disertai
pengaruh
lingkungan.
penciuman, atau rasa sedap makanan, atau kepekaan rangsang raba. Hanya
bisa dilakukan dengan pengawasan dan pengamatan yang ketat.
Yang menjadi pertanyaan: Apakah penerimaan anak terhadap rangsangan
luar ini sama pada semua anak? Apakah penerimaan rangsang ini bisa
diubah dengan obat-obatan? Jawaban untuk pertanyaan pertama adalah
banyak ahli berpendapat, secara garis besar, reaksi anak terhadap rangsang
dari luar boleh dikatakan sama. Jawaban untuk pertanyaan kedua adalah
memang tidak ada kelainan yang mutlak bisa sembuh/hilang dengan obatobatan. Tetapi paling tidak, pemberian obat-obatan bisa mengurangi beratnya
kelainan.
Salah satu contoh penderita autisme jenis persepsi yang diobati bernama
Georgina Stehli. Dia sudah didiagnosa pada usia 3 tahun dan sudah dibawa
berobat ke mana saja dengan hasil yang kurang memuaskan. Pada usia 11
tahun
ikut
progam pengobatan
di
mulai
belajar
hidup
dengan
kelemahannya,
mulai
mengatasi
Autisme ini biasa mulai terlihat pada anak usia lebih besar (6-7 tahun)
sebelum anak memasuki tahap logis. Namun demikian, bisa saja
terjadi sejak usia minggu-minggu pertama.
Setiap kondisi, bisa saja merupakan trauma pada anak yang berjiwa
rapuh ini, sehingga mempengaruhi perkembangan normal kemudian
harinya.
Beberapa keterangan yang perlu diketahui yang mungkin merupakan faktor resiko
pada kejadian autisme reaktif ini:
a. Anak yang terkena autis reaktif menghadapi kecemasan yang
berat pada masa kanak-kanak, memberikan reaksi terhadap
pengalamannya yang menimbulkan trauma psikis tersebut.
b. Trauma kecemasan ini terjadi sebelum anak berada pada
penyimpanan memory di awal kehidupannya tetapi proses
sosialisasi dengan sekitarnya akan terganggu.
c. Trauma kecemasan yang terjadi setelah masa penyimpanan
memori akan berpengaruh pada anak usia 2-3 tahun. Karena
itu, meskipun anak masih memperlihatkan emosi yang normal
tetapi kemampuan berbicara dan berbahasanya sudah mulai
terganggu. Ini yang membuat orang tua si anak menjadi
khawatir.
Sebab-sebab timbulnya autisme reaktif:
Carilah dokter lain yang dapat memahami penyakit anak jika orangtua
menganggap dokter kurang koperatif atau tidak memberikan konsultasi memadai.
Jangan fanatik pada satu dokter karena tidak selamanya seorang dokter benar
secara mutlak. Jika kondisi ini terjadi, bukan tidak mungkin orangtua akan buta pada
apa yang akan terjadi pada anaknya.
Hal yang tidak kalah penting adalah jangan bohongi dokter saat konsultasi,
mislnya menutup-nutupi salah satu gejala yang dialami anak. Kejujuran orangtua
DAFTAR PUSTAKA
1. American
Pschiatrics
Association.
Diagnostic
Criteria
from
DSM-IV-TR,
Balai