Laporan Kasus
Laporan Kasus
IDENTITAS PASIEN
Nama pasien
: An. K
Usia
: 11 bulan
Jenis kelamin
: Perempuan
Alamat
Tanggal berobat
: Mencret
RPS
: Sejak 2 hari sebelum berobat ke puskesmas, anak mencret lebih dari 5x sehari, kurang
lebih setengah gelas setiap mencret, konsistensi cair dan terdapat ampas berwarna kekuningan,
tidak terdapat darah dan tidak terdapat lendir. Menurut ibu OS, anaknya tidak demam,
penderita masih bisa BAK dengan lancar, tidak ada muntah, anak masih mau minum dan
makan. Tidak ada sakit pada perut.
Sehari-hari menurut ibu OS satu keluarga bisa meminum air yang berasal dari air
sumur yang telah dimasak. Seluruh alat makan dicuci menggunakanair sumur yang sama.
Botol susu biasannya hanya di cuci dengan menggunakan air biasa bukan air mendidih
a. Riwayat penyakit dahulu
Sebelumnya pasien belum pernah menderita penyakit seperti ini. Riwayat asma
disangkal. Riwayat batuk lama disangkal. Riwayat trauma disangkal.
b. Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada yang sakit seperti ini. Riwayat alergi disangkal, riwayat asma disangkal.
Riwayat TBC disangkal.
c. Riwayat pengobatan
Pasien belum berobat
d. Riwayat Alergi
Alergi obat atau makanan disangkal. Riwayat alergi binatang cuaca disangkal
e. Riwayat kehamilan
Selama hamil ibu pasien memeriksa kehamilan ke bidan 1 bulan sekali. Ibu hamil An.K
pada usia 20 tahun ini adalah kehamilan pertama kalinya. Selama hamil ibu tekanan
darah ibu normal tidak mengalami peningkatan, tidak mengalami diabetes melitus,
tidak pernah eklamsi atau penyakit berat lainnya. Ibu makan dan minum sesuai anjuran
bidan
f. Riwayat kelahiran
By.K lahir cukup bulan ditolong oleh bidan . pasien merupakan anak pertama dari ibu
G1P1A0 pasien lahir spontan dan langsung menangis. Berat lahir 2900 gr, panjang
badan 47 cm dan lingkar kepala ibu tidak tahu, warna air ketuban ibu tidak tahu.
Diketahui ibu tidak terdapat penyulit saat pesalinan.
g. Riwayat pemberian makanan:
Anak diberi ASI ekslusif sampai 6 bulan dan Asi ekslusif dan makanan pendamping
dari 6 bulansampai sekarang
Kesan : pemberian makanan sesuai usia
h. Riwayat perkembangan
Motorik kasar :
Usia 3 bulan sudah bisa mengangkat kepala
Usia 8 bulan sudah bisa merangkak
Usia 11 bulan sudah bisa berdiri namun masih suka terjatuh
Motorik halus:
Usia 6 bulan sudah bisa menggapai benda
Usia 10 bulan memukulkan dua benda (saling bersentuhan)
-Bahasa : sudah bisa mengoceh dan menyebutkan nama
-Sosial : berespon terhadap oranglain yang baru dikenal, dan sudah bisa tersenyum.
Kesan : perkembangan sesuai usia
i. Riwayat Imunisasi :
-Hepatitis B, BCG,
-DPT dengan Hb di kombo sudah 3 kali
-Polio ditetes sudah 3 kali
: Tampak lesu
: compos mentis
Tanda vital
Suhu
Nadi
Pernapasan
: 36,1
:
:
Status Antropometri
Panjang badan
: 74 cm
Berat badan
: 9 kg
Lingkar kepala
: 45 cm
BB/U =
TB/U =
BB/TB =
Status generalis
Kepala
Bentuk : normocephal
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, cekungan (-) , air mata
Leher
Thorax
Pulmo
Inspeksi : pergerakan dinding thorax kiri dan kanan simetris, tidak ada bekas
Cor
Abdomen
Ekstremitas
Resume :
An.K usia 11 bulan mencret sejak 2 hari sebelum datang kepuskesmas. Mencret
> 5x, sebanyak kurang lebih setengah gelas belimbing tiap mencret, konsistensi cair,
ampas (+), lendir (-), darah (-), muntah (-), demam (-). Anak masih mau makan dan
minum, anak terlihat sedikit lesu.
Diagnosis kerja
Diagnosis banding
Rencana diagnosis
Rencana penatalaksanaan :
Prognosis
TINJAUAN PUSTAKA
Diare anak dengan malnutrisi cenderung lebih berat, lebih lama dan angka
kematiannya lebih tinggi dibandingkan dengan diare pada anak dengan gizi baik. Malnutrisi
terjadi melalui beberapa mekanisme, meliputi penekanan faktor imunitas, perubahan struktur
mukosa usus serta defisiensi mikronutrien seng dan vitamin A. Seng berperanan dalam
imunitas tubuh melalui peranannya dalam proses limphoproliferatif maupun efek antioksidan.
Serta berperan pula dalam pertumbuhan sel, terutama dalam pembelahan sel, berkaitan
dengan perbaikan jaringan rusak maupun penyembuhan luka. Adanya defisiensi seng
memperpanjang mekanisme penyembuhan luka pada saluran cerna menyebabkan
abnormalitas morfologi mukosa, sehingga fungsi absorpsi nutrisi dalam lumen usus
terganggu dan meningkatkan permeabilitas usus terhadap makanan atau antigen mikroba.
Defisiensi vitamin A pada malnutrisi akan mengganggu respon imun terhadap infeksi saluran
cerna. Hal inidikarenakan terganggunya respon antibodi dan cell-mediated. Di sisi lain,
keadaan malnutrisi menyebabkan perubahan struktur mukosa berupa atrofi villi, aktivitas
enzim disakaridase terganggu, gangguan absorpsi monosakarida, motilitas usus abnormal dan
perubahan flora usus.
2.5.3 ASI
Bayi yang diberi ASI lebih terlindungi terhadap penyakit infeksi terutama diare. Hal
ini dikarenakan adanya faktor peningkatan pertumbuhan sel usus (intestinal cell
growthpromoting factor) sehingga vilus dinding usus cepat mengalami penyembuhan setelah
rusak karena diare. ASI mengandung antibodi, terutama imunoglobin yang dapat
melumpuhkan bakteri patogen E. colidan berbagai virus dalam saluran pencernaan. ASI,
terutama kolustrum sangat kaya akan secrete imunoglobulin A (SIgA). ASI mengandung
laktooksidasedan asam neuraminik yang mempunyai sifat antibakterial terhadap E.coli dan
Staphylococcus. ASI juga mengandung laktoferin dan lyzosim, yaitu suatu protein dan enzim
yang merupakan komponen zat kekebalan dalam saluran pencernaan. Terkandung juga faktor
bifidus, untuk pertumbuhan bakteri Lactobacillus bifidus yang dapat menjaga keasaman flora
usus dan berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang merugikan. ASI biasanya
dapat diserap dan dicerna pada saat diare. Anak-anak yang tetap diberi ASI selama diare
pengeluaran tinja berkurang dan diare lebih pendek daripada anak yang tidak diberi ASI.
Pemberian ASI secara ekslusif dapat mencegah terjadinya diare, dikarenakan akan
mengurangi kontaminasi dari makanan pendamping ASI sebagai sumber utama patogen usus.
2.5.4 Faktor sosial, ekonomi, budaya dan higiene-sanitasi lingkungan serta diri sendiri
Higiene-sanitasi buruk dapat berakibat masuknya bakteri secara berlebihan ke dalam
usus, sehingga dapat mengalahkan pertahanan tubuh normal dan akan
mengakibatkan tumbuh lampau bakteri.Adanya keterbatasan dalam sosial ekonomi akan
berpengaruh terhadap kepadatan lingkungan tempat tinggal, penyediaan sumber air bersih,
keadaan higiene sanitasi lingkungan yang berhubungan dengan proses transmisi infeksi
enterik, khususnya pada negara berkembang. Tingkat pendidikan orang tua berpengaruh
terhadap perilaku dan pola hidup, dalam hal ini pendidikan ibu lebih berperanan
2.5.5 Sosial-budaya
Mempengaruhi perilaku hidup sehat dan kebersihan diri dan kemudian berperan
dalam mengurangi masuknya patogen usus. Sebuah penelitian di Brazil yang mengamati
perilaku higiene (misalnya minum air matang, cuci tangan, dll.) memberikan hasil anak-anak
perilaku higiene positifberisiko lebih jarang mengalami diare (RR 2,22, CI 95%: 1,75-2,81).
2.5.6 Keadaan mukosa usus
Patogenesis diare yang berulang adalah diare karenapatogen sama yang menetap,
adanya reinfeksi oleh patogen lain atau timbulnya sensitisasi antigen makanan yang
menyebabkan kerusakan mukosa usus menetap.Kelainan mukosa usus ini selain disebabkan
oleh invasi dan kerusakan oleh bakteri secara langsung, tetapi mungkin karena efek toksin
bakteri pada permukaan epitel. Pada infeksi yang disebabkan oleh rotavirus, kesembuhan
rata-rata terjadi dalam 2-4 minggu sesudah infeksi, namun dapat pula berlanjut hingga4-8
minggu pada bayi di bawah usia 6 bulan.Pada beberapa anak, diare akan menetap disebabkan
penyembuhan villi tidak sempurna. Epitel bayi mengalami pemulihan seluler yang lambat.
2.6 Tatalaksana
Pengelolaan diare cair akut menurut DEPKES adalah penggantian cairan dan
elektrolit tanpa melihat etiologi, tetap memberikan makanan untuk menghindarkan efek
buruk terhadap gizi serta pemberian antibiotika dan antiparasit secara tidak rutin untuk kasuskasus tertentu. Hal ini sesuai dengan rekomendasi WHO, penambahan suplementasi seng.
Sedangkan UKK Gastro-Hepatologi IDAI juga memandang perlu edukasi pada orangtua
dalam tatalaksana diare. Pemberian rehidarasi per oral menjadi pilihan utama dalam terapi
menggantikan cairan dan elektrolit yang hilang pada diare. Rekomendasi terbaru dari WHO
(2005) adalah penggunaan cairan rehidrasi oral dengan osmolaritas lebih rendah.
Sebelummya digunakan cairan rehidrasi oral konsentrasi 311 mOsm/l dengan kandungan
Natrium 90 mEq/l. Saat ini telah direkomendasikan penggunaan cairan rehidrasi peroral yang
mengandung natrium 75 mEq/l , glukosa 75 mmol/l dengan osmolaritas total 245 mOsm/l.
Pemberian cairan rehidrasi oral dengan osmolaritas rendah ini, telah terbukti memperpendek
durasi diare dan mengurangi penggunaancairan intravena untuk rehidrasi. Pemberian diet
pada penderita diare dilakukan dengan tujuan memberikan nutrisi dengan jumlah dan
digunakan dan telah sejak lama digunakan sebagai probiotik. Laktobasilus dilaporkan relatif
aman dan efektif dalam mengobati dan mencegah diare karena infeksi; diare yang berkaitan
dengan penggunaan antibiotika, namun penggunaannya secara rutin belum
direkomendasikan. Laktobasili pada individu sehat, secara normal berada dalam rongga
mulut colony forming unit/gram , ileum cfu/g dan coloncfu/g dan merupakan
mikroorganisme yang dominan dalam vagina. Peranan probiotik dalam saluran cerna
penggunaan probiotik dalam pencegahan maupun terapi pada gangguan saluran cerna adalah
berdasarkan pengaruh langsung pada saluran cerna maupun tidak langsung dengan perantara
system imun. Mekanisme umum probiotik dikaitkan dengan efek protektif terhadap
kolonisasi dan translokasi mikroba patologik. Mekanisme ini meliputi persaingan untuk
tempat reseptor pada permukaan usus, produksi dari bahan-bahan antibiotik, peningkatan p
ertahanan imun inang (efek adjuvans, peningkatan produksi immunoglobulin A polimerik,
stimulasi sitokin) dan kompetisi dengan pathogen untuk nutrient luminal.Mekanisme kerja
probiotik untuk menghambat pertumbuhan bakteri patogen dalam mukosa usus belum
sepenuhnya jelas tetapi beberapa laporan menunjukkan dengan cara kompetisi untuk
mengadakan perlekatan dengan enterosit (sel epitel mukosa), enterosit yang telah jenuh
dengan bakteri probiotik sehingga bakteri lain tidak dapat lagi mengadakan perlekatan.
Sehingga dengan adanya bakteri probiotik di dalam mukosa usus dapat mencegah kolonisasi
oleh bakteri patogen. Kemampuan adhesi bakteri probiotik dapat mengurangi atau
menghambat adhesi bakteri lain misalnya E. colidan salmonella sehingga tidak terjadi
kolonisasi. Probiotik saat ini semakin sering digunakan dan dilaporkan dapat mengurangi
risiko terjadinya diare akut pada anak. Probiotik mampu mencegah diare yang disebabkan
oleh antibiotika dengan efek samping sedikit. Empat penelitian RCT meneliti penggunaan
probiotik untuk mencegah diare pada bayi dan anak yang dirawat di rumah sakit. Dua
Secara teoritik ketiga faktor tersebut dapat diamati dari keadaan fisik perumahan, pendapatan
keluarga, perilaku sosial keluarga, umur(Chronological age), kandungan zat besi ( penting
untuk kejadian infeksi ), dan kejadian sakit (lebih-lebih) diare. Penyebab penyakit diare
diantaranya dapat berupa infeksi, malabsorbsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi dan lainlain. Penyebab diare karena infeksi masih merupakan masalah yang cukup serius di negara
berkembang dan dapat berupa infeksi parenteral (infeksi jalan napas, saluran kencing, dan
infeksi sistemik), maupun infeksi enteral (bakteri, virus, jamur, dan parasit). Peran ibu dalam
menurunkan durasi diare akut pada anak sangatlah penting, karenanya suatu pemahaman
yang benar tentang penyakit diare ini sangat diperlukan untuk para orang tua.
Telahdiupayakan berbagai cara untuk menurunkan angka kejadian diare yaitu berupa
penyuluhan, pencegahan dehidrasidengan oralit dan penggunaan cairan tunggal Ringer Laktat
untuk mengatasinya namun morbiditas dan mortalitas diare masih saja terjadi di berbagai
tempat.
gizi dan resiko kematian. Cara-cara lain juga dibutuhkan, untuk mengurangi insiden diare
yaitu intervensi yang selalu mengurangi penyebaran mikroorganisme penyebab diare juga
meningkatkan resistensi anak terhadap infeksi kuman ini.
Sejumlah intervensi telah disusulkan untuk mencegah diare pada anak, kebanyakan meliputi
cara yang berhubungan dengan cara pemberian makanan pada bayi, kebersihan perseorangan,
kebersihan makanan, penyediaan air bersih, pembuangan tinja yang aman, dan imunisasi.
Ada 7 cara diidentifikasikan sebagai sasaran untuk promosi yaitu
1. pemberian ASI
2. perbaikan makanan pendamping ASI
3. Penggunaan air bersih untuk kebersihan dan untuk minum
4. Cuci tangan
5. Penggunaan jamban
6. Pembuangan tinja bayi yang aman
7. Imunisasi campak
DAFTAR PUSTAKA
1. Behman, R.E et all. Nelson Textbook of Pediatrics. 17th edition, International Edition.
Saunder 2004.
2. Budiarso, Aswita.dkk. Buku Pedoman Pengendalian Penyakit Diare. Jakarta.
Departemen Kesehatan R.I PPM & PLP.2009
3. Departemen Kesehatan. Diare Pada Anak. www.depkes.go.id