Anda di halaman 1dari 24

ANTENATAL CARE (ANC)

A. Kehamilan
Masa kehamilan dimulai saat konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya
hamil adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama
haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 trimester, yaitu trimester pertama dimulai
dari konsepsi sampai 3 bulan, trimester kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan,
trimester ketiga dari bulan ketujuh sampai bulan kesembilan (Depkes, 2007).
1. Perubahan pada tubuh ibu hamil
a. Trimester pertama
Tanda-tanda fisik yang kadang dapat terjadi pada ibu adalah
perdarahan sedikit (spotting) sekitar 11 hari setelah konsepsi, yakni pada
saat embrio melekat pada lapisan uterus. Perdarahan ini biasanya kurang
dari jumlah haid normal. Perubahan fisik lain adalah nyeri dan
pembesaran payudara, kadang diikuti dengan rasa lelah yang sangat dan
sering kencing. Gejala ini akan dialami sampai 3 bulan berikutnya.
Morning Sickness berupa mual dan muntah biasanya dimulai sekitar 8
minggu dan mungkin berakhir sampai 12 minggu. Setelah 12 minggu
pertumbuhan janin dalam uterus dapat dirasakan ibu di atas simpisis
pubis. Ibu mengalami kenaikan berat badan sekitar 1-2 kg salam
kehamilan trimester pertama (Depkes, 2007).
b. Trimester kedua
Uterus akan terus membesar. Setelah 16 minggu uterus biasanya
berada pada pertengahan antara simpisis pubis dan pusat. Berat badan ibu
bertambah sekitar 0,4-0,5 kg/minggu. Ibu akan mulai merasa mempunyai
banyak energi. Pada 20 minggu fundus uteri berada dekat dengan pusat
(2-3 jari bawah pusat). Payudara mulai mengeluarkan kolostrum. Ibu
mulai merasakan gerakan janinnya. Tampak perubahan kulit yang
normal, berupa cloasma, linea nigra dan striae gravidarum (Depkes,
2007).
c. Trimester ketiga
Pembesaran uterus terus bertambah. Pada minggu ke 28 fundus
uteri berada pada 3 jari di atas pusat antara pusat dan processus xiphoid.

Pada minggu ke 32, fundus uteri berada pada pertengahan pusat dan
processus xiphoid (Px). Minggu ke 36, fundus uteri mencapai 3 jari di
bawah Px. Payudara terasa penuh dan lunak. Sering kencing kemabli
terjadi. Sekitar minggu 38 janin mulai masuk ke dalam rongga panggul.
Sakit punggung dan sering kencing meningkat akibat tekanan uterus
terhadap kandung kencing. Tidur mungkin menjadi sulit. Terasa kontraksi
braxton hicks (His palsu) yang meningkat (Depkes, 2007).
B. Pengertian Antenatal Care
Definisi asuhan antenatal adalah suatu program yang terencana berupa
observasi, edukasi dan penanganan medik pada ibu hamil, untuk memperoleh
suatu

proses

kehamilan

dan

persalinan

yang

aman

dan

memuaskan.

(pada beberapa kepustakaan disebut sebagai Prenatal Care) (Agustina, 2011).


Antenatal Care adalah merupakan cara penting untuk memonitoring dan
mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan kehamilan
normal, ibu hamil sebaiknya dianjurkan mengunjungi bidan atau dokter sedini
mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan dan
asuhan antenatal (Agustina, 2011).
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga profesional
(dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu bidan dan perawat
bidan) untuk ibu selama masa kehamilannya, sesuai dengan standard minimal
pelayanan antenatal (Agustina, 2011).

C. Tujuan Antenatal Care


Tujuan dari antenatal care yaitu sebagai berikut (Fitrihanda, 2010):
1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh
kembang bayi;
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu
dan bayi,
3. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang
mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum,
kebidanan dan pembedahan,

4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, Ibu


maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin,
5. Mempersiapkan peran Ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar
dapat tumbuh kembang secara normal.
D. Fungsi Antenatal Care
Beberapa fungsi antenatal care sebagai berikut (Fitrihanda, 2010):
1. Promosi kesehatan selama kehamilan melalui sarana dan aktifitas pendidikan.
2. Melakukan screening, identifikasi dengan wanita dengan kehamilan resiko
tinggi dan merujuk bila perlu.
3. Memantau kesehatan selama hamil dengan usaha mendeteksi dan menangani
masalah yang terjadi.
E. Pelayanan Kunjungan Antenatal
Setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang bisa mengancam
jiwanya. Oleh karena itu, wanita hamil memerlukan sedikitnya empat kali
kunjungan selama periode antenatal (Depkes, 2007):
1. Satu kali kunjungan selama trimester satu (< 14 minggu).
2. Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14 28).
3. Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28 36 dan
sesudah minggu ke 36).
Kecuali jika ditemukan kelainan/faktor

risiko yang memerlukan

penatalaksanaan medik lain, pemeriksaan harus lebih sering dan intensif. Dalam
pelaksanaan operasionalnya, dikenal Standar Minimal Pelayanan Antenatal 14T,
yang terdiri atas (Depkes, 2007):
1. Ukur Berat badan dan Tinggi Badan ( T1 )
Dalam keadaan normal kenaikan berat badan ibu dari sebelum hamil dihitung
dari TM I sampai TM III yang berkisar antara 9-13,9 kg dan kenaikan berat
badan setiap minggu yang tergolong normal adalah 0,4 - 0,5 kg tiap minggu
mulai TM II. Pengukuran tinggi badan ibu hamil dilakukan untuk mendeteksi
faktor resiko terhadap kehamilan yang sering berhubungan dengan keadaan
rongga panggul.
2. Ukur Tekanan Darah ( T2)
Tekanan darah yang normal 110/80 - 140/90 mmHg, bila melebihi 140/90
mmHg perlu diwaspadai adanya Preeklampsi. Preeklampsia adalah hipertensi
(140/90 mmHg) dan proteinuria ( > 300/24 jam urin) yang terjadi setelah

kehamilan 20 minggu pada perempuan yang sebelumnya normotensi.


Preeklamsi dibagi menjadi 2 golongan yaitu preekslamsi ringan dan berat.
Preeklampsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan atau
edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan.
Gejala klinis preeklampsia ringan meliputi:
a. Kenaikan tekanan darah sistol 30 mmHg atau lebih; diastol 15 mmHg
atau lebih dari tekanan darah sebelum hamil pada kehamilan 20 minggu
atau lebih atau sistol 140 mmHg sampai kurang 160 mmHg; diastol 90
mmHg sampai kurang 110 mmHg.
b. Proteinuria : secara kuantitatif lebih 0.3 gr/liter dalam 24 jam atau secara
kualitatif positif 2 (+2).
c. Edema pada pretibia, dinding abdomen, lumbosakral, wajah atau tangan.
d. Kenaikan berat badan ibu 1 kg atau lebih per minggu selama 2 kali
berturut-turut.
Preeklampsia berat berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai
dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria
dan atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih. Gejala klinis
preeklampsia berat meliputi:
a. Tekanan darah sistolik 160 mmHg atau lebih dan atau diastolik 110
mmHg atau lebih, di ukur 2 kali dengan jarak waktu sekurang-kurangnya
6 jam dan pasien dalam keadaan istirahat rebah.
b. Proteinuri 5 gr atau lebih dalam 24 jam.
c. Oliguri yaitu produksi urine 400 cc atau kurang dalam 24 jam.
d. Gangguan serebral atau gangguan penglihatan.
e. Edema paru atau sianosis.
3. Ukur Tinggi Fundus Uteri ( T3 )
Tujuan pemeriksaan TFU menggunakan tehnik Mc. Donald adalah
menentukan umur kehamilan berdasarkan minggu dan hasilnya bisa di
bandingkan dengan hasil anamnesis hari pertama haid terakhir (HPHT) dan
kapan gerakan janin mulai dirasakan. TFU yang normal harus sama dengan
UK dalam minggu yang dicantumkan dalam HPHT. Pengukuran TFU
merupakan bagian dari pemeriksaan palpasi. Cara melakukan palpasi menurut
Leopold terdiri dari 4 bagian, yaitu (Depkes, 2007):
a. Leopold I
Untuk menentukan tinggi fundus (tuanya kehamilan) dan bagian apa
yang terdapat dalam fundus. Sifat kepala keras, bundar dan melenting.

Sifat bokong lunak, kurang bundar dan kurang melenting. Pada letak
melintang fundus uteri teraba kosong. Hubungan tinggi fundus uteri dan
tuanya kehamilan (Depkes, 2007):
Perkiraan usia kehamilan setelah minggu 24, cara yang paling efektif
adalah dengan menggunakan pita ukuran. Ukur tinggi fundus uteri
dengan pita ukuran dari simfisis pubis ke fundus uteri.
Rumus:
Tinggi fundus uteri dlm cm = tua kehamilan dalam bulan
3,5 cm
Tabel. 1 Ukuran Fundus Uteri sesuai Usia Kehamilan
Usia Kehamilan sesuai minggu

Jarak

dari

simfisis
24-25 cm
26,7 cm
29,5 30 cm
31 cm
32 cm
33 cm
37,7 cm

22 28 Minggu
28 Minggu
30 Minggu
32 Minggu
34 Minggu
36 Minggu
40 Minggu
b. Leopold II
Untuk menentukan letak punggung janin dan letak bagian-bagian kecil
janin. Caranya, letakan kedua tangan pada sisi uterus, dan tentukan
bagian terkecil janin.

Gambar 2. Cara Pemeriksaan Leopold II


c. Leopold III
Untuk menentukan apa yang terdapat di bagian bawah rahim dan apakah
bagian bawah janin ini sudah terpegang oleh pintu atas panggul atau
belum. Caranya, tekan dengan ibu jari dan jari tengah pada salah satu

tangan secara lembut dan masuk ke dalam abdomen ibu di atas simpisis
pubis. Kemudian peganglah bagian presentasi janin dan bagian apakah
yang menjadi presentasi tersebut.

Gambar 3. Cara Pemeriksaan Leopold III


d. Leopold IV
Untuk menentukan apa yang menjadi bagian bawah dan berapa jauhnya
bagian bawah ini masuk ke dalam rongga panggul. Caranya, letakan
kedua tangan di sisi bawah uterus, lalu tekan ke dalam dan gerakan jarijari ke arah rongga panggul, di manakah tonjolan sefalik dan apakah
bagian presentasi telah masuk. Pemeriksaan ini tidak dilakukan bila
kepala masih tinggi. Pemeriksaan leopold lengkap dapat dilakukan bila
janin cukup besar, kira-kira bulan VI ke atas.

Gambar 4. Cara Pemeriksaan Leopold IV


4. Pemberian Tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan ( T4 )
Tujuan pemberian tablet Fe adalah untuk memenuhi kebutuhan Fe pada ibu
hamil dan nifas karena pada masa kehamilan dan nifas kebutuhan meningkat.
Dimulai dengan memberikan satu sehari sesegera mungkin setelah rasa mual

hilang. Tiap tablet mengandung FeSO4 320 Mg (zat besi 60 Mg) dan Asam
Folat 500 Mg, minimal masing-masing 90 tablet. Tablet besi sebaiknya tidak
diminum bersama teh atau kopi, karena mengganggu penyerapan.
5. Pemberian Imunisasi TT ( T5 )
Imunisasi TT untuk ibu hamil diberikan 2 kali dengan dosis 0,5 cc di
injeksikan intramuskuler/subkutan dalam. Manfaat imunisasi TT ibu hamil
adalah melindungi bayinya yang baru lahir dari tetanus neonatorum. Tetanus
neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (bayi berusia
kurang 1 bulan) yang disebabkan oleh clostridium tetani, yaitu kuman yang
mengeluarkan toksin (racun) dan menyerang sistim saraf pusat dan
melindungi ibu terhadap kemungkinan tetanus apabila terluka. Jarak
pemberian (interval) imunisasi TT1 dengan TT2 adalah minimal 4 minggu.
Efek samping imunisasi TT Biasanya hanya gejala-gejala ringan saja seperti
nyeri, kemerahan dan pembengkakan pada tempat suntikan. TT adalah
antigen yang sangat aman dan juga aman untuk wanita hamil. Tidak ada
bahaya bagi janin apabila ibu hamil mendapatkan imunisasi TT. Efek
samping tersebut berlangsung 1-2 hari, ini akan sembuh sendiri dan tidak
perlukan tindakan/pengobatan (Depkes RI, 2000; Saifuddin dkk, 2001)
Tabel 2. Jadwal Pemberian TT

Imunisasi TT pada ibu hamil harus terlebih dulu ditentukan status kekebalan /
imunisasinya. Ibu hamil yang belum pernah mendapatkan imunisasi maka
statusnya T0, jika telah mendapatkan 2 dosis dengan interval minimal 4
minggu atau pada masa balitanya telah memperoleh imunisasi DPT sampai 3
kali maka statusnya adalah T2, bila telah mendapat dosis TT yang ketiga

(interval minimal 6 bulan dari dosis ke-2) maka statusnnya T3, status T4
didapat bila telah mendapatkan 4 dosis (interval minimal 1 tahun dari dosis
ke-3) dan status T5 didapatkan bila 5 dosis telah didapat (interval minimal 1
tahun dari dosis ke 4). Selama hamil bila ibu hamil statusnya T0 maka
hendaknya mendapatkan minimal 2 dosis (TT1 dan TT2 dengan interval 4
minggu dan bila memungkinkan untuk mendapatkan TT3 sesudah 6 bulan
berikutnya). Ibu hamil dengan status T1 diharapkan mendapatkan suntikan
TT2 dan bila memungkinkan juga diberikan TT3 dengan interval 6 bulan
(bukan 4 minggu/1 bulan). Bagi bumil dengan status T2 maka bisa diberikan
satu kali suntikan bila interval suntikan sebelumnya lebih dari 6 bulan. Bila
statusnya T3 maka suntikan selama hamil cukup sekali dengan jarak minimal
1 tahun dari suntikan sebelumnya. Ibu hamil dengan status T4 pun dapat
diberikan sekali suntikan (TT5) bila suntikan terakhir telah lebih dari setahun
dan bagi ibu hamil dengan status T5 tidak perlu disuntik TT lagi karena telah
mendapatkan kekebalan seumur hidup (25 tahun). Walaupun tidak hamil
maka bila wanita usia subur belum mencapai status T5 diharapkan
mendapatkan dosis TT hinggga tercapai status T5 dengan interval yang
ditentukan. Hal ini penting untuk mencegah terjadinya tetanus pada bayi yang
akan dilahirkan dan keuntungan bagi wanita untuk mendapatkan kekebalan
aktif terhadap tetanus.
6. Pemeriksaan Hb ( T6 )
Pemeriksaan Hb pada Bumil harus dilakukan pada kunjungan pertama dan
minggu ke 28. bila kadar Hb < 11 gr% ibu hamil dinyatakan Anemia, maka
harus diberi suplemen 60 mg Fe dan 0,5 mg As. Folat hingga Hb menjadi 11
gr% atau lebih.
7. Pemeriksaan VDRL ( Veneral Disease Research Lab. ) ( T7 )
Pemeriksaan VDRL (Veneral Diseases Research Laboratory) merupakan
screening untuk sifilis, penyakit kelamin yang ditularkan melalui hubungan
seksual. Janin yang terinfeksi dapat mengalami gejalanya saat lahir atau
beberapa bulan setelah lahir. Gejalanya berupa pembesaran hati dan limpa,
kuning, anemia, lesi kulit, pembesaran kelenjar getah bening dan gangguan

sistem saraf. Pengobatan terhadap sifilis sebelum kehamilan bisa mencegah


bayi terkena kongenital. Pemeriksaan dilakukan pada saat ibu hamil datang
pertama kali diambil spesimen darah vena kurang lebih 2 cc. Apabila hasil
test positif maka dilakukan pengobatan dan rujukan.
8. Pemeriksaan Protein urine ( T8 )
Untuk mengetahui apakah pada urine mengandung protein atau tidak untuk
mendeteksi gejala Preeklampsi.
9. Pemeriksaan Urine Reduksi ( T9 )
Untuk ibu hamil dengan riwayat DM. Bila hasil positif maka perlu diikuti
pemeriksaan gula darah untuk memastikan adanya DMG.
10. Perawatan Payudara ( T10 )
Perawatan payudara untuk ibu hamil dengan puting susu yang sudah
menonjol dan tanpa riwayat abortus, perawatannya dapat dimulai pada usia
kehamilan 6 bulan ke atas. Ibu hamil dengan puting susu yang sudah
menonjol dengan riwayat abortus, perawatannya dapat dimulai pada usia
kehamilan di atas 8 bulan. Pada puting susu yang mendatar atau masuk
kedalam, perawatannya harus dilakukan lebih dini, yaitu usia kehamilan 3
bulan, kecuali bila ada riwayat abortus dilakukan setelah usia kehamilan
setelah 6 bulan.
11. Senam Hamil ( T11 )
Senam hamil adalah suatu bentuk latihan yang kegunaannya untuk
memperkuat dan mempertahankan elastisitas otot-otot dinding perut,
ligament-ligament, otot dasar panggul yang berhubungan dengan proses
persalinan. Ada beberapa syarat yang harus diperhatikan oleh ibu hamil
sebelum mengikuti senam hamil, syarat tersebut antara lain: telah dilakukan
pemeriksaan kesehatan dan kehamilan oleh dokter atau bidan. Latihan
dilakukan setelah kehamilan mencapai 22 minggu, latihan dilakukan secara
teratur dan disiplin, dalam batas kemampuan fisik ibu. Sebaiknya latihan
dilakukan di rumah sakit atau klinik bersalin di bawah pimpinan instruktur
senam hamil.
12. Pemberian Obat Malaria ( T12 )
Diberikan kepada ibu hamil pendatang dari daerah malaria juga kepada ibu
hamil dengan gejala malaria yakni panas tinggi disertai mengigil dan hasil
apusan darah yang positif.

13. Pemberian Kapsul Minyak Yodium ( T13 )


Diberikan pada kasus gangguan akibat kekurangan Yodium di daerah endemis
yang dapat berefek buruk terhadap Tumbuh kembang Manusia.
14. Temu wicara / Konseling ( T14 )
Pada saat kunjungan antenatal, petugas kesehatan harus menjelaskan pada
klien dan suami tentang kondisi ibu dan janinnya, dan jika penyulit terjadi
beritahu ibu suami dan keluarga serta ajak ibu, suami dan keluarga untuk
membahas rujukan dan rencana rujukan. Rujukan tepat waktu merupakan
unggulan asuhan sayang ibu dalam mendukung keselamatan ibu. Persiapanpersiapan dan informasi yang dapat dimasukkan dalam rencana rujukan
adalah :
a. Siapa yang akan menemani ibu atau bayi baru lahir.
b. Tempat rujukan mana yang lebih disukai ibu dan keluarga (jika ada lebih
dari satu kemungkinan tempat rujukan, pilih tempat rujukan yang paling
sesuai berdasarkan jenis asuhan yang diperlukan).
c. Sarana transportasi yang akan digunakan dan siapa yang akan
mendampingi mengendarainya. Transportasi harus tersedia segera, baik
siang maupun malam.
d. Siapa orang yang ditunjuk menjadi donor darah, jika tranfusi darah
diperlukan.
e. Uang yang disisihkan untuk asuhan medis, transportasi, obat-obatan dan
bahan-bahan.
f. Siapa yang akan tinggal dan menemani anak-anak yang lain pada saat ibu
tidak di rumah.
Apabila suatu daerah tidak bisa melaksanakan 14T sesuai kebijakan dapat
dilakukan standar minimal pelayanan ANC yaitu 7 T (Prawiroharjo, 2002):
1. Timbang berat badan
2. Ukur tekanan darah
3. Ukur tinggi fundus uteri
4. Pemberian imunisasi TT lengkap
5. Pemberian Tablet zat besi, minimum 90 tablet selama kehamilan.
6. Tes terhadap penyakit menular sexual, HIV/AIDS, dan malaria.
7. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan
F. Pemeriksaan kehamilan
Pemeriksaan kehamilan terbagi dalam (Depkes, 2007):
1. Anamnesa

Anamnesa pada kunjungan pelayanan antenatal pertama dari ibu hamil


meliputi:
a. Identifikasi ibu (nama, nama suami, usia, pekerjaan, agam dan alamat ibu).
Untuk mengenal ibu hamil dan menntukan status sosial ekonominya, serta
menentukan ajuran dan pengobatan yang diperlukan.
b. Keluhan utama, apakah ibu datang untuk memeriksakan kehamilan atau
ada masalah lain.
c. Riwayat haid, untuk mengetahui faal alat kandungan.
d. Riwayat perkawinan.
e. Riwayat kehamilan sekarang, meliputi:
1) HPHT
2) Gerak janin (kapan mulai dirasakan apakah ada perubahan).
3) Masalah atau tanda-tanda bahaya (termasuk penglihatan kabur).
4) Keluhan-keluhan lazim pada kehamilan.
5) Kekwatiran-khawatiran lain yang dirasakan
Dari informasi riwayat kehamilan yang sekarang ini dapat dipakai untuk
membantu dalam menentukan usia kehamilan dengan tepat. Setelah
mengetahui usia kehamilan barulah dapat diberikan konseling tentang
kehamilan yang diperlukan dan dapat juga membantu mendeteksi adanya
komplikasi dengan lebih baik.
Penentuan usia kehamilan
UK = TK HPHT
Bulan x 4 1/3 = UK dalam minggu
Menentukan Taksiran Persalinan
Saat persalinan sudah dapat ditentukan pada kunjungan antenatal yang
pertama, yaitu dengan rumus Naegle (Depkes, 2007):
1) Untuk skilus 28 hari :
HPHT (+7), Bulan (-3), Tahun (+1) = Tanggal persalinan.
2) Untuk siklus 35 hari:
HPHT (+14), Bulan (-3), Tahun (+1) = Tanggal persalinan.
Rumus Naegle hanya dapat digunakan bila haid ibu teratur. Rumus itu
tidak berlaku bila (Depkes, 2007):
1) Ibu mempunyai riwayat haid yang tidak teratur atau tidak haid.
2) Ibu hamil saat masih menyusui dan belum pernah haid lagi.
3) Ibu hamil setelah berhenti mengkonsumsi pil KB dan belum haid lagi.
Bila salah satu dari situasi di atas terjadi, taksiran tanggal persalinan
dilakukan secara klinis dengan melihat besarnya uterus, atau dengan
menggunakan USG.
f. Riwayat kebidanan yang lalu, meliputi:

1) Berapa kali hamil, anak yang lahir hidup, persalinan tepat waktu,
persalinan prematur, keguguran atau kegagalan kehamilan, persalinan
dengan tindakan (dengan forcep, vakum ekstraksi atau operasi caesar).
2) Perdarahan pada kehamilan, persalinan, kelahiran atau paska
persalinan.
3) Persalinan yang lalu: spontan atau buatan, aterm atau premature,
4)
5)
6)
7)

perdarahan, siapa yang menolong.


Riwayat hipertensi.
Melahirkan janin dengan BB < 2,5 kg atau > 4 kg.
Nifas dan laktasi.
Bayi yang dilahirkan: jenis kelamin, berat dan panjang badan, hidup

atau mati, bila mati umur berapa dan penyebabnya.


8) Masalah-masalah lain yang dialami.
Riwayat kebidanan yang lalu sangat mempengaruhi prognisa persalinnan
dan pimpinan persalinan, membantu dalam penanganan pelayanan
kehamilan (konseling khusus, test, tindak lanjut dna rencana persalinan).
g. Riwayat kesehatan (penyakit yang pernah diderita), meliputi:
1) Penyakit kardiovskular
2) TB Paru
3) Hepatitis B
4) Diabetes
5) Hipertensi
6) PMS atau HIV/AIDS
7) Malaria
8) Status imunisasi TT
9) Lain-lain
h. Riwayat keluarga meliputi penyakit keturunan, anak kembar, penyakit
menular dll.
i. Riwayat sosial ekonomi, dan budaya meliputi:
1) Status perkawinan
2) Riwayat KB
3) Reaksi orang tua dan keluarga terhadap kehamilan ini.
4) Dukungan keluarga
5) Pengambil keputusan dalam keluarga.
6) Kebiasaaan makan dan gizi yang dikonsumsi (gizi seimbang), dengan
perhatian pada vitamin A dan zat besi.
7) Kebiasaan hidup sehat meliputi kebiasaan merokok, minum
obat/alkohol/obat tradisional, dan olahraga.
8) Beban kerja dan kegiatan sehari-hari.
9) Tempat melahirkan dan penolong yang diinginkan.
2. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik pada ibu hamil meliputi (Depkes, 2007):


a. Pemeriksaan luar terdiri dari:
1) Pemeriksaan umum
a) Bagaimana keadaan umum ibu, keadaan gizi, kelainan bentuk
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)

badan, kesadaran.
Adanya anemia, cyanose, ikterus atau dyspnoe.
Keadaan jantung dan paru, periksa suhu badan, TD, nadi dan RR.
Oedema
TB
BB
Refleks
Pemeriksaan labolatorium sederhana bila ada, untuk kadar Hb,

golongan darah dan urine rutin.


2) Pemeriksaan kebidanan
a) Inspeksi
Kepala dan leher, adakah:
Rambut rontok
Edema dan choalma di wajah
Mata: konjungtiva & sklera
Mulut: bibr pucat, lidah pucat, caries gigi.
Leher: pembesaran vena jugularis, pembengkakan saluran
limfe, kelenjar tyroid dan tonsil.
Dada
Bentuk payudara, pigmentasi puting susu, keadaan puting susu
(simetris atau tidak), keluarnya kolostrum (dilakukan pemeriksaan
setelah usia kehamilan > 28 minggu).
Perut
Membesar ke depan atau ke samping (asites), keadaan pusat, linea
alba, ada gerakan anak atau tidk, kontraksi rahim, striae gravidarum
dan bekas luka operasi.
Vulva
Keadaan perineum, varices, tanda chadwick, flour dan condyloma.
Anggota gerak bawah
Cari varices, oedema, luka, sikatrik pada lipat paha.
b) Palpasi
Palpasi dilakukan untuk menentukan besarnya rahim yang
menentukan tuanya kehamilan dan letak anak dalam Rahim.
Cara melakukan palpasi menurut Leopold terdiri dari 4 bagian,
yaitu (Depkes, 2007):
Leopold I
Leopold II

Leopold III
Leopold IV
c) Perkusi
Pemeriksaan perkusi refleks patella adalah pemeriksaan dengan
pengetukan pada tendon patella menggunakan palu refleks. Pada
kondisi normal, setelah dilakukan pengetukan akan terjadi reaksi
refleks, jika reaksi negative kemungkinan ibu hamil mengalami
kekurangan vitamin B1. Vitamin B1 penting untuk fungsi saraf.
Kekurangan vitamin B1 dapat menyebabkan gangguan saraf pusat
seperti beri-beri atau gangguan saraf tepi seperti kesemutan, kejang
otot dan bengkak.
d) Auskultasi
Digunakan stetoskpo atau doppler, untuk mendengar bunyi jantung
janin, bising tali pusat, gerakan janin, bising rahim, bunyi aorta dan
bising usus.
Dengarkan DJJ dengan menempelkan stestoskop monoaural pada
dinding perut ibu sesuai posisi punggun janin. Taruh di lapisan
perut ibu yan tipis yaitu sekitar 3 cm di bawah pusat. Dengarkan
setiap 5 detik sebanyak 3 kali pemeriksaan, interval 5 detik diatara
perhitungan.

Kemudian

jumlahkan

dan

kalikan

untuk

mendapatkan frekuensi denyut jantung bayi permenit (Agustina,


2011).
b. Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan dalam dilakukan pada saat kunjungan pertama
pemeriksaan antenatal pada hamil muda dan sekali lagi pada kehamilan
trimester III untuk menentukan keadaan panggul.
G. Pemeriksaan Antenatal Ulangan
Yang dimaksud dengan kunjungan ulang yaitu setiap kunjungan
pemeriksaan antenatal yang dilakukan setelah kunjungan pertama. Kunjungan
ulang lebih diarakan untuk mendeteksi komplikasi, mempersiapkan persalinan,
dan mendeteksi kegawatdaruratan, pemeriksaan fisik yang terarah serta
penyuluhan bagi ibu hamil.
Pemeriksaan anatenatal ulangan meliputi (Depkes, 2007):

1. Riwayat kehamilan sekarang:


a. Gerak janin
b. Setiap masalah atau tanda-tanda bahaya
c. Keluhan-keluhan lazim dalam kehamilan
d. Kekwatiran-kwatiran lain.
2. Pemeriksaan fisik
a. BB
b. TD
c. Pengukuran tinggi funndus uteri (setelah kehamilan 12 minggu dengan
palpasi, setelah kehamilan 22 minggu dengan pita ukuran.
d. Palpasi abdomen untuk deteksi kehamilan ganda (setelah 28 minggu).
e. Manuver Leopold untuk deteksi kedudukan abdomen (setelah kehamilan
36 minggu).
f. Bunyi DJJ (setelah kehamilan 18 minggu)
g. Menhitung taksiran BB janin.
3. Pemeriksaan labolatorium
a. Khususnya terhadap protein dalam urin.
b. Pemeriksaan lab. Lainnya, dilakukan bila ada indikasi lain.
3. Diagnosa
Setelah dilakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik maka dapat ditegakkan
diagnosa. Selain itu dapat pula diketahui (Depkes, 2007):
a. Hamil atau tidak
b. Primi atau multigravida
c. Usia kehamilan
d. Janin hidup atau mati
e. Janin tunggal atau kembar
f. Anak intra atau ekstrauterin
g. Keadaan jalan lahir
h. Keadaan umum penderita
4. Prognosa
Prognosa atau ramala persalinan dibuat setelah ditegakkan diagnosa. Prognisa
persalinan dapat diperkirakan apakah akan berjalan normal dan lahir spontan
atau sulit dan berbahaya (Depkes, 2007).
5. Terapi
Tujuan terapi pada ibu hamil adalah untuk mencapai derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya dalam kehamilan dna menjelang persalinan. Keluhan yang
mengganggu perlu diperhatikan dan diberi pengobatan. Berikan konseling
pada ibu hamil mengenai kehidupan waktu hamil, higiene dan gizi,
pemeriksaan antenatal, tanda-tanda bahaya dll (Depkes, 2007).
H. Intervensi Dalam Pelayanan Antenatal Care

Intervensi dalam pelayanan antenatal care adalah perlakuan yang


diberikan kepada ibu hamil setelah dibuat diagnosa kehamilan. Adapun intervensi
dalam pelayanan antenatal care adalah (Fitrihanda, 2010):
1. Intervensi Dasar
a. Pemberian Tetanus Toxoid
b. Pemberian Vitamin Zat Besi
2. Intervensi Khusus
Intervensi khusus adalah melakukan khusus yang diberikan kepada ibu
hamil sesuai dengan faktor resiko dan kelainan yang ditemukan, meliputi:
a. Faktor resiko, meliputi:
1) Umur
Terlalu muda, yaitu dibawah 20 tahun
Terlalu tua, yaitu diatas 35 tahun
2) Paritas
Paritas 0 (primi gravidarum, belum pernah melahirkan)
Paritas > 3
3) Interval
Jarak persalinan terakhir dengan awal kehamilan sekurangkurangnya
2 tahun.
4) Tinggi badan kurang dari 145 cm
5) Lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm
b. Komplikasi Kehamilan
1) Komplikasi obstetri langsung
Perdarahan
Pre eklamasi/eklamsia
Kelainan letak lintang, sungsang primi gravida
Anak besar, hidramnion, kelainan kembar
Ketuban pecah dini dalam kehamilan.
2) Komplikasi obstetri tidak langsung
Penyakit jantung
Hepatitis
TBC (Tuberkolosis)
Anemia
Malaria
Diabetes militus
3) Komplikasi yang berhubungan dengan obstetri, komplikasi akibat
kecelakaan (kendaraan, keracunan, kebakaran).
I. Edukasi kesehatan bagi ibu hamil
Tidak semua ibu hamil dan keluarganya mendapat pendidikan dan
konseling kesehatan yang memadai tentang kesehatan reproduksi, terutama

tentang kehamilan dan upaya untuk menjaga agar kehamilan tetap sehat dan
berkualitas. Kunjungan antenatal memberi kesempatan bagi petugas kesehatan
untuk memberikan informasi kesehatan esensial bagi ibu hamil dan keluarganya.
Beberapa informasi penting tersebut adalah (Adriaansz, 2008):
1. Nutrisi yang adekuat
a. Kalori : Jumlah kalori yang diperlukan bagi ibu hamil untuk setiap harinya
adalah 2500 kalori. Pengetahuan tentang berbagai jenis makanan yang
dapat memberikan kecukupan kalori tersebut sebaiknya dapat dijelaskan
secara rinci dan bahasa yang dimengerti oleh para ibu hamil dan
keluarganya. Jumlah kalori yang berlebih dapat menyebabkan obesitas dan
hal ini merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya preeklampsia.
Jumlah pertambahan berat badan sebaiknya tidak melebihi 10-12 kg
selama hamil. Jenis makanan yang sehat dan variatif selama kehamilan
diantaranya adalah (Adulgopar, 2009):
Buah dan sayuran.
Makanan mengandung karbohidrat seperti nasi, roti, kentang.
Protein seperti daging, ikan, kacang.
Makanan berserat yang dapat ditemukan di roti gandum, buah, sayur.
Susu dan keju.
Makanan yang tidak sehat atau berbahaya bagi janin yang dikandung
diantaranya (Adulgopar, 2009):
Hati dan produk hati. Mengandung vitamin A dosis tinggi yang
bersifat teratogenik (menyebabkan cacat pada janin).
Makanan mentah atau setengah matang karena risiko toksoplasma.
Ikan yang mengandung metilmerkuri dalam kadar tinggi seperti hiu,
marlin, yang dapat mengganggu sistem saraf janin.
Kafein yang terkandung dalam kopi, teh, coklat, kola dibatasi 300
mg per hari.

Efek yang dapat terjadi diantaranya adalah insomnia

(sulit tidur), refluks, dan


frekuensi berkemih yang meningkat.
Vitamin A dalam dosis > 20.000 50.000 IU/hari dapat
menyebabkan kelainan bawaan.
b. Protein
Jumlah protein yang diperlukan oleh ibu hamil adalah 85 gram per hari.
Sumber protein tersebut dapat diperoleh dari tumbuh-tumbuhan (kacang-

kacangan) atau hewani (ikan, ayam, keju, susu, telur). Defisiensi protein
dapat menyebabkan kelahiran prematur, anemia dan edema.
c. Kalsium
Kebutuhan kalsium ibu hamil adalah 1,5 gram per hari. Kalsium
dibutuhkan untuk pertumbuhan janin, terutama bagi pengembangan otot
dan rangka. Sumber kalsium yang mudah diperoleh adalah susu, keju,
yogurt, dan kalsium karbonat. Defisiensi kalsium dapat menyebabkan
riketsia pada bayi atau osteomalasia pada ibu.
d. Zat besi
Metabolisme yang tinggi pada ibu hamil memerlukan kecukupan
oksigenasi jaringan yang diperoleh dari pengikatan dan pengantaran
melalui hemoglobin di dalam sel-sel darah merah. Untuk menjaga
konsentrasi hemoglobin yang normal, diperlukan asupan zat besi bagi ibu
hamil dengan jumlah 30 mg/hari. Zat besi yang diberikan dapat berupa
ferfous gluconate, ferrous fumarate atau ferrous sulphate. Kekurangan zat
besi pada ibu hamil dapat menyebabkan anemia defisiensi zat besi. Selain
suplemen, zat besi juga terkandung pada daging, telur, kacang, sayuran
hijau, gandum, dan buah-buahan kering. Suplemen besi sebaiknya
dikonsumsi diantara waktu makan dengan perut yang kosong atau diikuti
jus jeruk untuk meningkatkan penyerapan.
e. Asam folat
Selain zat besi, sel-sel darah merah juga memerlukan asam folat bagi
pematangan sel. Jumlah asam folat yang dibutuhkan oleh ibu hamil adalah
400 mikrogram per hari. Kekurangan asam folat dapat menyebabkan anemia
megaloblastik pada ibu hamil. Asam folat yang dikonsumsi sebelum hamil
dan selama kehamilan melindungi dari gangguan saraf pada janin
(anensefali, spina bifida). Makanan yang bnyak mengandung asam folat
sayuran hijau dan kuning (memasaknya tidak boleh terlalu lama), buah
pisang, strawberry, jeruk, dan Jenis kacang seperti kacang hijau kacang
polong, kacang tanah, kacang panjang dan kedelai direkomendasikan
sebagai makanan yang kaya akan asam folat.
2. Perawatan payudara

Payudara perlu dipersiapkan sejak sebelum bayi lahir sehingga dapat


segera berfungsi dengan baik pada saat diperlukan. Pengurutan payudara untuk
mengeluarkan sekresi dan membuka duktus dan sinus lateferus sebaiknya
dilakukan secara hati-hati dan benar karena pengurutan yang salah dapat
menimbulkan kontraksi pada rahim sehingga terjadi kondisi seperti pada uji
kesejahteraan janin menggunakan uterotonika. Basuhan lembut setiap hari pada
areola dan puting susu akan dapat mengurangi retak dan lecet pada area tersebut.
Untuk sekresi yang mengering pada puting susu, lakukan pembersihan dengan
menggunakan campuran gliserin dan alkohol.
3. Perawatan gigi
Paling tidak dibutuhkan dua kali pemeriksaan gigi selama kehamilan, yaitu
pada trimester pertama dan ketiga. Penjadwalan untuk trimester pertama terkait
dengan hiperemesis dan ptyalisme (produksi liur yang berlebihan) sehingga
kebersihan rongga mulut harus selalu terjaga. Sedangkan pada trimester ketiga,
terkait dengan adanya kebutuhan kalsium untuk pertumbuhan janin sehingga perlu
diketahui apakah terdapat pengaruh yang merugikan pada gigi ibu hamil.
Dianjurkan untuk selalu menyikat gigi setelah makan karena ibu hamil sangat
rentan terhadap terjadinya carries dan ginggivitis.
4. Kebersihan tubuh dan pakaian
Kebersihan tubuh harus terjaga selama kehamilan. Perubahan anatomi
pada perut, area genitalia/lipat paha dan payudara menyebabkan lipatan-lipatan
kulit menjadi lebih lembab dan mudah terinvestasi oleh mikroorganisme.
Sebaiknya gunakan pancuran atau gayung pada saat mandi, tidak dianjurkan
berendam dalam bathtub dan melakukan vaginal douche. Gunakan pakaian yang
longgar, bersih dan nyaman dan hindarkan sepatu bertongkat tinggi (high heels)
dan alas kaki yang keras (tidak elastis) serta korset penahan perut. Lakukan gerak
tubuh ringan, misalnya berjalan kaki, terutama pada pagi hari. Jangan melakukan
pekerjaan rumah tangga yang berat dan hindarkan kerja fisik yang dapat
menimbulkan kelelahan yang berlebihan. Beristirahan cukup, minimal 8 jam pada
malam hari dan 2 jam di siang hari. Ibu tidak dianjurkan untuk melakukan
kebiasaan untuk merokok selama hamil karena dapat menimbulkan vasospasme

yang berakibat pada anoksia bayi, berat badan lahir rendah (BBLR), prematuritas,
kelainan kongenital dan solusio plasenta.
5. Olahraga selama kehamilan
Latihan teratur selama kehamilan dapat mempersiapkan fisik maupun
mental yang baik untuk persiapan persalinan maupun ketika bayi sudah lahir
nanti. Merawat bayi baru lahir dapat mengakibatkan stress dan kelelahan. Latihan
fisik secara teratur mencegah rasa tidak nyaman, meningkatkan tenaga, dan
meningkatkan kesehatan.
Latihan yang diperlukan adalah latihan yang nyaman dan tidak membuat
tubuh mengeluarkan energi terlalu besar. Berenang dan bersepeda dapat dilakukan
selama kehamilan. Jalan-jalan dan aerobic low impact dapat ditoleransi. Berjalan
adalah olahraga yang baik untuk pemula. Berjalan memiliki efek seperti aerobik
namun tanpa beban berat pada persendian. Pakailah jenis sepatu yang nyaman
ketika berolahraga. Latihan dapat mengurangi ketidaknyamanan selama
kehamilan seperti konstipasi, pegal pada punggung, mudah lelah, bengkak pada
kaki, dan varises vena.
Hindari olahraga yang melakukan gerakan berbaring dengan punggung
sebagai dasarnya, olehraga yang dapat mengakibatkan jatuh atau trauma pada
perut, dan olahraga dengan beban persendian yang berat. Hindari mengangkat
beban berat diatas kepala dan melakukan gerakan yang mengakibatkan
peregangan dari otot punggung. Pada triwulan 2 dan 3, hindari latihan yang
melibatkan gerakan berbaring di punggung karena akan menurunkan aliran darah
ke rahim.
J. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul antara lain (Nurarif, 2013):
a. Ansietas
b. Keseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d perubahan nafsu
makan, mual/muntah, tidak mengenal peningkatan kebutuhan metabolik.
c. Perubahan eliminasi urin b/d penekanan pada vesika urinaria.
d. Nyeri b/d perubahan fisik, pengaruh hormonal.
K. Rencana Keperawatan

1. Ansietas b/d adanya faktor-faktor resiko khusus, krisis situasi, ancaman pada
konsep diri, konflik disadari dan tidak disadari tentang nilai-nilai esensial dan
tujuan hidup, kurang informasi.
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan kecemasan
berkurang/hilang.
Intervensi:
a. Kaji, sifat, sumber dan manifestasi kecemasan.
Rasional: mengidentifikasi perhatian pada bagian khusus dan menentukan
arah dan kemungkinan pilihan/ intervensi.
b. Berikan informasi tentang penyimpangan genetic khusus, resiko yang dalam
reproduksi dan ketersediaan tindakan/pilihan diagnosa.
Rasional: dapat menghilangkan ansietas berkenaan dengan ketidaktahuan dan
membantu keluarga mengenai stress, membuat keputusan, dan beradaptasi
secara positif terhadap pilihan.
c. Kembangkan sikap berbagi rasa secara terus menerus.
Rasional: kesempatan bagi klien/pasangan untuk memuji pemecahan situasi.
Tingkat kecemasan biasanya lebih tinggi pada pasangan yang telah
melahirkan anak dengan penyimpangan kromosom.
d. Berikan bimbingan antisipasi dalam hal perubahan fisik/psikologis.
Rasional: dapat menghilangkan kecemasan/ depresi pada pasangan.
2. Keseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d perubahan napsu
makan, mual/muntah, tidak mengenal peningkatan kebutuhan metabolik.
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi
terpenuhi.
Intervensi:
a. Tentukan keadekuatan kebiasaan asupan nutrisi dulu/sekarang dengan
menggunakan batasan 24 jam, perhatikan kondisi rambut, kuku dan kulit.
Rasional: kesejahteraan janin/ibu tergantung pada nutrisi ibu selama
kehamilan sebagaimana selama 2 tahun sebelum kehamilan.
b. Berikan informasi tertulis/verbal yang tepat tentang diet prenatal dan
suplemen vitamin dan zat besi setiap hari.
Rasional: Meningkatkan kemungkinan klien memilih diet seimbang.

c. Timbang BB klien. berikan informasi tentang penambahan prenatal yang


optimum.
Rasional: ketidakadekuatan penambahan berat badan prenatal dan atau
dibawah berat badan normal masa kehamilan, meningkatkan resiko retardasi
pertumbuhan intrauterine (IUGR) pada janin dengan BBLR.
d. Tinjau ulang frekuensi dan beratnya mual/muntah.
Rasional: mual/muntah trimester pertama dapat berdampak negative pada
status nutrisi prenatal, khususnya pada periode kritis perkembangan janin.
3. Perubahan eliminasi urin b/d penekanan pada vesika urinaria.
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan perubahan
eliminasi teratasi.
Intervensi:
a. Berikan informasi tentang perubahan perkemihan sehubungan dengan
trimester ketiga.
Rasional: membantu klien memahami alas an fisiologi dan frekuensi
berkemih dan/nokturia pembesaran uterus trimester ketiga menurunkan
kapasitas kandung kemih mengakibatkan sering berkemih.
b. Berikan informasi mengenaia perlunya masukan cairan 6 8 gelas sehari.
Rasional: mempertahankan tingkat cairan dan perfusi ginjal adekuat yang
mengurangi natrium diet untuk mempertahankan status isotonik.
c. Berikan informasi mengenai bahaya menggunakan diuretic dan penghilangan
natrium dan diet.
Rasional: kehilangan/pembatasan natrium dapat menekan regulator renninangiotensin-

aldosteron

dan

kadar

cairan,

mengakibatkan

dehidrasi/hipovolemia berat.
4. Nyeri b/d perubahan fisik, pengaruh hormonal.
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan nyeri berkurang.
Intervensi:
a. Kaji secara terus menerus ketidaknyamanan klien.
Rasional: data dasar terbaru untuk merencanakan perawatan.
b. Kaji status pernapasan klien.

Rasional: penurunan kapasitas pernapasan saat uterus menekan diafragma,


mengakibatkan dispnea khususnya pada multigravida, yang tidak mengalami
kelegaan dengan ikatan antara bayi dalam kandungannya.
c. Perhatikan adanya keluhan ketegangan pada punggung dan perubahan cara
jalan.
Rasional: lordosis dan regangan otot disebabkan pengaruh hormone
(relaxing-progesteron) pada sambungan pelvis dan perpindahan pusat
gravitasi sesuai dengan pembesaran uterus.

DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.

Depkes.(2007). Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: USAID


FKUI. (2000). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius.
Gary dkk. (2006). Obstetri Williams, Edisi 21. Jakarta, EGC.
NANDA International. NANDA-I: Nursing Diagnoses Definitions &
Classification 2009-2010. USA: Willey Blackwell Publication, 2009.

5. Moorhead S, Meridean M, Marion J. Nursing Outcomes Classification


(NOC). Fourth edition. USA: Mosby Elsevier, 2004.
6. Bulechek, Gloria M, Joanne CM. Nursing Intervention Classification (NIC).
Fifth edition. USA: Mosbie Elsevier, 2008.

Anda mungkin juga menyukai