Crystal. Ia tak suka saat orang memandang tinggi dirinya, berasal dari salah satu
sudut paling menakutkan di dunia membuatnya membenci kekuasaan. Awalnya
ia tak mengerti mengapa puluhan orang-orang dengan baju zirah baja mengkilat
mendatangi gubuk reyot milik ibunya, membawa sebuah perintah untuk
membawanya pergi, kemudian dalam hitungan malam ia menjadi bagian
keluarga kerajaan, dan bagi Han Bin kecil ia agaknya tak akan paham.
Tapi kini ia paham.
Dong Hyuk, sampai kapan semua ini akan terus bertahan? bertanya dengan
nada rendah, sepasang matanya menatap jauh horizon yang berwarna orangekemerahan, pertanda matahari di ujung barat mulai kembali ke selimut malam.
Dong Hyuk benci melihat pemuda itu merendah, selayaknya kehilangan rasa
percaya dan gairah untuk hidup, ia tak ingin lagi melihat orang yang berharga
baginya kehilangan jiwa dari sorot cahaya mata mereka. Kehilangan memang
tidak abadi adanya tapi, kehilangan menyita waktu untuk menutup luka yang
terbuka. Bibir pemuda dengan wajah bijak itu agaknya mulai gatal, tapi dalam
otaknya berputar-putar etika, ia tak ingin merendahkan etikanya walaupun pada
sahabatnya sendiri.
Semua punya waktu, tapi kita tidak pernah tahu, disaat-saat terakhir Dong
Hyuk tak lagi bisa menahan mulutnya untuk tidak bercakap, barisan kalimatnya
keluar tanpa daya, begitu juga pundaknya yang turun tanpa kebanggaan yang
selalu ia emban, ia juga ragu kapan semua hal yang ia lihat akan hilang, baginya
pertanyaan dari Han Bin juga pertanyaan yang sama yang selalu berputar dalam
kepalanya.
Kapan dunia yang rapuh ini akan hancur?
Kapan kiamat akan datang?
Dong Hyuk, suksesi primer harus dituang untuk bumi ini, dan itu artinya...
Suara milik Han Bin menghilang di akhir, kemudian ia berbalik menghadap Dong
Hyuk yang ada di belakangnya, sepasang matanya meredup, hingga akhirnya
dagu milik pemuda itu kembali terangkat.
Kita...harus musnah dari muka bumi.
==
Puluhan hingga ratusan kaki kuda bergerak liar, menghentak-hentak tanah
hingga debu mulai naik ke udara, penunggangnya membawa baja-baja berkilat,
Yzmir* berada paling depan, mengendarai mobil besar berwarna hitam,
wajahnya tampak angkuh dan dipenuhi harga diri yang tinggi. Matahari sama
sekali belum beranjak dari balik selimut timur, namun 4 pleton pasukan hidup
mulai bergerak, menuju ke utara yang lebih dingin, satu arah ke utara sambil
membawa senapan-senapan berkilat di punggung masing-masing.
Jangan hentikan langkah kalian walau terasa ingin mati!
Propaganda dari Yzmir disambut teriakan riuh milik prajurit, sebuah alunan kata
yang putus-putus terdengar menggema hingga langit. Sang Yzmir tersenyum
senang, kilasan senyum puas miliknya terkembang dari balik tudung putih yang
menutupi wajahnya. Dihirupnya dalam-dalam aroma udara pagi yang dingin
Pemuda itu terkejut, tapi dengan sekejap air wajahnya beriak, tersenyum bijak
dan mengangguk.
Saya berjanji, Nona.
==
TEMUKAN MEREKA! BUNUH SEMUA YANG MENGHALANGI JALAN KALIAN!
Bunyi gemericik selongsong peluru berpadu dengan dentum tembakan timah
panas ke segala arah, sayup-sayup terdengar teriakan-teriakan nyaring
skipped
==
Serdadu mereka berhenti bergerak, gentar begitu melihat seorang pemuda
custos vel vitrum berdiri tegak dengan wajah datar, bayangan pedang yang
berputar di sekeliling Han Bin terlihat jelas di tanah, namun tak sedikitpun
terlihat oleh para serdadu itu. Seketika tembakan beruntun terdengar, ratusan
selongsong peluru melesat ke arah Han Bin namun terpental begitu saja, seakan
dihadang barikade tak kasat mata yang sesekali terlihat berbentuk pedang
samar. Sang pangeran masih terdiam di tempatnya berpijak, namun dalam sekali
kedipan mata ia bergerak jauh ke depan, berdiri tepat di depan seorang serdadu
berseragam putih yang mengokang senjata.
Maaf tapi aku tak menyukai kekerasan, tapi... dan dengan satu kali ayunan
pedang sang serdadu jatuh di tempat, senapannya hancur berkeping-keping dan
suhu ruangan terasa turun beberapa derajat.
Yang lain terkejut, terpaku, saat melihat salah satu teman mereka telah
tergeletak di tanah dengan pakaian yang terlihat membeku. Han Bin diam, tapi
matanya punya kata-kata yang menolak untuk tak terucap.
Jika kalian memaksaku, aku juga tak perlu menahan diri.
Dan kilauan cahaya terang membanjiri setiap sudut ruangan,
Beserta kilauan indah kristal yang bertebaran di udara.
Itu kekuatan sang custos vel vitrum Noctis.
==
Di sebuah gurun yang jauh dari peradaban, di atas tanah lain yang mereka sebut
terkutuk, seorang gadis memandang jauh cahaya terang dibalik horizon,
matanya menatap sendu dan ia tak bicara sedikitpun, seakan tahu apa yang
terjadi di sana, ia seakan bisa membaca masa depan yang juga bersinggungan
dengannya.
Lamunannya begitu dalam hingga sesosok pemuda lain yang bertelanjang dada
mendekatinya dan memeluknya dari belakang, Apa pelukanku tak sehangat
yang tadi hingga kau pergi dari sisiku, petite?
Seketika raut wajah gadis itu jengkel, ia memaksa lengan milik pemuda yang ada
di belakangnya melepas dekapannya, kemudian dengan melempar pandangan
jijik, Pergi kau.
Si pemuda dengan rinai rambut berwarna kecoklatan itu tak tampak senang, ia
mengerucutkan bibirnya tanpa sedikitpun beranjak, tangannya masih gatal
untuk menyentuh kulit hangat milik sang gadis yang terekspos jelasbahkan
sang gadis tak menggunakan atasan kecuali sebuah cape hitamagaknya satu
sentuhan lain bisa mengalihkan gadis itu dari lamunannya.
Kenapa sih, petite? Kau tak tampak senang? kali ini pemuda itu mencoba
menyentuh pinggang