Anda di halaman 1dari 24

Sudaryatno Sudirham

Distribusi
Energi Listrik

ii

BAB 1
Analisis Jaringan Distribusi
Jaringan distribusi bertugas untuk mendistribusikan energi
listrik ke pengguna energi listrik. Energi yang didistribusikan
bisa berasal dari pasokan energi melalui tegangan tinggi yang
diubah ke tegangan menengah, atau dari pembangkit-energi di
dalam jaringan itu sendiri. Energi listrik didistribusikan
menggunakan tegangan menengah yang kemudian di ubah ke
tegangan rendah untuk dikirimkan ke pengguna.
Di Indonesia, tegangan menengah nominal yang digunakan
adalah 20 kV fasa-fasa, sedangkan untuk tegangan rendah
digunakan 380/220 V. Dalam bab ini kita akan melihat
jaringan distribusi secara umum tanpa melihat secara detil
peralatan-peralatan yang ada di jaringan distribusi. Kita akan
melakukan analisis jaringan distribusi yaitu melakukan
perhitungan-perhitungan arus dan tegangan pada jaringan
yang diketahui apabila beban juga diketahui.
Perlu kita fahami bahwa dalam analisis rangkaian linier, kita
akan mempunyai relasi-relasi linier jika peubah (variables)
yang kita gunakan dalam perhitungan adalah tegangan dan
arus. Jika peubah rangkaiannya adalah daya, relasi-relasi
dalam rangkaian menjadi tidak linier. Namun yang sering kita
jumpai adalah bahwa besar beban dinyatakan sebagai daya.
Dalam hal demikian ini maka kita perlu mengubahnya
sedemikian rupa sehingga dalam perhitungan-perhitungan
kita menggunakan tegangan dan arus sebagai peubah.

1-1

1.1. Diagram Rangkaian yang Disederhanakan


Tanpa melihat secara detil peralatan yang digunakan, suatu
jaringan distribusi dapat digambarkan dalam diagram
rangkaian seperti terlihat pada Gb.1.1.
TT/TM
TR TM

TM

TR

A
B

D
C
TM
TR

Gb.1.1. Diagram jaringan distribusi


TM = tegangan menengah
TR = tegangan rendah
A = pusat pencatu daya; dalam gambar ini merupakan
gardu di mana tegangan tinggi diubah ke tegangan
menengah.
B, C, D dst = pusat-pusat pembebanan yaitu titik-titik
dimana sekelompok beban dihubungkan ke jaringan
tegangan menengah. Di sini dilakukan pengubahan
tegangan menengah ke tegangan rendah yang
mencatu daya ke beban.
Kita mengenal jaringan radial dan jaringan ring. Apa yang
diperlihatkan pada Gb.1.1 adalah jaringan ring. Jaringan radial
adalah jaringan yang pusat-pusat beban terhubung langsung
ke sumber; jika pusat beban C pada Gb.1.1. dihubungkan
langsung ke A, tidak ke B ataupun ke D, maka kita mempunyai
jaringan radial.
Pada sisi tegangan rendah kita bisa mempunyai system empat
kawat atau tiga kawat, seperti diperlihatkan pada Gb.1.2.
1-2 Sudaryatno Sudirham, Distribusi Energi Listrik

TR
X

///
3fasa, 3 kawat
RST
Y

3fasa, 4 kawat
RSTN
3fasa, 4 kawat

N RST

1fasa

Gb.1.2. Sisi tegangan rendah.


Beban-beban di X, dipasok melalui saluran 3 fasa, 3
kawat, yaitu kawat fasa R, S dan T.
Beban-beban di Y dipasok melalui saluran 4 kawat,
yaitu kawat fasa R, S, T, dan netral N
Dengan system 4 kawat, beban dapat dipasok dengan
menggunakan saluran 1 fasa 2 kawat melalui
penghantar fasa dan netral
Berikut ini akan kita pelajari perhitungan-perhitungan pada
jaringan distribusi system satu fasa dan tiga fasa.

1-3

1.2. Sistem Satu Fasa Radial


Contoh-1.1: Suatu penyalur daya 1 fasa, dibebani motormotor listrik satu fasa seperti pada diagram berikut:

//
10 HP
= 0,83
f.d1= 0.82

26 HP
= 0,87
f.d2= 0,85

5 HP
= 0,81
f.d3= 0,77

Tegangan semua motor dianggap 220 V. Jika susut daya


pada saluran adalah 5% dari daya total motor, hitung
penampang kabel yang diperlukan. ( = efisiensi, f.d =
faktor daya, 1 HP = 746 W; resistivitas kawat tembaga =
0,0173 .mm2/m)
Penyelesaian:
Daya nyata masing-masing motor:
10
P1 =
746 = 8988 W
0.83
26
P2 =
746 = 22294 W
0.87
5
P3 =
746 = 4605 W
0.81
Nilai daya kompleks:
P
S1 = 1 = 10961 VA
fd1
P
S 2 = 2 = 26228 VA
fd 2
P
S 3 = 3 = 5980 VA
fd 3

1-4 Sudaryatno Sudirham, Distribusi Energi Listrik

Arus konjugat:
I1 =
I 2 =
I 3 =

S1
V1
S2
V2
S3
V3

10961
= 49,8 A
220

26228
= 119,2 A
220

5980
= 27,2 A
220

Daya Reaktif:
Q1 = S1 sin 1 = S1 sin(cos 1 fd1 )
= S1 sin(cos 1 0,82) = 6274 VAR
Q2 = S 2 sin 2 = S 2 sin(cos 1 fd 2 )
= S 2 sin(cos 1 0,85) = 13817 VAR
Q3 = S 3 sin 3 = S 3 sin(cos 1 fd 3 )
= S 3 sin(cos 1 0,77) = 3816 VAR

Arus dan sudut fasa arus :


I1 = I1 cos 1 1 = 49,8 34,92 o A
I 2 = I 2 cos 1 2 = 119,2 31,79 o A
I 3 = I 3 cos 1 3 = 27,2 39,65 o A

1-5

Karena jarak yang pendek, reaktansi saluran dapat diabaikan


dan tegangan di ketiga titik beban dapat dianggap sefasa;
besar tegangan sama 220 V. Dengan anggapan seperti ini,
diagram fasor dapat digambarkan sebagai berikut.
V1 = V2 = V3 = Vs

Re
Im

I3

I1

I2

Arus masing-masing bagian saluran:


I sal 3 = I 3 = 27,2 cos 39,65 o j 27,2 sin 39,65 o
= 20,93 j17,34 = 27,2 39,6 o A

I sal 2 = I 3 + I 2
= 20,93 j17,34 + 119,2 cos 31,79 o j119,2 sin 31,79 o
= 122,27 j80,15 = 146,2 33,2 o A
I sal1 = I sal 2 + I1
= 122,27 j80,15 + 49,8 cos 34,92 o j 49,8 sin 34,92 o
= 163,12 j108,66 = 196 33,67 o A

Jika R1, R2, R3 adalah resistansi setiap bagian saluran, susut


daya saluran adalah:
2

Psal = 2 I sal1 R1 + 2 I sal 2 R2 + 2 I sal1 R3

Jika saluran berpenampang sama untuk semua bagian (lebih


ekonomis menggunakan satu macam penampang dibanding
jika menggunakan bermacam-macam penampang, karena

1-6 Sudaryatno Sudirham, Distribusi Energi Listrik

jarak pendek);
panjangnya.

resistansi

saluran

sebanding

dengan

Psal = 2 I sal1 R1 + 2 I sal 2 R2 + 2 I sal 3 R3


= 2 196 2 R1 + 2 146,2 2

35
30
R1 + 2 27,2 2
R1
40
40

= 115346R1 W

Total daya nyata motor:


Ptotal motor = P1 + P2 + P3 = 35887 W

Psal = 5% dari Ptotal motor :


Psal = 0.05 35887 = 1794 = 115346 R1 W
R1 =

1794
= 0,01555
115346

Penampang konduktor yang diperlukan adalah:


A=

40 0,0173 40
= 44,5 mm 2 45 mm 2
=
R1
15,55 10 3

1-7

Contoh-1.2: Berikut ini adalah diagram rangkaian pencatu


beban dengan impedansi dan pembebanannya.

Z = 0,2 + j 0,3

B
100 A
f.d=0,6 lagging

C
100 A
f.d=0,8 lagging

Hitunglah tegangan di A. (Diketahui AB = BC)


Penyelesaian:

AB = BC Z AB = Z BC = 0,1 + j 0,15 = 0,1856,31o


I C = 100 A = I C

Daya kompleks:
S C = VC I C = 240 100 = 24 kVA

S C = S C cos C + j S C sin C = 24 0,8 + j 24 sin(cos 1 0,8)


= 19,2 + 14,4 kVA
S salBC = Z BC I C

= (0,1 + j 0,15) 100 2 = 1 + j1,5 kVA

S salBC + S C = 20,2 + j15,9 kVA

S salBC + S C = 20,2 2 + 15,9 2 = 25,7 kVA


VB =

S salBC + S C
I C

25700
= 257 V
100

S B = VB I B = 257 100 = 25,7 kVA


S B = 25,7 cos 1 0,6 = 15,4 + j 20,6 kVA
1-8 Sudaryatno Sudirham, Distribusi Energi Listrik

S B + S salBC + S C = 35,6 + j 36,5 kVA

S B + S salBC + S C = 35,6 2 + 36,5 2 = 51 kVA


I A =

S B + S salBC + S C 51000
=
= 198,4 A
257
257

S salAB = Z AB I A

= (0,1 + j 0,15) 198,4 2 = 3,9 + j 5,9 kVA

S A = S salAB + S B + S salBC + S C = 39,5 + j 42,4 kVA

S A = 39,5 2 + 42,4 2 = 57,9 kVA


VA =

SA
I *A

57900
= 292 V
198,4

Perhatikan bahwa dalam contoh ini kita melakukan analisis


daya, namun dalam perhitungan-perhitungan kita tetap
menggunakan peubah tegangan ataupun arus dengan
impedansi sebagai parameter rangkaian. Relasi-relasi
tetaplinier.
1.3. Sistem Tiga Fasa Empat Kawat Radial
Berikut ini kita akan melihat system tiga fasa empat kawat
dengan dua macam beban, yaitu beban tiga fasa dan beban
satu fasa di masing-masing fasa.
Contoh-1.3:Suatu saluran 3 fasa 4 kawat dengan tegangan
240 V antara fasa dan netral, mencatu daya pada motor 3
fasa 500 kW pada faktor daya 0,8. Disamping itu saluran ini
mencatu daya pada lampu-lampu yang terhubung antara
fasa dan netral berturut-turut 50 kW, 150 kW, 200 kW.
Hitung arus di masing-masing penghantar fasa, dan juga di
penghantar netral.
1-9

Penyelesaian:

////

Vfn = 240 V
////

500 kW

50 kW 150 kW 200 kW

fd = 0,8
Penyelesaian:
Motor:
S motor =
S motor per

500
cos -1 (0,8) = 62536,87 o kVA
0,8
fasa

625
36,87 o = 166,7 + j125 kVA
3

Beban-beban satu fasa:

S R = 50 + j 0 kVA
S S = 150 + j 0 kVA

ST = 200 + j 0 kVA
Beban total per fasa:

S Rtotal = 216,7 + j125 = 250,129,98o kVA


S Stotal = 316,7 + j125 = 340,421,54 o kVA
STtotal = 366,7 + j125 = 387,418,82 o kVA

1-10 Sudaryatno Sudirham, Distribusi Energi Listrik

Arus fasa dan arus netral:


IR =

250,1
29,98 o = 1042 A
0,24

IS =

340,4
(21,54 o 120 o ) = 1418,5 141,54 o A
0,24

IT =

387,4
(18,82 o + 120 o ) = 1614,1101,18 o A
0,24

I ! = I R + I S + I T = 551,2 19,1o A

Berikut ini kita lihat jaringan radial dengan beban lebih


bervariasi. Salah satu beban dihubungkan antara fasa dengan
fasa.
Contoh-1.4: Saluran sistem 3 fasa 4 kawat 400/230 V,
mencatu beban-beban berikut:
a. Motor 3 fasa, 15 HP, efisiensi 0,85, faktor daya 0,9
lagging;
b. Oven 3 fasa, 5 kW, faktor daya 1;
c. Motor 1 fasa, 400 V, 3 HP, efisiensi 0,8, faktor daya 0,8
lagging, dihubungkan antara fasa R dan fasa S.
d. Beban-beban 1 fasa lain dihubungkan antara fasa dan
netral:
Fasa R: 1 kW, faktor daya 0,9 lagging;
Fasa S: 3 kW, faktor daya 0,9 leading;
Fasa T: 4 kW, faktor daya 1.
Hitung arus di penghantar fasa dan penghantar netral.

1-11

Penyelesaian:

15 HP,
= 0,85
fd = 0,9
laging

5 kW
fd = 1

3 HP
400 V

1 kW
fd = 0,9

3 kW
fd = 0,9

= 0,8
fd = 0,8
laging

laging

lead .ing

4 kW
fd = 1

Motor 3 fasa merupakan beban seimbang. Daya di masingmasing fasa adalah 1/3 dari daya motor.
S per

fasa

(15 / 0,85) 0,746


=
cos 1 0.9 = 4,39 + j 2,13

0,9 3

Beban tiga fasa 5 kW juga merupakan beban seimbang. Daya di


masing-masing fasa adalah 1/3 dari daya total.
5
S per fasa = cos 1 1 = 1,67 0 o
3
Beban-beban satu fasa:

1
S R = 1 + j
sin(cos 1 0,9) = 1 + j 0,48

0,9

3
S S = 3 j
sin(cos 1 0,9) = 3 j1,45

0,9

ST = 4 + j 0
Motor satu fasa 3 HP, 400V, dengan efisiensi 0,8 dan faktor
daya 0,8, yang dihubungkan antara fasa R dan S, memerlukan
perhatian khusus. Kita perlu menghitung daya di fasa R dan
fasa T.
1-12 Sudaryatno Sudirham, Distribusi Energi Listrik

Daya yang dislurkan oleh fasa RS adalah:


(3 / 0,8) 0,746
cos 1 0,8 = 3,536,87 o = VRS I RS
0,8
S RS
3,5
=
=
cos 1 0,8 = 8,7436,87 o A
VRS 0,4

S RS =
I RS

Sedangkan: S RS = VRS I RS = (VR VS ) I RS


sehingga: S R = VR I RS

S S = VS I RS

Maka: S R = 2300 o 8,7436,87 o = 1,61 + j1,21

S S = 23060 o 8,7436,87 o = 2,41 + j 2


Dengan demikian daya total masing-masing fasa dapat kita
hitung, yaitu:

S Rtotal = 8,66 + j 3,82 = 9,4723,77 o


S Stotal = 8,81 + j 2,67 = 9,2116,84 o
STtotal = 10,05 + j 2,13 = 10,2811,94 o
Arus fasa dan arus netral adalah:
9,47
23,77 o = 41,2 23,8 o A
0,23
9,21
IS =
(16,84 o 120 o ) = 40,1 136,8 o A
0,23
10,28
IT =
(11,94 o + 120 o ) = 44,7108,1o A
0,23
IR =

I ! = I R + I R + I R = 5,6 A

1-13

1.4. Jaringan Tiga Fasa Tiga Kawat - Ring


Kita lihat contoh berikut, di mana sebuah sumber mencatu dua
beban dan beban-beban dinyatakan dalam impedansinya.
Contoh-1.5: Rangkaian 3 fasa ring GAB di catu di G. Beban
terhubung bintang tersambung di A dengan impedansi per
fasa 5037o, dan di B dengan impedansi per fasa
4026o.
Tegangan antar fasa di G adalah 13,2 kV.
Impedansi saluran adalah
ZGA = 2,5+ j2,3 ,
ZAB = 1,4+j1,0 , dan
ZBG = 1,5+j1,2
Tentukan arus di masing-masing segmen saluran, dengan
referensi tegangan di G.

V =13,2 kV

Gff

2,5 + j 2,3

A
Z = 5037 ,
terhubung Y
o

1,5 + j1,2

1,4 + j1

Z = 4026o ,
terhubung Y

Kita gunakan model satu fasa dan kita hitung dengan


menggunakan metoda tegangan simpul.
Impedansi Z kita nyatakan dalam admitansi Y.

1-14 Sudaryatno Sudirham, Distribusi Energi Listrik

YGA =

YGB

Y AB

1
Z GA

1
2

2,5 + 2,3

tan 1 (2,3 / 2,5)

= 0,29 42,6 o
1
1
=
=
tan 1 (1,2 / 1,5)
2
2
Z GB
1,5 + 1,2
= 0,52 38,7 o
1
1
=
=
tan 1 (1 / 1,4)
2
2
Z AB
1,4 + 1

= 0,58 35,5 o
1
1
=
37 = 0,02 37 o
YA =
Z A 50
YB =

1
1
=
26 = 0.025 26 o
Z B 40

Persamaan Tegangan Simpul dengan tegangan di G sebagai


referensi adalah sebagai berikut:
Simpul A: V A (YGA + Y AB + Y A ) YGA VG Y AB VB = 0 , atau
V A (YGA + Y AB + Y A ) Y AB VB = YGA VG

Simpul B: VB (YGB + Y AB + YB ) YGB VG Y AB V A = 0 atau


VB (YGB + Y AB + YB ) Y AB V A = YGB VG

Kita harus ingat bahwa besaran-besaran dalam persamaan


ini adalah besaran kompleks. Jika kita tuliskan persamaan
ini dalam bentuk matriks, kita dapatkan

Y AB
VA YGA VG
(YGA + Y AB + Ya )

Y AB
(YGB + Y AB + YB ) VB YGB VG

Secara ringkas, persamaan matriks dapat kita tulis:


1-15

a11
a
21

a12 VA b1
=
a 22 VB b2
dengan

a11 = YGA + Y AB + Y A ;

a12 = Y AB

a 22 = YGB + Y AB + YB ;

a 21 = Y AB

b1 = YGA VG ;

b2 = YGB VG

Salah satu cara penyelesaian adalah dengan eliminasi


Gauss. Dalam perhitungan ini kita melakukan
penyederhanaan, mengingat bahwa tegangan jatuh
sepanjang saluran tidak akan lebih besar dari 5% selisih
tegangan antara titik-titik simpul. Dengan pendekatan ini,
impedansi dan admitansi hanya kita perhitungkan besarnya
saja, tanpa memperhatikan sudut fasanya. Pendekatan ini
akan memberikan kesalahan hasil perhitungan yang masih
dalam batas-batas yang bisa diterima.
Dengan model satu fasa dan tegangan di G sebagai referensi
maka besaran jaringan adalah seperti dalam table berikut.

Modulus
YGA

0.29

YGB

0.52

YAB

0.58

YA

0.02

YB

0.03

VG[V] (f-n)

7 621

Elemen-elemen matriks adalah:

1-16 Sudaryatno Sudirham, Distribusi Energi Listrik

Modulus
a11

0.89

a12

0.58

a21

0.58

a22

1.13

b1

2 239

b2

3 967

Eliminasi Gauss dari matriks

a11 a12 VA b1
=
a
21 a22 VB b2
memberikan

a11 a12 VA b1
0 a = b
22 VB
2

dengan

= a22 (a21 / a11 )a12


a22
b2 = b2 (a21 / a11 )b1
yang akan memberikan

VB =

VA =

b2
a22

(b1 a12 VB )
a11

Dengan memasukkan nilai elemen matriks kita peroleh

1-17

VB

fn

b2
b (a 21 / a11 )b1
= 2
= 7 240 V

a 22
a 22 (a 21 / a11 ) a12

atau VB ff = 12 500 V
V A fn =

(b1 a12 VB fn )
a11

= 7 200

atau V A ff = 12 400 V
Berikut ini contoh satu lagi.
Contoh-1.6: Diagram rangkaian berikut menunjukkan
sistem 3 fasa dengan pencatu energi di A pada 11 kV. Arus
beban adalah seimbang dan semua faktor daya mengabil
referensi tegangan di A. Impedansi per fasa dicantumkan
pada gambar. Faktor daya semua beban adalah lagging
dengan referensi tegangan di A. Hitung tegangan di C dan
sudut fasanya relatif terhadap tegangan di A.

Seperti contoh sebelumnya, kita gunakan model satu fasa


dan kita lakukan perhitungan menggunakan metoda
tegangan simpul. Impedansi Z
kita nyatakan dalam
admitansi Y
Persamaan Tegangan Simpul dengan tegangan di A sebagai
referensi adalah:
1-18 Sudaryatno Sudirham, Distribusi Energi Listrik

VB (Y AB + YBC ) + I B Y AB V A YBC VC = 0
VC (YBC + YCD ) + I C YBC VB YCD VD = 0
VD (YCD + Y AD ) + I D YCD VC Y AD V A = 0

atau
VB (Y AB + YBC ) YBC VC = I B + Y AB V A
VC (YBC + YCD ) YBC VB YCD VD = I C
VD (YCD + Y AD ) YCD VC = I D + Y AD V A

Jika kita tuliskan dalam bentuk matriks akan kita peroleh:


Y AB + YBC
Y
BC

YBC
YBC + YCD
YCD

VB I B + Y AB V A

V =
IC

C
+ Y AD VD I D + Y AD V A

0
YCD
YCD

Menggunakan model satu fasa, data jaringan adalah:


Va [V]
YAB [S]
YAD [S]
YBC [S]
YCD [S]
IB=57 A, fd 0.8 lagging
IC=50 A, fd 0.8 lagging
ID=30 A, fd 0.9 lagging

Modulus
6,350.85
0.77
0.27
0.22
0.78
57.00
50.00
30.00

rad
0.00
-0.57
-0.60
-0.71
-0.67
-0.64
-0.64
-0.45

Dengan data tersebut, elemen matriks dihitung dengan


pengertian bahwa elemen matriks adalah kompleks,
persamaan matriks menjadi:

1-19

0,00 VB 4 814 - 0,57


0,99 - 0,60 0,22 - 0,71
0,22 - 0,71 1,00 - 0,68 0,78 - 0,67 V = 50 - 0,64

00
0,78 - 0,67 1,05 - 0,65 VD 1 666 - 0,81

Namun kita akan melakukuan perhitungan pendekatan


dengan mengabaikan sudut fasa, sehingga persamaan akan
berbentuk sebagai berikut.
0,99 0,22 0,0 VB 4 814
0,22 1,00 0,78 V = 50

0
0,78 1,05 VD 1 666

Eliminasi Gauss dari matriks ini memberikan


0,99 0,22 0,0 VB 4 814
V = - 1,039
0
0,95
0,78

0
0
0,41 VD 2 517

Dari sini diperoleh tegangan-tegangan


VDfn = 6 168 V atau VDff 10 680 V
VCfn = 6138 V atau

VCff 10 630 V

VDfn = 6256 V atau

VBff 10 830 V

Perlu kita mengerti bahwa pengabaian sudut fasa dan hanya


memperhitungkan modulus dalam pemecahan matriks
persamaan jaringan, tidaklah selalu diperkenankan.
Pengabaian yang kita lakukan dalam contoh di atas adalah
untuk mempermudah perhitungan.

1-20 Sudaryatno Sudirham, Distribusi Energi Listrik

1.5. Perhitungan Elemen Matriks Kompleks


Dalam Contoh-1.6. kita mengabaikan sudut fasa, baik untuk
tegangan, arus, maupun admitansi. Berikut ini kita melakukan
perhitungan dengan memperhatikan sudut fasa, yang berarti
kita harus melakukan operasi-operasi fasor / bilangan
kompleks. Karena setiap elemen matriks dinyatakan dengan
menyebut modulus dan argumennya, maka operasi-operasi
bilangan kompleks menggunakan relasi-relasi berikut:
A B = A B ( + )
=

( A B cos( + )) + ( A B sin( + )) tan


2

A B sin( + )
A B cos( + )

A A
=
( )
B B
2

(
(

)
)

A / B sin( )
=
cos( ) + sin( ) tan 1
B

A / B cos( )

A + B =

( A cos+ B cos ) + ( A sin + B sin )


2

tan 1

A B =

A sin + B sin
A cos+ B cos

( A cos B cos ) + ( A sin B sin )

tan 1

A sin B sin
A cos B cos

1-21

Dalam perhitungan dengan menggunakan formula-formula ini,


perlu diwaspadai situasi dimana bagian nyata dari suatu fasor
bernilai negatif. Jadi fasor berada di kuadran ke-3 atau ke 4.
Dalam hal demikian ini jika bagian imajinernya bernilai negatif
kita akan mendapatkan fasor di kuadran ke-1 sedangkan bila
bagian imajinernya positif kita akan mendapatkan fasor di
kuadran ke-2; suatu koreksi harus dilakukan agar kita
mendapatkan fasor di kuadran yang semestinya, yaitu kuadran
ke-3 atau ke-4.
Contoh-1.7: Ulangi perhitungan pada contoh-1.6 dengan
memperhitungkjan sudut fasa
Persamaan dalam matriks adalah:
0,00 VB 4 814 - 0,57
0,99 - 0,60 0,22 - 0,71
0,22 - 0,71 1,00 - 0,68 0,78 - 0,67 V = 50 - 0,64

00
0,78 - 0,67 1,05 - 0,65 VD 1 666 - 0,81

Eliminasi Gauss dari matriks ini menghasilkan


0,00 VB 4 814 0,57
0,99 0,60 0,22 - 0,71

00
0,95 - 0,67 0,78 - 0,67 VC = 1039 0,68

00
00
0,41 - 0,62 VD 2 512 - 0,76

yang memberikan (dengan sudut fasa diubah ke dalam satuan


derajat):
VDfn = 6 143 8,1o V atau VDff 10 640 V
VCfn = 6106 6,7 o V atau

VCff 10 580 V

VDfn = 6212 1,4 o V atau

VBff 10760 V

Dari hasil ini terlihat adanya perbedaan dengan hasil


sebelumnya, namun perbedaan tersebut tidaklah besar.

1-22 Sudaryatno Sudirham, Distribusi Energi Listrik

1-23

Anda mungkin juga menyukai