Anda di halaman 1dari 4

Berikut ini adalah

dari
sampel
sampel batuan B
analisis dengan
(tabel 1).

Oksida
(%wt)

Sampel A

Sampel B

SiO2
50,84
47,37
Tabel 1. Komposisi kimia Sampel A dan
TiO2
2,33
1,69
Sampel
B
Al2O3
14,98
15,26

4,08
8,32
0,18
7,53
9,59
1,75
0,22
0,16
99,98

Fe2O3
FeO
MnO
MgO
CaO
Na2O
K2O
P2O5
Total

komposisi kimia
batuan A dan
yang
akan
metoda
CIPW

3,6
6,95
0,17
10,85
9,49
3,56
0,84
0,22
100

Dari data kimia yang diperoleh diatas akan dimasukkan dalam perhitungan CIPW
sehingga didapatkan kehadiran mineral-mineral normatif pada sampel A dan
sampel B sebagai berikut:
Tabel 2. Mineral normatif pada sampel A dan
Mineral
Sampel
Normatif

Sampel A
V% norm

W% norm

4,67

5,39

Plagioclase

47,29

53,28

42,56

47,59

Orthoclase

1,3

1,55

4,96

5,84

Quartz

Nepheline
Diopside
Hypersthene
Olivine

W% norm

Sampel B

V% norm
-

5,9

6,95
16,57

11,67

10,65

18,21

28,3

24,76

23

19,57

Ilmenite

4,44

2,86

3,21

2,04

Magnetite

1,94

1,14

1,65

0,96

Apatite

0,37

0,35

0,51

0,48

99,98

99,98

100

100

Total

Pada tabel 2 menunjukkan mineral normatif yang muncul pada sampel A


dan B. Terlihat bahwa mineral normatif yang hadir pada kedua sampel memiliki
persamaan dan perbedaan. Pada sampel A terdapat mineral normatif seperti
kuarsa, plagioklas, ortoklas, diopsid ,hipersten ,ilmenit, apatit dan magnetit.
Sedangkan pada sampel B hadir mineral normatif seperti plagioklas, ortoklas,
Tugas I Petrogenesis (GL3044)

nefelin, diopsid, olivin, ilmenit, apatit, dan magnetit. Perbedaan dari kedua
sampel tersebut yaitu pada sampel A terdapat mineral kuarsa dan hipersten
sedangkan pada sampel B kedua mineral tersebut tidak ada. Sebaliknya pada
sampel B terdapat mineral olivin dan nefelin sedangkan pada sampel A kedua
mineral tersebut tidak ada. Pada sampel A hadir mineral normatif kuarsa dan
hipersten menandakan bahwa magma pembentuknya bersifat jenuh-lewat jenuh
silika. Kelebihan silika ini dialokasikan untuk membentuk mineral kuarsa
sehingga pada sampel batuan A ditemukan kuarsa. Sedangkan pada sampel B
hadir mineral normatif berupa olivin dan nefelin yang menandakan bahwa
magma pembentuknya bersifat tidak jenuh silika. Karena magmanya kekurangan
silika maka tidak akan membentuk mineral kuarsa melainkan hanya membentuk
nefelin (termasuk ke dalam golongan feldspatoid).
Dalam menentukan seri magma dari kedua sampel tersebut dapat
dilakukan plotting antara total alkali dengan silika sehingga kedua sampel
tersebut dapat diketahui mempunyai seri magma yang berbeda atau sama
(gambar 1).

Gambar 1. Hasil plotting sampel A dan sampel B pada diagram Total Alkali Vs
Silika

Tugas I Petrogenesis (GL3044)

Pada sampel A, nilai dari Na2O+K2O sebesar 1,97 %wt dan SiO2 sebesar
50,84 %wt. Sedangkan pada sampel B, nilai dari Na2O + K2O sebesar 4,4 %wt
dan SiO2 sebesar 47,37 %wt. Nilai-nilai tersebut diplotting pada diagram alkali
total terhadap silika sehingga didapatkan bahwa sampel A dan sampel B
merupakan sama-sama batuan basalt (SiO2 45-52%wt). Tetapi untuk seri magma
pembentuk kedua sampel batuan tersebut memiliki seri magma yang berbeda.
Pada sampel A mempunyai seri magma subalkali (magma bersifat jenuh silika),
sedangkan pada sampel B seri magmanya alkali (magma bersifat tidak jenuh
silika).

Sampel A merupakan batuan yang berasal dari magma yang bersifat

subalkali sedangkan seri magma subalkali ini dibagi menjadi dua yaitu seri
magma tholeitik dan kalk-alkali. Untuk itu pada sampel

A ditentukan lagi dia

berasal dari seri magma tholeitik atau seri magma kalk-alkali. Penentuaannya
dapat dilakukan pengeplotan data kimia batuan pada diagram AFM ( gambar 2).

Gambar 2. Hasil plotting sampel A pada diagram AFM


Perhitungan pada sampel A :
A : Na2O+K2O = 1,97 %wt = 9%
F : Fe2O3 + FeO = 12,4 %wt = 56,62%
M: MgO

= 34,38 %wt = 34,38%

Berdasarkan hasil pengeplotan dari nilai-nilai di atas didapatkan bahwa


sampel batuan A berasal dari seri magma tholeitik . Jadi sampel batuan A
Tugas I Petrogenesis (GL3044)

merupakan basalt yang berasal dari seri magma tholeitik. Pada batuan ini juga
ditemukan kuarsa yang merupakan alokasi dari kelebihan silika pada magmanya
(oversaturated silica). Namun kuarsa yang terbentuk disini biasanya hadir
sebagai masa dasar dan jarang sekali hadir sebagai fenokris. Sementara sampel
batuan B merupakan basalt yang berasal dari magma yang bersifat alkali ( tidak
jenuh silika) sehingga tidak muncul kuarsa tetapi muncul mineral seperti olivin
dan nefelin.

Tugas I Petrogenesis (GL3044)

Anda mungkin juga menyukai