Refrat Bedah
Refrat Bedah
PENDAHULUAN
jarang (sekitar 10% dari semua kasus) dan sering terjadi misdiagnosis dengan
pleuritis atau tuberkulosis paru. Kadang-kadang pada anak yang lebih besar juga
sering diduga sebagai staphylococcal pneumonia.3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diafragma
2.1.1 Embriologi diafragma
Meskipun terpisah dari rongga perikardium, rongga pleura tetap
berhubungan langsung dengan rongga abdomen (peritoneum), karena diafragma
belum sempurna. Selama perkembangan lebih lanjut, lubang antara bakal rongga
pleura dan peritoneum ditutup oleh lipatan berbentuk bulan sabit, lipatan
pleuroperitoneum
yang
menonjol
ke
dalam
ujung
kaudal
kanalis
dan
Otot inspirasi
Diafragma merupakan otot inspirasi yang paling penting.
Otot peregang perut
2.2 Hernia
Hernia merupakan penyakit yang sering ditemukan di masyarakat.
Penyakit ini ditandai dengan adanya penonjolan isi perut melalui bagian dinding
perut yang lemah. Hernia berasal dari bahasa Latin, herniae yang berarti
penonjolan isi suatu rongga melalui jaringan ikat tipis yang lemah (defek) pada
dinding rongga itu. Dinding rongga yang lemah itu membentuk suatu kantong
dengan pintu berupa cincin. Gangguan ini sering terjadi di daerah perut dengan isi
yang keluar berupa bagian dari usus. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi
hernia. Cincin hernia dibentuk dari lapisan-lapisan dinding yang dilalui oleh
kantong hernia. Kantong hernia merupakan kantong (divertikulum) yang
mempunyai leher dan badan (korpus). Isi hernia dapat terdiri dari setiap struktur
yang ditemukan di dalam kavitas abdominalis dan dapat bervariasi dari sebagian
kecil omentum sampai organ besar seperti ginjal (ren).
Berdasarkan proses terjadinya, hernia dibagi atas hernia kongenital
(bawaan dari lahir) dan hernia akuisita (didapat). Sedangkan menurut letaknya,
hernia dibagi menjadi hernia diafragmatika, hernia inguinalis, hernia femoralis,
hernia skrotalis, dan lain sebagainya.
Menurut sifatnya, hernia dapat dibagi menjadi hernia reponibel bila isi
hernia dapat keluar masuk (misal, usus keluar jika berdiri atau mengedan, dan
masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk perut); dan hernia ireponibel jika
isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam rongga perut. Bila isi hernia
mengalami perlekatan pada kantong hernia, maka hernia ini disebut hernia
akreta. Apabila isi hernia terjepit cincin hernia sehingga isi terperangkap dan
tidak dapat kembali ke dalam kavitas abdominalis serta terjadi gangguan pasase
dan vaskularisasi, hernia ini disebut hernia inkarserata atau hernia strangulata.
Secara klinis, hernia inkarserata lebih dimaksudkan untuk hernia ireponibel
dengan gangguan pasase, sedangkan gangguan vaskularisasi disebut sebagai
hernia strangulata. 4`````
`````````````
9,10
adalah orang pertama yang mendeskripsikan kelainan ini pada tahun 1754.
Bochdalek pada tahun 1848 menggambarkan secara detail aspek embriologi dari
hernia ini merupakan tipe yang paling sering terjadi (80%), yang mana paling
banyak dijumpai pada bayi dan anak-anak. Pada dewasa sangat jarang ( sekitar
10% dari semua kasus) dan sering terjadi misdiagnosis dengan pleuritis atau
tuberculosis paru-paru. Perbandingan insiden pada laki-laki dan perempuan
sebesar 4: 1. Ditemukan pada 1 diantara 2200 5000 dan 80 90 % terjadi pada
sisi tubuh bagian kiri. 11
2.3.3 Etiologi
Penyebab pasti hernia masih belum diketahui. Hal ini sering dihubungkan
dengan penggunaan thalidomide, quinine, nitrofenide, antiepileptik, atau
defisiensi vitamin A selama kehamilan. Pada neonatus hernia ini disebabkan oleh
gangguan pembentukan diafragma. Seperti diketahui diafragma dibentuk dari 3
unsur yaitu membran pleuroperitonei, septum transversum dan pertumbuhan dari
tepi yang berasal dari otot-otot dinding dada. Gangguan pembentukan itu dapat
berupa kegagalan pembentukan sebagian diafragma, gangguan fusi ketiga unsur
10
dan gangguan pembentukan otot. Pada gangguan pembentukan dan fusi akan
terjadi lubang hernia, sedangkan pada gangguan pembentukan otot akan
menyebabkan diafragma tipis dan menimbulkan eventerasi. Janin tumbuh di
uterus ibu sebelum lahir, berbagai sistem organ berkembang dan matur. Diafragma
berkembang antara minggu ke-3 sampai 8 minggu kehamilan. Esofagus (saluran
yang menghubungkan tenggorokan ke abdomen), abdomen, dan usus juga
berkembang pada minggu itu. Pada Hernia kongenital gangguan difusi bagian
sentral dan bagian kostal diafragma di garis median mengakibatkan defek yang
disebut foramen Morgagni. Tempat ini dapat menjadi lokasi hernia retrosternal
yang disebut juga hernia parasternalis. Jika penutupan diafragma tidak terganggu,
foramen morgagni dilalui oleh a. Mammaria interna dengan cabangnya
a.epigastrika superior. Gangguan penutupan diafragma di sebelah posterolateral
meninggalkan
foramen
Bochdalek
yang
akan
menjadi
lokasi
hernia
pleuroperitoneal. 5
Pada kedua kasus di atas perkembangan diafragma dan saluran pencernaan
tidak terjadi secara normal. Hernia difragmatika terjadi karena berbagai faktor,
yang berarti banyak faktor baik faktor genetik maupun lingkungan. 11
Ruptur diafragma traumatik dapat terjadi karena cedera tajam atau cedera
tumpul. Hernia karena trauma tumpul kebanyakan terjadi di bagian tendineus kiri
karena di sebelah kanan dilindungi oleh hati. Visera seperti lambung dapat masuk
ke dalam toraks segera setelah trauma atau berangsur-angsur dalam waktu
berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Hal ini menyebabkan terjadi penigkatan
tekanan intraabdominal yang dilanjutkan dengan adanya rupture pada otot-otot
diafragma.5
Tekanan dalam perut yang meningkat dapat disebabkan oleh batuk yang
kronik, susah buang air besar, adanya pembesaran prostat pada pria, serta orang
yang sering mengangkut barang-barang berat. Penyakit hernia akan meningkat
sesuai dengan penambahan umur. Hal tersebut dapat disebabkan oleh melemahnya
11
jaringan penyangga usus atau karena adanya penyakit yang menyebabkan tekanan
di dalam perut meningkat. 12
2.3.4 Patofisiologi
Hernia diafragmatik dapat terjadi karena abnormalitas kongenital dan
traumatik. Berdasarkan lokasi abnormalitasnya, hernia diafragmatik kongenital
dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu hernia morgagni dan hernia Bochdalek.
Pada hernia morgagni defek terjadi pada bagian retrosternal yaitu di dekat
xyphoid prosesus atau di bagian anterior dari diafragma. Disebabkan oleh
gangguan pembentukan diafragma. Diafragma dibentuk dari 3 unsur yaitu
membrane pleuroperitonei, septum transversum dan pertumbuhan dari tepi yang
berasal dari otot-otot dinding dada. Gangguan pembentukan itu dapat berupa
kegagalan pembentukan seperti diafragma, gangguan fusi ketiga unsur dan
gangguan pembentukan seperti pembentukan otot. Pada gangguan pembentukan
dan fusi akan terjadi lubang hernia, sedangkan pada gangguan pembentukan otot
akan menyebabkan diafragma tipis dan menimbulkan eventerasi. Para ahli belum
seluruhnya mengetahui faktor yang berperan dari penyebab hernia diafragmatika,
antara faktor lingkungan dan gen yang diturunkan orang tua. 11
Hernia hiatus yaitu sebagai herniasi bagian lambung ke dalam dada
melalui hiatus esofagus diafragma. Terdapat 2 jenis hernia hiatus yang sangat
berbeda, bentuk yang paling sering adalah hernia hiatus direk (sliding) dengan
perbatasan lambung-esofagus yang bergeser dalam rongga thoraks, terutama
penderita dalam keadaan posisi berbaring. Kompentensi sfingter esofagus bagian
bawah dapat rusak dan menyebabkan terjadinya esofangitis refluks. Kelainan ini
sering bersifat asimtomatik dan di temukan secara kebetulan sewaktu pemeriksaan
untuk mencari penyebab terjadinya berbagai gangguan epigastrium, atau
pemeriksaan rutin pada radiografi saluran gastrointestinal. 8
Pada hernia hiatus paraesofageal (rolling hernia), bagian fundus lambung
menggulung melewati hiatus, dan perbatasan gastro-esofagus tetap berada di
12
13
14
2.4 Diagnosis
2.4.1 Gambaran Klinis
Secara klinis hernia diafragmatika akan menyebabkan gangguan
kardiopulmoner karena terjadi penekanan paru dan terdorongnya mediastinum ke
arah kontralateral. Pemeriksaan fisik didapatkan gerakan pernafasan yang
tertinggal, perkusi pekak, fremitus menghilang, suara pernafasan menghilang dan
mungkin terdengar bising usus pada hemitoraks yang mengalami trauma.
Walaupun hernia morgagni merupakan kelainan kongenital, hernia ini jarang
bergejala sebelum usia dewasa. Sebaliknya hernia Bochdalek menyebabkan
gangguan nafas segera setelah lahir sehingga memerlukan pembedahan darurat.
Anak sesak terutama kalau tidur datar, dada tampak menonjol, tetapi gerakan
nafas tidak nyata. Perut kempis dan menunjukkkan gambaran scapoid. Pulsasi
apek jantung bergeser sehingga kadang-kadang terletak di hemithoraks kanan.
Bila anak didudukan dan diberi oksigen, maka sianosis akan berkurang. Lambung,
usus dan bahkan hati dan limpa menonjol melalui hernia. Jika hernianya besar,
biasanya paru-paru pada sisi hernia tidak berkembang secara sempurna.Setelah
lahir, bayi akan menangis dan bernafas sehingga usus segera terisi oleh udara.
Terbentuk massa yang mendorong jantung sehingga menekan paru-paru dan
terjadilah sindroma gawat pernafasan. 1
Pada hiatus hernia keluhan yang sering diajukan ialah:
15
Timbul regurgitasi, terutama pada dinding hernia lebih sering terjadi. Mual
dan muntah, bahkan kadang-kadang sampai timbul perdarahan. Sering
penderita meras puas bila stelah muntah.
Biasanya ada pre-valensi yang lebih tinggi dart gejala disfagia dan rasa penuh
setelah makan pada hernia paraesofagus, tetapi gejala khas pirosis dan regurgitasi
dominan dalam hernia hiatus sliding. Keduanya disebabkan oleh defisiensi
mekanis yang mendasari pada kardia.
Pada hernia diafragma traumatika gambaran klinis yang sering muncul
seperti tergantung dari mekanisme injuri (trauma tumpul/trauma tajam) dan
adannya trauma penyerta di tempat lain. Pada beberapa kasus keterlambatan
dalam mendiagnosis ruptur diafragma disebabkan oleh tidak adanya gejala atau
keluhan yang muncul pada saat trauma seperti herniasi atau prolap organ intra
abdominal ke rongga thorak meskipun telah terjadi ruptur diafragma. 13
Beberapa pasien timbul gejala-gejala yang disebabkan herniasi organ intra
abdomen sehingga terjadi obstruksi, strangulasi atau perforasi. Gejala dan tanda
awal yang dapat ditemukan (I) distress napas, (2) menurunnya suara napas pada
sisi yang terkena, (3) ditemukannya suara usus di dinding dada, (4) gerakan
paradoksal saat bernapas, (5) kemungkinan timbulnya nyeri pada abdomen yang
tidak khas, (6) terabanya organ intra abdomen melalui lubang chest tube. 1
16
Early diagnosis
o Diagnosis biasanya tidak tampak jelas dan hampir 50% pasien ruptur
diafragma tidak terdiagnosis dalam 24 jam pertama
o Gejala yang muncul biasanya adanya tanda gangguan pernapasan
o Pemeriksaan fisik yang mendukung: adanya suara bising usus di
dinding thorak dan perkusi yang redup di dinding thorak yang terkena.
Delayed diagnosis
o Bila tidak terdiagnosis dalam 4 jam pertama, biasanya akan
terdiagnosa akan muncul beberapa bulan bahkan tahun kemudian. 11
o fase
laten,
tidak
terdiagnosis
pada
awal
trauma
biasanya
17
18
mengalami mekanikal ventilasi oleh karena adanya tekanan positif. USG dapat
juga berguna untuk diagnosis. Pada beberapa kasus ruptur diafragma kanan di
mana
terdapat
pengumpulan
cairan
pada
rongga
pleura,
USG
dapat
Gambar 6 : foto thorak pasien dengan hernia diafragmatika kiri, tampak gambaran
diafragma kiri tidak terlihat
19
Gambar 7: Foto CT- Scan thorak irisan tranversal tampak herniasi dari gaster
masuk ke kavum thorak sebelah kiri
Gambar 8.. Foto CT Scan thorak irisan koronal tampak herniasi dari gaster
dan omentum masuk ke kavum thorak sebelah kiri
20
Gambar 9. Anteroposterior (AP) dada radiograf dari hernia diafragma sisi kanan
kongenital (CDH) menunjukkan pergeseran mediastinum dan kompresi paru-paru
yang disebabkan oleh herniasi dari hati dan usus loop ganda.
Hernia Morgagni pada radiografi dada rutin, biasanya muncul sebagai
massa bulat di sudut cardiophrenic tepat, berdekatan dengan bagian anterior
dinding dada. Evaluasi lebih lanjut dan diagnosis dapat dilakukan dengan CT atau
MRI. Gambar sagital dan koronal diformat ulang sering membantu dalam
menunjukkan cacat diafragma dan mengidentifikasikan isi hernia.
21
22
posterior
jantung
hiatus
esofagus
dekat.
CT
membantu
23
umumnya
perbatasan organ mediastinum seperti timus, aorta, arteri pulmonalis dan jantung.
Pada beberapa kasus, udara cenderung berada sepanjang pembuluh darah besar
dan jaringan lunak superior mediastinum dan leher. 8
Gambaran radiologi pneumothorax pada umumnya berupa:
- Meningkatnya bayangan radiolusen dan avaskuler di daerah yang terkena.
- Perdorongan mediastinum ke arah kontra lateral.
- Meningkatnya ketajaman batas mediastinum, adanya double contour daerah
24
diafragma.
25
2.6 Pengobatan
Pengobatan awal yang mendesak harus mencakup masuknya pipa
nasogastrik guna mengosongkan lambung dan untuk mencegah memburuknya
keadaan akibat masuknya gas terus-menerus ke dalam usus yang mengalami
herniasi. Terapi oksigen diperlukan untuk mengatasi distress dan sianosis bayi
tersebut. Pada kasus lebih berat lagi, diperlukan intubasi trakeal, tetapi hanya
ventilasi paru ringan saja yang boleh dilakukan jika ingin mencegah terjadinya
pneumothoraks di satu sisi atau sisi lain.
Kesulitan untuk menegakkan diagnosis hernia diafragma preoperative
menyebabkan sering terjadinya kesalahan diagnosis dan untuk itu diperlukan
pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis hernia diafragmatika.
Pemeriksaan penunjang yang penting adalah dilakukan pemeriksaan radiologi
yaitu pemeriksaan foto thoraks. Sekitar 23 -73 % rupture diafragma karena trauma
dapat dideteksi dengan pemeriksaan radiologi thoraks. Foto thoraks sangat
sensitive dalam mendeteksi adanya hernia diafragma kiri. Adanya rupture
diafragma akibat trauma bila dilihat dari foto thoraks dapat ditemukan gambaran
abnormal seperti adanya isi abdomen pada rongga thoraks, terlihat selang NGT di
dalam rongga thoraks, peninggian hemidiafragma ( kiri lebih tinggi dari pada
kanan), dan batas diafragma yang tidak jelas. Bila didapatkan abnormalitas pada
pemeriksaan foto thorak, selanjutnya dilakukan pemeriksaan CT Scan atau USG
FAST untuk memastikan diagnosis rupture diafragma dan hernia diafragma.
Banyak kasus yang mengenai diafragma kiri adalah akibat dari efek buttressing
dari liver. Apabila pada anak dijumpai adanya kelainan-kelainan yang bisa
mengarah pada hernia difragmatika, maka anak perlu segera dibawa ke dokter
atau rumah sakit agar segera bisa ditangani dan mendapatkan diagnosis yang
tepat. 2
2.6.1 Tata laksana Hernia Bochdalek dan Morgagni
Konseling prenatal dilakukan segera setelah diagnosis dibuat berdasarkan
USG. Setelah melalui
menjelaskan segala kemungkinan pilihan tata laksana kepada orang tua seperti
26
Stabilisasi preoperative
Pada hernia diafragmatika terdapat paru yang hipoplastik, tidak atelektasis
mempertahankan pH 7,50) dapat juga menolong.. Jika bayi sudah stabil dan
menunjukkan. tahanan vaskuler pulmonal stabil tanpa shunt dari kanan ke kiri
yang berarti, perbaikan diafragma sekarang dilakukan pada umur 12-24 jam.. Jika
stabilisasi tidak mungkin atau shunt yang berarti menetap, kebanyakan bayi akan
membutuhkan dukungan ECMO. Obat vasoaktif (tolazolin, prostaglandin,
dopamin) bisa memberikan perbaikan sementara tetapi tidak memuaskan seperti
27
Kecepatan aliran ECMO disesuaikan untuk mencapai saturasi oksigen vena yang
memuaskan. (>65%)dan stabilitas kardiovaskular. Bila bayi dimulai pada ECMO,
dukungan ventilator yang sedang berjalan dilepaskan pada udara kamar dan pada
kecepatan serta tekanan yang rendah untuk mengurangi risiko toksisitas oksigen
dan barotrauma, dengan demikina memberikan waktu pada paru-paru untuk
beristirahat dan sembuh.
Karena ECMO memerlukan heparinisasi total untuk mencegah pembekuan
pada sirkuit, penderita dengan atau pada resiko PJV (berat <2kg, umur kehamilan
<35minggu) bukan merupakan calon untuk terapi ECMO. Lagipula, bayi yang
sedang dipikirkan akan dilakukan ECMO seharusnya menderita penyakit paru
reversibel , tidak ada tanda-tanda perdarahan sistemik, dan tidak ada asfiksia berat
atau malformasi yang mematikan, dan mereka harus telah diventilisasi selama
kurang dari 7-10 hari. Komplikasi ECMO meliputi tromboembolisme, embolisasi
udara,
perdarahan,
stroke,
kejang-kejang,
ateletaksis,
ikterus
kolestatik,
29
5. Pemberian surfaktan
Gagal nafas pada bayi dengan hernia diafragmatika dapat berhubungan
dengan perkembangan paru yang abnormal dan defisiensi surfaktan.
Studi
postmortem menunjukkan adanya penurunan ekskresi surfaktan apoprotein A (SPA) yang lebih berat pada sisi dengan hernia diafragmatika dibandingkan dengan
sisi yang lain. Hal ini menunjukan adanya penundaan pematangan fungsional
atau perkembangan dan sintesis SP-A. Analisis cairan amnion mendukung
kenyataan tersebut. Surfaktan sebaiknya diberikan segera saat bayi menarik
nafasnya untuk pertama kali.
6. Terapi antenatal
Pemberian glukokortikoid antenatal untuk memperbaiki maturitas paru
dan meningkatkan oksigenasi serta kemampuan paru.
7. Terapi pembedahan perinatal
Davis dkk. mengungkapkan bahwa pembedahan yang dipersiapkan lebih
dahulu diikuti dengan terapi ECMO memberikan hasil yang lebih baik. Waktu
yang tepat untuk melakukan pembedahan belum diketahui dengan pasti, beberapa
ahli menganjurkan pembedahan dapat dilakukan 24 jam setelah bayi stabil, tetapi
penundaan sampai 7-10 hari dapat juga ditoleransi. Banyak ahli bedah lebih
menyukai operasi dikerjakan saat ekokardiografi menunjukkan tekanan arteri
pulmonalis stabil dalam 24-48 jam. Drainase dengan chest tube diperlukan bila
terdapat
mengurangi efek buruk distres pernapasan pada bayi dengan hernia Bochdalek
30
akibat hipoplasia paru berat yang gagal dengan terapi suportif pernapasan, namun
pengobatan ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut.
9. Perawatan pasca bedah
Perawatan pasca bedah meliputi perawatan jangka pendek (segera setelah
pembedahan) dan perawatan jangka panjang. Perawatan pasca bedah jangka
pendek meliputi deteksi dan tata laksana komplikasi yang dapat terjadi setelah
pembedahan. Komplikasi yang mungkin timbul dapat berupa perdarahan, distres
pernapasan, hipotermia, produksi urin yang menurun, infeksi dan obstruksi usus.
Pengawasan yang dilakukan saat pasien masih dirawat di rumah sakit meliputi
monitoring pernapasan, evaluasi neurologis, dan masalah pemberian makanan.
Perawatan pasca bedah jangka panjang meliputi pemantauan tumbuh kembang
pasien. Pertumbuhan kasus dipantau karena risiko terjadi gagal tumbuh besar
akibat adanya
gastroesophageal refluk dan feeding yang buruk terutama pada pasien dengan
defek neurologis yang berat.
2.6.2
penanganannya tergantung
kegawatan
preference.
Laparotomi
dapat
dilakukan
pada
pasien
dengan
hemodinamik yang tidak stabil dan kecurigaan cedera organ intra abdomen. Insisi
laparotomi dapat diperluas menjadi torako-laparotomi apabila dibutuhkan.
31
mencegah
terjadinya
refluks.
Pembedahan
diindikasikan
apabila
membuka peritoneum
Identifikai diafragma kemudian lakukan reposisi organ.
Jahitan ruptur/robekan diafragmanya mulai dari posisi antero
lateral sampai posteromedial sisi diafragma sampai diafragma
intak.
Luka operasi dijahit lapis demi lapis
32
Fundoplikasi
obstruksi. Bila hernia besar mungkin
terjadi insufisiensi kardiovaskular yang
dapat mengancam jiwa. Komplikasi yang paling membahayakan adalah
33
strangulasi isi hernia. Lambung, usus dan bahkan hati dan limpa menonjol melalui
hernia. Jika hernianya besar, biasanya paru-paru pada sisi hernia tidak
berkembang secara sempurna. Pada keainan kongenial, setelah lahir bayi akan
menangis dan bernafas sehingga usus segera terisi oleh udara. Terbentuk massa
yang mendorong jantung sehingga menekan paru-paru dan terjadilah sindroma
gawat pernafasan. Sedangkan komplikasi yang mungkin terjadi pada penderita
hernia diafragmatika tipe Bochdalek antara lain 20 % mengalami kerusakan
kongenital paru-paru dan 5 16 % mengalami kelainan kromosom.8
2.8 Prognosis
Prognosis sangat bergantung pada kondisi paru-paru dan tergantung dari
kecepatan dalam mendiagnosis serta pemilihan terapi yang tepat Mortalitas pada
hernia diafragma traumatik sekitar 5,5 51% .Prognosis memburuk apabila
didapatkan adanya tanda-tanda shock pada saat pasien datang.
Mortalitas mencapai 50% pada neonatus yang pada hari pertama kelahiran
menunjukkan sindrom distres respirasi berat. Pada kasus dengan sindrom distres
respirasi ringan dan neonatus dapat mencapai umur 3 hari pertama, umumnya
dapat tertolong 100%. Prognosis buruk bila paru-paru sangat hipoplastik dan
dengan resusitasi tidak terdapat perbaikan saturasi oksigen darah. Ringkat
keparahan dari hernia diafragma kongenital dapat diketahui denangn posisi hepar
dan LHR (Liver-to-Head Ratio)13
BAB 3
34
KESIMPULAN
Hernia Diafragmatika adalah penonjolan organ perut ke dalam rongga dada
melalui suatu lubang pada diafragma. Hernia diafragmatika merupakan suatu
bentuk kelainan yang dapat terjadi secara traumatika, akuisita dan kongenital .
Dari seluruh kejadian hernia diafragmatika, hernia Bochdalek paling sering terjadi
(70-80%) dibanding hernia Morgagni. Usus halus, gaster, limpa, serta sebagian
kolon transversum dari rongga abdomen dapat masuk ke toraks (90% sebelah
kiri).
Penegakkan diagnosis dengan pemeriksaan radiologi sangat diperlukan.
Foto Rontgen dapat memberikan informasi yang sangat bermakna. Pandangan
lateral sering memperlihatkan usus masuk ke dalam rongga toraks melewati
bagian posterior diafragma. Pemberian kontras diperlukan untuk menyingkirkan
diagnosis banding lesi kistik kongenital paru. Pada penatalaksanaannya,
pertahankan suhu tubuh agar tetap hangat dan bila perlu berikan ventilasi bantuan
dengan tekanan ringan. Lakukan operasi segera pada kasus distres pernapasan
berat.
DAFTAR PUSTAKA
35
36